Anda di halaman 1dari 4

3.

Pengukuran Beda Tinggi (BT) Pengukuran beda tinggi antara dua titik di lapangan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu cara langsung dengan menggunakan alat ukur yang dipasang mendatar, serta cara
tidak langsung dengan mengukur panjang miringnya dan sudut yang terbentuk terhadap lereng.
Pengukuran dengan waterpass instrumen Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi Pada waterpass pengukuran
jarak memiliki rumus : D = 100. (Ca

Cb) Untuk pengukuran beda tinggi (BT) antar dua titik dapat dihitung berdasarkan tinggi alat dan nilai
kurva tengah, sehingga dirumuskan menjadi : BT = TA-Ct 2 . Pembacaan sudut horizontal Sudut arah
adalah sudut horizotal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis dengan meridian bumi (utara-
selatan) . dalam pengukuran , untuk menyatakan besarnya sudut dikenal dua cara yaitu :bearing dan
azimuth Biaring merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi ke titik lain
searah atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam dengan sudut kisaran antara 0- 90. Azimut
merupakan sudut arah yang diukur dari utara magnet bumi ke titik yang lain searah jarum jam. Sehingga
mempunyai kisaran attara 0-360 Pengukuran Dengan Theodolit 1. Pembacaan sudut horizontal (Az)
Sudut arah adalah sudut horisontal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis dengan meridian bumi
( utara-selatan). Dalam pengukuran, untuk menyatakan besarnya sudut dikenal dua cara, yaitu

: “Bearing” dan “Azimuth”.

Bearing merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi ke titik lain yang
searah/berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dengan sudut kisaran antara 0-90. Azimuth
merupakan sudut arah yang diukur dari utara magnet bumi ke titik yang lain searah jarum jam sehingga
mempunyai kisaran antara 0-360. 2. Pembacaan sudut miring (V) Sudut miring merupakan sudut yang
dibentuk oleh garis bidik teropong dengan bidang horisontal. Pada umumnya besarnya sudut horisontal
dan vertikal terdapat dalam satu mikrometer, namun adapula yang dipisahkan. 3. Pengukuran jarak (D)
dan beda tinggi (BT) Jarak horisontal (H) dan Jarak (D) D = 100 ( Ca-

Cb). Cos α

H = D. Cos α

H = 100 ( Ca


Cb). Cos2 α

Beda Tinggi (BT)

BT = H. Tg α –

h 4. Penggambaran posisi tiap titik kenampakan pada peta Penggambaran dapat dilakukan secara grafis
dengan busur derajat untuk menentukan sudut arah dan jaraknya dengan mistar (sesuai skala). Cara lain
adalah menggunakan sistem koordinat yang terdiri atas dua saling tegak lurus. Posisi tiap sasaran yang
diukur digambarkan dengan menghitung harga absis dan ordinatnya. 5. Poligon Poligon adalah rangkaian
titik-titik yang dihubungkan secara berurutan. Jika titik awal dan titik akhir bertemu, disebut sebagai
poligon tertutup. Sebaliknya jika titik awal dan titik akhir tidak bertemu maka disebut sebagai poligon
terbuka. Poligon digunakan sebagai kerangka dasar di dalam pengukuran kenampakan di lapangan.
Poligon terbuka lebih sering untuk pekerjaan perencanaan/perbaikan jalan, saluran, irigasi dll. Poligon
tertutup untuk pembuatan peta areal/wilayah dan kontur. Untuk pembuatan poligon tertutup,
pengukuran sudut arah cukup dilakukan pada awal pengukuran saja. Sudut arah untuk titik berikutnya
didasarkan pada sudut arah awal (titik sebelumnya) dari sudut dalam bersangkutan. Sudut dalam untuk
menghitung sudut arah (azimuth) adalah sudut dalam terkoreksi. Tiga parameter yang digunakan sebagai
pedoman adanya penyimpanan dan perlu koreksi adalah :

Σ sudut dalam = (n

-2) x 180

Σ D sin α = 0

Σ D cos α = 0

Jika data pengukuran menyompang dari syarat di atas, maka poligon tidak tertutup dan perlu adanya
koreksi. Persamaan umum dalam menghitung sudut arah adalah :

Azimuth (α)n

(n-1) + 1800


Sn Untuk koreksi secara grafis, maka polygon yang tidak tertutup setelah tergambar dapat dikoreksi
dengan menghitung sudut atau cara graphical plot. Daftar Pustaka Sudaryatno, 2001, Petunjuk PraktIkum
Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Pengukuran dalam Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan
bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada
daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan (Basuki, S,
2006). Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terestrial dan ektra
terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang
berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan
alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti pesawat terbang, pesawat
ulang alik atau satelit. Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan
unsur-unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah
tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. Sesuai dengan perkembangan teknologi, teknik-teknik
dalam mengukur tanahpun berkembang. Peralatan untuk mengukur tanah juga semakin berkembang.
Mulai dari peralatan manual menjadi peralatan elektris sehingga pengukuran menjadi lebih cepat, tepat
dan mudah. Bantuan komputer dalam perhitungan juga memudahkan manusia mendapatkan hasil yang
cukup akurat. Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak antara dua
titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana
sering disebut pula dengan istilah pengukuran secara langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat
setelah selesai pengukuran. Sebagai contoh alat tersebut adalah pita ukur, baak ukur, yalon dan abney
level. Selain alat ukur sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang
dikenal dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang dilengkapi oleh
peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis. Sebagai contoh
adalah compass survey, waterpass dan theodolit. Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap
alat merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat
mengakibatkan hasil pengukuran yang salah. Cara perawatannya pun harus diperhatikan agar alat ukur
tanah tidak rusak. Alat ukur tanah merupakan alat-alat yang harganya cukup mahal. Pengukuran
merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam
suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu (Basuki, S, 2006). Menurut (Wongsotjitro, 1980) arti
melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di
suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan
DOWNLOAD

Anda mungkin juga menyukai