Anda di halaman 1dari 11

Metode Pengukuran Polygon

Metode polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut
dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat
planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH) :


a.

Metode titik tunggal

b.

Pengikatan kemuka

c.

Pengikatan kebelakang

Pengikatan kebelakang di bagi dua metode:


a.

Metode collins

b.

Metode cassini

c.

Metode titik banyak

Banyak titik di bagi lima metode :


a.

Metode poligon

b.

Metode triangulasi

c.

Metode trilaterasi

d.

Metode triangulterasi

e.

Metode kuadrilateral

Pengukuran polygon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik
diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Berdasarkan bentuknya polygon dapat
dibagi dalam dua bagian, diantaranya:

1.

Polygon berdasarkan visualnya, macamnya adalah :


a.

Polygon tertutup

Pada poligon tertutup :


-

Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.

Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar
daripada ketelitian letak titik awal.

Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu,


suatu pertimbangan yang sangat penting.

Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir.

Poligon tertutup biasanya dipergunakan untuk :


-

Pengukuran titik kontur.

Bangunan sipil terpusat.

Waduk.

Bendungan.

Pemukiman.

Jembatan (karena diisolir dari 1 tempat).

Kepemilikan tanah.

Topografi kerangka.

b.

Polygon terbuka

(secara geometris dan matematis), terdiri atas serangkaian garis yang


berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan
ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Titik pertama tidak sama dengan titik
terakhir.
Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :

c.

Jalur lintas / jalan raya.

Saluran irigasi.

Kabel listrik tegangan tinggi.

Kabel TELKOM.

Jalan kereta api.

Polygon bercabang
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Poligon terikat sempurna


Dikatakan poligon terikat sempurna, apabila :
-

Sudut awal dan sudut akhir diketahui besarnya sehingga terjadi hubungan antara

sudut awal dengan sudut akhir.


-

Adanya absis dan ordinat titik awal atau akhir.

Koordinat awal dan koordinat akhir diketahui.

2.

Poligon terikat sebagian.


Dikatakan poligon terikat sebagian, apabila :

Hanya diikat oleh koordinat saja atau sudut saja.

Terikat sudut dengan koordinat akhir tidak diketahui.

3.

Poligon tidak terikat


Dikatakan poligon tidak terikat, apabila :

Hanya ada titik awal, azimuth awal, dan jarak. Sedangkan tidak diketahui

koordinatnya.
-

Tidak terikat koordinat dan tidak terikat sudut.

Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:


-

Polygon terikat sempurna

Polygon terikat sebagian

Polygon tidak terikat

Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak-jarak
mendatar antara titik-titik polygon diperoleh atau diukur dari lapangan menggunakan alat
pengukur sudut dan pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Pengolahan data polygon dikontrol terhadap sudut-sudut dalam atau luar polygon dan
dikontrol terhadap koordinat baik absis maupun ordinat. Pengolahan data polygon dimulai
dengan menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik-titik ikat polygon. kontrol sudut
polygon diawali terlebih dahulu dilakukan yaitu untuk memperoleh koreksi sudut polygon
dengan cara mengontroljumlah sudut polygon terhadap pengurangan sudut akhir dengan
sudut awal polygon. Koreksi sudut polygon yang diperoleh kemudian dibagi secara merata
tanpa bobot terhadap sudut-sudut polygon hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan.

Sudut-sudut jurusan titik polygon terhadap titik polygon berikutnya mengacu terhadap
sudut awal polygon dijumlahkan terhadap sudut polygon yang dikoreksi. Kontrol Koordinat
berbeda dengan kontrol sudut yaitu koordinat akhir dan awal dikurangi serta dibandingkan
terhadap jumlah proyeksinya terhadap absis dan ordinat. Koreksi absis dan ordinat akan
diperoleh dan dibandingkan dengan mempertimbangkan bobot kepada masing-masin titik
polygon. Bobot koreksi didekati dengan cara perbandingan jarak pada suatu ruas garis
terhadap jarak total polygon dari awal sampai dengan akhir pengukuran.

Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan
beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan
suatu daerah tertentu

Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :


1) Perhitungan Sudut Jurusan Awal (awal) dan Sudut Jurusan Akhir (akhir)
awal = ArcTan (X akhir - X awal) / (Y akhir - Y awal)
akhir = ArcTan (X awal - X akhir) / (Y awal - Y akhir)

2) Perhitungan Syarat Geometrik KPS (Kesalahan Penutup Sudut)


KPS = ( - ((n - 2) . 180) - ( awal - akhir)
f = -KPS
Koreksi (Vi) = f/n, n=jumlah titik sudut
Toleransi KPS = 7"n

3) Perhitungan Sudut yang Dikoreksi


a kor = a + Vi
b kor = b + Vi
c kor = c + Vi
Dst.

4) Perhitungan Sudut Jurusan Masing-masing Titik


ba = ag + 180 - b kor
cb = ba + 180 - c kor
dc = cb + 180 - d kor
Dst
5) Perhitungan x (absis)
Xag = d1 x sin ag
Xba = d2 x sin ba
Xcb = d3 x sin cb
Dst
di sin i = Xag + Xba + Xcb +
6) Perhitungan y (ordinat)
Yag = d1 x cos ag
Yba = d2 x cos ba
Ycb = d3 x cos cb
Dst
di cos i= Yag + Yba + Ycb +

7) Perhitungan Kesalahan Absis


fx = di . sin i - (Xa - Xg)

8) Perhitungan Kesalahan Ordinat


fy = di . cos i - (Ya - Yg)

9) Perhitungan Koreksi Absis


VXag = (d1 / di) . (-fx)

VXba = (d2 / di) . (-fx)


Dst

10) Perhitungan Koreksi Ordinat


VYag = (d1 / di) . (-fy)
VYba = (d2 / di) . (-fy)
VYcb = (d3 / di) . (-fy)
Dst
11) Perhitungan x (absis) yang Terkoreksi
Xag kor = Xag + VXag
Xba kor = Xba + VXba
Xcb kor = Xcb + VXcb
Dst
12) Perhitungan y (ordinat) yang Terkoreksi
Yag kor = Yag + VYag
Yba kor = Yba + VYba
Ycb kor = Ycb + VYcb
Dst

13) Perhitungan Koordinat Titik Definitif


XA = XG + Xag
YA = YG + Yag
XB = XA + Xba
YB = YA + Yba
XC = XB + Xcb
YC = YB + Ycb

Metode Pengukuran Triangulasi


Triangulasi digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang dan lebar yang
sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur adalah sudut dalam tiap tiap segitiga. Metode Triangulasi. Pengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai
di pulau Jawa oleh Belanda pada tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan

Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara
triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini telah mencakup
pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra dengan datum Padang,
Sumatra Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur Sumatra dengan datum Serati,
kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik dengan datum Gunung Genuk, pulau Bangka
dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan datum Moncong Lowe, kepulauan Riau dan
Lingga dengan datumGunung Limpuh dan kalimantan Tenggara dengan datum Gunung
Segara. Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Mercator,
sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke
titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik triangulasi buatan Belanda
tersebut dibuat berjenjang turun berulang, dari cakupan luas paling teliti dengan jarak antar
titik 20 - 40 km hingga paling kasar pada cakupan 1 - 3 km.

Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem proyeksi Mercator, titik-titik triangulasi ini juga
dilengkapi dengan informasi posisinya dalam sistem geografis (j,I) dan ketinggiannya
terhadap muka air laut rata-rata yang ditentukan dengan cara trigonometris.
Triangulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Primer

Sekunder

Tersier

Bentuk geometri triangulasi terdapat tiga buah bentuk geometrik dasar triangulasi, yaitu :

Rangkaian segitiga yang sederhana cocok untuk pekerjaan - pekerjaan dengan orde
rendah untuk ini dapat sedapat mungkin diusahakan sisi - sisi segitiga sama panjang.

Kuadrilateral merupakan bentuk yang terbaik untuk ketelitian tinggi, karena lebih
banyak syarat yang dapat dibuat. Kuadrilateral tidak boleh panjang dan sempit.

Titik pusat terletak antara 2 titik yang terjauh dan sering di perlukan.

Metode Pengukuran Trilaterasi


Trilaterasi digunakan apabila daerah yang diukur ukuran salah satunya lebih besar daripada
ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur adalah
semua sisi segitiga. Metode Trilaterasi yaitu serangkaian segitiga yang seluruh jarak jaraknya di ukur di lapangan.
Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau titik pusat. Pada titik pusat
tersebut terdapat beberapa buah sudut yang jumlahnya sama dengan 360 derajat.

Metode Pengukuran Triangulaterasi


Teknik ini mempermudah pengukuran, perhitungan dan penggambaran. Data detail yang
diukur harus memperhatikan berbagai metode dasar yang ada, dengan maksud untuk
mengantisipasi daerah/bidang yang luas. Dimana bidang tanah saling berbatasan dengan
bidang disebelahnya yang bentuknya tidak teratur sehingga metode ini sering digunakan
bersama-sama. Pada prinsipnya metode ini sama dengan pengukuran azimuth dan jarak, yang
membedakan adalah data yang diperoleh dari pengukuran sudut dan jarak berupa sudut titiktitik detail yang diukur dari TDT atau dari titik poligon bantu yang telah diketahui
koordinatnya menggunakan pita ukur dan kompas. Sedangkan dalam pengukuran azimuth

dan jarak menggunakan metode theodolite.


Perolehan data lapangan sebelum dilakukan penggambaran, ada data yang harus diolah
terlebih dahulu yaitu jarak optis. Karena saat pengukuran dilakukan, sudut vertikal ini dapat
mempengaruhi jarak datar sebenarnya dilapangan. Untuk mengubah jarak optis menjadi jarak
datar dapat menggunakan hitungan :
d (datar) = d sin2
d (datar) = Jarak data
d = Jarak hasil pengukuran
= Sudut Vertikal

Metode Pengukuran GPS


1.

metode pseudo-kinematik

metode survei GPS yang pengamatan di suatu titik dilakukan dua kali secara singkat (5
sampai 10 menit), dengan selang waktu yang relatif cukup lama (1sampai 2 jam) antara
keduanya
KETERANGAN
1. pengamatan dalam dua sesi yang berselang waktu relatif lama dimaksudkan untuk
mencakup
perubahan geometri yang cukup, untuk dapat menyukseskan penentuan ambiguitas fase guna
mendapatkan ketelitian posisi yang lebih baik;
2. metode pseudo-kinematik yang kadang dinamakan metode intermiten (intermittent)
ataupun
metode reokupasi (reoccupation), dapat dilihat sebagai realisasi dari dua metode statik
singkat
(lama pengamatan beberapa menit) yang dipisahkan oleh selang waktu yang relatif cukup
lama
(sekitar satu sampai beberapa jam).
2.

metode statik

metode survei GPS dengan waktu pengamatan yang relatif lama (beberapa jam) di setiap
titiknya
CATATAN Titik-titik yang akan ditentukan posisinya diam (tidak bergerak).
3.

metode statik singkat (rapid static)

metode survei GPS dengan waktu pengamatan yang lebih singkat di setiap titiknya, yaitu
sekitar 5 sampai 20 menit daripada 1 sampai 2 jam seperti pada metode statik

CATATAN Metode statik singkat ini bertumpu pada proses penentuan ambiguitas fase yang
cepat; dan disamping memerlukan perangkat lunak yang andal dan canggih, metode statik
singkat ini
juga memerlukan geometri pengamatan yang baik.
4.

metode stop-and-go

metode survei GPS dimana pada proses pengamatannya, setelah melakukan inisialisasi di
titik awal untuk penentuan ambiguitas fase, receiver GPS bergerak dari titik ke titik dan
melakukan pengamatan dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 1 menit) pada setiap
titiknya
catatan :
1. metode penentuan posisi ini kadang disebut juga sebagai metode semi-kinematik;
2. metode ini mirip dengan metode kinematik ; hanya pada metode ini titik-titik yang akan
ditentukan
posisinya tidak bergerak dan receiver GPS bergerak dari titik ke titik.

RANGKUMAN
METODE PENGUKURAN
TERESTRIS DAN GPS

Yayang Septian N.
4122.3.13.13.0012

TEKNIK GEODESI
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

Anda mungkin juga menyukai