RESUME PERTEMUAN V
Oleh:
D051191016
Syarat pengukuran poligon adalah mempunyai koordinat awal dan akhir serta
mempunyai azimuth awal dan akhir. Untuk mencapai ketelitian tertentu, pada
suatu poligon perlu ditetapkan jarak antara titik-titik poligon, alat ukur
sudutdan jarak yang digunakan, jumlah seri pengukuran sudut, ketelitian
pengukuran jarak, pengamatan matahari (alat ukur yang digunakan, jumlah
seri pengamatan, tempat-tempat pengamatan), salah penutup sudut antara 2
pengamatan matahari, salah penutup koordinat, dll.
Ketetapan untuk poligon yaitu jarak antara titik: ± 0.1 km – 2 km, Alat
pengukur sudut: Theodolite1 sekon misal: WILD T2, jumlah seri pengukuran:
4 seri, ketelitian pengukuran jarak: 1:60.000,pengamatan matahari, salah
penutup sudut antara dua pengamatan matahari: 10√n, salah penutup
koordinat 1:10.000.
2. Jenis-jenis Poligon
Dari bentuk fisik visualnya terdiri dari:
2.1. Poligon terbuka, terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi
tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian
sama atau lebih tinggi ordenya. Biasanya digunakan untuk jalur
lintas/jalan raya, saluran irigasi, kabel listrik tegangan tinggi, kabel
telekomunikasi, rel kereta api.
2.2. Poligon tertutup, dimana garis-garis kembali ke titik awal sehingga
membentuk segi banyak dan berakhir di stasiun lain yang mempunyai
ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik awal.
Biasanya dipergunakan untuk pengukuran titik kontur, bangunan sipil
terpusat, waduk, bendungan, pemukiman, kepemilikan tanah, dan
topografi kerangka.
2.3. Poligon bercabang, merupakan poligon terbuka yang memiliki cabang,
digunakan untuk memetakan jaringan jalan dan/atau membuat
percabangan sungai.
2.4. Poligon kombinasi, merupakan perpaduan antara poligon terbuka dan
poligon tertutup, digunakan untuk lingkup Kementrian Kehutanan, dalam
kegiatan penataan batas kawasan hutan sangat jarang digunakan.
Secara geometrik poligon terdiri dari poligon terikat sempurna, poligon terikat
sebagian, dan poligon tidak terikat.
3. Pengukuran Poligon
3.1. Prosedur pemakaian alat pada pengukuran poligon
1. Pasang statif alat kira-kira diatas titik poligon.
2. Pasang alat Theodolite di atas statif, keraskan sekrup pengencang
alat.
3. Pasang unting-unting pada sekrup pengencang di bawah alat.
4. Jika ujungnya belum tepat di atas paku, geser atau naik turunkan kaki
alat dengan bantuan sekrup kaki.
5. Ketengahkan gelembung nivo kotak dengan bantuan ketiga sekrup
penyetel sekaligus.
6. Atur nivo tabung dengan 3 sekrup penyetel A, B, C.
7. Alat siap digunakan untuk pengukuran.
3.2. Prosedur pengukuran poligon
Perlu diperhatikan ketetuan-ketentuan pengukuran KDH yakni jarak
antara dua titik sekurang-kurangnya diukur 2 kali, sudut mendatar
sekurang-kurangnya diukur 2 seri, pengukuran astronomi (azimuth)
sekurang-kurangnya di ukur 4 seri masing-masing untuk pengukuran pagi
dan sore hari.
Adapun prosedurnya antara lain:
1. Dirikan alat Theodolite pada titik (patok) awal pengukuran.
2. Target diletakkan di atas patok-patok yang mengapit tempat alat sipat
datar berdiri. Gelembung nivo tabung diketengahkan dengan cara
memutar dua buah sekrup kaki kiap ke arah dalam saja atau keluar
saja serta memutar sekrup kaki kiap kearah kanan atau kiri. Teropong
diarahkan ke target belakang dan dibaca sudut horizontalnya pada
posisi biasa. Teropong kemudian diputar ke arah target muka dibaca
pula sudut horizontalnya pada posisi biasa.
3. Teropong diubah posisinya menjadi luar biasa dan diarahkan ke target
muka serta dibaca sudut horizontalnya.
4. Theodolite dipindahkan ke patok selanjutnya dan dilakukan hal yang
sama seperti pada patok sebelumnya. Pengukuran dilanjutkan sampai
seluruh patok didirikan alat Theodolite.
5. Data diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara manual atau
tabelaris dengan menggunakan bantuan teknologi digital komputer.
Pengolahan data poligon dapat diselesaikan dengan metode Bowditch
atau Transit.
6. Pengukuran poligon kerangka dasar horizontal selesai.
3.3. Cara pembidikan titik sudut untuk daerah yang terbuka
a. Garis bidik diusahakan harus tepat mengincar pada titik poligon.
b. Benang tengah harus tepat di atas titik poligon.
1. Toleransi sudut
Jika digunakan alat Theodolite berdasarkan estimasi maximum
ditentukan bahwa salah penutup sudut poligon= K= i√n, i= ketelitian
dalam satuan detik (sekon) f harus i√ n dimana n adalah banyaknya
titik sudut.
2. Toleransi jarak
Jika digunakan pita ukur, ditentukan toleransi ketelitian jarak linier=
1/2500. Salah linier= L= √ fx 2+ fy2 . Maka toleransi salah linier harus
memenuhi:
√ fx2 + fy2 ≤ 1
.
(d ) 2500
5. Penggambaran Poligon
Penggambaran secara manual harus memperhatikan ukuran lembar yang
digunakan dan skala gambar, sedangkan penggambaran secara digital lebih
menekankan kepada sistem koordinat yang digunakan serta satuan unit yang
akan dipakai dalam gambar digital yang berhubungan dengan keluaran akhir.
Penggambaran poligon kerangka dasar hoizontal akan menyajikan unsur-unsur;
sumbu absis, sumbu ordinat, dan garis hubung antara titik-titik poligon.
Penggambaran secara manual memiliki skala yang sama pada arah sumbu
absis dan sumbu ordinat karena jangkauan arah sumbu absis dan ordinat
memiliki ukuran yang sama. Ukuran kertas yang digunakan untuk pencetakan
peta biasanya seri A. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan 1
meter persegi.
Unsur yang harus ada dalam penggambaran hasil pengukuran dan pemetaan
adalah legenda, muka peta, skala peta, skala numeris, skala grafis, orientasi
arah utara, sumber gambar yang dipetakan, tim pengukuran yang membuat
peta,instalasi dan symbol.
Adapun prosedur penggambaran untuk poligon kerangka dasar horizontal:
1. Menghitung kumulatif jarak horizontal pengukuran poligon;
2. Menentukan ukuran kertas yang akan dipakai;
3. Membuat tata jarak peta, meliputi muka peta dan ruang legenda;
4. Menghitung panjang dan lebar muka peta;
5. Mendapatkan skala jarak horizontal dengan membuat perbandingan panjang
muka peta dengan kumulatif jarak horizontal dalam satuan yang sama;
6. Membuat sumbu mendatar dan tegak yang titik pusatnya memiliki jarak
tertentu terhadap batas muka peta, menggunakan pensil;
7. Menggambarkan titik-titik yang merupakan posisi tinggi hasil pengukuran
dengan jarak-jarak tertentu serta menghubungkan titik-titik tersebut,
menggunakan pensil;
8. Membuat keterangan–keterangan nilai tinggi dan jarak di dalam muka peta
serta melengkapi informasi legenda, membuat skala, orientasi pengukuran,
sumber peta, tim pengukuran, nama instnasi dan simbolnya, menggunakan
pensil;
9. Menjiplak draft penggambaran ke atas bahan transparan, menggunakan tinta.
Referensi:
http://lecturer.ppns.ac.id/luqmanashari/wp-content/uploads/sites/60/2018/03/modul-
kerja-pemetaan-1-selesai.pdf. Diakses pada 16 September 2020 pukul 09:38.