Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PERPETAAN DAN APLIKASI


GIS

Disusun Oleh :
Ataria Ariandani (211910601054)

Dosen Pembimbing :

Ir. SRI SUKMAWATI, S.T.,


M.T. NIP. 19650621198032001

PROGRAM STUDI
TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
JEMBER
2022
BAB 1
PENDAHULUA
N

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan zaman pada saat ini dimana mulai ada banyak pembangunan sehingga
ketersediaan peta dibutuhkan. Memasuki masa modern, penggunaan teknologi informasi kian
berkembang pesat dan berbanding lurus dengan perkembangan pemetaan. Pemetaan merupakan
suatu proses yang melalui beberapa tahapan kerja (pengumpulan data, pengolahan data, dan
penyajian data) untuk mendapatkan produk akhir peta (Soendjojo dan Riqi, 2012).
Pemetaan dan pengukuran bidang tanah di Indonesia sangat dibutuhkan karena
banyaknya bidang-bidang tanah yang belum terpetakkan. Oleh karena itu dibutuhkan metode
pemetaan dan pengukuran bidang tanah yang efektiff dengan cara mengukur posisi titik batas
bidang tanah agar mendapatkan letak pasti pada permukaan tanah. Pengolahan data hingga
penyajian dan penyimpanannya di pemetaan di masa modern ini tidak perlu lagi dilakukan
secara manual, di pasaram software telah tersedia berbagai paket program. Salah satunya paket
progam pengolahan Geographic Information System (GIS) atau sistem informasi geografik.
Pemetaan pada praktikum ini menggunakan alat Waterpass maupun Total Station.
Setiap alatukur berpindah tempat, sehingga perlu dilakukan pengkondisian agar didapat data
yang akurat. Hasil data pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi biaya
yang murah, tepat waktu dan kesesuaian dengan spesifikasi teknis . Faktor emosi dari operator
alat juga menjadi factor yang mempengaruhi akurasi hasil pengukuran pada peta yang
dihasilkan.

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM


Manfaat dan tujuan dari praktikum GIS ( Geopraphical Information System ) dan
pemetaan yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengerti cara mengukur beda tinggi, jarak dan pola drainase suatu
kawasan
2. Mahasiswa dapat menguasai dan memahami koordinat suatu bangunan
3. Mahasiswa dapat memahami cara memetakan suatu daerah atau bangunan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menguasai cara pengunaan alat waterpass dan total
station.

1.3 BATASAN PRAKTIKUM


1. Total Station

2. Waterpass
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Jarak Horizontal


Jarak adalah salah satu besaran yang terletak di bidang horizontal, dan memiliki Panjang
terpendek yang menghubungkan dua titik. Pengukuran jarak horizontal dapat dilakukan secara
langsung memakai pita ukur, atau bisa diukur secara tidak langsung menggunakan alat
theodolit waterpass, atau dengan EDM (elektronis). Cara mengukur jarak horizontal ada
beberapa tahap yaitu :

a. Mengukur Jarak, dilakukan dengan cara manual atau langsung menggunakan meteran.
Pengukuran menggunakan meteran berfungsi untuk mencari garis absis yang
digunakan untuk membentuk poligon.

b. Tarik atau rentangkan meteran dari titik 1 sampai pada titik 2, lalu lihat berapa hasil
jarak dari pengukuran tersebut, lanjutkan pengukuran dari titik 2 ke titik 3 dan
seterusnya.

c. Menghitung jarak dari pengukuran yang didapat

2.1.1. Pengukuran Jarak secara Langsung


Pengukuran langsung adalah pengukuran yang nilainya didapat langsung dengan
mengukur garis yang menghubungkan dua titik. Pengukuran jarak secara langsung
menggunakan alat pita ukur atau roll meter, jika jarak yang diukur melebihi panjang dari pita
ukur maka pita perlu dibagi menjadi beberapa bagian untuk dilakukan pengukuran. Berikut tata
cara pengukuran jarak secara langsung memakai roll meter :

a. Menentukan dua titik acuan untuk diukur jaraknya.

b. Memegang alat pada titik awaldan menarik tali meteran sampai menuju titik akhir.

c. Membaca hasil pengukuran dengan melihat angka terakhir yang ada pada alat
tersebut.
2.1.2. Pengukuran Jarak Optis dengan Total Station

Pengukuran jarak optis disebut juga dengan pengukuran tidak langsung. Pengukuran
tidak langsung merupakan pengukuran yang hasilnya tidak didapatkan secara langsung. Hasil
pengukuran bisa diperoleh jika melalui proses perhitungan dan menggunakan alat Waterpass
dan Total station. Total station dapat mengukur jarak maupun sudut. Alat ini mempunyai
benang stadia dan rambu ukur. Rambu ukur dibaca sebagai benang tengah (bt), benang atas (ba)
dan benang bawah (bb) secara berurutan. Tahapan menggunakan total station ada beberapa
yaitu :
a. Centering Alat Total Station

Mendirikan statis di atas titik, menyesuaikan ketinggian, memasang TS pada statif


dan memutar sekrup pengunci, mengangkat 2 kaki statif seraya melihat titik patok melalui
centering optik, memastikan benang centering mendekati titik patok.

b. Mengatur nivo tabung

Mengatur dengan cara menaik-turunkan kaki statif, apabila nivo tabung tepat
ditengah, memutar 3 sekrup A,B,C secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara nivo
kotak tepat di tengah lingkaran.

c. Membuka Job baru

Apabila gelembung udara nivo sudah berada di tengah dimana x = 0’ 00 dan y =


0’00 maka tekan tombol ok. Selanjutnya, tekan tombol Data > JOB >Comms Output > Job
selection > JOB list > pilih JOB yang masih bernilai 0

d. Melakukan pengukuran totografi

2.1.3. Pengukuran Jarak Optis dengan WaterPass

Alat yang digunakan dalam pengukuran jarak optis kali ini yaitu dengan Waterpass.
Waterpass merupakan alat yang dipakai untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau
garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Cara melakukan
pengukuran jarak menggunakan Water Pass yaitu :

a. Menentukan titik A dan B dan diberi tanda misal menggunakan jallon, pen ukur, dan
sebagainya.
b. Letakan titik Nolk dari meteran atau dihimpitkan pada titik A.
c. Rentangkan meteran sampai ke titik B (tidak boleh terhalang apapun dan datar).
d. Menghitung jarak dari titik A ke titik B.

Pengukuran Waterpass dibagi menjadi dua, Pengukuran Waterpass Berantai (Differential


Levelling) dan Pengukuran Waterpass Profil. Pengukuran Waterpass Berantai (Differential
Levelling) digunakan jika jarak yang kita ukur terlalu jauh atau berkelanjutan. Pengukuran
Waterpass ini dilakukan dengan cara membagi titik menjadi A,B,C,D, dst. Selanjutnya jarak
antara dua titik tersebut tidak boleh terlalu dekat ataupun jauh. Pengukuran hanya dilakukan
sekali (Pengukuran Pergi) dan agar mendapatkan hasil teliti diperlukan pengukuran dari titik
terakhir kembali ketitik semula (pengukuran pulang).
Pengukuran Waterpass Profil merupakan pengukuran irisan arah melintang dari pengukuran
memanjang dan biasanya digunakan untuk mengukur jalan raya, saluran, irigasi, atau jalan
kereta api, dll. Pengukuran Waterpass Profil menggunakan alat yang diletakan pada satu titik
untuk mengukur titik-titik di satu tampang profil yang menunjukan tinggi-rendahnya
permukaan. Dari hasil pengukuran akan didapat beda tinggi

2.2 Pengukuran Sudut

Secara umum sudut memiliki satuan yang dikenal memiliki 3 sistem yaitu, Sistem
Saksagesimal, Sistem Sentisimal, dan Sistem Radial. Konversi dari ketiga sistem tersebut akan
menghasilkan hubungan berikut :

360 derajat (360°) = 400 grid (400g ) = 2P radial

Sudut dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu sudut Horizontal dan Vertikal. Pengukuran
dari sudut tersebut menggunakan macam-macam alat. Alat yang digunakan untuk mengukur
sudut antara lain ada kompas, meteran, metode 3,4,5, metode setengah lingkaran, metode
chord, dan untuk alat optik yang digunakan antara lain waterpass dan theodolite. Prinsip yang
menentukan besarnya sudut adalah sama seperti penggunaan Kompas, bedanya terletak pada
bacaan sudut teropong sewaktu teropong diarahkan pada titik tertentu standar nol (arah
sembarangan atau tertentu). Pada Kompas anagka nol ini tertentu yaitu arah Utara atau Selatan,
sehingga kompas bacaan sudut itu menunjukan arah azimut dari titik yang bersangkutan.
2.2.1 Pengukuran Sudut Horizontal
Pengukuran sudut horizontal adalah selisih antara dua arah horizontal yang
berlainan.Dalam pengukuran sudut horizontal dapat menggunakan cara pengukuran secara
tidak langsung(optic) atau secara waterpass. Bacaan lingkaran horizontal theodolite adalah arah
horizontal teropong ke titik bidik tertentu. Sudut horizontal ini bisa digunakan untuk
menghitung azimuth sisi poligon. Sudut horizontal dibedakan menjadi beberapa arah yaitu :

a. Sudut Azimut, merupakan sudut yang dimulai dari arah Utara atau Selatan magnit dan
searah dengan bergeraknya arah jarum jam.
b. Sudut Jurusan, merupakan sudut yang dimilai dari arah Utara atau Selatan bumi dan
searah dengan bergeraknya arah jarum jam.
c. Sudut Bearing, merupakan sudut yang dimulai dari arah Utara atau Selatan bergerak
kebalikan dengan arah jarum jam sampai arah yang dimaksud maksimal pada arah
Timur dan Barat.
d. Sudut kiri dan sudut kanan, merupakan sudut yang terbentuk oleh garis dari
perpanjangan garis sebelumnya kearah kanan atau ke kiri.
Sudut horizontal dibedakan menjadi 2, sudut dalam (interior angle) dan sudut luar (eksterior
angle). Sudut dalam (interior angle) merupakan sudut yang terletak dibagian dalam poligon
tertutup, sedangkan sudut luar (eksterior angle) merupakan sudut yang terletak dibagian luar
poligon tertutup.

2.2.2 Pengukuran Sudut Vertikal


Sudut vertikal merupakan sudut yang dibentuk antara jurusan atau arah terhadap bidang
proyeksi mendatar jurusan tersebut. Sudut vertikal diukur dengan skala lingkaran pada posisi
vertikal pula. Fungsi dari pengukuran sudut vertikal ialah untuk menentukan nilai ketinggian
(Elevasi) suatu titik terhadap titik yang lain berdasarkan bidang referensi yang
digunakan. Pengukuran sudut vertikal berdasarkan pada arah tertentu yaitu :

a. Sudut zenith, merupakan sudut vertikal yang dimulai dari arah atas bergerak searah
dengan jarum jam hingga sampai pada arah yang bersangkutan.
b. Sudut nadir, merupakan sudut yang dimulai dari arah bawah dan bergerak
berlawanan dengan jarum jam.
c. Sudut miring/kemiringan, merupakan sudut yang dimulai dari arah mendatar dan
bergerak searah atau berlawanan dengan arah jarum jam sampai di daerah yang
dimaksud.

2.2.3 Pengukuran Sudut Azimut


Azimut merupakan sudut yang diukur searah dengan jarum jam dari sembarang
meridian acuan. Azimut umumnya diukur dari arah utara, namun acuan yang digunakan para
ahli yaitu arah selatan. Azimuth menentukan arah lebih teliti yaitu dan azimuth juga bisa
diartikan sebagai sudut horisontal yang diukur dari garis dasar (base line) pengukuran searah
putaran jarum jam. Garis dasar pengukuran dalam hal ini;
a. Azimuth yang diukur dengan True North sebagai garis dasar maka dinamakan
azimuth yang sesungguhnya / Utara Sesungguhnya (US).
b. Azimuth yang diukur dengan Magnetic North sebagai garis dasar disebut azimuth
magnetis / Utara Magnetik (UM).
c. Azimuth yang diukur dengan Grid North sebagai garis dasar disebut azimuth grid /
Utara Grid (UG) .
2.3 Pengukuran Jarak Vertikal (Beda Tinggi)
Beda tinggi merupakan selisih pada saat berada di keadaan vertical atau jarak terpendek
antara dua nivo dengan melalui titik tersebut. Pengkuran beda tinggi merupakan suatu metode
untuk menentukan beda tinggi dari 2 titik tanah menggunakan garis pada bidang horizontal
yang diarahkan menuju rambu vertical. Pengukuran beda tinggi diukur menggunakan alat sipat
datar (waterpass), maka akan didapatkan beda tinggi dengan menggunakan pengurangan antara
bacaan muka dan bacaan belakang. Pengukuran beda tinggi bisa dilakukan dengan berbagai
metode antara lain :
a. Metode pengukuran penyipat datar (waterpassing)
b. Metode trigonometris
c. Metode barometri

Rumus beda tinggi antara dua titik :


BT = BTB – BTA
Dengan keterangan :
BT = beda tinggi
BTA = bacaan benang tengah A
BTB = bacaan benang tengah B

Tetapi sebelum menghitung beda tinggi antara dua titik, diperlukan pembacaan benang
tengah titik tersebut terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan rumus berikut :

BT = BA + BB / 2

Dengan keterangan berikut :

BT = benang tengah

BA = banang atas

BB = benang bawah

Dan untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat menggunakan rumus sebagai
berikut,

J = (BA – BB) x 100

Dengan keterangan sebagai berikut :

J = jarak datar optis

BA = benang atas

BB = benang bawah

Pengukuran beda tinggi tidak luput dari adanya kesalahan pembacaan angka, oleh
karena itu dibutuhkan adanya koreksi antar hasil dalam perhitungan dengan hasil yang
didapatkan dari praktikum yang dilakukan. Pengukuran beda tinggi memiliki beberapa fungsi,
yaitu untuk merancang jalan (jalan raya, jalan baja, dan saluran yang memiliki garis gradien),
merancang proyek-proyek kontruksi berdasarkan evaluasi terencana, menghitung volume
pekerjaan tanah, menyelidiki ciri-ciri aliran dari suatu wilayah, dan terakhir mengembangkan
peta-peta yang menunjukan bentuk tanah pada umumnya.

2.3.1 Pengukuran Waterpassing Memanjang

Waterpassing memanjang atau sipat datar merupakan pengukuran yang mempunyai


tujuan menghitung dan mengukur beda tinggi titik-titik sepanjang jalur pengukuran. Waterpass
memanjang umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal dalam suatu daerah pemetaan. Pada
pengukuran beda tinggi bisa digunakan berbagai metode pengukuran, contohnya waterpassing
memanjang. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar terbuka dan tertutup., Sipat
datar memanjang tertutup merupakan suatu pengukuran sipat datar yang titik awal dan titik
akhir sama atau berimpit.

Salah satu jenis dari waterpassing memanjang adalah pengukuran waterpassing


memanjang pergi-pulang. Metode pengukuran ini bisa dipakai apabila jarak antar dua titik atau
patok yang akan diukur beda tinggi letaknya berjauhan. Pada saat pengambilan titik digunakan
jarak antara 15-25 m dan disesuaikan dengan keadaan lapangan. Pengukuran waterpassing
memanjang metode pulang-pergi menghasilkan pengukuran yang lebih terliti karena
pengukurannya dilakukan dua kali. Metode lainnya adalah Double Stand (dua kali berdiri),
yaitu pengukuran yang dilakukan dua kali. Pelaksanaan pengukurannya ditempatkan pada dua
tempat berbeda untuk mengukur suatu tempat dan dengan dua kali penyetalan waterpassing
atau ketinggiannya dirubah. Pengukuran waterpassing memiliki beberapa istilah sebagai
berikut,

a. 1 Slag = Satu Kali Alat Berdiri Untuk Mengukur Rambu Muka & Belakang
b. 1 Seksi = Terdiri Dari Beberapa Slag Yang Diukur Pulang – Pergi Dalam Satu Hari
c. 1 Kring/ Sirkuit = Terdiri Dari Beberapa Seksi Yang Membentuk Sirkuit

2.3.2 Pengukuran Waterpassing Profil Memanjang

Pengukuran waterpassing memanjang adalah suatu pengukuran yang memiliki tujuan


untuk mengetahui ketinggian dati titik-titik yang dilaluinya. Pengukuran ini dilakukan melalui
jalur pengukuran yang nantinya menjadi titik ikat bagi waterpassing profil melintang. Pada saat
melakukan pengukuran waterpassing memanjang harus memenuhi syarat yang berlaku, yaitu
pengukuran harus dilakukan pada saat garis as, sepanjang garis tengah atau pada setiap
perubahan kontur tanah. Data ukur jarak diukur memakai pita ukur dan dicek dengan jarak
optis. Data dari hasil pengukuran tersebut menggunakan beberapa rumus, berikut adalah
perhitungan-perhitungan yang digunakan :

a. Mencari benang tengah BT = (BA+BB)÷2 b)


b. Mencari beda tinggi ∆h = BTb‒BTm
c. Mencari elevasi H = Elevasi awal + ∆h
d. Mencari koreksi Koreksi = ∑∆h pergi + ∑∆h pulang

dengan keterangan BT = benang tengah; BA = benang atas; BB = benang bawah; ∆h = beda


tinggi ;BTb = benang tengah belakang; BTm = benang tengah muka; H = elevasi.

Pada pengukuran waterpassing profil memanjang menggunakan proses arah gerakan


pergi-pulang. Koreksi kesalahan pengukuran dilakukan cukup 1 kali, yaitu dengan
menggunakan beda tiggi rata-rata.

2.3.3 Pengukuran Waterpassing Profil Melintang

Pengukuran waterpassing profil melintang merupakan pengukuran yang dilakukan


untuk menentukan tinggi rendahnya tanah agar mendapatkan bentuk permukaan titik sepanjang
garis dan untuk memperlihatkan jarak dan elevasi tertentu. Jarak antar potongan melintang
harus dibuat sama, pada pengukuran kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang
lebarnya bisa ditentukan dengan perencanaan menggunakan pita ukur, contohnya pada jalan
raya. Potongan melintang dibuat dari tepi menuju tepi yang lain, arah potongan melintang tegak
lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan dan diusahakan sudut tersebut dibagi sama besar.
Bila perlu buatkan 2 buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah
datang dan arah belokan selanjutnya.

Fungsi dari pengukuran waterpassing profil melintang yaitu sebagai dasar dalam
menentukan volume galian dan timbunan dalam perencanaan pembuatan jalan raya, jalan kereta
api, saluran irigasi, dsb. Pengukuran sipat datar profil melintang sendiri dipakai untuk
menentukan tinggi rendahnya tanah sepanjang garis melintang yang tegak lurus dengan garis
sumbu proyek. Cara Pengukuran waterpassing profil melintang :

a. Alat diletakan diatas titik A.

b. Lakukan centering.

c. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.

d. Ukur tinggi alat diatas patok.

e. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.


f. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, dengan rumus :

d = (BA-BB).100

g. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik
relief.

h. Lakukan berulang pada point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.

2.3.4 Pengukuran Waterpassing Lapangan (Detail)

Waterpassing Lapangan merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui keadaan


permukaan tanah atau suatu kontur tanah. Waterpassing lapangan berfungsi untuk menentukan
rencana pembuangan air dari lapangan, meratakan tanah, dan menghitung volume tanah. Hasil
pengukurannya akan berupa data peta kontur. Peta kontur adalah garis yang meghubungkan
titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama. Dalam pengukuran waterpassing lapangan ada
beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain :

a. Garis Radial (Memancar), dilakukan dengan cara mendirikan alat pada tengah pusat radial
di BM. Kemudian dihitung jarak, sudut horizontal,sudut vertikal, dan beda tinggi
menggunakan cara optis (tachymetry).

b. Jaring-jaring garis (Grid) segi 3 atau segi 4, dilakukan dengan cara membagi daerah yang
diukur dalam jaring-jaring atau grid (segi 4 atau segi 3). Selanjutnya disetiap titik diberi
patok, ketinggian titik-titik tersebut dapat diukur setelah menentukan ukuran segi 3 atau
segi 4 yang digunakan.

c. Profil, sama seperti pada metode pengukuran profil memanjang dan profil melintang. Hasil
data yang diperoleh adalah data ketinggian titik-titik yang bisa digunakan untuk membuat
peta kontur.

Pengukuran waterpassing lapangan membutuhkan dua petugas, pemegang alat dan


pemegang rambu ukur agar pembacaan didapatkan dengan hasil konsisten. Ketetapan survey
dalam pengukuran bergantung dari ketelitian saat membuat garis bidik horizontal, saat
pemegang rambu ukur memegang rambu secara vertikal, dan presisi rambu ukur yang dibaca.
Kesalahan pengukuran bisa terjadi jika terjadi penurunan alat di antara waktu bidik belakang
dan bidik muka pada stasiun alat.

2.4 Pengukuran Pemetaan Situasi

Pemetaan situasi bertujuan untuk membuat sub-peta (wilayah/ suatu daerah) permukaan
bumi yang berisi informasi tentang unsur-unsur alam dan buatan yang diwakili oleh simbol-
simbol tertentu dan direpresentasikan pada bidang pada skala tertentu. Hasil pemetaan situasi
bisa dipakai sebagai kebutuhan perencanaan teknis atau acuan untuk keperluan lainnya seperti,
pembuatan peta ukur(Peta Pendaftaran Tanah), peta untuk keperluan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Peta Detail untuk perencanaan perluasan bangunan dan lain-lainnya. Pemetaan situasi
ini mencakup penyajian dalam dimensi baik horizontal maupun vertikal. Pemetaan situasi ni
dilakukan atau digambarkan di atas bidang datar menggunakan sistem proyeksi tertentu.

1. Menentukan bentuk dari kerangka kontrol (Kerangka Peta)

Kerangka kontrol yang dipakai biasanya berbentuk poligon yang memiliki sudut banyak,
dengan tidak adanya benchmark(titik dengan koordinat yang diketahui), poligon tertutup
akan digunakan untuk memfasilitasi perhitungan dan kontrol koordinat titik. Bentuk
kerangka ini disesuaikan dengan kondisi lapangan disitu.

2. Memasang pasak yang digunakan menjadi titik poligon

Syarat untuk pemasangan pasak yaitu, harus aman dari gangguan (manusia, hewan, dan
rintangan lainnya), kondisi tanah yang stabil, antara titik sebelumnya dan titik berikutnya
harus sama-sama terlihat.

3. Pengukuran di lokasi

Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran jarak datar, pengukuran sudut horisontal,
pengukuran azimut, pengukuran detail.

Pada dasarnya prinsip kerja yang diperlukan untuk pemetaan suatu wilayah selalu dilakukan
dalam dua langkah. Yaitu, menerapkan kerangka dasar untuk mendistribusikan titik ikat dan
mengambil data titik terperinci yang mewakili citra fisik Bumi. Ditampilkan di peta. Saat
memetakan bidang, pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh ruang lingkup dan
sifat pengukuran. Bentuk rangka desain tidak harus poligonal, dan dapat berupa kombinasi dari
rangka yang sudah ada. Pengukuran pemetaan situasi memiliki dua metode yang dapat
digunakan yaitu:

1. Metode Offset

Merupakan metode yang menggunakan alat utama berupa pita / rantai dan alat bantu untuk
membuat siku (prisma). Metode offset mempunya dua cara yaitu Metode Siku-Siku (Garis
Tegak Lurus), dan Metode Mengikat (Interpolasi).

2. Metode Polar

Merupakan alat yang menggunakan theodolit kompas ( missal To ) atau theodolit repetesi
dengan unsur Azimuth dan jarak dan unsur sudut dan jarak.
2.4.1 Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak adalah salah satu bagian penting dalam pemetaan situasi. Satuan yang
umumnya biasa digunakan untuk mengukur jarak adalah meter. Pengukuran jarak langsung
dilakukan memakai pita atau pegas ukur. Di sisi lain, saat mengukur jarak di tanah miring
menggunakan alat bantu. Pengukuran jarak dalam pemetaan situasi diukur berdasarkan
perjalanan pulang pergi, lalu jarak rata-rata dihitung dari data pengukuran jarak yang diperoleh
dengan menggunakan rumus berikut.

D12 rata-rata = (D12 pergi + D12 pulang)/2

2.4.2 Pengukuran Sudut Horisontal

Selama pemetaan situasi, pengukuran sudut horizontal dilakukan dua kali yaitu pada
saat posisi normal dan posisi khusus. Saat mengukur sudut horizontal dapat digunakan sudut
luar atau dalam. Saat mengukur sudut horizontal, pengukuran diarahkan searah atau berlawanan
arah jarum jam. Setelah didapat data pengukuran sudut horizontal, maka hitung sudut
horizontal rata-rata memakai rumus berikut:

S1 rata-rata = (S1 biasa + S1 luar biasa)/

2.4.3 Pengukuran Azimut

Azimuth adalah sudut antara utara magnet dan titik target. Pengukuran arah hanya
mengukur satu titik. Poin lainnya tidak perlu diukur, tetapi dihitung. Cara mengukur azimuth:
letakkan kompas di atas total station dan arahkan teropong ke utara kompas, dari sana Anda
dapat membaca sudut horizontal (Au), kemudian arahkan teropong pada titik berikutnya dan
baca sudut horizontal (A2). Setelah azimuth awal telah diketahui dan sudut horizontal titik-titik
polygon telah diketahui, maka azimuth pada titik lain dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.

αn;n+1 = αn + βn – 180o jika βn adalah sudut kanan

αn;n+1 = αn – βn + 180o jika βn adalah sudut kiri

Jika diketahui koordinat A (XA,YA) dan koordinat B (XB,YB), maka azimut dari titik A ke titik B
adalah:

αAB = arc tg ((XB-XA)/(YB-YA))

Dasar untuk menentukan letak kuadran azimut:

Jika ∆X+/∆Y+, maka azimut (α) terletak di kuadran 1.


Jika ∆X+/∆Y–, maka azimut (α) terletak di kuadran 2.

Jika ∆X–/∆Y–, maka azimut (α) terletak di kuadran 3.

Jika ∆X–/∆Y+, maka azimut (α) terletak di kuadran 4.

Jika hasil hitungan azimut αn;n+1> 3600 maka αn;n+1 – 3600

Jika hasil hitungan azimut αn;n+1< 00 maka αn;n+1 + 3600.

Sedangkan jarak AB adalah: DAB= (XB-XA)/Sin αAB = (YB-YA)/Cos αAB

2.5 Perhitungan Koordinat

Perhitungan Koordinat dimulai dengan menghitung jarak datar rata-rata, yaitu jarak pergi
ditambah jarak pulang dibagi 2. Lalu hitung sudut horizontal rata -rata untuk setiap titik pada
poligon, kemudian hitung jumlah sudut horizontal rata-rata. Namun, untuk poligon tertutup,
sudut horizontal rata-rata harus sama dengan jumlah titik poligon dikurangi dua kali 180
derajat, atau rumus berikut:

∑S = (n – 2) . 180o, n = jumlah titik polygon

Apabila ∑S≠ (n – 2) . 180o, artinya telah terjadi kesalahan sudut horizontal sehingga
membutuhkan koreksi dengan memakai persamaan rumus berikut, Srata-rata - [(n – 2).180].
Hasilnya didapatkan sudut horizontal yang terkoreksi dan sama dengan sudut horizontal rata-
rata ditambah atau dikurangi fs/n. Selanjutnya menghitung azimut, syarat absis, serta ordinat di
polygon tertutup, saat menghitung persyaratan absis dan ordinat, keduanya harus sama. Jika
tidak sama, maka akan terjadi kesalahan dan perlu memperbaikinya dengan rumus berikut :

fx = ∑D sin A dan fx = ∑D cos A

2.5.1 Perhitungan Koordinat X dan Y

Perhitungan koodinat (X,Y) memakai metode Polar dengan argument azimuth dan
jarak.

Keterangan:
A,B = Titik Basis

a,b,c,d,e,f = Titik Detail

Aa, Ab = Jarak Detail

Aa, Ab = Azimuth magnetis

Titik-titik detail dinyatakan sebagai:

Titik a = {(cA Aa), (Aa)}

Titik b = {(a Ab), (Ab)}

Cara untuk pengukuran :

1. Menentukan atau mengetahui satu dan bisa lebih titik basis.

2. Meletakan Theodolit di titik basis dan arahkan ke arah utara , lalu ukur azimuth
antara titik basis ke titik detail.

3. Mengukur jarak menggunakan alat pita ukur antara titik basis dengan titik detail.

4. Menyatakan titik detail dengan azimuth dan jarak

Perhitungan koordinta x,y apabila diketahui X1 dan Y1, maka dapat menggunakan cara
sebagai berikut :

a. Untuk X

D 12
X1 = X1+D12 sin A12 ±
∑ D fx
D12+ D 23
X2 = X2+D23 sin A23 ±
∑ D fx
D12+ D 23+ D 34
X3 = X3+D34 sin A34 ± fx
∑D
D12+ D 23+ D 34+ D 45
X4 = X4+D45 sin A45 ± fx
∑D

X1 = X5+D52 sin A52 ±


∑ D fx = X yang diketahui
∑D
b. Untuk Y

D 12
Y1 = Y 1+D12 sin A12 ±
∑ D fx
D12+ D 23
Y 2 = Y 2+D23 sin A23 ±
∑ D fx
D12+ D 23+ D 34
Y 3 = Y 3+D34 sin A34 ± fx
∑D
D12+ D 23+ D 34+ D 45
Y 4 = Y 4+D45 sin A45 ± fx
∑D

Y 1 = Y 5+D52 sin A52 ±


∑ D fx = Y yang diketahui
∑D
2.5.2 Perhitungan Koordinat Z

Saat menghitung koordinat ketinggian (Z), metode tachymetri dapat digunakan untuk
mengukur jarak optik, sudut kemiringan, tinggi alat, dan tinggi pasak.

a. A,B,C = Titik Basis


b. A,b,c,d = Titik detail
c. a’,b’,c’,d’, = Titik proyeksi
d. Aa’, Ab’, Ac’,= Jarak basis
e. a’a, b’b, c’c, = Jarak Proyeksi
f. AB, BC = Garis basis

2.5.3 Perhitungan Profil Memanjang

Waterpassing profil memanjang di dengan arah gerakan pergi pulang, biasanya alat ini
digunakan untuk menentukan perbedaan ketinggian. Perbedaan tinggi dapat dinyatakan sebagai
berikut, dan ∆h AB dapat diperoleh dengan rumus berikut :

∆h = ∆h1 + ∆h2 + ∆h3 + ∆h4+…+ ∆hn = ∑ ∆hi


Beda tinggi pada setiap titik dihitung dan diketahui dengan memakai dasar bacaan rambu
belakang (b) dan bacaan rambu muka (m), maka persamaan di atas menjadi :

Δh = (b1 – m1) + (b2 – m2) + (b3 – m3) + ....... + (bn – mn) = (b1 + b2 + b3 + ...... +
bn) – (m1 + m2 + m3 + ...... + mn) Δh =  bi -  mi

Ringkasnya, beda tinggi antara dua titik merupakan bacaan benang tengah rambu belakang
dikurangi dengan bacaan benang tengah rambu muka.

Koreksi Kesalahan Profil memanjang : (Elevasi BM sudah diketahui)

1. Titik pengikatan dengan 1 BM tingginya dikoreksi memakai rata-rata pergi pulang.

2. Titik pengikatan dengan 2 BM, memerlukan perataan kesehatan saat pengukuran


dengan menghitung koreksi rata-rata.

3. Atau dengan 1 BM tetapi dilakukan perngkoreksian 2 kali, bertujuan untuk


meminimalisir kesalahan dan juga memperkenankan kondisi pengukuran tersebut
kembali ke titik awal, hal ini sesuai dengan definisi sipat datar tertutup.

2.5.4 Perhitungan Profil Melintang

Waterpassing profil melintang adalah penopang waterpassing profil memanjang,


dimana posisi saluran profil melintang tegak lurus dengan waterpassing profil memanjang.
Konsep perhitungan untuk menghitung profil melintang sama seperti profil memanjang, yang
membedakan adalah jarak yang lebih pendek. Namun, pengukuran profil melintang memiliki
kekhasan berupa alat akan didirikan dan diatur ke titik utama profil memanjang dengan
ketinggian yang diketahui. Setelah pengukuran, akan didapat data yang digunakan untuk
menghitung luas penampang. Koreksi perhitungan perbedaan ketinggian adalah [2BT-(BA
BB)], dan selisih antara hasil pengukuran dan hasil perhitungan berada dalam maksimal jarak
2mm.

2.6 Penggambaran Peta Situasi

Peta situasi adalah peta yang biasa digunakan dalam pekerjaan untuk mendesain jalan,
konstruksi waduk, dan proyek drainase. Peta lokasi disebut juga peta topografi skala besar.
Representasi Peta Situasi adalah perwujudan atau bentuk representasi perolehan, perhitungan,
dan pengolahan data dan informasi yang diukur sebelumnya. Peta situasi yang dibuat harus
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adapun syarat penggambaran peta situasi, yaitu :
a. Gambaran/ plot titik-titik ikat dan kerangka pada sebuah peta sebaiknya garis
penghubungnya antara titik-titik utama tersebut dibuat /digambar. Hal tersebut untuk
mengetahui jaring-jaring titik utama yang kita buat.
b. Plot titik-titik bantu dari kerangka
c. Plot titik-titik detail, titik detail berupa titik detail tinggi di lapangan, pojok-pojok
rumah, jalan, sungai dan sebagainya. Plot titik-titik tersebut akan memperlihatkan
obyek yang dikur dan apabila perlu yang kurang dilengkapi.
d. Tarik garis tinggi/ kontur yang menghubungkan antara titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama.
e. Interpolasi kontur adalah metode untuk mendapatkan harga kontur yang diinginkan
yang dimana titik-titik Di Lapangan Tingginya tidak tepat sama dengan kontur.
f. Lengkapi peta tersebut dengan simbol kartografi.

Anda mungkin juga menyukai