Anda di halaman 1dari 6

ACARA IV

PENGUKURAN KOORDINAT TAMBAHAN


I. TUJUAN
1.  Memberikan keterampilan untuk dapat mengukur sudut
dan azimuth menggunakan Theodolit dan Yallon di lapangan.
2. Melatih mahasiswa memahami konsepsi sudut dan azimuth (sudut
arah) dalam membidik titik kontrol yang sudah ada.
3. Melatih untuk menghitung titik ikat/kontrol atau koordinat dari jarak,
sudut dan azimuth yang telah diketahui berdasarkan 1 dan 2 titik pasti
dengan metode intersection maupun resection.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Theodolit Digital
2. Kaki statif (tripod)
3. Rambu Ukur
4. Yallon
5. Kompas
6. Kalkulator
7. Alat Tulis

III. DASAR TEORI

Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran


sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh
sudut arah dan azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah
digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut vertikal. Sudut horizontal
adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan
azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith. Sudut-
sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit
biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur
dengan metode pita, yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang
diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik sederhana lainnya.

Tiga persyaratan dasar untuk menentukan sebuah sudut


diantaranya adalah garis awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar)
sudut.

Bacaan Sudut dan Sudut.

Bacaan sudut merupakan bacaan sudut pada Theodolit (alat


sejenis) ketika membidik arah tertentu. Sudut merupakan selisih antara dua
bacaan sudut. Alat diletakkan di titik A, diarahkan ke B, bacaan sudutnya
adalah 30. Alat kemudian diputar ke kanan dan diarahkan ke C, diperoleh
bacaan sudut 90. Maka sudut BAC = Sudut Bacaan AC - Sudut Bacaan
AB = 90-30 = 60.

Jenis-jenis Sudut Horizontal

Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam


pekerjaan pengukuran tanah adalah sudut dalam, sudut ke kanan dan sudut
belokan. Karena ketiga jenis sudut diatas sangat berbeda maka jenis sudut
yang dipakai harus ditunjukkan dengan jelas dalam catatan lapangan.
Sudut dalam, terlihat dalam gambar 7.3, ada di sebelah dalam poligon
tertutup dan sudut luar terletak di luar poligon tertutup. Sudut luar
merupakan axplement (pelingkar) dari sudut dalam. Keuntungan
mengukur sudut luar adalah penggunaannya sebagai pengecekan, karena
jumlah sudut dalam dan sudut luar pada satu stasiun (titik) harus sama
dengan 360. Seperti digambarkan dalam gambar 7.3, sudut dalam dapat
diputar searah jarum jam (ke kanan) atau berlawanan jarum jam (ke kiri).
Menurut definisi, sudut ke kanan diukur searah jarum jam dari stasiun
belakang ke stasiun depan. Catatan, selama pengukuran berjalan, biasanya
stasiun diberi nama urutan hurup abjad atau angka naik.
Perhatikan bahwa poligon pada gambar 7.3 adalah ‘kanan’ dan
’kiri’ – yaitu sama dalam bentuk tetapi berkebalikan seperti tangan kanan
dan tangan kiri. Gambar 7.3 (b) ditunjukkan hanya untuk menekankan
bahwa sebuah kesalahan serius dapat terjadi jika sudut-sudut searah dan
berlawanan arah jarum jam dicampur aduk. Karenanya harus dipakai
prosedur yang seragam, misalnya bila mungkin selalu mengukur sudut
searah jarum jam dan arah putaran ditunjukkan dalam buku lapangan
dengan sebuah sketsa.

Setiap bidikan untuk mendapatkan data  sudut, sebaiknya dilakukan


dua kali, yaitu; Biasa (B) dan Luar Biasa (LB) untuk memperoleh
bacaan rata-rata. Dalam pengukuran tanah sudut merupakan hal yang
sangat penting yang mana sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran
tanah digolongkan sebagai horizontal dan Vertikal, tergantung pada
bidang datar dimana sudut diukur. Azimuth adalah sudut yang diukur
mulai dari arah utara magnet (0° UM). Besarnya azimuth searah jarum jam
adalah 0° hingga 360°.

Sudut  adalah  besaran  derajat  yang  dibentuk  oleh  dua  garis  yang 
berpotongan  pada satu titik. Berdasarkan arah pengukurannya sudut
dibedakan menjadi dua, yaitu; sudut horizontal (H) dan sudut vertikal (V).
Ada tiga persyaratan dasar dalam menentukan sebuah sudut yaitu: Garis
awal atau acuan,  Arah perputaran, Jarak sudut.

Pengertian Titik Kontrol (Titik Ikat/Titik Pasti/Titik


Koordinat) adalah titik berkoordinatyangdigunakan sebagai patokan/datum
/control/acuan untuk menentukan posisi titik kontrol tambahan dalam rang
ka penggambaran obyekdipermukaan bumi. Titik kontrol dasar sering dise
but Titik Triangulasi. Notasi titik triangulasi sesuai urutan tingkat keakura
sian dan jauhnya jarak antar notasi yang sama adalah  P (primer), S
(sekunder), T (tersier), Q (kuarter) dst. Cara menentukan titik koordinat
(titik kontrol) dibagi menjadi tiga cara, yakni dengan GPS (Global
Positioning System), dengan Peta (mengukur melalui skala dan jarak peta),
dan dengan menggunakan Alat Ukur Tanah.Menentukan lokasi koordinat
dengan bantuan Referensi Geografis seperti yang dijelaskan diatas. Bentuk
koordinat ada dua, yakni Koordinat Geografis    {( o ’ ” )
BB/BT/LU/LS}dan Koordinat UTM “Universal Transpose
Mercator” (MT/MV).

Pengukuran/perhitungan dengan bantuan 1 titik kontrol acuan

Pengukuran koordinat titik tambahan berdasarkan1titik pasti meng
gunakan prinsip segitiga Phytagoras. Alat ukur berdiri di titik A dan
rambu/patok/yallon dipasang pada titik B. Titik A adalah titik ikat acuan
dan B adalah titik ikat tambahan. Rumus dasar   =
Prinsip       Phytagoras.

Pengukuran/perhitungan dengan bantuan 2 titik kontrol acuan


1. Metode  Intersection (silang depan)
Dua titik kontrol acuan yang telah berkoordinat adalah A dan B. Titik
C adalah titik kontrol tambahan yang akan dibuat/ditentukan
koordinatnya.
Cara mengukur :
  Pertama, alat ukur berdiri di titik A , bidikan ke AB dan AC,
sehingga diperoleh bacaan horizontal AB dan AC. Pengukuran ini
bertujuan menentukan besarnya sudut BAC atau α.
  Kedua, alat ukur berdiri di titik B bidikan ke BC dan BA, sehingga
diperoleh bacaan horizontal BP dan BA. Pengukuran ini bertujuan
menentukan besarnya sudut ABC atau β.
2. Metode  Resection (silang belakang)
Alat ukur berdiri di titik tambahan yang akan ditentukan
koordinatnya, yaitu C. Dari titik C bidikan dan diarahkan kemasing-
masing titik berkoordinat A dan B untuk menentukan besarnya sudut
di titik C (= λ). Selanjutnya dilakukan pengukuran jarak dari titik C
kesalah satu titik ikat berkoordinat (CA = b  atau  CB = a).
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Sigit, Agus. 2007. Ilmu Ukur Tanah. Surakarta : Fakultas
Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Basuki, Slamet. Ilmu Ukur Tanah. Jogjakarta : Gadjah Mada University
Press.
http://www.plengdut.com/2012/09/pengukuran-titik-titik-detail.html.
diakses pada Sabtu 9 November 2019 pukul 20.46 wib

Anda mungkin juga menyukai