Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PENGANTAR SURVEYING PEMETAAN

MODUL 3

PERIODE I (2019/2020)

KELOMPOK III

Nama Mahasiswa/NIM : Givson Gabriel/104118029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020
PRAKTIKUM TRAVERSING

Givson Gabriel3*, Alfaudzan Ramadhan3, Darlen Zefanya3, Muhammad Faishal3,


Siti Nurfadhilah Ahwan3

3Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,

Universitas Pertamina

*Coressponding author: givsong@gmail.com

Abstrak: Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2020 kita melakukan
sebuah praktikum mengenai Traversing. Dengan tujuan menentukan sudut poligon, menentukan
luas poligon dan mendapatkan perbedaan hasil antara data teoritis dengan data eksperimen dalam
bentuk error dan mendapatkan alasannya. Lokasi tanah titik praktikum kelompok kami yaitu
lapangan voli Universitas Pertamina. Lalu kita mendapatkan nilai sudut dan jarak objek hasil teoritis
(perhitungan) berbeda hasil dengan hasil eksperimen (pengamatan), lalu kita plotkan kedalam
aplikasi AutoCAD sebagai bentjuk 2 dimensi ilustrasi jarak dan tinggi objek tersebut yang
didapatkan hasil dari pengukuran menggunakan alat theodolite.
Kata Kunci: Traversing, Theodolite, Poligon, Sudut dan Jarak, Error.

Abstract: In the practicum that we have done on January 12th, 2020 we conducted
a practicum on Traversing. In order to determine the polygon angle, determine the
area of the polygon and get the difference between the theoretical data and
experimental data in the form of errors and get the reason. The location of our
group practicum is the Pertamina University volleyball field. Then we get the angle
and distance values of the theoretical results (calculations) different from the
results of the experimental results (observations), then we plot them into the
AutoCAD application as a 2-dimensional form of distance and height illustration
of the object obtained from measurements using the theodolite.
Keywords: Traversing, Theodolite, Polygon, Angle and Distance, Error.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan pengamatan kajian ilmu teknik sipil, kita pasti perlu
adanya pengukuran, salah satunya adalah pengukuran traversing / poligon
dengan metode chain surveying dari sebuah alat yaitu menggunakan theodolite
dalam pengamatan sudut dari tiap objek dari sudut yang dihasilkan dari alat.
Ilmu ukur sudut dan ketinggian objek menjadi dasar bagian beberapa mata
kuliah dalam bidang teknik sipil seperti konstruksi gedung, bendungan dan lain
sebagainya.

Pada laporan ini kami membahas tentang pengukuran traversing suatu


objek pengamatan dengan sudut yang dihasilkan dari alat terhadap suatu objek
dengan informasi sudut dalam satuan waktu dalam bentuk poligon. Untuk
itulah dibuat laporan ini untuk memudahkan pemahaman mengenai kegunaan
theodilite terhadap sudut poligon suatu objek dengan informasi sudut satuan
waktu dan di plotkan ke dalam suatu ilustrasi lokasi dari aplikasi AutoCAD
bentuk 2 dimensi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara menentukan sudut poligon objek terhadap titik tinjau
menggunakan theodolite?
b. Berapa luas dari lokasi tinjauan bentuk poligon?
c. Apakah terdapat perbedaan hasil antara data pengamatan dengan data
perhitungan?

1.3 Tujuan
a. Menentukan sudut poligon objek terhadap titik tinjau menggunakan
theodolite.
b. Mendapatkan besar luas dari lokasi tinjauan bentuk poligon.
c. Mendapatkan perbedaan hasil antara data pengamatan dengan data
perhitungan dalam bentuk error.
1.4 Dasar Teori
Satu diantara alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak yaitu Theodolite. Tingkat
ketelitian pembacaan sudut pada theodolite hingga satuan detik.
Theodolite merupakan alat yang paling modern di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Theodolite merupakan suatu alat yang terdiri
dari teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar putar
mengelilingi sumbu horizontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal
untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat
ketelitian sangat tinggi.
Traversing merupakan rangkaian garis dimana tiap node (titik
pertemuan) di tandai di lapangan dan dihitung arah serta jaraknya.
Terdapat dua macam traverse yaitu terbuka dan tertutup (poligon).
Traverse tertutup dibedakan menjadi dua yaitu polygon dan link. Polygon
traverse memiliki titik awal dan titik akhir bertemu kembali sehingga
membentuk gambar tertutup baik secara geometris maupun secara
matematis. Dengan menggunakan teknik traverse, posisi relatif dari titik
kontrol ditetapkan dengan mengukur sudut horizontal di setiap titik
antara stasiun yang berdekatan, dan jarak horizontal antara stasiun.
Terdapat dua jenis survei traverse, yaitu:
 Closed Traverse : yaitu ketika garis yang dibentuk menjadi suatu
polygon tertutup, cocok untuk mengukur luas daerah yang sangat
besar, seperti batas danau.
 Open Traverse : yaitu ketika garis yang dibentuk berakhir
disuatu titik bukan dititik awal, merupakan rangkaian garis ukur
yang saling terhubung namun titik awal dan titik akhir tidak
saling bertemu. Cocok untuk mengukur sebidang tanah sempit
yang panjang yang diperlukan untuk pembangunan kanal atau
garis pantai.
Terdapat 3 jenis dari metode traverse, diantaranya:
1. Link Traverse
Link Traverse memiliki keunggulan tertentu dibangdingkan
dengan jenis traverse lainnya, yaitu sistematis error pada
pengukuran jarak dan orientasinya secara jelas diungkapkan
pada vektor kesalahan (error vector).

Gambar 1.1 Ilustrasi Link Traverse


2. Polygon Traverse
Polygon Traverse merupakan jenis traverse yang sangat
popular dan digunakan secara luas untuk kontrol periferal
pada semua jenis situs teknik. Pada jenis traverse ini,
sistematis error dari pengukuran jarak tidak dihilangkan
namun dimasukkan kedalam perhitungannya dan begitu juga
dengan error pada orientasi sudut.

Gambar 1.2 Ilustrasi Polygon Traverse

3. Open or Free Traverse


Open or Free Traverse merupakan jenis traverse yang tidak
tertutup atau titik terakhir nya tidak berakhir ke suatu titik
yang diketahui. Traverse jenis ini tidak dapat menentukan
besarnya error akibat pengukuran. Oleh karena itu, traverse
jenis ini tdak direkomendasikan untuk melakukan
pengukuran karena keakuratannya. Namun, traverse jenis ini
berguna dalam pekerjaan penambanganan dan tunneling
karena kondisi lapangan yang terbatas.

Gambar 1.3 Ilustrasi Open Traverse

Sumber kesalahan dalam traversing adalah:

1. Kesalahan dalam pengamatan sudut horizontal dan vertikal


(kesalahan sudut).
2. Kesalahan dalam pengukuran jarak (kesalahan linear).
3. Kesalahan dalam pemusatan instrumen dan target yang
akurat, langsung di atas titik survei (pemusatan
kesalahan).
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan pada praktikum modul Pengukuran Traversing
yaitu 1 bauh Transit theodolite + tripod (digital theodolite), 1 buah Levelling
staff, 5 buah sumpit (sebagai pasak) dan 1 buah meteran roll.

Gambar 2.1 Levelling staff Gambar 2.2 Meteran roll

Gambar 2.3 Theodolite Gambar 2.4 Pasak (sumpit)

2.2 Cara Kerja


Sebelum memulai praktikum, alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
Pasak ditancapkan bentuk traverse poligon ABCDE. Lalu tiap titik diukur
menggunakan meteran roll. Setelah itu, alat theodolite diatur di titik A untuk
mengukur sudut dalam ke arah B dan E. Pada pengukuran arah B, alat di hold
lalu ukur pada arah E dengan alat di tekan reset sampai 0, lalu sudut yang
dihasilkan di hold. Hasil yang didapatkan dicatat. Setelah itu, alat theodolite
diatur di titik B untuk mengukur sudut dalam ke arah A dan C. Pada
pengukuran arah A, alat di hold lalu ukur pada arah C dengan alat di tekan reset
sampai 0, lalu sudut yang dihasilkan di hold. Hasil yang didapatkan dicatat.
Setelah itu, alat theodolite diatur di titik C untuk mengukur sudut dalam ke arah
B dan D. Pada pengukuran arah B, alat di hold lalu ukur pada arah D dengan
alat di tekan reset sampai 0, lalu sudut yang dihasilkan di hold. Hasil yang
didapatkan dicatat. Setelah itu, alat theodolite diatur di titik D untuk mengukur
sudut dalam ke arah E dan C. Pada pengukuran arah E, alat di hold lalu ukur
pada arah C dengan alat di tekan reset sampai 0, lalu sudut yang dihasilkan di
hold. Hasil yang didapatkan dicatat. Setelah itu, alat theodolite diatur di titik E
untuk mengukur sudut dalam ke arah A dan D. Pada pengukuran arah A, alat
di hold lalu ukur pada arah D dengan alat di tekan reset sampai 0, lalu sudut
yang dihasilkan di hold. Hasil yang didapatkan dicatat.

Gambar 2.5 Proses Pemasangan Gambar 2.6 Proses Pemasangan


Pasak Theodolite

Gambar 2.7 Proses Pengukuran


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

Tabel 3.1 Data Pengamatan

Garis Jarak (cm) Titik Sudut Dalam


AB 500 A 84° 53' 40"
BC 400 B 116° 34' 30"
CD 400 C 107° 46' 30"
DE 400 D 108° 44' 10"
EA 442 E 124° 00' 00"
Total 2142

 Sudut Dalam (Derajat)


= 84° 53' (40" : 3600) = 107° 46' (30" : 3600)
84° ((53' : 60)+0.01) 107° ((46' : 60)+0.0083)
84°+(0.883+0.01) 107°+(0.76+0.0083)
84,894° (A) 107,775° (C)

= 116° 34' (30" : 3600) = 108° 44' (10" : 3600)


116° ((34' : 60)+0.0083) 108° ((44' : 60)+0.0027)
116°+(0.56+0.0083) 108°+(0.73+0.0027)
116,575° (B) 108,736° (D)

= 124° 00' (00" : 3600)


124° ((00' : 60)+0)
124°+(0+0)
124° (E)
 Sudut Koreksi
(sudut poligon − ∑sudut aktual)
= n
(540 − 541.980l)
= 5

= - 0.396°
 Sudut Aktual
= sudut dalam + sudut koreksi

= 84,894° - 0.396° = 107,775°- 0.396°


= 84,498° (A) = 107,379° (C)

= 116,575° - 0.396° = 108,736° - 0.396°


= 116,179° (B) = 108,34° (D)

= 124° - 0.396°
= 123,604° (E)
 Departure
= jarak x sin(azimuth)

= 500 x sin(90) = 400 x sin(313,558)


= 500 (AB) = -289,8709 (CD)

= 400 x sin(26,179) = 400 x sin(241,898)


= 176,4708 (BC) = -352,8442 (DE)

= 442 x sin(99,326)
= 436,1578 (EA)
 Latitude
= jarak x cos(azimuth)

= 500 x cos(90) = 400 x cos(313,558)


= 0 (AB) = 275,6354 (CD)

= 400 x cos(26,179) = 400 x cos(241,898)


= 358,9681 (BC) = -188,417 (DE)

= 442 x cos(99,326)
= -71,6268 (EA)
 Departure Correction
∑departure
= (− ) x jarak
∑jarak

469,9135 469,9135
= (− ) x 500 = (− ) x 400
2142 2142

= -109,6903616 (AB) = -87,75228932 (CD)

469,9135 469,9135
= (− ) x 400 = (− ) x 400
2142 2142

= -87,75228932 (BC) = -87,75228932 (DE)

469,9135
= (− ) x 442
2142

= -96,96627969 (EA)
 Latitude Correction
∑latitude
= (− ) x jarak
∑jarak

374,5596 374,5596
= (− ) x 500 = (− ) x 400
2142 2142

= -87,43220575 (AB) = -69,9457646 (CD)

374,5596 374,5596
= (− ) x 400 = (− ) x 400
2142 2142

= -69,9457646 (BC) = -69,9457646 (DE)

374,5596
= (− ) x 442
2142

= -77,29006988 (EA)
 Departure Akhir
= departure + departure correction

= 500 - 109,6903616
= 390,3096384 (AB) = -289,8709 - 87,75228932
= -377,6231631 (CD)
= 176,4708 - 87,75228932
= 88,71849499 (BC) = -352,8442 - 87,75228932
= -440,5964589 (DE)
= 436,1578 - 96,96627969
= 339,1914886 (EA)
 Latitude Akhir
= latitude + latitude correction

= 0 - 87,43220575 = 275,6354 - 69,9457646


= -87,43220575 = 205,6896405

= 358,9681 - 69,9457646 = -188,417 - 69,9457646


= 289,0222873 = -258,3628338

= -71,6268 - 77,29006988
= -148,9168883
 Panjang Akhir
= ((departure akhir)2 + (latitude akhir)2)0.5

= ((390,3096384)2 + (-87,43220575)2)0.5
= 399,9825051 (AB)

= ((88,71849499)2 + (289,0222873)2)0.5
= 302,3323567 (BC)

= ((-377,6231631)2 + (205,6896405)2)0.5
= 430,0086993 (CD)

= ((-440,5964589)2 + (-258,3628338)2)0.5
= 510,7607987 (DE)

= ((339,1914886)2 + (-148,9168883)2)0.5
= 370,4417708 (EA)
 X Coordinate
= 100 (A)

= 100 + departure akhir AB


= 100 + 390,3096384
= 490,3096384 (B)

= 490,3096384 + departure akhir BC


= 490,3096384 + 88,71849499
= 579,0281334 (C)

= 579,0281334 + departure akhir BC


= 579,0281334 - 377,6231631
= 201,4049703 (D)

= 201,4049703 + departure akhir BC


= 201,4049703 - 440,5964589
= -239,1914886 (E)
 Y Coordinate
= 100 (A)

= 100 + latitude akhir AB


= 100 - 87,43220575
= 12,56779425 (B)

= 12,56779425 + latitude akhir BC


= 12,56779425 + 289,0222873
= 301,5900816 (C)

= 301,5900816 + latitude akhir BC


= 301,5900816 + 205,6896405
= 507,2797221 (D)
= 507,2797221 + latitude akhir BC
= 507,2797221 - 258,3628338
= 248,9168883 (E)
 Luas Segitiga
Segitiga A-D-E
Diketahui pada panjang akhir :
EA = 370.441 cm
DE = 510.760 cm
Dicari :
AD = ?
Jawab :
AD = √EA2 + DE 2 − 2(EA)(DE) x cos(54.090)
= 419.711 cm
S = ½ x keliling segitiga A-D-E
= ½ x (370.441 + 510.760 + 419.711)
= 650.456 cm
Luas= √S x (S − EA) x (S − DE) x (S − AD)
= 76622.75185 cm2

Segitiga B-C-D
Diketahui pada panjang akhir :
BC = 302.332 cm
CD = 430.009 cm
Dicari :
DB = ?
Jawab :
DB = √BC 2 + CD2 − 2(BC)(ED) x cos(101.513)
= 572.894 cm
S = ½ x keliling segitiga A-D-E
= ½ x (302.332 + 430.009 + 572.894)
= 652.6175 cm
Luas= √S x (S − BC) x (S − CD) x (S − DB)
= 63694.87471 cm2

Segitiga A-B-D
Diketahui pada panjang akhir :
AB = 399.983 cm
BD = 572.894 cm
DA = 419.711 cm
Jawab :
S = ½ x keliling segitiga A-D-E
= ½ x (399.983 + 572.894 + 419.711)
= 696.294 cm
Luas= √S x (S − BC) x (S − CD) x (S − DB)
= 83915.18084 cm2

Polinom A-B-C-D-E
Luas= (Luas segitiga ADE)+(Luas segitiga BCD)+(Luas segitiga BCD)
= 224232.8074 cm2
Tabel 3.2 Data Hasil Perhitungan
Sudut Sudut
Titik Sudut Koreksi Aktual
(°) (°)
A 84,894° -0,396 84,498
B 116,575° -0,396 116,179
C 107,775° -0,396 107,379
D 108,736° -0,396 108,34
E 124° -0,396 123,604
Total 541,980 540

Tabel 3.3 Data Hasil Perhitungan


Azimuth Correction Correction
Garis Departure Latitude
(°) Departure Latitude
AB 90 500 0 -109,6903616 -87,43220575
BC 26,179 176,4708 358,9681 -87,75228932 -69,9457646
CD 313,558 -289,8709 275,6354 -87,75228932 -69,9457646
DE 241,898 -352,8442 -188,417 -87,75228932 -69,9457646
EA 99,326 436,1578 -71,6268 -96,96627969 -77,29006988
Total 469,9135 374,5596
Tabel 3.4 Data Hasil Perhitungan
Departure Latitude Panjang
Akhir Akhir Akhir
390,3096384 -87,43220575 399,9825051
88,71849499 289,0222873 302,3323567
-377,6231631 205,6896405 430,0086993
-440,5964589 -258,3628338 510,7607987
339,1914886 -148,9168883 370,4417708
0 0 2013,526131

Tabel 3.6 Data Hasil Perhitungan


Titik X coordinate Y coordinate
A 100 100
B 490,3096384 12,56779425
C 579,0281334 301,5900816
D 201,4049703 507,2797221
E -239,1914886 248,9168883

Gambar 3.1 Gambar sketsa pada AutoCAD untuk titik koordinat

Gambar 3.2 Gambar sketsa pada AutoCAD untuk azimuth


(skala 1:1, satuan centimeter)
3.2 Pembahasan

Kita melakukan praktikum modul Traversing ini pada hari Rabu, 12 Februari
2020 dimulai pada pukul 15.00 – 16.30 WIB. Pada pelaksanaan, lokasi uji kami
yaitu lapangan voli outdoor Universitas Pertamina dengan kondisi tanah yang
kering karena pada hari tersebut tidak terjadi hujan pada hari tersebut sampai pada
saat proses kami praktikum dilaksanakan. Cahaya matahari sangat panas karena
matahari tidak tertutup awan. Sehingga, pada proses penanaman pasak dan tripod
begitu sulit dan juga pada pengkalibrasian alat jauh lebih sulit karena tanahnya
kering dan sulit ditancap.

Pada hasil percobaan kami, didapatkan hasil dari sudut aktual, panjang akhir,
dan luas polinom. Pada sudut aktual (teoritis) ternyata memiliki hasil yang berbeda
dengan sudut hasil theodolite (eksperimen). Pada sudut hasil eksperimen, masih
dalam berbentuk satuan waktu, lalu kami konversikan kedalam satuan derajat.
Setelah itu, satuan derajat yang telah dikonversikan ditambahkan dengan sudut
koreksi sebesar - 0.396°. Hasil penjumlahan antara sudut hasil konversi dengan
sudut koreksi, disebut sudut aktual. Terlihat bahwa sudut aktual memiliki hasil yang
berbeda sebesar sudut koreksi dengan sudut hasil konversi. Lalu, selain sudut kami
dapatkan hasil yang berbeda juga pada panjang atau jarak. Pada teoritis, panjang
akhir kami dapatkan dengan perhitungan akar dari penjumlahan latitude akhir
kuadrat dengan departure akhir. Lalu pada eksperimen, kami dapatkan hasil
panjang atau jarak dengan pengukuran titik ke titik menggunakan meteran roll.
Terakhir, kami dapatkan luas polinom teoritis dari perhitungan dan luas polinom
eksperimen dari luas yang didapatkan dari command Area pada aplikasi AutoCAD.
Didapatkan hasil yang berbeda dengan hasil error sebesar 0.0005 %.

Jadi, didapatkan error pada praktikum Traversing pada luas polinom objek
sebesar 0.0005 %. Jika ditelaah lebih lanjut, terdapatnya error pada luas polinom
karena terdapat hasil yang berbeda antara data teori (perhitungan) sebesar
224232.8074 cm2 dengan data eksperimen sebesar 224233.9489 cm2 (pada
pengukuran AutoCAD).
 Error
(teori−eksperimen)
=| x 100%|
teori
(224232.8074 −224233.9489)
=| x 100%|
224232.8074

= 0.0005 %
BAB IV
KESIMPULAN
Dari praktikum modul Traversing ini pada hari Rabu, 12 Februari 2020 yang
kami lakukan, didapatkan hasil dari sudut yang ditunjukkan dari alat theodolite
dalam satuan waktu. Lalu kami konversikan kedalam satuan derajat, agar total dari
sudut yang kami tinjau berupa poligon sebesar 540˚ atau sudut total poligon. Total
dari sudut yang telah dikonversikam ternyata lebih dari 540˚ yang sebesar 541.980˚.
Sehingga pada sudut yang telah dikonversikan harus ditambah dengan sudut
koreksi sebesar -0.396˚. Hasil yang telah ditambah dengan sudut koreksi,
merupakan sudut aktual yang sebenarnya dan dipakai pada penggambaran ilustrasi
poligon tinjau pada aplikasi AutoCAD.
Dengan mengetahui data-data yang kami miliki seperti jarak dan sudut, kami
dapat mencari luas poligon eksperimen yang kami dapatkan dari aplikasi AutoCAD
dan luas poligon teoritis yang kami dapatkan dari perhitungan manual. Hasil luas
poligon eksperimen didapatkan sebesar 224233.9489 cm2, lalu hasil luas poligon
teoritis didapatkan sebesar 224232.8074 cm 2. Ternyata hasil dari eksperimen
dengan teoritis terdapat perbedaan sebesar 1.1415 cm 2.
Dari data perhitungan (teoritis) yang kami dapatkan, terdapat perbedaan hasil
dengan data percobaan (eksperimen). Dimana terdapat perbedaan hasil dalam
bentuk error pada data luas polinom. Pada luas yang didapatkan dengan teoritis
atau hasil perhitungan, didapatkan hasil sebesar 224232.8074 cm 2 dan hasil
eksperimen atau hasil dari command Area pada aplikasi AutoCAD sebesar
224233.9489 cm2. Dengan adanya perbedaan hasil yang didapatkan antara teoritis
dengan eksperimen, kami dapatkan galat sebesar 0.0005 %.
APLIKASI PADA DUNIA KERJA
Dalam dunia kerja, fungsi dari pengukuran dengan metode traversing berguna
untuk untuk menentukan luas dari suatu wilayah seperti:
 untuk menentukan batas-batas danau, menentukan luas sebidang tanah
sempit yang panjang yang diperlukan untuk pembangunan kanal atau garis
pantai,
 berguna dalam pekerjaan penambanganan dan tunneling karena kondisi
lapangan yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, A. T., Assangga, B., & Bradiaswara, T. (2015). PENGUKURAN


POLIGON DENGAN THEODOLITE. Malang: Politeknik Negeri Malang.

Kurniawan, A. (2011). ILMU UKUR TANAH. Solo: Universitas Muhammdiyah


Surakarta.

Kurniawan, D. S. (2017). ILMU UKUR TANAH. Bukittinggi: Universitas


Muhammadiyah Sumatera Barat.

Setia, D. (2017). CHAIN SURVEYING (SURVEY RANTAI).


LAMPIRAN

Gambar 6.1 Lembar data pengamatan

Anda mungkin juga menyukai