Anda di halaman 1dari 11

ESSAY JURNAL

LITERASI BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :
Dr. M. Joharis Lubis, M.Pd.

Disusun Oleh :

Dinda Fachlupi Balkis


2203311002
Reguler C 2020

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat essay dari beberapa jurnal
mengenai Literasi.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. M. Joharis Lubis,
M.Pd. sebagai dosen pengampu yang sudah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga tugas ini dapat di selesaikan untuk memenuhi salah satu tugas yang
harus diselesaikan selama proses pembelajaran.
Di lain sisi, saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga
dalam penyusunan penulisan tugas ini. Saya menyadari ini masih belum sempurna
dan saya akan terus belajar untuk memperbaiki, oleh sebab itu saya mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca, dan bagi saya khususnya
dalam memahami materi literasi.

Medan, Maret 2021

Dinda Fachlupi Balkis


NIM. 2203311002

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I ................................................................................................................1
IDENTITAS JURNAL.....................................................................................1
A. Identitas Jurnal Pertama ...........................................................................1
B. Identitas Jurnal Kedua ...............................................................................1
C. Identitas Jurnal Ketiga ..............................................................................1
BAB II ..............................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................3
A. Essay Jurnal Pertama ................................................................................3
B. Essay Jurnal Kedua ...................................................................................4
C. Essay Jurnal Ketiga ...................................................................................6

ii
BAB I
IDENTITAS JURNAL

A. Jurnal Pertama
1 Judul Strategi Literasi dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Berbasis Kearifan Lokal.
2 Jurnal -
3 Volume / ISSN / -
Halaman
4 Tahun 2017
5 Penulis Endang Siwi Ekowati
6 Reviewer Dinda Fachlupi Balkis/2203311002
7 Tanggal 24 Maret 2021

B. Jurnal Kedua
1 Judul Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi
2 Jurnal Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan
Informasi
3 Volume / ISSN / Vol. 4 No. 2 / - / Hal. 34-44
Halaman
4 Tahun 2008
5 Penulis Jonner Hasugian
6 Reviewer Dinda Fachlupi Balkis/2203311002
7 Tanggal 24 Maret 2021

C. Jurnal Ketiga
1 Judul Budaya Lisan vs Budaya Literasi Mahasiswa
Melayu: Implikasinya pada Model Pembelajaran
Mahasiswa
2 Jurnal WACANA ETNIK, Jurnal Ilmu Sosial dan

1
Humaniora
3 Volume / ISSN / Vol. 4 No. 2 / ISSN 2098-8746 / Hal. 153-175
Halaman
4 Tahun 2013
5 Penulis Agus Syahrani
6 Reviewer Dinda Fachlupi Balkis/2203311002
7 Tanggal 24 Maret 2021

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Essay Jurnal Pertama


Strategi Literasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berbasis Kearifan Lokal
Dalam jurnal ini, penulis memaparkan pembahasan seperti yang tertera
pada judul, yakni strategi literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis
kearifan lokal. Penulis menjelaskan, bahwa setiap guru perlu melakukan strategi
literasi dalam pembelajaran, karena dengan adanya hal tersebut dapat membantu
meningkatkan kemampuan belajar para siswa.
Kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh
sekelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat
(Rahyono, 2009:7). Hal ini mengandung arti bahwa kearifan lokal adalah nilai-
nilai kearifan yang dipercayai oleh masyarakat tertentu melalui pengalaman
mereka turun-menurun. Oleh karena itu kearifan lokal di suatu daerah belum tentu
sama dengan daerah lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada
masyarakat tertentu seiring dengan perjalanan waktu yang panjang sepanjang
keberadaan manusia tersebut.
Penulis menjelaskan tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam
pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis,
dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Tiga hal ini akan bermuara pada
pengembangan karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pada kegiatan literasi berbasis muatan lokal guru bahasa Indonesia perlu
menyiapkan bahan bacaan atau teks yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Pemilihan cerita cerita rakyat, berita, dan bacaan yang menginspirasi dapat
mengembangkan karakter siswa melalui pengenalan kearifan lokal.
Tahap interaksi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan
lokal dapat di lakukan hal-hal berikut: (1) Pada tahap Think-aloud siswa
diharapkan dapat membunyikan secara lisan apa yang di dalam pikiran siswa pada
saat berusaha memahami bacaan, memecahkan masalah, atau mencoba menjawab
pertanyaan guru atau siswa lain; (2) Inferensi, merupakan kesimpulan sementara

3
berdasarkan informasi yang tersirat dalam teks. Info-info rinci dapat didukung
dengan ciri bukti fitur khusus yang ada dalam teks; (3) Keterkaitan antar teks atau
intertekstualitas merujuk pada keterkaitan teks dengan teks yang pernah dibaca
sebelumnya; (4) Ringkasan, kegiatan ini dapat membantu siswa membentuk
karakter dan berpikir tingkat tinggi; (5) Evaluasi; (6) Moda merujuk pada
bagaimana atau dengan cara apa pesan disampaikan; (7) Pengatur grafis, berbagai
bentuk tabel atau grafik untuk membantu pemahaman dengan cara
mengorganisasikan ide/pikiran/gagasan; (8) pemahaman makna kata-kata sulit
dalam teks dapat menggunakan petunjuk dalam teks (konteks).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui strategi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal, siswa diharapkan dapat
memahami isi teks dan mengaitkan isi teks dalam kehidupan nyata. Siswa juga
dibiasakan berpikir tingkat tinggi karena selalu memprediksi di awal pembelajaran
dan melakukan evaluasi di akhir pembelajaran dengan membuat simpulan. Jika
pihak sekolah dapat melakukan upaya penguatan pendidikan karakter melalui
strategi literasi berbasis kearifan lokal, maka hal itu dapat membangun
kepribadian, mentalitas, moralitas yang adiluhung, yang berarti bahwa dapat
membekali siswa untuk menjadi pribadi yang bernilai tinggi karena kebaikan budi
pekerti yang dimilikinya. Dengan mengenalkan kearifan lokal kepada siswa,
diharapkan dapat menjadi kekuatan budaya siswa, sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh budaya asing yang saat ini sangat mudah sekali diaskes.

B. Essay Jurnal Kedua


Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
di Perguruan Tinggi
Pada hakikatnya, literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang
dilakukan untuk mencari menelusur menganalisis dan memanfaatkan informasi
(Bundy, 2001). Literasi informasi sebagai kemampuan mencari, mengevaluasi,
dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif bukanlah merupakan
kemampuan atau keterampilan baru yang muncul sebagai tuntutan dari era
informasi. Kebutuhan akan penguasaan kemampuan ini telah muncul sejak
puluhan tahun lalu, yang berubah hanyalah jumlah dan bentuk dari informasi yang

4
tersedia serta cara untuk mengakses dan mendapatkannya. Perkembangan
teknologi informasi yang digunakan untuk menghendel pengelolaan informasi
telah menunjukkan dan menandai realita bahwa semakin pentingnya penguasaan
literasi informasi. Literasi informasimenjadi sangat penting di era informasi
sekarang ini karena para individu dihadapkan dengan beragam pilihan informasi
yang tersedia.
Pada dasarnya, literasi informasi pada dunia perguruan tinggi dianggap
sebagai serangkaian keterampilan yang bersifat generik dan dapat diterapkan di
segala bidang ilmu. Program-program literasi informasi di perguruan tinggi pada
umumnya berdasarkan pandangan untuk keterampilan mencari, menemukan, dan
menggunakan informasi. Boyer (1997) menyatakan bahwa memberdayakan peran
informasi merupakan tujuan penting dari pendidikan. Ia menyatakan, informasi
merupakan sumber yang sangat berharga. Pendidikan harus dapat memberdayakan
semua orang untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Adapun manfaat yang dijelaskan mengenai kompetensi literasi informasi
dalam dunia perguruan tinggi, yaitu: 1) Menyediakan metode yang telah teruji
untuk dapat memandu mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus
berkembang; 2) Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas
pendidikan; 3) Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi
perkuliahan; 4) Meningkatkan pembelajaran seumur hidup.
Urgensi dari literasi informasi pada perguruan tinggi adalah, mahasiswa
diharapkan dapat melakukan pembelajaran mandiri, oleh karena itu mereka harus
memiliki kemampuan yang baik dalam mencari, mengevaluasi, dan menggunakan
informasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya ada banyak model literasi informasi.
Dalam setiap model literasi disusun langkah-langkah atau prosedur untuk
melaksankannya. Langkah-langkah tersebut disusun sebagai suatu model yang
disebut model literasi informasi.
Dengan adanya literasi informasi dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta pada gilirannya menambah
motivasi untuk belajar pada mahasiswa. Penguasaan kompetensi literasi informasi
tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa yang masih mengikuti perkuliahan tetapi
juga bermanfaat di dunia kerja mereka nantinya. Penguasaan literasi informasi

5
tidak hanya bertujuan untuk menjadikan mahasiswa sebagai individu yang
information literate, yang mampu menyelesaikan tugas-tugas akademisnya dengan
baik, tetapi juga untuk membekali mereka dengan pemahaman yang mendalam
tentang literasi informasi karena merekalah nantinya yang akan menularkan dan
mengajarkan kompetensi ini ke lingkungan kerjanya.

C. Essay Jurnal Ketiga


Budaya Lisan vs Budaya Literasi Mahasiswa Melayu: Implikasinya pada
Model Pembelajaran Mahasiswa
Penulis menjelaskan bahwa latar belakang penulisan jurnal ini bertujuan
untuk mengungkapkan kebiasaan-kebiasaan mahasiswa di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura (Untan) dalam hal kelisanan
dan literasi, baik untuk memenuhi keperluan tugas sebagai mahasiswa maupun
untuk keperluan-keperluan lain seperti untuk mengisi waktu luang. Dijelaskan
oleh penulis, bahwasannya mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Tanjungpura (Untan) sebagian besar berasal dari berbagai
daerah di wilayah Kalimantan Barat. Mereka pada umumnya dapat
diidentifikasikan sebagai orang melayu karena Kalimantan Barat adalah bagian
wilayah pulau Kalimantan yang disebut sebagai pulau Melayu (James T. Collin
dalam Chairil Effendi, 2006). Masyarakat Melayu dapat diidentifikasi berdasarkan
bahasa atau dialek yang mereka gunakan. Selain itu, masyarakat Melayu juga
dikenal dari latar belakang budaya yang mereka miliki. Salah satu identitas
masyarakat Melayu adalah budaya lisan, sebagaimana dikatakan bahwa komunitas
etnik Melayu hidup dalam budaya lisan primer (Ong, 1982).
Sebagaimana telah diketahui, mahasiswa yang lahir dan besar dari
lingkungan masyarakat dengan budaya lisan yang tak dapat dipisahkan dari
kehidupan mereka, termasuk dalam kehidupan kampus. Namun di sisi lain,
sebagai civitas akademika atau warga kampus mereka dihadapkan pada sebuah
budaya literasi yang juga harus menjadi identitas kepribadian mereka, yaitu untuk
membentuk kepribadian yang mandiri, kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif
(Teeuw, 1994).

6
Pada umumnya, perguruan tinggi merupakan sebuah institusi pendidikan.
Institusi ini berfungsi untuk menginternalisasikan moral dan nilai-nilai serta
mengatur apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak seharusnya
dilakukan oleh para civitas akademika yang ada. Berkaitan dengan ini, staf
pengajar adalah salah satu elemen yang berperan sebagai agen atau pihak yang
bertanggungjawab membentuk kebiasaan-kebiasaan atau perilaku baik atau ideal
pada mahasiswa sebagaimana yang diharapkan. Berkaitan dengan dilema
mahasiswa dalam dua budaya yang bertentangan sudah sepatutnya ada tindakan
berupa mediasi oleh pihak pengajar untuk mengakomodasi kedua budaya tersebut
sehingga keduanya bukan menjadi tantangan melainkan peluang untuk
tumbuhkembang demi membangun kepribadian ilmuwan mahasiswa sebagaimana
yang diharapkan.
Untuk memediasi kedua budaya yang saling bertentangan tersebut
sehingga menjadi peluang pembentukan budaya keilmuan yang positif bagi
mahasiswa diperlukan strategi atau model pembelajaran yang relevan. Salah satu
pendekatan yang dapat direkomendasikan adalah Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning), yang disingkat CTL. CTL dikenal sebagai
proses pendidikan yang bertujuan membantu pebelajar untuk dapat menemukan
makna dalam materi pembelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari, termasuk
konteks kepribadian mereka dan konteks lingkungan sosial budaya mereka.
Setelah dilakukannya penelitian, penulis menjelaskan bahwa dibanding
kegiatan membaca dan menulis, para mahasiswa cenderung memilih aktivitas
kelisanan daripada literasi. Pilihan ini dilakukan dengan alasan bahwa aktivitas
kelisanan lebih efektif untuk mempererat hubungan sosial
kekeluargaan/pertemanan (86%), untuk menyampaikan dan memperoleh
informasi (78%), untuk menambah pengetahuan (68%) dan lebih menyenangkan
untuk mengisi waktu luang (60%).
Adapun alasan mengapa aktivitas kelisanan lebih disukai dibanding
aktivitas literasi adalah karena aktivitas ini dianggap lebih mengasyikkan atau
menyenangkan. Dengan itu mereka dapat bergaul, memiliki banyak teman,
menjaga hubungan baik, dapat berbagi berbagai persoalan. Mereka menganggap

7
bahwa aktivitas berbincang-bincang atau bercakap-cakap secara tatap muka dapat
menciptakan keasyikan atau kesenangan atau kenikmatan bersama-sama
sedangkan menulis hanya dapat dinikmati sendiri. Bahkan apabila mereka
mendapatkan teman atau anggota keluarga yang tidak banyak bicara, mereka
dianggap orang-orang yang kurang asyik atau kurang menyenangkan untuk
dijadikan teman baik.
Aktivitas literasi oleh mahasiswa belum menjadi bagian kegiatan rutin
sebagai kebutuhan dalam kehidupan di luar kegiatan kampus. Aktivitas literasi ini
hanya mereka lakukan apabila diwajibkan atas mereka berkaitan dengan tugas-
tugas perkuliahan. Dengan demikian, aktivitas literasi ini belum menjadi budaya
bagi mahasiswa. Padahal budaya literasi dapat membangun karakter pribadi
seseorang dengansifat-sifat atau ciri ciri pribadi yang terpelajar, cerdas, mandiri,
selaluberfikir logis dan kritis serta kreatif dan inovatif, sebagaimana layaknya
pribadi seorang ilmuwan.

Anda mungkin juga menyukai