Anda di halaman 1dari 9

PEMETAAN DAN ANALISIS TAPAK KELAS B

RESUME PERTEMUAN V

Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horizontal

Oleh:

Nur Fitri Khairun Nisa

D051191016

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

PENGUKURAN POLIGON KERANGKA DASAR HORIZONTAL

1. Tujuan Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal


Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui
koordinatnya dalam suatu sistem koordinat tertentu yaitu sistem koordinat
kartesian (bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan ellipsoida
bumi), dilakukan untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di
atas permukaan bumi.
Terdapat dua cara dalam pengukuran kerangka dasar horizontal, yaitu:
1. Cara menentukan koordinat satu titik yaitu suatu pengukuran untuk suatu
wilayah yang sempit, yang terbagi menjadi dua cara:
a. Dengan pengikatan ke muka, dengan cara Theodolite berdiri di atas
titik/patok yang telah diketahui koordinatnya dan rambu ukur diletakkan di
atas titik yang ingin diketahui koordinatnya.
b. Dengan pengikatan ke belakang, dengan cara Theodolite berdiri di titik
yang belum diketahui koordinatnya, target/rambu ukur didirikan di atas
patok yang telah diketahui koordinatnya. Terdapat dua metode hitungan
pengikatan ke belakang yaitu Collins dan Cassini.
2. Menentukan koordinat beberapa titik yang terdiri dari beberapa metode
sebagai berikut:
a. Cara polygon, digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya
terletak memanjang/menutup sehingga membentuk segi banyak (poligon);
b. Cara triangulasi, digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai
ukuran panjang dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Dimana
sudut yang diukur adalah sudut dalam tiap-tiap segitiga;
c. Cara trilaterasi, digunakan apabila daerah yang diukur ukuran salah
satunya lebih besar daripada ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian
segitiga. Dimana sudut yang diukur adalah semua sisi segitiga;
d. Cara kwadrilateral yaitu sebuah bentuk segiempat panjang tak beraturan
dan diagonal, yang seluruh sudut dan jaraknya diukur.
Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak
titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik
(poligon) dimana panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di
lapangan.

Tujuan pengukuran poligon yaitu untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut


yang diukur seperti panjang sisi segi banyak dan besar sudut-sudutnya. Guna
dari pengukuran poligon adalah untuk membuat kerangka daripada peta dan
pengukuran titik tetap dalam kota, pengukuran-pengukuran rencana jalan
raya/kereta api, dan pengukuran-pengukuran rencana saluran air.

Syarat pengukuran poligon adalah mempunyai koordinat awal dan akhir serta
mempunyai azimuth awal dan akhir. Untuk mencapai ketelitian tertentu, pada
suatu poligon perlu ditetapkan jarak antara titik-titik poligon, alat ukur
sudutdan jarak yang digunakan, jumlah seri pengukuran sudut, ketelitian
pengukuran jarak, pengamatan matahari (alat ukur yang digunakan, jumlah
seri pengamatan, tempat-tempat pengamatan), salah penutup sudut antara 2
pengamatan matahari, salah penutup koordinat, dll.

Ketetapan untuk poligon yaitu jarak antara titik: ± 0.1 km – 2 km, Alat
pengukur sudut: Theodolite1 sekon misal: WILD T2, jumlah seri pengukuran:
4 seri, ketelitian pengukuran jarak: 1:60.000,pengamatan matahari, salah
penutup sudut antara dua pengamatan matahari: 10√n, salah penutup
koordinat 1:10.000.

2. Jenis-jenis Poligon
Dari bentuk fisik visualnya terdiri dari:
2.1. Poligon terbuka, terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi
tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian
sama atau lebih tinggi ordenya. Biasanya digunakan untuk jalur
lintas/jalan raya, saluran irigasi, kabel listrik tegangan tinggi, kabel
telekomunikasi, rel kereta api.
2.2. Poligon tertutup, dimana garis-garis kembali ke titik awal sehingga
membentuk segi banyak dan berakhir di stasiun lain yang mempunyai
ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik awal.
Biasanya dipergunakan untuk pengukuran titik kontur, bangunan sipil
terpusat, waduk, bendungan, pemukiman, kepemilikan tanah, dan
topografi kerangka.
2.3. Poligon bercabang, merupakan poligon terbuka yang memiliki cabang,
digunakan untuk memetakan jaringan jalan dan/atau membuat
percabangan sungai.
2.4. Poligon kombinasi, merupakan perpaduan antara poligon terbuka dan
poligon tertutup, digunakan untuk  lingkup Kementrian Kehutanan, dalam
kegiatan penataan batas kawasan hutan sangat jarang digunakan.

Secara geometrik poligon terdiri dari poligon terikat sempurna, poligon terikat
sebagian, dan poligon tidak terikat.

3. Pengukuran Poligon
3.1. Prosedur pemakaian alat pada pengukuran poligon
1. Pasang statif alat kira-kira diatas titik poligon.
2. Pasang alat Theodolite di atas statif, keraskan sekrup pengencang
alat.
3. Pasang unting-unting pada sekrup pengencang di bawah alat.
4. Jika ujungnya belum tepat di atas paku, geser atau naik turunkan kaki
alat dengan bantuan sekrup kaki.
5. Ketengahkan gelembung nivo kotak dengan bantuan ketiga sekrup
penyetel sekaligus.
6. Atur nivo tabung dengan 3 sekrup penyetel A, B, C.
7. Alat siap digunakan untuk pengukuran.
3.2. Prosedur pengukuran poligon
Perlu diperhatikan ketetuan-ketentuan pengukuran KDH yakni jarak
antara dua titik sekurang-kurangnya diukur 2 kali, sudut mendatar
sekurang-kurangnya diukur 2 seri, pengukuran astronomi (azimuth)
sekurang-kurangnya di ukur 4 seri masing-masing untuk pengukuran pagi
dan sore hari.
Adapun prosedurnya antara lain:
1. Dirikan alat Theodolite pada titik (patok) awal pengukuran.
2. Target diletakkan di atas patok-patok yang mengapit tempat alat sipat
datar berdiri. Gelembung nivo tabung diketengahkan dengan cara
memutar dua buah sekrup kaki kiap ke arah dalam saja atau keluar
saja serta memutar sekrup kaki kiap kearah kanan atau kiri. Teropong
diarahkan ke target belakang dan dibaca sudut horizontalnya pada
posisi biasa. Teropong kemudian diputar ke arah target muka dibaca
pula sudut horizontalnya pada posisi biasa.
3. Teropong diubah posisinya menjadi luar biasa dan diarahkan ke target
muka serta dibaca sudut horizontalnya.
4. Theodolite dipindahkan ke patok selanjutnya dan dilakukan hal yang
sama seperti pada patok sebelumnya. Pengukuran dilanjutkan sampai
seluruh patok didirikan alat Theodolite.
5. Data diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara manual atau
tabelaris dengan menggunakan bantuan teknologi digital komputer.
Pengolahan data poligon dapat diselesaikan dengan metode Bowditch
atau Transit.
6. Pengukuran poligon kerangka dasar horizontal selesai.
3.3. Cara pembidikan titik sudut untuk daerah yang terbuka
a. Garis bidik diusahakan harus tepat mengincar pada titik poligon.
b. Benang tengah harus tepat di atas titik poligon.

Pada titik-titik poligon yang akan dibidik ditempatkan unting-unting yang


ditahan oleh 3 buah jalon. Dapat pula paku, ujung pensil, sapu lidi yang
lurus sebagai pembantu. Hasil yang diperoleh pengukuran poligon di
lapangan adalah koordinat titik-titik yang diukur sebagai titik-titik ikat untuk
keperluan penggambaran titik-titik detail dalam pemetaan.
4. Pengolahan Data Poligon
Pengolahan data dapat dilakukan secara manual langsung dikerjakan pada
formulir ukuran atau secara tabelaris menggunakan lembar elektrolis
(spreadsheet) di komputer.
Pengolahan data poligon dikontrol terhadap sudut-sudut dalam atau luar poligon
dan dikontrol terhadap koordinat baik absis maupun ordinat, dimulai dengan
menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik-titik ikat poligon.
Perhitungan meliputi:
 Mengoreksi hasil ukuran,
 Mereduksi hasil ukuran, misalnya mereduksi jarak miring menjadi jarak
mendatar dan lain-lain,
 Menghitung azimuth pengamatan matahari,
 Menghitung koordinat dan ketinggian setiap titik.

Dasar-dasar perhitungan poligon adalah sebagai berikut:

 Menghitung Sudut Jurusan Awal yang telah diketahui koordinatnya


 Menghitung Sudut Jurusan Akhir yang telah diketahui koordinatnya
 Menghitung Koreksi Penutup Sudut melalui syarat penutup sudut dengan:
 adalah sudut-sudut dalam /luar poligon hasil pengukuran dari lapangan
dan n adalah jumlah titik-titik poligon yang diukur sudut-sudutnya
 Menghitung Sudut-sudut Dalam/Luar Poligon yang telah dikoreksi
terhadap Kesalahan Penutup Sudut
 Menghitung Sudut-sudut jurusan antara titik-titik polygon
 Menghitung Koreksi Absis dan Ordinat, dapat didekati melalui metode
Bowditch dan Transit.
 Menghitung Koordinat – Koordinat Definitif titik-titik poligon dengan
Metode Bowditch
 Menghitung koordinat – koordinat definitif titik-titik poligon dengan metode
transit
Kontrol koordinat berbeda dengan kontrol sudut yaitu koordinat akhir dan
awal dikurangi serta dibandingkan terhadap jumlah proyeksinya terhadap
absis dan ordinat. Koreksi absis dan ordinat akan diperoleh dan dibagikan
dengan mempertimbangkan bobot kepada masing-masing titik poligon. Bobot
koreksi didekati dengan cara perbandingan jarak pada suatu ruas garis
terhadap jarak total poligon dari awal sampai akhir pengukuran.

Untuk menghitung toleransi adalah sebagai berikut:

1. Toleransi sudut
Jika digunakan alat Theodolite berdasarkan estimasi maximum
ditentukan bahwa salah penutup sudut poligon= K= i√n, i= ketelitian
dalam satuan detik (sekon) f  harus i√ n dimana n adalah banyaknya
titik sudut.
2. Toleransi jarak
Jika digunakan pita ukur, ditentukan toleransi ketelitian jarak linier=
1/2500. Salah linier= L= √ fx 2+ fy2 . Maka toleransi salah linier harus

memenuhi:
√ fx2 + fy2 ≤ 1
.
(d ) 2500

5. Penggambaran Poligon
Penggambaran secara manual harus memperhatikan ukuran lembar yang
digunakan dan skala gambar, sedangkan penggambaran secara digital lebih
menekankan kepada sistem koordinat yang digunakan serta satuan unit yang
akan dipakai dalam gambar digital yang berhubungan dengan keluaran akhir.
Penggambaran poligon kerangka dasar hoizontal akan menyajikan unsur-unsur;
sumbu absis, sumbu ordinat, dan garis hubung antara titik-titik poligon.
Penggambaran secara manual memiliki skala yang sama pada arah sumbu
absis dan sumbu ordinat karena jangkauan arah sumbu absis dan ordinat
memiliki ukuran yang sama. Ukuran kertas yang digunakan untuk pencetakan
peta biasanya seri A. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan 1
meter persegi.
Unsur yang harus ada dalam penggambaran hasil pengukuran dan pemetaan
adalah legenda, muka peta, skala peta, skala numeris, skala grafis, orientasi
arah utara, sumber gambar yang dipetakan, tim pengukuran yang membuat
peta,instalasi dan symbol.
Adapun prosedur penggambaran untuk poligon kerangka dasar horizontal:
1. Menghitung kumulatif jarak horizontal pengukuran poligon;
2. Menentukan ukuran kertas yang akan dipakai;
3. Membuat tata jarak peta, meliputi muka peta dan ruang legenda;
4. Menghitung panjang dan lebar muka peta;
5. Mendapatkan skala jarak horizontal dengan membuat perbandingan panjang
muka peta dengan kumulatif jarak horizontal dalam satuan yang sama;
6. Membuat sumbu mendatar dan tegak yang titik pusatnya memiliki jarak
tertentu terhadap batas muka peta, menggunakan pensil;
7. Menggambarkan titik-titik yang merupakan posisi tinggi hasil pengukuran
dengan jarak-jarak tertentu serta menghubungkan titik-titik tersebut,
menggunakan pensil;
8. Membuat keterangan–keterangan nilai tinggi dan jarak di dalam muka peta
serta melengkapi informasi legenda, membuat skala, orientasi pengukuran,
sumber peta, tim pengukuran, nama instnasi dan simbolnya, menggunakan
pensil;
9. Menjiplak draft penggambaran ke atas bahan transparan, menggunakan tinta.
Referensi:

R. Mulyadi, B. Hamzah, A. M. Radja, M. Y. Siradjuddin, N. Nadjmi, Y. R. F. Taufik,


(2019), Modul Ajar Matakuliah Pemetaan dan Analisis Tapak, Prodi Arsitektur,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

http://lecturer.ppns.ac.id/luqmanashari/wp-content/uploads/sites/60/2018/03/modul-
kerja-pemetaan-1-selesai.pdf. Diakses pada 16 September 2020 pukul 09:38.

Anda mungkin juga menyukai