Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REPORT

LITERASI BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :
Dr. M. Joharis Lubis, M.Pd.

Disusun Oleh :

Dinda Fachlupi Balkis


2203311002
Reguler C 2020

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan


rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat Critical Book
Report mengenai Literasi pada mata kuliah Literasi Bahasa Indonesia.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kepada Bapak Dr. M.
Joharis Lubis, M.Pd. sebagai dosen pengampu yang sudah memberikan arahan
dan bimbingan sehingga Critical Book Report ini dapat diselesaikan untuk
memenuhi salah satu tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran.
Saya menyadari Critical Book Report ini masih belum sempurna dan
kami akan terus belajar untuk memperbaiki, oleh sebab itu saya mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga Critical Book Report ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan
bagi saya khususnya dalam memahami materi tentang Literasi.

Medan, April 2021

Dinda Fachlupi Balkis


2203311002

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I ...............................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .................................................................1
B. Tujuan Penulisan CBR .............................................................................2
C. Manfaat CBR ...........................................................................................2
D. Identitas Buku ..........................................................................................2
BAB II .............................................................................................................4
RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................4
A. Ringkasan Buku Utama ...........................................................................4
B. Ringkasan Buku Pembanding ................................................................ 10
BAB III ......................................................................................................... 16
PEMBAHASAN ........................................................................................... 16
A. Keunggulan Buku ................................................................................. 16
B. Kelemahan Buku .................................................................................. 17
BAB IV ......................................................................................................... 18
PENUTUP .................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Critical Book Riview adalah tugas menulis yang mengharuskan kita
untuk meringkas dan mengevaluasi tulisan. Dalam menulis critical book kita
harus membaca secara seksama dan juga membaca tulisan lain yang serupa agar
kita bisa memberikan tinjauan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan
faktual. Dengan memperbanyak mengkritisi suatu buku akan melatih cara berpikir
kritis kita terhadap suatu hal tetapi berdasarkan bukti dan analisis yang mendasar,
bukan sekedar mencari kelemahan buku dan menilainya secara sepihak. Oleh
karena itu diperlukan pemikiran rasional dan logis dalam membandingkan suatu
buku. Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book Review ini mahasiswa
dituntut dalam meringkas, menganalisa dan membandingkan serta memberikan
kritik berupa kelebihan dan kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang
ada dalam buku tersebut, sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi
terbiasa dalam berpikir logis dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru
yang terdapat dalam suatu buku.
Penugasan Critical Book Review ini juga merupakan bentuk pembiasaan
agar mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara
analitis sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun
menjadi terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut.
Pembuatan tugas Critical Book Review ini juga melatih, menambah, serta
menguatkan pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu
karya berdasarkan data yang faktual sehingga dengan begitu tercipta lah
mahasiswamahasiswa yang berkarakter logis serta analisis sehingga dengan
bertambahnya era yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dituntut menciptakan masyarakat yang
berpikir maju kedepan yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.

1
B. Tujuan Penulisan CBR
Ada pun tujuan dari pembuatan Critical Book Report ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Literasi Bahasa
Indonesia.
2. Menambah wawasan pembaca mengenai Literasi.
3. Meningkatkan motivasi pembaca dalam melahirkan pemikiran yang kritis.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku yang di kritik.
5. Membandingkan isi buku dan mengulas isi buku.

C. Manfaat CBR
Manfaat dari Critical Book Report adalah dapat memahami bagaimana
cara mengkritik buku dengan baik dan benar, lebih rajin membaca dalam segala
informasi, dan dapat mengerti atau memahami tentang apa yang menjadi bahan
kritik serta untuk mengetahui bahwa kegiatan membaca sangatlah penting dan
bermanfaat bagi diri kita untuk memperluas wawasan serta mengkaji lebih dalam
kemampuan kita dalam aspek membaca.

D. Identitas Buku
 Buku Utama

1. Judul Buku : Literasi Bahasa Indonesia


2. Pengarang : Dr. M. Joharis Lubis, M.Pd.
3. Penerbit : FBS UNIMED (Universitas Negeri Medan)
4. ISBN :-
5. Tahun Terbit : 2021
6. Kota Terbit : Medan

2
7. Tebal Buku : ii, 34 Halaman + 3 jurnal

 Buku Pembanding

1. Judul Buku : Kompilasi Bahan Pengayaan Literasi Bahasa


Indonesia
2. Pengarang : Dr. M. Joharis Lubis, M.Pd.
3. Penerbit : FBS UNIMED (Universitas Negeri Medan)
4. ISBN :-
5. Tahun Terbit : 2021
6. Kota Terbit : Medan
7. Tebal Buku :

3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama


BAB I
Definisi Literasi
1. Definisi Literasi menurut UNESCO
 Tahun 1958, UNESCO mendefinisikan seseorang yang melek baca tulis
(literate) adalah yang dapat membaca dan menulis pertanyaan sederhana yang
terkait dengan kehidupan sehari-harinya dengan penuh pemahaman.
 Tahun 1978, UNESCO mengembangkan definisi literasi, yaitu seseorang
dikatakan sebagai melek baca tulis secara fungsional jika mampu terlibat
dalam aktivitas-aktivitas yang membutuhkan literasi untuk menjalankan
fungsi kelompok dan komunikasinya secara efektif dan juga untuk membuat
orang tersebut dapat terus menggunakan bacaan, tulisan, dan hitungan untuk
mengembangkan diri dan komunitasnya.
 Tahun 2003, literasi dikembangkan lagi definisinya oleh UNESCO menjadi
kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan,
mengkomunikasikan dan menghitung dengan menggunakan material cetak
dan tertulis terkait berbagai konteks titrasi melibatkan suatu proses belajar
terus-menerus yang memungkinkan individu mencapai tujuan,
mengembangkan pengetahuan dan potensi, dan berpartisipasi secara penuh
dalam komunitas dan masyarakat kuat.
 Tahun 2013, UNESCO menjelaskan bahwa definisi dan cakupan dari istilah
keaksaraan untuk orang dewasa sangat bergantung pada bahasa, konteks
budaya dan struktur ekonomi setiap wilayah hukum yang ada. Secara historis,
keaksaraan telah dianggap sebagai keterampilan yang terbatas kurang lebih
pada kemampuan untuk membaca dan menulis yang telah dikuasai, akan tetap
statis sepanjang hayat (UNESCO, 2013).
2. Definisi Literasi menurut World Economic Forum
 Literasi adalah kemampuan untuk membaca memahami dan menggunakan
bahasa tulis.

4
 Literasi numerasi adalah kemampuan untuk menggunakan angka-angka dan
simbol-simbol lain dalam rangka memahami dan mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif.
 Literasi saintifik adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan
prinsip-prinsip saintifik untuk memahami lingkungan dan menguji hipotesis.
 Literasi teknologi informasi dan komunikasi adalah kemampuan untuk
menggunakan dan menciptakan konten berbasis teknologi, termasuk
menemukan dan membagikan informasi, menjawab pertanyaan, berinteraksi
dengan orang-orang lain, dan programan komputer.
 Literasi finansial adalah kemampuan untuk memahami dan menganggap
dikasihkan aspek-aspek konseptual dan numerikal dari dunia keuangan.
 Literasi kebudayaan dan kewarganegaraan adalah kemampuan untuk
memahami, mengapresiasi, menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan
mengenai kemanusiaan.
3. Definisi Literasi di Kanada
Pemerintah Kanada mendefinisikan literasi dengan lebih menekankan
pada hasil dari literasi dan keterampilan esensial jika dibandingkan dengan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai literasi dan keterampilan. Literasi dan
keterampilan esensial didefinisikan sebagai kemampuan yang diperlukan untuk
bekerja, belajar dan hidup dan untuk membantu orang berevolusi dalam pekerjaan
mereka dan beradaptasi dengan perubahan tempat kerja (ESDC, 2013).
4. Definisi Literasi di Inggris
Di Inggris, literasi didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan
menulis, mengungkapkan ide dan pendapat, membuat keputusan dan memecahkan
masalah menggunakan informasi dan teknologi digital baik sebagai individu,
anggota, keluarga, pekerja, dan warga negara.
5. Definisi Literasi di Australia
Yayasan Nasional untuk Strategi keterampilan Australia (SCOTESE,
2011) menggunakan definisi sebagai berikut, yaitu kemampuan bahasa inggris,
literasi, dan angka (LLN); (kemampuan) mendengar, berbicara, membaca,
menulis, literasi digital dan menggunakan ide matematika, dan keterampilan kerja
seperti kolaborasi, pemecahan masalah, manajemen diri; dan (kemampuan)

5
belajar dan keterampilan penggunaan teknologi informasi yang diperlukan untuk
berpartisipasi di tempat kerja modern dan kehidupan saat ini.
6. Definisi Literasi di Singapura
Di Singapura, literasi diklasifikasikan sebagai kemampuan dasar.
Kemampuan dasar didefinisikan sebagai rangkaian keterampilan, kemampuan,
dan atribut yang membantu setiap individu untuk meningkatkan kemampuan
kerjanya. Keterampilan ini memungkinkan bekerja untuk beradaptasi lebih baik
dengan tuntunan pekerja baru dan perubahan lingkungan.
7. Definisi Literasi di Amerika
Amerika pada tingkat nasional saat ini tidak mempunyai definisi literasi
yang baku. Institut Literasi Nasional mendefinisikan literasi sebagai kemampuan
individu untuk membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Inggris, serta
berhitung dan memecahkan masalah pada tingkat kemahiran yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan dan hidup di masyarakat dalam mencapai tujuan dan
mengembangkan kemampuan potensinya (national Literasi Act, Sec 3).

BAB II
Gerakan Literasi di Indonesia
A. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan literasi di sekolah dilakukan dengan menampilkan praktik-
praktik baik dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di lingkungan
sekolah. Literasi menjadi bagian tak terpisahkan dari semua rangkaian kegiatan
siswa dan guru baik di dalam maupun di luar kelas.
Agar lebih masif, program literasi melibatkan partisipasi publik, seperti
pegiat literasi, orang tua, tokoh masyarakat, dan kaum profesional. Pelaksanaan
gerakan literasi di sekolah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu
(1) berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi, (2) bersifat
berimbang, (3) terintegrasi dengan kurikulum, (4) kegiatan membaca dan menulis
dilakukan di manapun, (5) mengembangkan budaya lisan, dan (6)
mengembangkan kesadaran pada keberagaman.

6
B. Gerakan Literasi Keluarga
Peran keluarga sangat penting dalam meningkatkan kemampuan literasi.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, dalam konteks pendidikan,
menjadi lingkungan pembelajaran pertama dan utama bagi anak-anak. Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan Dengan pemahaman yang sederhana bahwa
pengertian literasi keluarga adalah berupa rangkaian kgiatan-kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan dalam keluarga untuk meningkatkan kemampuan
literasi seluruh anggota keluarga.
Kegiatan-kegiatan dalam literasi keluarga, dilaksanakan oleh semua
anggota keluarga yang akan menerima manfaat langsung dari kegiatan ini adalah
semua anggota keluarga. Namun, selain anggota keluarga, melaksanakan literasi
keluarga juga akan berdampak dan bermanfaat untuk berbagai pihak lain.
C. Gerakan Literasi di Masyarakat
Pelaksanaan program program literasi merupakan upaya untuk menjaga
agar kegiatan membangun pengetahuan dan belajar bersama di masyarakat terus
berdenyut dan berkelanjutan. Dengan gerakan literasi masyarakat, yang sejalan
dengan literasi sekolah dan keluarga diharapkan dapat lahir dan tumbuhnya
simpul-simpul masyarakat yang literat. Kegiatan yang dikembangkan di gerakan
literasi masyarakat adalah kegiatan yang mencakup enam literasi, yaitu literasi
bahasa, literasi numerik, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta
literasi budaya dan kewarganegaraan.
D. Pendukung Gerakan Literasi
Dalam pelaksanaan gerakan literasi, dibutuhkan aspek pendukung
pelaksanaan aktivitas dan programnya, baik itu di sekolah, keluarga, maupun
masyarakat dengan porsi yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk dukungan antara lain
sebagai berikut.
1. Pengembangan koleksi bacaan
2. Pengadaan dan penyusunan pustaka
3. Kebutuhan dan sumber dana
4. Prasarana dan sarana pendukung
5. Pustaka dan akses bahan bacaan
6. Pengelolaan teknologi informasi

7
7. Jaringan dan kemitraan

BAB III
Literasi dan Kelisanan
Dalam proses memahami sebuah karya, seseorang perlu berdialog
dengan berbicara. Sayangnya, proses literasi yang diakrabi kelisanan, dan tradisi
kelisanan yang bersumber kepada bacaan ini tidak bisa maidany pupuk di sekolah-
sekolah. Literasi di sekolah menjadi kering dan tidak diminati karena tidak
dihitung bukan dalam kehangatan tradisi kelisanan.Tidak mengherankan apabila
anak-anak kita tidak memiliki keterkaitan emosi dengan literasi.
Kebanyakan mereka tidak terbiasa menulis dari kurang gemar membaca.
Kegemaran membaca biasanya tumbuh dari kecintaan terhadap kisah. Sebelum
mengenal bacaan, anak-anak dibesarkan dengan bahasa tutur dari orang-orang
terdekat mereka. Anak-anak mencintai kisah dan ketika mereka dapat membaca,
kecintaan ini menemukanmu arahnya dalam buku-buku bacaan. Anak-anak yang
dibesarkan dengan limpahan kisah dan buku-buku, akan tumbuh dengan memori
tentang membaca yang menyenangkan. Anak-anak yang seperti ini biasanya
menjadi pembelajar sepanjang hayat.

BAB IV
Standar Kompetensi Literasi Mahasiswa
Gerakan literasi informasi dilingkungan perguruan tinggi juga telah
didukung oleh beberapa badan akreditas universitas dan pendidikan tinggi dengan
menerapkan standar penilaian terkait program literasi informasi untuk menunjang
pengajaran (Association of College & Research Libraries (ACRL), 2011).
Ada beberapa standar kompetensi literasi informasi sudah pupuler dan
dikembangkan oleh asosiasi perpustakaan yang didisain khusus untuk perguruan
tinggi yaitu Association of College and Research Libraries (ACRL) yang
merupakan divisi dari American Library Association (ALA) dan The Society of
College, National and University Libraries (SCONUL) wilayah United Kingdom
dan Irlandia. ARCL menetapkan 5 standar literasi informasi yang disertai dengan
indikator kinerja dari setiap standar dan disertai capaian hasil, standar ini terdiri

8
dari Know, Access, Evaluate, Use dan Ethical/Legal (Association of College &
Research Libraries (ACRL), 2000). SCONUL menetapkan model dengan
menggunakan istilah tujuh pilar literasi informasi, pilar-pilar ini terdiri dari
Identify, Scope, Plan, Gather, Evaluate, Manage, dan Present (SCONUL (The
Society of College, National and University Libraries), 2011).
Kedua meodel ini pada umumnya prinsip memiliki banyak persamaan,
namun Standar dari ARCL lebih banyak diadopsi oleh institusi nasional dan
perguruan tinggi dunia, ARCL telah memulai menetapkan standar untuk
perguruan tinggi pada tahun 2000 sedangkan SCONUL pada tahun 2011.
Program literasi informasi sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan
terlebih untuk pendidikan tinggi. Mahasiswa perlu dibekali kemampuan literasi
informasi untuk menunjang kesuksesan akademis mereka dan menjamin kualitas
lulusan yang mampu bersaing dan beradaptasi dengan pekembangan dunia kerja.

BAB V
Kompetensi Bahasa Indonesia dan Literasi Bahasa Indonesia
Literasi adalah suatu kegiatan membaca lalu menterjemahkannya dengan
otak tentang apa isi bacaan yang dibaca lalu mengimplementasikannya. Untuk
mencapai kemampuan seperti itu seseorang perlu mempunyai empat keteramplan
berbahasa secara simultan. Tanpa adanya kehadiran empat keterampilan
berbahasa dalam diri seseorang diyakini yang bersangkutan kurang mempunyai
kemampuan mencerna apa yang dibacanya secara baik.
Keempat keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah; keterampilan
mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Empat keterampilan tersebut saling terhubung oleh benang halus yang
tak tampak. Dan keempat keterampilan tersebut diperoleh secara alamiah oleh
manusia sejak dari kecilnya sampai dia mendapat pendidikan. Kemampuan
memadukan keeempat keterampilan berbahasa itulah yang akan dilahirkan dengan
kegiatan “literasi”. Semakin tinggi tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang
maka semakin tinggi pula kemampuannya menyeimbangkan penggunaaan otak
kiri dan otak kanan untuk memadukan empat aspek keterampilan berbahasa.

9
B. Ringkasan Buku Pembanding
BAB I
Menyipkan Generasi Indonesia Abad XXI
1.1 Tantangan dan Peluang
Hasil tes PISA (2015) dan TIMSS (2016), dua organisasi di bawah
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menunjukkan
bahwa Indonesia menduduki peringkat bawah, bahkan di bawah Vietnam, sebuah
negara kecil di Asia Tenggara yang baru - saja merdeka.Vietnam mendapatkan
nilai 495 (dengan nilai rata-rata 490), sedangkan Indonesia mendapatkan nilai
387. Sementara itu, dari hasil TIMMS, Indonesia mendapatkan nilai 395 dari nilai
rata-rata 500. Nilai tertinggi didapatkan Singapura dengan nilai 618 (504 lebih
tinggi daripada Indonesia).
1.2 Pentingnya Literasi Numerasi
Menurut Andreas Schleicher dari OECD, kemampuan numerasi yang
baik merupakan proteksi terbaik terhadap angka pengangguran, penghasilan yang
rendah, dan kesehatan yang buruk. Kemampuan literasi memberikan kontribusi
yang nyata terhadap pertumbuhan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan bagi
individu atau masyarakat. Dengan memiliki populasi yang dapat mengaplikasikan
pemahaman matematika di dalam konteks ekonomi, teknik, sains, sosial, dan
bidang lainnya, daya saing ketenagakerjaan dan kesejahteraan ekonomi akan
meningkat.

BAB II
Literasi Numerasi sebagai Kecakupan Hidup
2.1 Pengertian Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk: (a)
menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait “dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam “berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan
dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) Secara sederhana, numerasi
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan
keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah,

10
pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara)
dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di
sekeliling kita.
Perbedaan Numerasi dengan Matematika
Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika. Keduanya
berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, tetapi perbedaannya
terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pengetahuan
matematika saja tidak membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi.
Numerasi mencakup keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah
matematika dalam situasi real sehari-hari, saat permasalahannya sering kali tidak
terstruktur (unstructured), memiliki banyak cara penyelesaian, atau bahkan tidak
ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor nonmatematis.
2.2 Prinsip Dasar Literasi Numerasi
 Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial budaya, dan
sebagainya,
 Selaras dengan cakupan matematika dalam Kurikulum 2013, dan
 Saling bergantung dan memperkaya unsur literasi lainnya.
2.3 Ruang Lingkup Literasi Numerasi
Literasi Numerasi merupakan bagian dari matematika. Literasi numerasi
bersifat praktis (digunakan dalam kehidupan sehari-hari), berkaitan dengan
kewarganegaraan (memahami isu-isu dalam komunitas),profesional (dalam
pekerjaan), bersifat rekreasi (misalnya, memahami skor dalam olahraga dan
permainan), dan kultural (sebagai bagian dari pengetahuan mendalam dan
kebudayaan manusia madani).
2.4 Indikator Literasi Numerasi
a) Indikator Literasi Numerasi di Sekolah
1. Basis Kelas
 Jumlah pelatihan guru matematika dan nonmatematika.
 Jumlah pembelajaran matematika berbasis permasalahan dan pembelajaran
matematika berbasis proyek.
2. Basis Budaya Sekolah
 Jumlah dan variasi buku literasi numerasi.

11
 Frekuensi peminjaman buku literasi numerasi.
3. Basis Masyarakat
 Jumlah ruang publik di lingkungan sekolah untuk literasi numerasi.
 Jumlah keterlibatan orang tua di dalam tim literasi sekolah.
b) Indikator Literasi Numerasi di Keluarga
 Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki setiap
keluarga.
 Peningkatan frekuensi pemanfaatan bahan bacaan literasi numerasi, dan
c) Indikator Literasi Numerasi di Masyarakat
 Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki fasilitas
publik.

BAB III
Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah
a) Basis Kelas
 Meningkatnya jumlah pelatihan guru matematika dan nonmatematika.
 Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan numerasi dalam
pembelajaran.
b) Basis Budaya Sekolah
 Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi,
 Meningkatnya frekuensi peminjaman bahan bacaan literasi numerasi.
c) Basis Masyarakat
 Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi
numerasi di sekolah, dan
 Meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam
mengembangkan literasi numerasi di sekolah.
3.2 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah
Strategi utama Gerakan Literasi Numerasi Sekolah berupa Literasi
Numerasi Lintas Kurikulum (Numeracy Across Curriculum), yaitu sebuah
pendekatan penerapan numerasi secara konsisten dan menyeluruh di sekolah
untuk mendukung pengembangan literasi numerasi bagi setiap peserta didik.

12
a) Penguatan Kapasitas Fasilitator
 Pelatihan guru matematika dalam menerapkan metode pembelajaran
berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan
masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
 Pelatihan guru nonmatematika dalam menggunakan matematika untuk
memperkaya penyajian informasi di dalam mata pelajaran yang diampu,
misalnya, dengan menggunakan data-data yang ditampilkan dalam tabel,
bagan, atau grafik.

BAB IV
Gerakan Literasi Numeraso di Sekolah
4.1 Sasaran Gerakan Literasi Numerasi di Keluarga
a) Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki
setiap keluarga.
b) Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi numerasi dalam
keluarga setiap harinya.
4.2 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Keluarga
Literasi numerasi di keluarga bertujuan untuk melengkapi setiap anggota
eluarga sehingga bergairah menerapkan kecakapan numerasi “dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk itu strategi utama dalam Gerakan Literasi Numerasi di
Keluarga dapat dikembangkan melalui tiga hal sebagai berikut.
a) Penguatan Kapasitas Fasilator
 Pelatihan orang dewasa, misalnya, orang tua, asisten rumah tangga, atau
orang dewasa lainnya yang mengasuh anak mengenai kompetensi numerasi
dan cara-cara memasukkan unsur numerasi dalam kegiatan mereka sehari-
hari bersama anggota keluarga di rumah.
b) Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
 Tersedianya buku bacaan yang berkaitan dengan literasi numerasi (fiksi,
nonfiksi, dan referensi)
c) Perluasan Akses Terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta
Belajar

13
 Tersedianya buku-buku yang berkaitan dengan numerasi, baik buku bacaan
fiksi, nonfiksi, cara mengajarkan numerasi, maupun cara membuat alat-alat
peraga numerasi yang dibawa oleh Pustaka Keliling.
d) Peningkatan Pelibatan Publik
 Menyelenggarakan kegiatan keluarga yang berhubungan dengan numerasi
(berkolaborasi dengan keluarga dan masyarakat).
e) Penguatan Tata Kelola
 Memanfaatkan unsur numerasi dalam aturan atau kesepakatan keluarga,
misalnya, tabel/jadwal kegiatan atau tugas harian anggota keluarga di rumah
dan pembuatan daftar pengeluaran anak dalam satu bulan.

BAB V
Gerakan Literasi Numerasi di Masyarakat
5.1 Sasaran Gerakan Literasi Numerasi di Masyarakat
 Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang
dimiliki fasilitas publik,
 Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi numerasi setiap
hari.
5.2 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Masyarakat
a) Penguatan Kapasitas Fasilitator
 Penyebaran materi kampanye numerasi dalam bentuk infografis,
videografis, leaflet, dan tayangan iklan masyarakat pada media massa.
b) Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
 Peningkatan penggunaan data-data numerik dalam iklan komersial untuk
memperkuat informasi tentang fakta tertentu, misalnya, data statistik tentang
perkembangan penderita penyakit tertentu.
c) Perluasan Akses Terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta
Didik
 Peningkatan jumlah wahana bertemakan matematika dan sains (contoh:
Taman Pintar di Yogyakarta, Puspa Iptek di Bandung, dan Yayasan Simetri
di Serpong).

14
d) Penguatan Tata Kelola
 Peningkatan peran anggota masyarakat dalam proses perencanaan dan
pengawasan penggunaan dana desa untuk kegiatan-kegiatan yang langsung
dirasakan manfaatnya oleh warga desa.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku
 Buku Utama
 Cover buku lumayan menarik karena mempunyai warna yang cukup bagus
serta gambar yang lumayan menarik sehingga menarik perhatian pembaca
untuk membacanya.
 Dari aspek penataan bahasa dan pembahasan, penulis sudah membuatnya
sangat jelas dan rapi.
 Dari aspek isi buku, penulis menjelaskan dengan memberikan beberapa
pengerian mengenai literasi, tidak hanya dari satu sudut pandang saja,
sehingga dapat membuat pembaca lebih mengerti mengenai apa yang
dijelaskan.
 Bahasa yang digunakan mudah dimengerti, walaupun ada beberapa kata
yang menggunakan kata-kata tidak baku.
 Penjelasan dalam buku ini sudah cukup lengkap kemudian bahasa yang
digunakan juga mudah untuk dipahami.

 Buku Pembanding
 Tidak beda dari buku yang pertama, buku kedua ini juga memiliki cover
buku lumayan menarik karena buku ini covernya sama dengan buku
pertama, hanya saja yang menjadi pembeda adalah warnanya saja.
 Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis sudah rapi dan sudah sangat
jelas.

 Setiap paragrap disusun secara rapi.


 Pada bab pembahasan yang dikaji buku ini sangat lengkap dan mudah
dimengerti, walau terdapat beberapa kata yang membingungkan.
 Bahasa yang digunakan lebih santai tidak baku sehingga tidak sulit untuk
memahaminya.

16
B. Kelemahan Buku
 Buku Utama
 Tidak terdapatnya bagian identitas buku.
 Kurang adanya ilustrasi dalam bentuk gambar didalamnya, sehingga apa
yang dijelaskan sangat hambar dan membuat pembaca sedikit bosan karena
kebanyakan tulisan.
 Terdapat semacam soal pengayaan, namun hanya ada di bab 1 saja, tidak
dibuat di setiap bab.
 Pembahasannya ringkas sekali hanya terdapat 5 bab dalam buku.

 Buku Pembanding
 Tidak berbeda dari buku pertama, buku kedua juga sama halnya tidak
memiliki identitas buku.
 Penulisan kata-kata sedikit bertele-tele.
 Kurangnya contoh yang disertakan pada saat menyampaikan poin dari isi
materi buku ini.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai sebuah konsep literasi sangatlah kompleks dan dinamis. Literasi
terus-menerus ditafsirkan dan didefinisikan dengan cara yang berbeda-beda.
Sebagai suatu kemampuan literasi dapat terkait dengan beberapa hal, yaitu (1)
kemampuan membaca, menulis, dan lisan; (2) kemampuan terkait numerasi; dan
(3) kemampuan yang memungkinkan akses untuk mendapatkan pengetahuan dan
informasi.
Literasi saat ini menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi berbagai
kalangan dan menjadi hal yang sangat penting untuk terus digelorakan. Literasi
adalah poros pendidikan sepanjang hayat. Tingkat literasi masyarakat berkorelasi
positif dengan kualitas kualitas hidup dan kemajuan bangsa.
Dengan mengembangkan gerakan literasi, kegiatan membaca sebagai
pintu masuknya. Membaca harus di tumbuh kembang kan sejak usia dini melalui
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Rendahnya kemampuan literasi ini
akan memengaruhi kualitas hidup masyarakat sehingga diperlukan upaya-upaya
strategis untuk menumbuhkan dan meningkatkan literasi secara
berkesinambungan dengan melibatkan berbagai unsur, yaitu untuk pemerintah
secara lintas sektoral, lembaga swasta, dan melihat masyarakat.

B. Saran
Kedua buku ini sudah bagus, tetapi akan jauh lebih baik bila
ditambahkan gambar-gambar ilustrasi, tabel ataupun chart, agar buku terlihat lebih
menarik dan membuat pembaca tidak merasa bosan. Seiring dengan
perkembangan zaman yang selalu berubah maka alangkah baiknya jika kedua
buku ini diperbaharui.
Semoga hasil Critical Book Review (CBR) ini dapat menambah wawasan
di bidang pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar psikologi
pendidikan. Kedua buku ini dapat digunakan sebagai panduan pengantar bagi
mahasiswa di semua jurusan pendidikan.

18
Saya juga berharap para pembaca studi memberikan kritik dan saran yang
tentunya bisa memotivasi saya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya dan
khususnya bagi pembaca umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, M. Joharis. 2021. Literasi Bahasa Indonesia. Medan: FBS UNIMED.


Lubis, M. Joharis. 2021. Komplikasi Bahan Pengayaan Literasi Bahasa Indonesia.
Medan: FBS UNIMED.

20

Anda mungkin juga menyukai