Anda di halaman 1dari 8

NAMA : GARY PURBAYA

NIM : R1D121041
JURUSAN / KELAS : TEKNIK PERTAMBANGAN / A
MATAKULIAH : PERPETAAN

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MATA KULIAH PERPETAAN

1. Jelaskan metode poligon, metode triangulasi dan metode trilaterasi untuk pengukuran
titik kontrol horizontal ? Sertakan Gambarnya !
Jawab
a. ) Metode Poligon adalah cara untuk penentuan posisi horizontal banyak titik-titik
yang satu dengan lainnya dihubungkan satu dengan yang lain dengan pengukuran
jarak dan sudut sehingga membentuk rangkaian titik-titik (Poligon). Pengukuran dan
Pemetaan Poligon merupakan salah satupengukuran dan pemetaan kerangka dasar
horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik
pengukuran.Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu
metodepenentuan titik di antara beberapa metode penentuan titik yang lain. Ditinjau
dari cara menyambungkan titik satu dengan yang lainnya Poligon dapat digolongkan
sebagai Poligon terbuka, Poligon tertutup, Poligon bercabang atau kombinasi dari
dua atau ketiganya. Di dalam perhitungan poligon minimal satu titik diketahui
koordinatnya, satu sudut jurusan atau αi (umumnya sudut jurusan awal), jarak antara
masing-masing titik (dij) dan sudut-sudut mendatar (βi) harus diukur di lapangan.
Metode Poligon  merupakan salah satu metode penentuan
posisi horizontal beberapa titik di lapangan dengan cara hitungan berantai,
dimana titik satu dengan titik lainnya dihubungkan secara berurutan dengan
melakukan pengukuran sudut mendatar dan jarak mendatar sehingga membentuk
rangkaian titi-titik. Untuk mendapatkan koordinat titik-titik pada suatu poligon,
dalam proses hitungannya menggunakan argumen sudut mendatar di setiap titik
poligon dan jarak mendatar setiap sisi poligon. Selain itu diperlukan pula syarat agar
dapat dilakukan hitungan koordinat, antara lain:

1) Paling sedikit harus ada satu titik yang telah diketahui koordinatnya pada
rangkaian poligon tersebut, dan
2) Paling sedikit harus ada satu azimuth atau sudut jurusan sisi poligon yang telah
diketahui.
3) Poligon Tertutup adalah suatu rangkaian titiktitik dimana posisi horisontal titik
awal dan titik akhir poligon tersebut sama atau berimpit. Dengan pernyataan tersebut,
maka secara sistematis konfigurasi poligon tertutup dapat ditandai jika koordinat
awal sama dengan koordinat akhir, dan azimuth awal sama dengan azimuth akhir.
Secara umum, ditinjau dari cara pengukuran sudutnya, poligon tertutup dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu: 1) poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam dan 2)
poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar.Pada pengukuran dengan metode
poligon tertutup terdapat tiga syarat geometris, yaitu:
4) Syarat sudut ∑β – n.180° = 0 (1) Syarat absis ∑(d.sin α) = 0 (2) Syarat ordinat ∑
(d.cos α) = 0 (3) Sudut Azimuth atau sudut jurusan adalah sudut yang diukur dari
arah utara sampai titik yang dituju. Sudut azimuth atau juga sering disebut bearing
merupakan sudut yang dibentuk oleh dua garis lurus, garis pertama menuju utara
peta/grid atau utara kompas dan garis ke dua menuju suatu titik sasaran yang dihitung
searah jaraum jam. Dengan kata lain bahwa sudut azimuth adalah sudut yang
dibentuk dari pengamat menuju objek dengan arah utara sebagai acuannya, besarnya
azimuth antara 0ᵒ- 360ᵒ.

Gambar 1. Poligon terbuka


(Hanya 1 titik kerangka yang diketahui – titik A)

Gambar 2. Poligon tertutup


(Titik awal dan akhir pada satu titik yang diketahui – titik A)

Gambar 3. Poligon tertutup


(Titik awal dan akhir pada titik yang berbeda dan diketahui – titik A dan titik
B)

Gambar 4. Poligon bercabang


b.) Metode triangulasi adalah titik yang satu dengan yang lainnya dihubungkan
sedemikian hingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring segitiga. Adapun
besaran-besaran yang diukur di lapangan adalah setiap sudut dalam setiap segitiga
disamping diperlukan satu titik yang koordinatnya diketahui sebelumnya, satu sisi
segitiga diketahui jarak dan sudut jurusannya. Posisi horizontal (X, Y) titik
triangulasi dibuat dalam sistem proyeksiMercator, sedangkan posisi horizontal peta
topografi yang dibuatdengan ikatan dan pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat
dalamsistem proyeksi Polyeder. Gambar di bawah memperlihatkan contoh rangkaian
triangulasi.
Triangulasi adalah proses mencari koordinat dari sebuah titik dengan cara
menghitung panjang sisi segitiga yang berhadapan dengan titik tersebut, dan ukuran
kedua sudut antara garis tersebut ke titik yang dicari sudah diketahui. proses ini bisa
dijalankan dengan syarat kita sudah mengetahui dengan pasti berapa besar kedua
sudut yang terbentuk antara garis acuan dengan titik yang ingin kita cari
koordinatnya. Triangulasi digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran
panjang dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut yang
diukur adalah sudut dalam tiap – tiap segitiga. Metode Triangulasi. Pengadaan
kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa oleh Belanda pada
tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda ini dikenal sebagai
titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara triangulasi. Hingga tahun
1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini telah mencakup pulau Jawa
dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra dengan datum Padang, Sumatra
Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur Sumatra dengan datum Serati,
kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik dengan datum Gunung Genuk, pulau
Bangka dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan datum Moncong Lowe,
kepulauan Riau dan Lingga dengan datum Gunung Limpuh dan Kalimantan
Tenggara dengan datum Gunung Segara. Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi
dibuat dalam sistem proyeksi Mercator, sedangkan posisi horizontal peta topografi
yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat dalam sistem
proyeksi Polyeder. Titik triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat berjenjang turun
berulang, dari cakupan luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 –40 km hingga
paling kasar pada cakupan 1 – 3 km. Ketelitian posisi horisontal (x,y) titik
triangulasipengukuran dan sketsa lapangan.

Gambar 5. Triangulasi rangkaian segitiga

c.) Metode trilaterasi. Bentuk geometri trilaterasi adalah seperti triangulasi hanya
perbedaannya bukan sudut-sudut yang diukur di lapangan tetapi semua sisi segitiga.
Untuk menyelesaikan atau menghitung titik-titik pada rangkaian trilaterasi minimal
harus diketahui satu koordinat misalnya titik A (XA, YA), sudut jurusan A ke 1 αA1,
serta diukur jarak dari A ke 1 dA1 , dan dA2. Seperti yang diperlihatkan pada
gambar di bawah.

Gambar 6. Trilaterasi

2. Jelaskan pengukuran kerangka kontrol vertkal dengan metode sipat dasar atau
waterpassing ?
Jawab
Sipat datar (levelling) merupakan salah satu metode untukmenentukan beda tinggi
antara titik-titik di muka bumi sertamenentukan ketinggian terhadap suatu bidang
referensi ketinggiantertentu. Target bidikan pada pengukuran sipat datar adalah rambu
ukur. Sedangkan alat sipat datar yang digunakan adalah waterpass. penentuan beda tinggi
secara menyipat datar menempatkan garis bidik yang dibuat mendatar supaya dapat
digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Jika kita kenali lebih seksama,
pada nivo tabung alat ukur dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dengan
ketelitian tinggi, atau disebut garis arah nivo. Maka garis arah nivo yang dapat mendatar
ini dapat digunakan untuk mendatarkan garis bidik di dalam teropong dengan cara
menempatkan nivo tabung di atas teropong, dan mengatur gelembung nivo tersebut
seimbang di tengah-tengah. Hal inilah yang menjadi syarat utama untuk alat ukur
penyipat datar / waterpass, yaitu garis bidik di dalam teropong harus dibuat sejajar
dengan garis arah nivo. Pada pembacaan alat ukur sipat datar terdapat tiga benang
mendatar diafragma yang digunakan sebagai acuan untuk membaca tinggi titik pada
rambu. Ketigabenang tersebut adalah benang mendatar atas (BA), benang mendatar
tengah (BT) benang mendatar bawah (BB). Untuk menentukan tinggi titik-titik
berdasarkan suatu titik referensi tinggi, cara menyipat datar dapat dilakukan dengan cara:
menyipat datar memanjang, dan menyipat datar kring.
1) Menyipat Datar Memanjang . Cara menyipat datar memanjang biasa dilakukan bila
jarak antara dua titik A dan B sangat berjauhan, sehingga rambu-rambu ukur tidak dapat
dilihat dengan jelas dan pembacaan menjadi tidak teliti, atau keadaan lapangan
sedemikian rupa hingga garis bidik waterpass tidak dapat memotong rambu-rambu ukur.
Maka jarak antara dua titik A dan B harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih pendek,
sekitar 30 hingga 60 meter.
2) Menyipat Datar Kring/Loop. Metode menyipat datar kring biasa dilakukan pada
jaring yang membentuk poligon tertutup. Pada jaring ini, titik awal dan titik akhirnya
merupakan satu titik yang diketahui ketinggiannya.

Gambar 7 Pengukuran Metode Sifat Datar

Cara pengukuran:

1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.


2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan
titik A maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
7. Hitung jarak alat dengan titik A dA=(BA A – BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B dB=(BA B – BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya,
rambu B menjadi bacaan belakang
   Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
3. Jelaskan mengapa konsep kesalahan pengukuran penting dilakukan ?
Error atau kesalahan adalah perbedaan antara nilai sebenarnya dengan nilai
yang terukur dari besaran-besaran seperti: perpindahan, tekanan, suhu, dan lain-
lain. Peralatan instrumentasi elektronik yan baik dirancang agar dapat membatasi
kesalahan yang mungkin terjadi, yang tidak dapat dihindari dalam setiap proses
pengukuran.

Kesalahan-kesalahan pengukur dapat tejadi disebabkan oleh hal-hal sebagai


berikut:
1. Akumulasi dari kesalahan-kesalahan yang ada dan diketahui pada setiap
elemen dari sistem instrumentasi.
2. Terdapatnya elemen di dalam sistem yang tidak berfungsi dengan benar.
3. Efek dari transduser di dalam proses.
4. Sensivitas atau kepekaan ganda dari transduser.
5. Sumber-sumber kesalahan lainnya.
Selain itu terdapat faktor yang juga meengaruhi kesalahan dalam pengukuran
diantaranya biasanya, suatu pengukuran dilakukan di lingkungan yang tidak dapat
dikontrol. Efek suhu, tekanan atmosfer, angin, gravitasi bumi pada alat ukur juga
dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan pada hasil pengukuran

Pembatasan kesalahan ini diarahkan kepada suatu nilai atau range yang
ketelitiannya diperlukan di dalam analisa teknik atau pada suatu proses kontrol.
Sehingga konsep kesalahan pengukuran penting dilakukan karena dalam
pengukuran yang dilakukan tidak ada hasil yang akurat, akan selalu ada kesalahan
yang terjadi, yaitu perbedaan antara 2 hasil pengukuran. Kesalahan yang terjadi
pada pengukuran, biasa dikenal dengan sebutan ketidakpastian karena terjadinya
perbedaan ukuran atau nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Ada beberapa
sumber ketidakpastian yang terjadi yaitu kesalahan sstematik berupa kesalahan
kalibrasi alat,pengaruh lingkungan.

4. Tuliskan kerangka kontrol horizontal dan vertikal yang ada di wilayah Sulawesi
Tenggara. Tabelkan!

Jawab
Jaring kontrol vertikal dan horizontal yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara
dapat dilihat pada tabel berikut.
No. Lokasi Koordinat
X (meter) Y (meter) Z (meter)
1 Olo-oloho, pakue -3284062,65 5456118,850 -355434,529
2 Lasusua, Lasusua -3267562,720 5463779,769 -388014,390
3 Watuliandu, Kolaka -3333544,906 5419134,734 -447822,541
4 Dawi-dawi, Pomalaa -3334280,226 5417506,018 -461884,525
5 Toari, Kolaka -3321028,691 5421664,538 -506109,756
6 Bo Epinang, Poleang -3328987,046 5414675,225 -527898,468
7 Meraka, Lambuya -3379062,836 5391640,194 -439067,635
8 Benua, Lambuya -3382285,754 5386983,258 -470334,204
9 Mowila, Landono -3395125,153 5380364,795 -453516,595
10 Ulu Lakara, Palangga -3401148,696 5373159,896 -491123,009
11 Onembute, Palangga -3406781,443 5370844,982 -477875,727
12 Amoito, Ranomeeto -3408230,751 5372270,384 -451341,810
13 Ambaipua, Ranomeeto -3409711,417 5371283,622 -451625,169
14 Lainea, Lainea -3414884,204 5365880,584 -475382,452
15 Lambusa, Konda -3415874,263 5367056,241 -454785,214
16 Lepo-lepo, Mandonga -3418534,910 5366153,120 -445201,832
17 Kampung Salo, Kendari -3427205,911 5361148,669 -438710,018
18 Napabalano, Napabalano -3435690,947 5349204,886 -511639,371
19 Katobengke, Betoambari -3418078,020 5350602,762 -605895,090
20 Laompo, Batauga -3419957,888 5347819,291 -619287,950
21 Ambeua, Kaledupa -3527644,391 5278796,281 -607566,423
22 Binongko -3551066,174 5257726,498 -651778,688

Anda mungkin juga menyukai