Anda di halaman 1dari 51

Dasar-Dasar

Hidrologi
Satya Tirta, 29-10-2007
Teknik Pengairan
Universitas Negeri Surabaya

Dasar-dasar Hidrologi

DASAR-DASAR HIDROLOGI
BAB I
BAB II
BAB III

Dasar-dasar Hidro

HIDROLOGI

Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan


tentang kehadiran dan gerakan air di alam kita ini.
Ini meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut
perubahan-perubahannya antara keadaan cair,
padat dan gas dalam atmmosfir, di atas dan di
bawah permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula
air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan
air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.

Dasar-dasar Hidro

Konsep Dasar Hidrologi


Dalam pengembangan sumber daya air, mengestimasi volume
air yang tersedia merupakan salah satu tahap yang sangat
penting. Analisis ini merupakan landasan bagi perencanaan dan
pengoperasian sistem sumber daya air.
Proyek sumber daya air yang sederhana meliputi:
1. Catu air untuk irigasi, industri, air minum, dan lain-lain.
2. Pengendalian banjir.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Air.
4. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Watershed Management),
seperti konservasi air dan tanah (erosi).
5. Pengendalian polusi air (penggelontoran).
6. Tambak, dan lain-lain.
Dasar-dasar Hidro

Desain Parameter

Biasanya untuk pengendalian banjir, diperlukan


analisis
harga
tertinggi
aliran
(banjir
rancangan/design flood). Sedangkan pada catu
cair (seperti disebutkan pada bagian atas),
diperlukan harga andal dari debit aliran (debit
andalan/dependable
discharge).
Kedua
hal
tersebut dinyatakan sebagai desain parameter.
Hidrologi digunakan untuk menentukan desain
parameter (serupa dengan design load dalam
analisis struktur). Hasil yang didapat biasanya
hanya merupakan suatu estimasi.

Dasar-dasar Hidro

Sasaran Analisis
Hidrologi

Sasaran analisis hidrologi umumnya


dipandang
untuk
memperlihatkan
beberapa alternatif desain parameter,
yang
merupakan
bahan
untuk
menentukan tingkat pengembangan
dan penanggulangan.

Dasar-dasar Hidro

Ilmu-ilmu yang Menunjang


Hidrologi
ilmu-ilmu penunjang sbb:
Matematika.
Ilmu alam.
Statistika.
Meteorologi.
Oceanografi.
Geografi.
Geologi.
Geomorfologi.
Hidrolika.

Dasar-dasar Hidro

Di samping hal tersebut,


harus pula mempunyai
pengalaman dalam bidang:
Kehutanan.
Pertanian.
Biologi.
Botani.

Siklus Hidrologi

Dasar-dasar Hidro

Model Hidrologi
Model hidrologi merupakan gambaran
fenomena hidrologi yang mengalami
perubahan terus-menerus terutama terhadap
waktu.
Terdapat 3 model, yaitu :
1.
Model Deterministik,
2.
Model Stokastik,
3.
Model Probabilistik.
Dasar-dasar Hidro

Model Deterministik

Merupakan model yang tidak tergantung pada


peluang (ketidakpastian, chance, uncertainty).
Tidak berubah karena waktu (time invariant).
Perubahan variabel selama proses, disertai
hukum kepastian (law of certainty).
Menggunakan variable-variabel, tidak memakai
data yang sudah ada (data ybs. hanya untuk
menentukan parameter dalam persamaan).

Contoh: aliran air tanah laju aliran sebanding


dengan gradien hidraulik.
Dasar-dasar Hidro

10

Model Stokastik
Model

yang bergantung pada waktu


(time independent).
Perubahan variabel merupakan faktor
peluang.
Menggunakan matematika, tetapi ada
unsur random.
Contoh: kebanyakan proses hidrologi.
Dasar-dasar Hidro

11

Model Probabilistik
Model yang tidak bergantung pada
waktu (time independent).
Perubahan variabel merupakan faktor
peluang.
Tanpa mengetahui mekanisme fisik
aliran, bergantung pada data.
Contoh: lengkung durasi aliran.

Dasar-dasar Hidro

12

Ketiga model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Deterministik

fungsi
matematika
tidak ada
error

Dasar-dasar Hidro

Stokastik

mempunyai
irama
bergantung
pada waktu

Probabilistik

random
tidak
bergantung
pada
waktuhanya
menganalisis
frekuensi

13

Pembagian Hidrologi

Model hidrologi terdiri atas komponen-komponen


deterministik dan stokastik. Besarnya kadar masingmasing komponen tersebut menentukan apakah
model tersebut dapat diselesaikan secara
deterministik atau stokastik. Karena model-model non
stasioner secara matematik sangat sulit, maka
umumnya model-model hidrologi diselesaikan secara
stasioner. Berdasarkan atas pemilihan model
hidrologi, Hidrologi dibagi menjadi:
A. Hidrologi Parametrik (Deterministik)
B. Hidrologi Stokastik
Dasar-dasar Hidro

14

Hidrologi Parametrik (Deterministik)

Merupakan pengembangan dan analisis hubungan antara


parameter-parameter fisik yang dimasukkan dalam
kejadian hidrologi, untuk menghasilkan atau membuat
sintesis kejadian-kejadian hidrologi.
Kajian dan penelitian dapat melibatkan penggunaan:
1. Model Fisik
3. Model Digital
2. Model Analog
4. Metode Analisis Fisik Tradisional
Yang termasuk Hidrologi Parametrik:

Limpasan yang dihasilkan oleh hujan.


Berapakah besar volume limpasan pada outlet (tempat
pembuangan) dari suatu daerah aliran sungai?
Bagaimana distribusi waktu untuk mencapai outlet
tertentu?
Bagaimana urutan kejadian dari hujan sampai menjadi
limpasan? (ingat siklus Hidrologi)

Dasar-dasar Hidro

15

Hidrologi Stokastik

Merupakan manipulasi karaterisrik statistik dari variabelvariabel hidrologi untuk menyelesaikan persoalan hidrologi
berdasarkan sifat-sifat stokastik dari variabel tersebut.
Penerapan yang penting antara lain:
Penataan kembali urutan waktu dari kejadian yang historis.
Upaya untuk menghasilkan urutan non historik yang
mewakili.
Yang termasuk Hidrologi Stokastik:
Berapa besar debit yang dapat diandalkan pada musim
kering?
Dalam berapa tahun debit sebesar 1000 m3/dt akan
terlampaui atau disamai?
Dasar-dasar Hidro

16

HUJAN

Dasar-dasar Hidro

17

Bentuk-bentuk Presipitasi
1.
2.

3.
4.

Hujan
Embun
Jumlahnya tidak besar, penguapannya di pagi
buta. Kondensasi dalam tanah umumnya terjadi
beberapa sentimeter saja di bawah permukaan
tanah.kondensasi di atas lapisan es terjadi jika
ada massa udara panas yang bergerak di atas
lapisan es tersebut.
Kabut
Salju dan es

Dasar-dasar Hidro

18

Definisi-definisi

Intensitas (i)
Laju hujan = tinggi air per-satuan waktu, misalnya: mm/menit,
mm/jam, mm/hari.
Lama waktu (durration)
Lamanya curah hujan (durasi) dalam menit atau jam.
Tinggi hujan (d)
Jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan
air di atas permukaan datar, dalam mm.
Frekwensi
Frekwensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan waktu ulang
(return period) T, misalnya sekali dalam T tahun.
Luas
Luas geografis curah hujan.
Dasar-dasar Hidro

19

Memproses Data Hujan


Terdapat 3 macam cara yang berbeda dalam
menentukan tinggi curah hujan rata-rata di
atas areal tertentu dari angka-angka curah
hujan di beberapa titik pos penakar atau
pencatat.yaitu:
1.
Cara Tinggi Rata-rata
2.
Cara Poligon Thiessen
3.
Cara Isohyet
Dasar-dasar Hidro

20

1. Cara Tinggi Rata-rata

Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan


mengambil harga rata-rata hitung (arithmetic mean)
dari penakar hujan dalam areal tersebut, sehingga:
d = (d1 + d2 + ....dn) / n
dengan
d
= tinggi curah hujan rata-rata areal.
d1,d2,dn = tinggi curah hujan pada pos penakar
1,2,...,n
n
= banyaknya pos penakar.
Cara ini memberikan hasil yang dapat dipercaya,
asalkan pos-pos penakarnya terbagi merata di areal
tersebut, dan hujan di semua area relatif sama.

Dasar-dasar Hidro

21

2. Cara Poligon
Thiessen
Gambar 2.1 Metode Thiessen

Cara ini didasarkan atas cara rata-rata timbang (weighted average).


Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk
dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung antara dua pos penakar.
Jika pos penakar 1 menakar tinggi hujan d1, pos penakar 2 menakar d2
hingga pos penakar n menakar dn, maka:
d = (A1.d1 + A2.d2 +. An.dn) / A
dengan
A
= luas areal
d
= tinggi curah hujan rata-rata areal
d1, d2, dn = tinggi curah hujan di pos 1, 2, n
A1, A2, An= luas daerah pengaruh di pos 1,2,n
Dasar-dasar Hidro

22

3. Cara Isohyet
Gambar 2.2 Metode Isohyet

Dalam hal ini harus digambar dahulu


kontur dengan tinggi hujan yang sama
(Isohyet) seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet yang berdekatan
diukur, dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata
timbang dari nilai kontur sbb:
d = [0.5(d0+d1)A1 + 0.5(d1+d2)A2 + .0.5(dn-1+dn] / (A1+A2+An)
dengan
A
= luas areal
d
= tinggi curah hujan rata-rata areal
d0, d1,dn = tinggi curah pada isohyet 0,1,...n
A1, A2,An = luas bagian areal yang dibatasi oleh Isohyet-isohyet ybs
Dasar-dasar Hidro

23

Menambah Data yang Hilang


dalam tahun Tertentu
Cara ini dipakai untuk mengisi data yang hilang atau
kesenjangan (gap) data pada pos penakar hujan
tertentu dan pada saat tertentu, dengan bantuan data
yang tersedia pada pos-pos penakar di sekitarnya pada
saat yang sama. Cara yang dipakai dikenal dengan
Ratio Normal, yang dinyatakan sbb:
dx = 1/3 [(da.Anx)/Ana + (db.Anx)/Anb + (dc.Anx)/Anc]

dengan
n = banyaknya pos penakar di sekitar X untuk
membantu menentukan data X
Anx
= tinggi hujan rata-rata tahunan di X
Ani
= tinggi hujan rata-rata tahunan di pos
penakar di sekitar X untuk membantu
menentukan data X
Dasar-dasar Hidro

24

EVAPORASI

Dasar-dasar Hidro

25

EVAPORASI

Evaporasi adalah proses berubahnya air


menjadi uap dan bergerak dari permukaan
tanah dan air.
Transpirasi adalah peristiwa penguapan dari
tanaman.
Evapotranspirasi adalah gabungan proses
penguapan antara air permukaan dan tanaman
yang terjadi dalam waktu bersamaan

Dasar-dasar Hidro

26

Faktor yang mempengaruhi :


Evaporasi
Suhu udara
Kecepatan angin
Kelembababan
udara
Penyinaran matahari

Dasar-dasar Hidro

Transpirasi
Iklim
Jenis
Macam
Umur
Pertumbuhan tanaman

27

Rumus Perhitungan Evaporasi (Eto) :

ETo = c ETo*
Dengan
ETo = Evaporasi Potensial
c
= Koefisien yang bergantung pada iklim
ETo* = Evaporasi sebenarnya
Cara pengukuran besarnya evaporasi dapat
digunakan rumus empiris :
1. Blaney Criddle
2. Radiasi
3. Penman
Dasar-dasar Hidro

28

Perbedaan Kebutuhan Data Terukur Guna Menghitung ETo*


Tabel 3.1 Rumus rumus yang Digunakan Menghitung Evaporasi (ETo)

RUMUS

Keadaan iklim yang


diperkirakan untuk penetapan
besaran angka koreksi c

Blaney-Criddle

Kelembaban angin (RH)


Kecepatan angin (U)
Kecerahan matahari (n/N)

Radiasi

Kelembaban angin (RH)


Kecepatan angin (U)

Penman

Perbedaan kecepatan angin


siang dan malam

Dasar-dasar Hidro

29

Rumus Blaney-Criddle
Blaney-Criddle (1950) :
ETo = c ETo*
ETo* = p (0.457 t + 8.13)
Dengan
ETo* = evaporasi sebenarnya
ETo = evaporasi potensial
P
= prosentase rata-rata jam siang harian, yang
besarnya tergantung pada letak lintang (LL)
t
= suhu udara (C)
Dasar-dasar Hidro

30

Prosedur Perhitungan ETo

1. Cari letak lintang daerah yang ditinjau.


2. Sesuai dengan letak lintang, cari nilai (p)
dengan menggunakan Tabel 3.2

3. Cari data suhu rata-rata bulanan (t).


4. Dengan memakai nilai (p) yang didapat dari

Tabel 3.2, dan data terukur (t), hitung ETo* = p


(0,457 t + 8,13)

5. Sesuai dengan bulan yang ditinjau, carilah nilai


angka koreksi (c) melalui Tabel 3.3

6. Hitung ETo = c ETo*.


Dasar-dasar Hidro

31

Tabel 3.2 Besar (p) Setiap Bulan Dengan Letak


Lintang (LL) Daerah
Lintang

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

5,0 UT

0,27

0,27

0,27

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,27

0,27

0,27

2,5 UT

0,27

0,27

0,27

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

0,27

2,5 SL

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

5,0 SL

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

0,28

7,5 SL

0,29

0,28

0,28

0,28

0,27

0,27

0,27

0,27

0,28

0,28

0,28

0,29

10,0 SL

0,29

0,28

0,28

0,27

0,26

0,26

0,26

0,26

0,27

0,28

0,28

0,29

Dasar-dasar Hidro

32

Tabel 3.3 Besar Angka Koreksi (c) Bulanan Untuk


Rumus Blaney-Criddle (berdasarkan perkiraan keadaan
angin, kecerahan matahari, dan kelembaban relatif di
Indonesia

Bulan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

(c)

0,80

0,80

0,75

0,70

0,70

0,70

0,70

0,75

0,80

0,80

0,80

0,80

Dasar-dasar Hidro

33

Rumus Radiasi
ETo = c ETo*
ETo* = w Rs
dengan
ETo* = evaporasi sebenarnya
ETo = evaporasi potensial
w
= faktor pengaruh suhu dan elevasi
ketinggian daerah
Rs
= radiasi gelombang pendek yang diterima
bumi, dalam satuan evaporasi ekivalen
(mm/hari).

Dasar-dasar Hidro

34

Untuk Indonesia besaran Rs sbb:


Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra
dengan
n/N = kecerahan matahari (%)
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas
luar atmosfir. Juga disebut angka angot (tergantung
letak lintang)
Untuk dapat menggunakan Rumus Radiasi, dibutuhkan data
terukur sbb:

Suhu udara (to) dan elevasi yang digunakan guna


menentukan w. Di Indonesia, nilai w ditetapkan berdasar
perkiraan elevasi antara 0-500 m dan
besarnya disajikan
pada Tabel 3.4
Kecerahan matahari (n/N) dan letak lintang daerah untuk
menghitung Rs. Dan letak lintang berhubungan
dengan Ra (Tabel 3.5).
Dasar-dasar Hidro

35

Prosedur Perhitungan ETo

1.

Cari suhu rata-rata bulanan (t) dari daerah tersebut.

2.

Berdasar t, cari w (Tabel 3.4).

3.

Cari letak lintang daerah melalui peta geografis.

4.

Berdasarkan letak lintang , cari Ra (Tabel 3.5).

5.

Cari dara kecerahan matahari (n/N).

6.

Hitung Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra.

7.

Cari angka koreksi c (Tabel 3.6).

8.

Hitung ETo = c w Rs.

Dasar-dasar Hidro

36

Tabel 3.4 Hubungan w dan Suhu Rerata (t) untuk


Indonesia (Elevasi antara 0-500 m)
Suhu (C) 24,0 24,2 24,4

26.6

26.8

0.375 0.737 0.739 0.741 0.743 0.745 0.747 0.749 0.751 0.753 0.755 0.757 0.759 0.761

0.763

Suhu (C) 27,0

27,2

27,4

24,6

27,6

24,8

27,8

25,0

28,0

25,2

28,2

25,4

28,4

25.6

28.6

25,8

28,8

26,0

29,0

26,2

29,2

26,4

29,4

29.6

29.8

0.375 0.737 0.739 0.741 0.743 0.745 0.747 0.749 0.751 0.753 0.755 0.757 0.759 0.761 0.763

Dasar-dasar Hidro

37

Tabel 3.5 Harga Angot (Ra) Sebagai


Evaporasi Ekivalen (mm/hari)Untuk
Indonesia (5 LU sampai 10 LS)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

LINTANG UTARA
5

13,0
14,0
15,0
15,1
15,3
15,0
15,1
15,3
15,1
15,7
14,8
14,6

14,3
15,0
15,5
15,5
14,9
14,4
14,6
15,1
15,3
15,1
14,5
14,1

14,7
15,3
15,6
15,3
14,6
14,2
14,3
14,9
15,3
15,3
14,8
14,4

15,0
15,5
15,7
15,3
14,4
13,9
14,1
14,8
15,3
15,4
15,1
14,8

Dasar-dasar Hidro

LINTANG SELATAN
2

15,3
15,7
15,7
15,1
14,1
13,5
13,7
14,5
15,2
15,5
15,3
15,1

15,5
15,8
15,6
14,9
13,8
13,2
13,4
14,3
15,1
15,6
15,5
15,4

15,8
16,0
15,6
14,7
13,4
12,8
13,1
14,0
15,0
15,7
15,8
15,7

16,1
16,1
15,5
14,4
13,1
12,4
12,7
13,7
14,9
15,8
16,0
16,0

38

10
16,1
16,0
15,3
14,0
12,6
12,6
11,8
12,2
13,3
14,6
15,6
16,0

Tabel 3.6 Besar Angka Koreksi (c) Bulanan untuk


Rumus Radiasi (Berdasar perkiraan keadaan
angin dan kelembaban relatif di Indonesia)

Bln
(c)

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

0,80

0,80

0,75

0,70

0,70

0,70

0,70

0,75

0,80

0,80

0,80

0,80

Dasar-dasar Hidro

39

Rumus Penman
ETo = c ETo*
ETo* = w (0,75 Rs Rn1) + (1-W) f(u) (ea-ed)
dengan
ETo

= evaporasi potensial

ETo*

= evaporasi sebenarnya

= factor yang berhubungan dengan suhu (t) dan


elevasi daerah. Untuk Indonesia (0-500
m ), hubungan t dan W disajikan pada Tabel 3.7

Dasar-dasar Hidro

40

Rs

= radiasi gelombang pendek, dalam satuan evaporasi

ekivalen (mm/hari),
Rs

= (0,25 + 0,54 n/N) Ra

Ra

= radiasi gelombang pendek yang memenuhi batasluar

atmosfir (angka angot), 3.8


Rn1

= radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)

Rn1

= f(t). f(ed) . f(n/N)

f(t)

= fungsi suhu: Ta4 (Tabel 3.7)

f(ed)

= fungsi tekanan uap = 0,34-0,44(ed)1/2

f(n/N) = fungsi kecerahan = 0,1 + 0,9 n/N

Dasar-dasar Hidro

41

f(u)

= fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2,00m(m/dt)


= 0,27 (1 + 0,864 u)

ea-ed

= perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap


sebenarnya

ed

= ea x RH

ea

= tekanan uap sebenarnya (Tabel 3.7)

Rh

= kelembaban udara relatif (%)

= angka koreksi Penman (Tabel 3.9)

Dasar-dasar Hidro

42

Data yang diperlukan adalah :

Temperatur/ suhu (T) = o C

Kelembaban relatif (RH) =

Kecerahan matahari (n/N) = %

Kecepatan angin bulanan rata-rata (U) = m/det

Letak lintang daerah yang ditinjau

Dasar-dasar Hidro

43

Prosedur Perhitungan ETo


1.

Berdasarkan data temperatur rata rata bulanan (T),


tentukan nilai ea, W, (1-W) dan f(t) dari tabel PN 1.

2.

Berdasarkan nilai ea dan data RH (kelembaban relatif),


hitung
(ed) = ea x RH

3. Berdasarkan nilai (ed), hitung f (ed) = 0,34-0,44(ed)1/2


4. Berdasarkan letak lintang, tentukan (Ra) dari tabel PN 2.
5. Berdasarkan nilai (ra) dan data kecerahan matahari (n/N),
hitung besarnya nilai Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra
Dasar-dasar Hidro

44

6. Berdasarkan nilai (n/N), hitung fungsi kecerahan


f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
7. Berdasarkan data kecepatan angin bulanan rata-rata
(U), hitung fungsi kecepatan amgin pada ketinggian
2,00 m(m/dt)
f(u) = = 0,27 (1 + 0,864 u)
8. Hitung Rn1 = f(t) . f(ed) . f(n/N)
9. Tentukan nilai koreksi berdasarkan bulan , pada tabel
PN 8
10. Berdasarkan nilai W, (1-W), Rs, Rn1, f(u), ea, dan ed
(hasil perhitungan) maka hitung,
ETo* = w (0,75 Rs

Rn1) + (1-W) f(u) (ea-ed)

11. Hitung, ETo = c ETo*


Dasar-dasar Hidro

45

Tabel 3.7 Hubungan Suhu (t) Dengan ea, W, (1-W), dan f(t)
Suhu
C

Ea
m bar

24,0
24,2
24,4
24,6
24,8
25,0
25,2
25,4
25,6
25,8
26,0
26,2
26,4
26,6
26,8
27,0
27,2
27,4
27,6
27,8
28,0
28,2
28,4
28,6
28,8
29,0

19,85
30,21
30,57
30,94
31,31
31,69
32,06
32,45
32,83
33,22
33,62
34,02
34,42
34,83
35,25
35,66
36,09
36,50
36,94
37,37
37,81
38,25
38,70
39,14
39,61
40,06

Dasar-dasar Hidro

(1-W)

F(t)

e1. 0-250 m
0,735
0,737
0,739
0,741
0,743
0,745
0,747
0,749
0,751
0,753
0,755
0,757
0,759
0,761
0,763
0,765
0,767
0,769
0,771
0,773
0,775
0,777
0,779
0,781
0,783
0,785

0,265
0,263
0,261
0,259
0,257
0,255
0,253
0,251
0,249
0,247
0,245
0,243
0,241
0,239
0,237
0,235
0,233
0,231
0,229
0,227
0,225
0,223
0,221
0,219
0,217
0,215

46

15,40
15,45
15,50
15,55
15,60
15,65
15,70
15,75
15,80
15,85
15,90
15,94
15,98
16,02
16,06
16,10
16,14
16,18
16,22
16,26
16,30
16,34
16,38
16,42
16,46
16,50

Tabel 3.8 Besaran nilai angot (Ra) dalam evaporasi


ekivalen (mm/hari) dalam hubungannya
dengan letak lintang (LL)
Bulan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

LINTANG UTARA

LINTANG SELATAN

10

13,0
14,0
15,0
15,1
15,3
15,0
15,1
15,3
15,1
15,7
14,8
14,6

14,3
15,0
15,5
15,5
14,9
14,4
14,6
15,1
15,3
15,1
14,5
14,1

14,7
15,3
15,6
15,3
14,6
14,2
14,3
14,9
15,3
15,3
14,8
14,4

15,0
15,5
15,7
15,3
14,4
13,9
14,1
14,8
15,3
15,4
15,1
14,8

15,3
15,7
15,7
15,1
14,1
13,5
13,7
14,5
15,2
15,5
15,3
15,1

15,5
15,8
15,6
14,9
13,8
13,2
13,4
14,3
15,1
15,6
15,5
15,4

15,8
16,0
15,6
14,7
13,4
12,8
13,1
14,0
15,0
15,7
15,8
15,7

16,1
16,1
15,5
14,4
13,1
12,4
12,7
13,7
14,9
15,8
16,0
16,0

16,1
16,0
15,3
14,0
12,6
12,6
11,8
12,2
13,3
14,6
15,6
16,0

Dasar-dasar Hidro

47

Tabel 3.9 Besar Angka Koreksi (c) Bulanan Untuk


Rumus Penman
Bln
c

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

1,10

1,10

1,00

0,90

0,90

0,90

0,90

1,00

1,10

1,10

1,10

1,10

Dasar-dasar Hidro

48

Contoh Perhitungan :
Data yang didapat adalah sebagai berikut :
Suhu (T) = 23,767 oC
Kelembaban relatif (RH) = 97,00 %
Lama penyinaran (n/N) = 48,333 %
Kecepatan angin (U) = 3,194 m/det.
Lokasi letak lintang = 10 o 25 30

Dasar-dasar Hidro

49

Penyelesaian ;
1.

Dari data temperatur T, selanjutnya berdasarkan tabel PN


1 dengan cara interpolasi didapat nilai :
ea

= 29,403 mbar

W= 0,728
(1-W)

= 0,272

f(t)

= 15,380

2. Berdasarkan letak lintang 10 o 25 30 Lintang Utara


didapat Ra = 13,140 (tabel PN 2)
3. Dari ea = 29,403 mbar, didapat tekanan uap nyata
ed = 29,403 x 97 % = 28,521 mbar
4. f (ed) = 0,344 0,044 (ed) 0,5
= 0,344 0,044 ( 28,521 ) 0,5 = 0,105
Dasar-dasar Hidro

50

5.

Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra


= (0,25 + 0,54 x 97,00 %) x 13,140 = 6,715 mm/hr
6. f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N = 0,1 + ( 0.9 x 97 % ) = 0,535
7. Fungsi angin, f(u) = 0,27x(1+U x 0,864) =
0,27x(1+1,00x0,97) = 1,015 km/hr.
8. Radiasi netto gelombang panjang, Rnl
Rnl
= f (t) x (0,34-0,44ed)x(0,1+0,9x n/N)
= 15,380x(0,34-0,4428,521)x(0,1+0,9x97,00%)
= 0,864 mm/hr.
9. Faktor koreksi, c = 1,1 (tabel).
10. Eto* = W (0,75Rs-Rn1) + (1-W) . f(u) . (ea-ed) = 3,280
11. Evaporasi Potensial, Eto
Eto
= c x Eto*
= 1,1 x 3,280
= 3,608 mm/hr.

Dasar-dasar Hidro

51

Anda mungkin juga menyukai