Disusun Oleh :
Ataria Ariandani (211910601054)
Dosen Pembimbing :
PROGRAM STUDI
TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
JEMBER
2022
BAB 1
PENDAHULUA
N
2. Waterpass
BAB 2
DASAR TEORI
a. Mengukur Jarak, dilakukan dengan cara manual atau langsung menggunakan meteran.
Pengukuran menggunakan meteran berfungsi untuk mencari garis absis yang
digunakan untuk membentuk poligon.
b. Tarik atau rentangkan meteran dari titik 1 sampai pada titik 2, lalu lihat berapa hasil
jarak dari pengukuran tersebut, lanjutkan pengukuran dari titik 2 ke titik 3 dan
seterusnya.
b. Memegang alat pada titik awaldan menarik tali meteran sampai menuju titik akhir.
c. Membaca hasil pengukuran dengan melihat angka terakhir yang ada pada alat
tersebut.
2.1.2. Pengukuran Jarak Optis dengan Total Station
Pengukuran jarak optis disebut juga dengan pengukuran tidak langsung. Pengukuran
tidak langsung merupakan pengukuran yang hasilnya tidak didapatkan secara langsung. Hasil
pengukuran bisa diperoleh jika melalui proses perhitungan dan menggunakan alat Waterpass
dan Total station. Total station dapat mengukur jarak maupun sudut. Alat ini mempunyai
benang stadia dan rambu ukur. Rambu ukur dibaca sebagai benang tengah (bt), benang atas (ba)
dan benang bawah (bb) secara berurutan. Tahapan menggunakan total station ada beberapa
yaitu :
a. Centering Alat Total Station
Mengatur dengan cara menaik-turunkan kaki statif, apabila nivo tabung tepat
ditengah, memutar 3 sekrup A,B,C secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara nivo
kotak tepat di tengah lingkaran.
Alat yang digunakan dalam pengukuran jarak optis kali ini yaitu dengan Waterpass.
Waterpass merupakan alat yang dipakai untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau
garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Cara melakukan
pengukuran jarak menggunakan Water Pass yaitu :
a. Menentukan titik A dan B dan diberi tanda misal menggunakan jallon, pen ukur, dan
sebagainya.
b. Letakan titik Nolk dari meteran atau dihimpitkan pada titik A.
c. Rentangkan meteran sampai ke titik B (tidak boleh terhalang apapun dan datar).
d. Menghitung jarak dari titik A ke titik B.
Secara umum sudut memiliki satuan yang dikenal memiliki 3 sistem yaitu, Sistem
Saksagesimal, Sistem Sentisimal, dan Sistem Radial. Konversi dari ketiga sistem tersebut akan
menghasilkan hubungan berikut :
Sudut dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu sudut Horizontal dan Vertikal. Pengukuran
dari sudut tersebut menggunakan macam-macam alat. Alat yang digunakan untuk mengukur
sudut antara lain ada kompas, meteran, metode 3,4,5, metode setengah lingkaran, metode
chord, dan untuk alat optik yang digunakan antara lain waterpass dan theodolite. Prinsip yang
menentukan besarnya sudut adalah sama seperti penggunaan Kompas, bedanya terletak pada
bacaan sudut teropong sewaktu teropong diarahkan pada titik tertentu standar nol (arah
sembarangan atau tertentu). Pada Kompas anagka nol ini tertentu yaitu arah Utara atau Selatan,
sehingga kompas bacaan sudut itu menunjukan arah azimut dari titik yang bersangkutan.
2.2.1 Pengukuran Sudut Horizontal
Pengukuran sudut horizontal adalah selisih antara dua arah horizontal yang
berlainan.Dalam pengukuran sudut horizontal dapat menggunakan cara pengukuran secara
tidak langsung(optic) atau secara waterpass. Bacaan lingkaran horizontal theodolite adalah arah
horizontal teropong ke titik bidik tertentu. Sudut horizontal ini bisa digunakan untuk
menghitung azimuth sisi poligon. Sudut horizontal dibedakan menjadi beberapa arah yaitu :
a. Sudut Azimut, merupakan sudut yang dimulai dari arah Utara atau Selatan magnit dan
searah dengan bergeraknya arah jarum jam.
b. Sudut Jurusan, merupakan sudut yang dimilai dari arah Utara atau Selatan bumi dan
searah dengan bergeraknya arah jarum jam.
c. Sudut Bearing, merupakan sudut yang dimulai dari arah Utara atau Selatan bergerak
kebalikan dengan arah jarum jam sampai arah yang dimaksud maksimal pada arah
Timur dan Barat.
d. Sudut kiri dan sudut kanan, merupakan sudut yang terbentuk oleh garis dari
perpanjangan garis sebelumnya kearah kanan atau ke kiri.
Sudut horizontal dibedakan menjadi 2, sudut dalam (interior angle) dan sudut luar (eksterior
angle). Sudut dalam (interior angle) merupakan sudut yang terletak dibagian dalam poligon
tertutup, sedangkan sudut luar (eksterior angle) merupakan sudut yang terletak dibagian luar
poligon tertutup.
a. Sudut zenith, merupakan sudut vertikal yang dimulai dari arah atas bergerak searah
dengan jarum jam hingga sampai pada arah yang bersangkutan.
b. Sudut nadir, merupakan sudut yang dimulai dari arah bawah dan bergerak
berlawanan dengan jarum jam.
c. Sudut miring/kemiringan, merupakan sudut yang dimulai dari arah mendatar dan
bergerak searah atau berlawanan dengan arah jarum jam sampai di daerah yang
dimaksud.
Tetapi sebelum menghitung beda tinggi antara dua titik, diperlukan pembacaan benang
tengah titik tersebut terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan rumus berikut :
BT = BA + BB / 2
BT = benang tengah
BA = banang atas
BB = benang bawah
Dan untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat menggunakan rumus sebagai
berikut,
BA = benang atas
BB = benang bawah
Pengukuran beda tinggi tidak luput dari adanya kesalahan pembacaan angka, oleh
karena itu dibutuhkan adanya koreksi antar hasil dalam perhitungan dengan hasil yang
didapatkan dari praktikum yang dilakukan. Pengukuran beda tinggi memiliki beberapa fungsi,
yaitu untuk merancang jalan (jalan raya, jalan baja, dan saluran yang memiliki garis gradien),
merancang proyek-proyek kontruksi berdasarkan evaluasi terencana, menghitung volume
pekerjaan tanah, menyelidiki ciri-ciri aliran dari suatu wilayah, dan terakhir mengembangkan
peta-peta yang menunjukan bentuk tanah pada umumnya.
a. 1 Slag = Satu Kali Alat Berdiri Untuk Mengukur Rambu Muka & Belakang
b. 1 Seksi = Terdiri Dari Beberapa Slag Yang Diukur Pulang – Pergi Dalam Satu Hari
c. 1 Kring/ Sirkuit = Terdiri Dari Beberapa Seksi Yang Membentuk Sirkuit
Fungsi dari pengukuran waterpassing profil melintang yaitu sebagai dasar dalam
menentukan volume galian dan timbunan dalam perencanaan pembuatan jalan raya, jalan kereta
api, saluran irigasi, dsb. Pengukuran sipat datar profil melintang sendiri dipakai untuk
menentukan tinggi rendahnya tanah sepanjang garis melintang yang tegak lurus dengan garis
sumbu proyek. Cara Pengukuran waterpassing profil melintang :
b. Lakukan centering.
d = (BA-BB).100
g. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik
relief.
h. Lakukan berulang pada point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.
a. Garis Radial (Memancar), dilakukan dengan cara mendirikan alat pada tengah pusat radial
di BM. Kemudian dihitung jarak, sudut horizontal,sudut vertikal, dan beda tinggi
menggunakan cara optis (tachymetry).
b. Jaring-jaring garis (Grid) segi 3 atau segi 4, dilakukan dengan cara membagi daerah yang
diukur dalam jaring-jaring atau grid (segi 4 atau segi 3). Selanjutnya disetiap titik diberi
patok, ketinggian titik-titik tersebut dapat diukur setelah menentukan ukuran segi 3 atau
segi 4 yang digunakan.
c. Profil, sama seperti pada metode pengukuran profil memanjang dan profil melintang. Hasil
data yang diperoleh adalah data ketinggian titik-titik yang bisa digunakan untuk membuat
peta kontur.
Pemetaan situasi bertujuan untuk membuat sub-peta (wilayah/ suatu daerah) permukaan
bumi yang berisi informasi tentang unsur-unsur alam dan buatan yang diwakili oleh simbol-
simbol tertentu dan direpresentasikan pada bidang pada skala tertentu. Hasil pemetaan situasi
bisa dipakai sebagai kebutuhan perencanaan teknis atau acuan untuk keperluan lainnya seperti,
pembuatan peta ukur(Peta Pendaftaran Tanah), peta untuk keperluan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Peta Detail untuk perencanaan perluasan bangunan dan lain-lainnya. Pemetaan situasi
ini mencakup penyajian dalam dimensi baik horizontal maupun vertikal. Pemetaan situasi ni
dilakukan atau digambarkan di atas bidang datar menggunakan sistem proyeksi tertentu.
Kerangka kontrol yang dipakai biasanya berbentuk poligon yang memiliki sudut banyak,
dengan tidak adanya benchmark(titik dengan koordinat yang diketahui), poligon tertutup
akan digunakan untuk memfasilitasi perhitungan dan kontrol koordinat titik. Bentuk
kerangka ini disesuaikan dengan kondisi lapangan disitu.
Syarat untuk pemasangan pasak yaitu, harus aman dari gangguan (manusia, hewan, dan
rintangan lainnya), kondisi tanah yang stabil, antara titik sebelumnya dan titik berikutnya
harus sama-sama terlihat.
3. Pengukuran di lokasi
Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran jarak datar, pengukuran sudut horisontal,
pengukuran azimut, pengukuran detail.
Pada dasarnya prinsip kerja yang diperlukan untuk pemetaan suatu wilayah selalu dilakukan
dalam dua langkah. Yaitu, menerapkan kerangka dasar untuk mendistribusikan titik ikat dan
mengambil data titik terperinci yang mewakili citra fisik Bumi. Ditampilkan di peta. Saat
memetakan bidang, pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh ruang lingkup dan
sifat pengukuran. Bentuk rangka desain tidak harus poligonal, dan dapat berupa kombinasi dari
rangka yang sudah ada. Pengukuran pemetaan situasi memiliki dua metode yang dapat
digunakan yaitu:
1. Metode Offset
Merupakan metode yang menggunakan alat utama berupa pita / rantai dan alat bantu untuk
membuat siku (prisma). Metode offset mempunya dua cara yaitu Metode Siku-Siku (Garis
Tegak Lurus), dan Metode Mengikat (Interpolasi).
2. Metode Polar
Merupakan alat yang menggunakan theodolit kompas ( missal To ) atau theodolit repetesi
dengan unsur Azimuth dan jarak dan unsur sudut dan jarak.
2.4.1 Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak adalah salah satu bagian penting dalam pemetaan situasi. Satuan yang
umumnya biasa digunakan untuk mengukur jarak adalah meter. Pengukuran jarak langsung
dilakukan memakai pita atau pegas ukur. Di sisi lain, saat mengukur jarak di tanah miring
menggunakan alat bantu. Pengukuran jarak dalam pemetaan situasi diukur berdasarkan
perjalanan pulang pergi, lalu jarak rata-rata dihitung dari data pengukuran jarak yang diperoleh
dengan menggunakan rumus berikut.
Selama pemetaan situasi, pengukuran sudut horizontal dilakukan dua kali yaitu pada
saat posisi normal dan posisi khusus. Saat mengukur sudut horizontal dapat digunakan sudut
luar atau dalam. Saat mengukur sudut horizontal, pengukuran diarahkan searah atau berlawanan
arah jarum jam. Setelah didapat data pengukuran sudut horizontal, maka hitung sudut
horizontal rata-rata memakai rumus berikut:
Azimuth adalah sudut antara utara magnet dan titik target. Pengukuran arah hanya
mengukur satu titik. Poin lainnya tidak perlu diukur, tetapi dihitung. Cara mengukur azimuth:
letakkan kompas di atas total station dan arahkan teropong ke utara kompas, dari sana Anda
dapat membaca sudut horizontal (Au), kemudian arahkan teropong pada titik berikutnya dan
baca sudut horizontal (A2). Setelah azimuth awal telah diketahui dan sudut horizontal titik-titik
polygon telah diketahui, maka azimuth pada titik lain dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut.
Jika diketahui koordinat A (XA,YA) dan koordinat B (XB,YB), maka azimut dari titik A ke titik B
adalah:
Perhitungan Koordinat dimulai dengan menghitung jarak datar rata-rata, yaitu jarak pergi
ditambah jarak pulang dibagi 2. Lalu hitung sudut horizontal rata -rata untuk setiap titik pada
poligon, kemudian hitung jumlah sudut horizontal rata-rata. Namun, untuk poligon tertutup,
sudut horizontal rata-rata harus sama dengan jumlah titik poligon dikurangi dua kali 180
derajat, atau rumus berikut:
Apabila ∑S≠ (n – 2) . 180o, artinya telah terjadi kesalahan sudut horizontal sehingga
membutuhkan koreksi dengan memakai persamaan rumus berikut, Srata-rata - [(n – 2).180].
Hasilnya didapatkan sudut horizontal yang terkoreksi dan sama dengan sudut horizontal rata-
rata ditambah atau dikurangi fs/n. Selanjutnya menghitung azimut, syarat absis, serta ordinat di
polygon tertutup, saat menghitung persyaratan absis dan ordinat, keduanya harus sama. Jika
tidak sama, maka akan terjadi kesalahan dan perlu memperbaikinya dengan rumus berikut :
Perhitungan koodinat (X,Y) memakai metode Polar dengan argument azimuth dan
jarak.
Keterangan:
A,B = Titik Basis
2. Meletakan Theodolit di titik basis dan arahkan ke arah utara , lalu ukur azimuth
antara titik basis ke titik detail.
3. Mengukur jarak menggunakan alat pita ukur antara titik basis dengan titik detail.
Perhitungan koordinta x,y apabila diketahui X1 dan Y1, maka dapat menggunakan cara
sebagai berikut :
a. Untuk X
D 12
X1 = X1+D12 sin A12 ±
∑ D fx
D12+ D 23
X2 = X2+D23 sin A23 ±
∑ D fx
D12+ D 23+ D 34
X3 = X3+D34 sin A34 ± fx
∑D
D12+ D 23+ D 34+ D 45
X4 = X4+D45 sin A45 ± fx
∑D
D 12
Y1 = Y 1+D12 sin A12 ±
∑ D fx
D12+ D 23
Y 2 = Y 2+D23 sin A23 ±
∑ D fx
D12+ D 23+ D 34
Y 3 = Y 3+D34 sin A34 ± fx
∑D
D12+ D 23+ D 34+ D 45
Y 4 = Y 4+D45 sin A45 ± fx
∑D
Saat menghitung koordinat ketinggian (Z), metode tachymetri dapat digunakan untuk
mengukur jarak optik, sudut kemiringan, tinggi alat, dan tinggi pasak.
Waterpassing profil memanjang di dengan arah gerakan pergi pulang, biasanya alat ini
digunakan untuk menentukan perbedaan ketinggian. Perbedaan tinggi dapat dinyatakan sebagai
berikut, dan ∆h AB dapat diperoleh dengan rumus berikut :
Δh = (b1 – m1) + (b2 – m2) + (b3 – m3) + ....... + (bn – mn) = (b1 + b2 + b3 + ...... +
bn) – (m1 + m2 + m3 + ...... + mn) Δh = bi - mi
Ringkasnya, beda tinggi antara dua titik merupakan bacaan benang tengah rambu belakang
dikurangi dengan bacaan benang tengah rambu muka.
Peta situasi adalah peta yang biasa digunakan dalam pekerjaan untuk mendesain jalan,
konstruksi waduk, dan proyek drainase. Peta lokasi disebut juga peta topografi skala besar.
Representasi Peta Situasi adalah perwujudan atau bentuk representasi perolehan, perhitungan,
dan pengolahan data dan informasi yang diukur sebelumnya. Peta situasi yang dibuat harus
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adapun syarat penggambaran peta situasi, yaitu :
a. Gambaran/ plot titik-titik ikat dan kerangka pada sebuah peta sebaiknya garis
penghubungnya antara titik-titik utama tersebut dibuat /digambar. Hal tersebut untuk
mengetahui jaring-jaring titik utama yang kita buat.
b. Plot titik-titik bantu dari kerangka
c. Plot titik-titik detail, titik detail berupa titik detail tinggi di lapangan, pojok-pojok
rumah, jalan, sungai dan sebagainya. Plot titik-titik tersebut akan memperlihatkan
obyek yang dikur dan apabila perlu yang kurang dilengkapi.
d. Tarik garis tinggi/ kontur yang menghubungkan antara titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama.
e. Interpolasi kontur adalah metode untuk mendapatkan harga kontur yang diinginkan
yang dimana titik-titik Di Lapangan Tingginya tidak tepat sama dengan kontur.
f. Lengkapi peta tersebut dengan simbol kartografi.