Anda di halaman 1dari 88

Pengukuran Tanah

Metoda Poligon
Menyipat Datar Memanjanag
Dalam ilmu ukur tanah, pekerjaan pengukuran dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Ukur Tanah Datar (Plane Survey)
adalah pengukuran yang tidak memperhitungkan bentuk
dan ukuran bumi. ...
2. Geodesi (Geodetic Survey) adalah
suatu pengukuran yang sudah memperhitungkan bentuk
dan ukuran bumi
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif
atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

Apa tujuan belajar ilmu ukur tanah?


Secara umum, tujuan ilmu ukur tanah ini adalah untuk : menentukan posisi sembarang
bentuk yang berbeda di permukaan bumi. ... menentukan panjang, arah dan
kedudukan (posisi) dari suatu garis yang terdapat pada permukaan bumi yang
merupakan batas dari suatu areal tertentu
Apa itu jarak dalam ilmu ukur tanah?
Pengukuran jarak merupakan salah satu pekerjaan utama pada ukur
tanah. Pada ukur tanah yang umumnya bertujuan untuk pembuatan
peta, jarak yang dimaksud adalah jarak horizontal atau jarak mendatar

Apa itu azimuth dalam ilmu ukur tanah?


Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian
acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara,
tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai
selatan sebagai arah acua

Pengukuran Jarak adalah merupakan basis dalam pemetaan. Walaupun sudut-


sudut dapat dibaca seksama dengan peralatan yang rumit, paling sedikit ada
sebuah garis yang harus diukur panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut
dalam penentuan lokasi titik-titik. Secara umum jarak dapat dibagi menjadi
menjadi dua, yaitu : 1. Jarak horizontal (Hd) 2. Jarak Miring (Sd)
Pengukuran Pengukuran jarak dalam pemetaan pemetaan dapat dilakukan
dilakukan dengan 3 cara: 1. Pengukuran jarak dengan pita ukur (secara
langsung) 2. Pengukuran jarak secara optis (secara tidak langsung) 3.
Pengukuran jarak dengan cara Elektronis (secara langsung ).
PENGUKU POLIGO
RAN ON
Apa yang dimaksud dengan poligon?
Poligon (/ˈpɒlɪɡɒn/)(secara literal "banyak sudut", dari Bahasa Yunani
Kuno "poly" banyak + "gon" sudut) merupakan bangun datar yang
terdiri dari garis lurus yang bergabung untuk membentuk rantai
tertutup atau sirkuit.

Poligon atau segi banyak merupakan kurva tertutup yang seluruh


sisinya dibatasi oleh garis. ... Poligon beraturan memiliki ciri, yaitu :
sisi-sisi sama, sudut-sudut sama, dan bentuknya harus cembung.
Contoh : segitiga sama sisi, bujur sangkar, pentagon, heksagon,
heptagon, oktagon, nonagon, dekagon, dan lain-lain.

Apa yang dimaksud dengan segi banyak tidak beraturan?


Segi banyak tak beraturan adalah suatu kurva tertutup (bangun datar)
yang dibatasi oleh lebih dari 2 buah sisi berupa garis lurus yang
beberapa sisinya memiliki panjang yang berbeda, serta beberapa
sudutnya juga tidak sama besar.
Pengertian Poligon
• Poligon terdiri dari dua kata, poly dan gone. Arti kata Poly bermacam-macam.
Sedangkan makna gone adalah titik. Oleh karena itu, bentuk ini dapat diartikan sebagai
banyak sudut.
• Ada dua jenis poligon tertutup dan terbuka. Dia dikatakan tertutup ketika titik awal dan
titik akhir bertemu pada suatu titik. Bentuk terbuka ditandai dengan titik awal dan akhir
yang tidak bertemu pada suatu titik.
• Ciri Ciri Poligon
• Nama tersebut disesuaikan berdasarkan jumlah sisi, salah satunya terkait dengan
jumlah awalan Yunani yang diakhirnya ditambah dengan gon.
• Segi empat tepat
• Segi empat sama
• Segi empat selari
• Rombus
• Trapesium
• Lelayang
• Ciri Poligon beraturan , yaitu : sisi-sisi sama,
sudut-sudut sama, dan bentuknya harus
cembung
• Contoh nya : segitiga sama sisi, bujur sangkar,
pentagon, heksagon, heptagon, oktagon,
nonagon, dekagon
• Poligon tidak beraturan memiliki ciri-ciri yaitu :
sisi-sisi tidak sama, sudut-sudut tidak sama, dan
bentuknya bisa cembung dan cekung.
• Contoh nya : segitiga sama kaki, segitiga siku-
siku, persegi panjang, belah ketupat, jajaran
genjang, trapesium
Apa yang dimaksud dengan pengukuran poligon?
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan
garis lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah
rangkaian (jaringan) titik atau poligon.
Apa kegunaan dari pengukuran poligon?
Poligon adalah metode untuk menentukan posisi horizontal dari titik-
titik di lapangan yang berupa segi banyak dengan
melakukan pengukuran sudut dan jarak. tujuannya adalah untuk
mendapatkan data-data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y).
kenapa harus membentuk poligon ?
Apa yang dimaksud dengan koordinat poligon?
Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang
sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai
kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka dasar, posisi
atau koordinat titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan
secara teliti
Pengukuran Detail Poligon
Yang dimaksud titik detail adalah semua benda atau titik-titik
benda yang merupakan kelengkapan dari sebagian permukaan
bumi. Benda tersebut meliputi benda-benda buatan manusia
seperti gedung-gedung, jalan raya, saluran drainasi, dengan segala
perlengkapannya dan benda-benda alam seperti gunung, bukit,
sungai, jurang, danau, dll.
Untuk pembuatan peta situasi, detail yang diambil meliputi detail
planimetris dan detail-detail ketinggian. Detail planimetris
menyangkut posisi horisontal dari bangunan-bangunan rumah,
jalan, jembatan, saluran air, lapangan serta batas-batas areal dan
sebagainya. Sementara detail-detail ketinggian diperlukan untuk
penggambaran keadaan topografi lapangan yang nantinya akan
digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur.
Pada pengukuran detail
dikenal dua metode pengukuran yaitu
:

1.Metode Ekstrapolasi
2. Metode interpolasi.

1. Metode Ekstrapolasi
Pada cara ini penentuan titik-titik detail dimulai satu titik
dasar.
Di kenal dua cara dalam menentukan letak titik detail
terhadap garis ukur yaitu sistem koordinat ortogonal dengan
azimuth dan Sistem koordinat kutub dengan arah
2. Metode interpolasi. (1)
Pada garis ukur dibentangkan garis ukur, pangkal garis dari
perpanjangan-perpanjangan diukur dengan rol meter.
Metode ini sering disebut juga dengan cara hubungan garis ukur.
Dalam praktek, metode ekstrapolasi dengan sistem koordinat
ortogonal dan metode interpolasi dapat dipakai bersama-sama
tergantung pada keadaan lapangan dan situasi yaitu pengukuran
jarak yang dilakukan dengan pegas ukur, sedangkan alat-alat lain
seperti prisma, jalon digunakan untuk membuat sudut siku-siku
atau memancang garis lurus.
Pada metode ekstrapolasi dengan sistem koordinat kutub dipakai
pada pesawat theodolit.
2. Metode interpolasi. (2)
Cara ini kemudian terkenal dengan cara Tachimetry, yaitu cara
pengukuran detail yang dapat mencakup daerah yang lurus dan
dengan pekerjaan yang tepat.
Prinsipnya adalah dengan mengukur arah azimuth atau sudut dari
titik detail terhadap sisi poligon, jarak serta beda tingginya.
Pengambilan cukup dilakukan dari titik-titik poligon utama.
Pengambilan detail harus mewakili keadaan medan dengan
mengingat prinsip interpolasi linier.
Dengan prinsip tersebut, maka antara dua titik detail yang
berdekatan dianggap perubahan tinggi liniernya. Jumlah titik detail
disesuaikan dengan kondisi serta skala peta yang dibuat.
2. Metode interpolasi. (3)
Detail yang terlalu banyak akan menyulitkan plotting dan
penggambarannya.
Sedangkan jika terlalu sedikit, detail-detail tersebut tidak dapat
mewakili kondisi lapangan yang sebenarnya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengambilan titik
detail adalah sebagai berikut :
1. Theodolit didirikan di atas titik poligon, kemudian mengatur
sumbu I serta mencatat tinggi alatnya.
2. Membidik titik poligon di depan atau di belakangnya,
kemudian mencatat bacaan sudut horisontalnya.
2. Metode interpolasi. (4)
3. Mendirikan rambu di tempat yang dianggap perlu untuk
pengambilan titik detail, kemudian membidikan teropong ke
rambu lalu membaca bacaan benang (benang atas, benang
tengah, benang bawah) dan bacaan sudut horisontalnya.
4. Membuat sket yang menggambarkan letak alat dan letak titik
detail yang diambil serta keterangan-keterangan lain yang
sekiranya diperlukan.
5. Memindah rambu ke tempat lain yang memiliki perbedaan
tinggi, kemudian membidiknya dengan teropong lalu membaca
bacaan benang dan sudut horisontalnya, serta membuat sket titik
detail yang diambil, begitu seterusnya.3.
Unsur-unsur yang akan dicari dalam pengukuran detail ini
harus lengkap sehingga memudahkan pengeplotan dalam
penggambaran. Unsur-unsur tesebut antara lain adalah
dengan menentukan dahulu koordinat titik detailnya.
Koordinat titik detail dihitung dengan rumus :
X1A = X1 + D sin α1A
Y1A = Y1 + D cos α1A
Agar detail poligon tersebut terarah, maka perlu diketahui
sudut arahnya (azimuth). Penentuan azimuth detail
poligon dapat ditentukan dengan mengetahui azimuth
poligon utama yang telah dihitung sebelumnya pada
pengukuran poligon.
Penentuan azimuth detail poligon dihitung dengan rumus :
α1A = α1 – (H1A ± Δf )……………dst, di titik P1
α2A = α2 – (H2A ± Δf )..……….….dst, di titik P2
Keterangan :
αA = azimuth detail poligon
Δf = koreksi sudut
α1 = azimuth poligon utama
Hm = sudut horizontal muka poligon
H = sudut horisontal detil poligon
Jarak yang digunakan untuk hitungan titik-titik detail
poligon adalah jarak optis.
Penentuan & Perhitungan Azimuth

• Azimuth adalah sebuah sudut


yang dibentuk dari 2 titik dengan
arah utara.
• Penentuan & Perhitungan
Azimuth ;
• Gambar 1 :merupakan gambar
Azimuth yang di bentuk dari titik
1 ke titik 2 (A12).
• Gambar 2 :merupakan sebuah
gambaran perhitungan azimuth
dari 2 titik
Perhitungan Koordinat Detail
• Hitung Azimuth titik 1 ke titik 2 :
• A12 = Arctan ((X2 - X1) / (Y2 - Y1))
• A12 = Arctan ((1000 - 900 ) / (1000 - 980))
• A12 = Arctan 5
• A12 = 78.6900o
• A12 = 78o 41’ 24”
• A12 = 78˚41’24” + 180˚ (berada di kuadran III) maka hasil dari perhitungan ditambahkan
180o jadi hasilnya 258˚41’24”
• A12 = 258˚41’24”
• Utuk menentukan azimut dari titik 1 ke detail a, dpt dihitung dengan ;
• A1a = B1 - (360˚ - A12)
• A1a = 200˚05’10” - (360˚ - 258˚41’24”)
• A1a = 97˚23’46”
Perhitungan Koordinat Detail
Hitung Koordinat titik detail a :
- Untuk koordinat Xa
Xa = X1 + d sin A1a
Xa = 1000 + 22.356 sin 97˚23’46”
Xa = 1022.1789
- Untuk koordinat Ya
Xa = X1 + d cos A1a
Xa = 1000 + 22.356 cos 97˚23’46”
Xa = 997.1210
Perhitungan poligon pada dasarnya adalah perhitungan sebuah detail yang
berkesinambungan secara pararalel.Sebuah poligon mempunyai koreksi, baik
itu koreksi sudut ataupun koreksi linier.
POLYGON

Definisi Polygon :

Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang


panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran
lapangan.
Tujuan Pengukuran Polygon :

Tujuan pengukuran polygon adalah


menetapkan koordinat dari titik sudut
yang diukur.

Sedangkan data yang diukur adalah :

 Besar, sudut –
sudutnya.
 Panjang sisi – sisinya.
Fungsi Pengukuran Polygon

Fungsinya adalah :
 Untuk membuat kerangka
 Pengukuran titik tetap ( bench mark ).
 Pengukuran rencana jalan raya, api,
kereta
 irigasi,
Sebagai daerah
dasarindustri,
untuk perumahan.
tempat pelaksanaan
pengukuran yang lainnya.
Bentuk Pengukuran Polygon

 Polygon tertutup/keliling
 Polygon terbuka

 Polygon tertutup/keliling
 Titik awal dan titik akhir merupakan titik yang
sama.
 Untuk pengukuran sudut yang dilaksanakan sudut luar, maka
kesalahan dapat dikontrol dari pengukuran karena jumlah
sudut luar dari segi n harus sama dengan (2 n + 4) 900 atau
(n + 2) 1800.
 Sedangkan untuk pengukuran sudut yang dilaksanakan sudut
dalam, maka kesalahan pengukuran dapat dikontrol, dimana
jumlah sudut dalam harus sama dengan (2n – 4) 900 atau (n 2)
-
1800. Dimana n adalah banyaknya sudut.
Poligon tertutup adalah kerangka dasar
1.Poligon Tertutup pengukuran yang membentuk poligon
segi banyak yang menutup. Yang
(1) dimaksud menutup adalah apabila
mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2
dan seterusnya akan kembali ke titik 1
lagi. Sehingga akan membentuk segi
banyak. Fungsi dari kembali ke titik
awal adalah digunakan untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap
segi banyak tersebut

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan
semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda. lalu bagaimana cara menerapkan di
lapangannya? Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan jumlah titik poligon
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka
membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan sedikit titik poligon yang
terpenting menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin
besar. Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya menghitung jumlah keseluruhan sudut
dalam bisa menggunakan rumus (n-2)x180.
1. Poligon Tertutup (1)
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat.

Hasil hitungan tersebut adalah sudut apabila poligon tersebut benar-benar menutup.
tapi tahukah anda bahwa pengukuran di lapangan tidak bisa seperti itu. biasanya ada
sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena beberapa faktor di lapangan. Misalkan
saya bandingkan hasil pengukuran dari lapangan sebelum dikoreksi didapat jumlah
sudut dalam sebesar 720d54'43" (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil
pengukuran saya ini ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43". Maka yang
harus dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai dengan hasil rumus di
atas.

Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi dari poligon tertutup ini adalah untuk
mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari titik awal atau titik 1
dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut. Maka saat kita kembali ketitik awal
lagi setelah melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya elevasi akhir adalah 100 m
juga. apabila lebih atau kurang dari itu maka harus dikoreksi
U

P1 P2

P3
P6 SUDUT
LUAR

P5 P4

• Titik pertama sama dengan titik akhir


U

P2
P1

P3
P6 SUDUT
DALAM

P5 P4

• Titik pertama sama dengan titik akhir


Polygon Terbuka
 Titik pertama tidak sama dengan titik akhir

 Polygon terbuka Bebas

 Pada polygon ini dalam pengukuran sudut dan jarak


tidak dapat dikontrol.
 Dalam pengukuran ini tidak memerlukan ketentuan tentang
letaknya dalam peta maka, tidak dapat memerlukan
hitungan. Hitungan dalam pemetaannya, jadi cukup diukur
panjang sisi dan besar sudutnya.
Pengukuran poligon terbuka digunakan

2. Poligon Terbuka untuk mengukur jalan, sungai, maupun


irigasi. Tapi jarang digunakan untuk
mengukur luas lahan terbuka. Yang
dimaksud terbuka disini adalah poligon
tersebut tidak mempunyai sudut dalam
seperti pada tertutup. jadi pengukuran di
mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke
titik awal seperti pada gambar di samping
ini.
Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2
yaitu terikat sempurna dan tidak terikat
sempurna
. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data koordinat pada titik awal
dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna
adalah hanya mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat
tersebut bisa didapatkan dari benchmark.
Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya surveyor-
surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang bisa menggunakan ini karena yakin
ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat
tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa melakukannya
U

P1
P2

P3

• Titik pertama tidak sama dengan titik akhir

P4

P5
Polygon Terbuka terikat sebagian

Dalam pengukuran polygon terbuka terikat


sebagian harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Satu titik harus diketahui koordinat.


 Satu sisi harus diketahui sudut jurusannya.
 Dua buah titik harus diketahui
koordinatnya.
Maka untuk memenuhi syarat pertama harus memilih
sebuah titik tetap (becnh mark) sebagai salah satu titik
polygon yang sudah ada koordinatnya, dengan tujuan
memudahkan perhitungan titik berikutnya.

Sedangkan untuk memenuhi syarat kedua sebelum


memulai pengukuran hendaknya theodolite
diarahkan dahulu ke titik tetap lainnya agar dapat
dihitung sudut jurusannya dari 2 buah titik yang
berkoordinat. Untuk polygon jenis ini besar sudut
dan jarak yang berukur tidak dapat dikoreksi secara
analitis.
U

P2 P3

P1(x,y) P4

P5
P3
P2(x,y)

P1(x,y) P4

P5
Polygon Terbuka Terikat Sempurna

 Mengukur polygon terbuka terikat


sempurna, titik tetap awal dan titik tetap
akhir harus sudah diketahui koordinat dan
sudut jurusannya.

 Dari titik tetap itulah pengukuran diarahkan


ketitik lain kemudian diukur sudut-sudut pada
titik tersebut, sehingga mendapatkan sisi sudut
jurusan yang berhubungan. Untuk jenis polygon
ini sudut maupun jarak dapat dikoreksi secara
analitis.
Koreksi sudut pada polygon macam ini adalah
sebagai berikut :

Pada pelaksanaan pengukuran yang didapat


β
sebelah kanan maka sudut dapat dikoreksi :
β = α awal – α akhir + n . 180

Sedangkan bila pengukuran didapat β sebelah


kiri maka sudut dapat dikoreksi :
β = α akhir – α awal + n . 180

β = jumlah sudut terukur


β
β
β
β

SUDUT β
KANAN
U

β
P1(x,y) β P3 U
β
P2 β P5
P
4

SUDUT β
KIRI

P6
• Titik pertama tidak sama dengan titik akhir
Syarat Pembuatan Titik Polygon

a) Dalam menentukan jumlah titik polygon, harus


berdasarkan pada fungsi polygon.
b) Bentuk polygon diusahakan tidak terlalu banyak
sudut.
c) Jarak dari setiap titik – titik polygon diusahakan
mendekati sama dan tidak terlalu pendek.
d) Diusahakan tidak membentuk sudut
lancip.
Syarat Penempatan Titik Polygon :

 Memudahkan untuk pelaksanaan pengukuran.


 Titik polygon harus dipilih pada daerah yang mudah
dibidik secara langsung.
 Untuk memudahkan mencari titik polygon,
usahakanlah titik polygon tersebut terletak dekat
dengan obyek – obyek yang mudah dikenal,
misalnya : pohon, tiang listrik dan lain – lain.
Pengukuran Sudut :

Untuk mendapatkan pengukuran sudut


yang teliti pengukuran dilaksanakan
minimum 2 kali, yaitu :

 Pengukuran sudut datar posisi biasa ( posisi I ).


 Pengukuran sudut datar posisi luar biasa ( posisi
II ) semakin banyak bacaan sudut yang diambil,
maka kita dapat membandingkan bacaan sudut
yang paling teliti ( lihat contoh tabel bacaan
sudut datar dibawah ).
Bacaan sudut Besaran sudut
No. Rata- Ket
Ttk Target rata
Biasa Luar biasa Biasa Luar biasa

03 05º30’40” 185º30’41”

01 105º14’30” 105º14’28” 105º14’29”

02 110º45’09” 290º45’09”

01 274º53’06” 94º53’06”

02 124º53’06” 124º53’08” 124º53’07”

03 39º46’12” 219º46’14”
Pengukuran Jarak

Untuk menghitung koordinat, maka dibutuhkan jarak


mendatar dari setiap sisi polygon, dibandingkan
dengan pengukuran sudut, pengukuran jarak
biasanya lebih sulit. Untuk mencapai hasil yang teliti
diperlukan pengukuran beberapa kali minimal 2 kali
pengukuran.

Alat untuk mengukur jarak harus disesuaikan dengan


situasi dan kondisi di lapangan, sedangkan alat yang
digunakan adalah rol meter, optis (substensbar), EDM
(Electrinic Distance Meter).
Perhitungan Polygon

Untuk perhitungan koordinat titik, dibutuhkan beberapa


hal sebagai berikut :

Misalnya harus ditentukan letak titik P dari


U titik A yang telah diketahui koordinatnya,
d
maka yang perlu ditentukan lebih dahulu
adalah ARAH dari titik A ke titik P

α A- Untuk menentukan dimana letaknya titik P


pada arah itu, diperlukan JARAK antara
P
titik P ke titik A untuk diketahui,
dimisalkan jarak sama dengan d
A
Maka diarah AP dibuat jarak sebesar d
sehingga letak titik P dan titik A dapat
diketahui
Jadi untuk menentukan letak titik lainnya, diperlukan
unsur-unsur :

 Arah/sudut jurusan/Azimuth
 Jarak.

Suatu arah ditentukan dengan sudut yang :

 Dimulai dari arah utara geografis.


 Diputar searah dengan jalannya jarum jam.
 Diakhiri pada arah yang bersangkutan.
Sudut jurusan/azimuth ini diberi tanda α, bila ini
memgenai arah titik A ke titik P, maka sudut jurusan
dari A ke P ditulis dengan α.A.P.

Dengan demikian unsur-unsur yang diperlukan menjadi :

 Sudut jurusan α
 Jarak d.
Cara Menghitung Azimuth

P4
U

P3
A

P1

B
P2

Gambar Polygon Terikat.


Terlihat dari gambar diatas diumpamakan titik
polygon A dan B koordinatnya sudah diketahui
maka azimuth A-B dapat diketahui dengan cara :

X b X a
Azimuth A-B = tg. AB = Yb  Ya

Dengan diketahuinya azimuth AB dan sudut-sudut


βB, βP1, βP2 dan seterusnya maka αB-P1 :α P1-
P2:αP1-P2 dan seterusnya dapat dicari sebagai berikut
:
αB . P1 =αA.B ±βB ± 180˚
αB . P1 =αA.B +βB - 180˚

αP1 . =α
P2 B.p1 +βP1 - 180˚

αP2
. P3 =αP1.p2 +βP2 - 180˚ dan seterusnya dimana

β = sudut terukur
Contoh Perhitungan Azimuth

B
P3

β
P1
β
β
P2
A
Diketahui :
Polygon terikat seperti gambar diatas .
Koordinat titik A:x = 2050,57
y = 6180,30
B:x = 2062,14
y = 6270,92
βA = 125˚59’
βP1 = 223˚32’
βP2 = 115˚40”

Ditanyakan : αA-P1 =
αP1.P2 =
αP2.P3 =
Jawab :α B-A = Tg =
YA  X B
YA  X B

2050,57 2062,14 

= 11,57  6270,92
6180,30 
90,62

αAB = 7°16’33” + 180˚00’00” = 187˚16’33”


αA-P1 =
αP1.P2 =
αP2.P3 =
Menghitung Koordinat Titik

Lihat gambar halaman 1-8

Diumpamakan sudut jurusan (α) dan jarak (s), karena


titik koordinat awal sudah diketahui, maka koordinat
titik selanjutnya dapat diketahui dengan rumus :
Koordinat XP1 = XB + SB.P1 Sinα B.P1

Sedangkan untuk

Koordinat YP1 = YB + SB.P1 Cosα B.P1


Koreksi

Disebabkan adanya kesalahan pada sudut-sudut yang diukur


( ) kesalahan pada proyeksi di sumbu X (Fx) dari kesalahan
pada proyeksi disumbu y, untuk mengatasi kesalahan F α
tidak dapat perlu bagi rata pada semua sudut. Tetapi
adakalanya F α tidak dapat dibagi habis dengan banyaknya
sudut, maka koreksi sudut yang berlainan dengan koreksi
yang telah dibulatkan diberikan kepada sudut polygon yang
mempunyai kaki sudut terpendek, karena pengukuran kaki
sudut yang pendek kurang teliti disebabkan besarnya
bayangan, sehingga mengarahkan garis ke titik tengah
bayangan yang kelihatan besar itu menjadi sulit dan kurang
tepat.

Sedangkan kesalahan Fx dan Fy dibagi absis x dan


pada
ordinat y.
Cara koreksi sebagai berikut :

Absisnya diberi koreksi :


S
X1 = S
.Fx

Dan ordinatnya diberi koreksi :

X1 = dimana

S = jarak
S = jumlah jarak
Fx = kesalahan absis x
Fy = kesalahan ordinat y
Langkah kerja hitungan koordinat titik

 Jumlah sudut – sudut yang diukur.


 Tentukan Fα dan berilah kepada sudut – sudut yang
diukur.
 Hitunglah azimuth, berdasarkan sudut yang sudah
dikoreksi.
 Hitunglah S. sinα dan S. cos α .
 Jumlahkan S. sinα dan S. cos α .
 Hitunglah FX dan Fy kepada absis dan ordinat titik
polygon.
 Hitunglah koordinat titik polygon berikutnya :
karena
1-2
X2 = X1 + S. sin α
Y2 = Y1 + S. cos α 1-2
Contoh Perhitungan Polygon Tertutup

A. Polygon keliling/tertutup

• Hasil pengukuran polygon tertutup sebagai


berikut

• Koordinat titik P1 = (2030,496,4638,964)


α P1.P2 = 80˚ 30”35”
U P2

117°10’15”
P1 109°43’20” P3
120°20’51”

140°34’10”
114°20’27”
P6
P4
117°50’16”

P5
Pengukuran Profil
Pengukuran profil bertujuan untuk menentukan elevasi titik-titik
pada permukaan tanah sepanjang garis tertentu sehingga akan
diperoleh profil (potongan tegak dari permukaan tanah
sepanjang garis itu). Potongan-potongan tersebut sangat
diperlukan dalam pembuatan bangunan sipil seperti saluran
irigasi dan drainase, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain.
Penyipat datar profil (profil levaling) adalah penyipat datar
berantai dengan sejumlah pembacaan ke muka diantara titik-
titik pindah. Jadi di sini ada stasiun-stasiun tambahan yaitu titik
antara, dan stasiun-stasiun pokok yaitu titik utama dan dan titik
pindah.
Pengukuran profil ini dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran
profil memanjang dan pengukuran profil melintang
. Profil memanjang diperlukan dalam pembuatan trase jalan
raya, jalan kereta api, saluran air dan lain-lain. Untuk
menghitung berapa luas tanah yang harus digali maupun berapa
luas daerah yang harus ditimbun, maka diperlukan data yang
lengkap dari hasil pengukuran profil memanjang maupun
pengukuran profil melintang.
Data tersebut dituangkan dalam suatu grafik dengan garis
mendatar menyatakan jarak antar titik dan garis tegak
menyatakan elevasinya.
Dalam pelaksanaan pengukuran profil melintang diusahakan
sedetail mungkin, artinya jarak yang diambil dalam pengukuran
profil melintang disesuaikan dengan kondisi medan. Bila
kondisi medan berbukit-bukit, maka jarak antar profil lebih
pendek dibandingkan dengan kondisi medan yang mendatar.
Langkah Kerja
1. Profil Memanjang
 Meletakkan waterpass di titik pertama kemudian mengatur
sumbu menjadi vertikal. Kedudukan waterpass selalu tetap di
titik pertama selama pengukuran profil memanjang.
 Membidik rambu pada titik kedua dengan alat bantu bidikan
kasar (visier), kemudian mengunci pesawat.
 Menempatkan rambu tepat sepanjang garis antara titik pertama
dan titik kedua dengan interval 5 m. Tetapi apabila kondisi
medan tidak memungkinkan, maka interval jaraknya dapat
diambil lebih panjang atau juga lebih pendek.
 Membidik rambu kemudian membaca bacaan benang.
 Mengulangi langkah i – iv pada titik-titik yang lain.
2. Profil Melintang (1)
Titik-titik yang dijadikan acuan pada pengukuran profil melintang
adalah titik-titik hasil pengukuran profil memanjang dengan arah
bidikan sebesar 90º dan 270º dan dengan jarak sejauh 15 m tiap
sisinya.
Langkah kerja dalam pengukuran profil melintang adalah sebagai
berikut :
 Menempatkan waterpass di atas titik pertama kemudian
mengatur sumbu I menjadi vertikal.
 Membuat arah 00˚00’00” dengan cara membidikan pesawat ke
titik kedua.
 \
2. Profil Melintang (2)
 Memutar pesawat sebesar 90º, kemudian menempatkan rambu
pertama pada titik terjauh (15 m), sedangkan rambu-rambu
yang lain ditempatkan pada titik yang mempunyai beda tinggi
(mewakili medan).
 Membaca bacaan benang pada tiap-tiap titik dan mencatatnya.
 Memutar pesawat sebesar 180º sehingga bacaan sudut menjadi
270º.
 Menempatkan rambu pertama di titik terjauh (15 m).
 Menempatkan rambu-rambu yang lain yang dapat mewakili
kondisi medan searah bidikan pesawat. Penempatan rambu
dimulai dari titik terjauh kemudian mendekat menuju pesawat.
 Mengulangi langkah i- vii untuk titik-titik yang lain.
Pengukuran Menyipat Datar Memanjang
mm
Menggunakan

Pada pengukuran menyipat datar memanjang, dua titik tetap yang


akan diukur tingginya (titik awal dan titik akhir) umumnya
memiliki jarak yang cukup jauh (± 50 m). Oleh karena itu tidak
mungkin dilakukan pekerjaan sekali waterpassing melainkan
harus dilaksanakan serangkaian pekerjaan waterpassing antara
dua titik tetap tersebut.
Mengingat hal tersebut, maka perlu diketahui pengertian sebagai
berikut :
1. Satu trayek adalah jarak antara dua titik tetap yang diukur beda tingginya.
Satu trayek dibagi dalam seksi-seksi.
2. Satu seksi adalah jarak pengukuran pergi pulang dalam waktu satu hari
sesuai kemampuan si pengukur. Satu seksi dibagi lagi ke dalam beberapa
slag.
3. Satu slag adalah jarak antara rambu muka dan belakang dalam sekali
mendirikan alat. Panjang tiap slag dipengaruhi oleh kondisi medan. Semakin
terjal atau berbukit-bukit suatu medan, maka panjang slag semakin pendek.
Selain itu pembesaran teropong atau kemampuan alat juga berpengaruh.
Untuk pekerjaan-pekerjaan teknis, pembesaran teropong yang baik adalah
antara 20 – 30 kali. Untuk itu pada cuaca cerah, panjang slag dapat
mencapai 40m – 90 m. Jumlah slag diusahakan genap. Hal ini dilakukan
untuk menghindari tejadinya kesalahan pengukuran akibat perbedaan titik
nol pada masing-masing rambu (misal ; rambu aus).
Adapun pengukuran tinggi antara dua titik itu sendiri dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Waterpass ditempatkan di salah satu titik, kemudian membidik
rambu yang diletakkan di titik lainnya (lihat gambar dibawah ini).

Beda tinggi antar titik dihitung


dengan rumus :
Keterangan :
ΔH = Ta – Bt ΔH = beda tinggi
Ta = tinggi alat
Bt = benang tengah
2. Waterpass ditempatkan diantara dua titik (lihat gambar
dibawah ini), sedangkan rambu ditempatkan pada titik- titik
tersebut

Beda tinggi antara dua titik dapat dihitung


dengan rumus :
Keterangan :
ΔH = beda tinggi
ΔH = Btb – Btm Bt = bacaan benang tengah
Btm = bacaan benang tengah muka
Btb = bacaan bengan tengah belakang
3. Waterpass ditempatkan diluar garis antara dua titik. Cara ini
dilakukan apabila kndisi medan antara dua titik tersebut berupa
sungai, jurang, atau selokan (lihat gambar dibawah ini).

Beda tinggi antara dua titik dapat Keterangan :


dihitung dengan rumus :
ΔH = beda tinggi
Bt = bacaan benang tengah

ΔH = Btm – Btb Btm = bacaan benang tengah muka


Btb = bacaan benang tengah belakang
Untuk menghitung jarak dengan menggunakan cara optis adalah sebagai berikut :
D = 100 (Ba – Bb)
Dari ketiga cara tersebut, yang dapat memberikan hasil lebih
teliti adalah cara yang kedua ( waterpass ditempatkan diantara
dua titik). Karena dengan cara tersebut kesalahan yang mungkin
tejadi sangat kecil, terlebih lagi bila jarak antara waterpass
dengan kadua rambu dibuat sama. Cara seperti ini dinamakan
menyipat datar di tengah-tengah dan digunakan pada pengukuran
menyipat datar memanjang.
Dalam pelaksanaan pengukuran menyipat datar sering kali
menghadapi masalah yang disebabkan oleh kondisi medan yaitu
beda tinggi antara dua titik atau patok yang telah kita tentukan
sebelumnya terlalu besar. Untuk mengatasi masalah tersebut,
maka kita menggunakan titik-titik bantu yang ditempatkan
diantara titik tersebut. Jumlah titik bantu yang digunakan
tergantung pada kondisi medan.
Dalam pengukuran menyipat datar (waterpassing) sering terjadi kesalahan-
kesalahan sebagaimana pada pengukuran dengan theodolit. Adapun sumber-sumber
kesalahan pada waterpassing memanjang adalah
1. Kesalahan karena alat
a. Kesalahan karena garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo.
Pengaruh kesalahan ini dapat dihilangkan dengan cara :
 Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur.
 Dengan penempatan pesawat (pengaturan) statip sedemikian rupa sehingga
jarak pembacaan belakang sama dengan jarak pembacaan muka.
b. Kesalahan karena garis nol mistar
Bila ujung bagian bawah mistar sudah aus, maka ujung mistar yang mengenai
landasan (permukaan tanah) itu bukan lagi garis nol mistar, dengan demikian
pembacaannya menjadi lebih besar.Pengaruh kesalahan ini dapat dihindari dengan
jalan :
Hanya memakai satu mistar saja
Pengaturan setup sedemikian rupa sehingga untuk pengukuran itu dilakukan setup
yang genap.
c. Kesalahan karena letak mistar turun sementara dilakukan pengukuran.
Hal ini bisa terjadi bila tempat berpijaknya mistar melesak ke dalam tanah (tanah
lembek).Pengaruh ini dapat diatasi dengan cara :
 Memakai landasan mistar yang ditanam kuat-kuat dalam tanah.
 Tidak menempatkan mistar di atas titik yang lembek.
d. Kesalahan karena garis bidik turun sementara dilakukan pengukuran.
Hal ini terjadi bila statip kurang kuat tertanam di dalam tanah. Pengaruh ini
dapat dihindari dengan jalan :
 Tancapkan kaki statip kuat-kuat ke dalam tanah.
 Jangan menempatkan di tempat yang lembek atau beraspal.
2. Kesalahan karena kondisi alam
a. Kesalahan karena kurang teliti dalam membaca mistar
Hal ini mengakibatkan melengkungnya bidang nivo, padahal beda tinggi antara
dua titik adalah jarak dua bidang nivo yang melalui dua titik tersebut. Kesalahan
ini dapat dihindari dengan cara menempatkan pesawat tepat di tengah-tengah
antara dua titik yang diukur.
b. Melengkungnya sinar.
Kesalahan pelengkungan sinar ada dua jenis yaitu penambahan refraksi pada pagi hari dan
pengukuran refraksi pada sore hari serta perbedaan refraksi pada pembacaan rambu muka dan
rambu belakang, sebagai akibat perbedaan suhu yang mengakibatkan waterpassing dengan
rambu tidak vertikal. Adapun cara mengatasi kesalahan ini adalah dengan jalan sebagai
berikut :
 Waterpassing pergi dilaksanakan pada pagi hari dan waterpassing pulang dilakukan pada
sore hari.
 Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang akan diukur.
c. Kesalahan karena getaran udara (ondulasi).
Bila suhu lingkungan tinggi (panas), maka terjadilah pemindahan udara panas dari permukaan
bumi ke atas. Hal ini mengakibatkan bayangan mistar menjadi kabur, sehingga bacaan mistar
kurang teliti. Untuk itu maka hendaklah :
Memperpendek jarak antar slag
Menghentikan kegiatan pengukuran
d. Kesalahan karena perubahan garis arah nivo.
Hal ini terjadi bila kerangka nivo terkena panas sinar matahari secara langsung yang
mengakibatkan pemuaian, sehingga garis arah nivo tidak lagi sejajar garis bidik. Untuk
menghindari terjadinya hal tersebut, maka pesawat harus dilindungi dengan menggunakan
payung dalam setiap kali melakukan kegiatan pengukuran.
3. Kesalahan dari si pengamat
Kesalahan yang mungkin terjadi adalah :
 Kesalahan pada pembacaan benang karena kelelahan mata.
 Kurang cermat dalam perkiraan pembacaan rambu yang memiliki ketelitian
hingga milimeter (mm).
 Kurangnya pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan pengukuran tanah.

Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, ditentukan


dengan batas harga terbesar (batas toleransi). Bila pengukuran dilakukan pergi-
pulang, maka selisih hasil pengukuran tidak boleh lebih besar dari :
k = 4 mm √D, pengkuran tingkat I
k = 8 mm √D, pengukuran tingkat II
k = 12 mm √D, pengkuran tingkat III
Langkah kerja
Ada dua tahap dalam pengukuran sipat datar memanjang yaitu pengukuran pulang dan
pengukuran pergi. Pengukuran pergi biasa dilakukan pada waktu pagi hari dan pengukuran
pulang dilakukan pada waktu sore hari.
1. Pengukuran pergi
Urutan kerjanya adalah :
Meletakkan alat ukur (waterpass) kira-kira di tengah-tengah antara dua titik (patok).
Mengatur sumbu I vertikal dengan sekrup penyetel A, B, C sehingga kedudukan gelembung
uddara pada nivo menjadi seimbang.
Melakukan bidikan terhadap dua rambu tadi secara bergantian dengan bantuan vizier
pembantu.
Membaca bacaan benang pada baak ukur dan mencatatnya.

Langkah kerja di atas dilakukan berulang-ulang pada titik-titik yang akan dicari beda
tingginya.

2. Pengukuran Pulang
Langkah kerja pada pengukuran pulang sama dengan langkah kerja pada pengukuran
pergi, hanya titik awal pengukuran yang berbeda yaitu bila pada pengukuran pergi titik
awalnya adalah titik pertama, sedangkan pada pengukuran pulang titik awalnya adalah
titik terakhir.
Dasar Perhitungan Poligon
Contoh Perhitungan Poligon Terbuka

• Diketahui azimuth detail 1 ke detail 2 dan koordinat di


detail 1, yaitu :
• X1 = 1000
• Y1 = 1000
• A12 = 30˚01’30”
• Ditanyakan koordinat detail 2, 3, 4 dan 5
Penyelesaian :
Hitung koordinat detail 2, jika d12 = 30 m
• X2 = X1 + d12 sin A12
• X2 = 1000+ 30 sin 30˚01’30”
• X2 =Y2 = Y1 + d12 cos A12
• X = 1015,0113
• Y2 =1000 + 30 cos 30˚01’30”
• Y2 = 1025.9742
etail 2 ke detail 3, .... (1)

b. Menentukan azimut detail 2 ke detail 3, .... (1)

• Menentukan Azimuth detail 2 ke detail 3…


l (1)
t awa
azimu
• Azimuth yang dicari
• Azimuth awal
• 250˚00’20”(di dapat dari pengukuran di
lapangan)
• Menentukan Azimuth detail 2 ke detail 3…(2)
• H2’ = H - 180˚, maka :
• A23 = H2’ + A12’ [A = (H-180)+A’]
• A23 = (H 0 180o) + A12
• A23 = (250˚00’20” - 180˚) + 30˚01’30”
• A23 = 70˚00’20” + 30˚01’30”
• A23 = 100˚01’50”

• Hitung Koordinat detail 3, jika d23 = 40 m


• X3 = X2 + d23 sin A23
• X3 = sin 100˚01’50”
• X3 =Y3 = Y2 + d23
• sin A23
• Y3 = cos 100˚01’50”
• Y3 = 1019.0073

Anda mungkin juga menyukai