Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

JARING KONTROL GEODESI


PENGUKURAN JARING KONTROL HORIZONTAL DAN VERTIKAL ORDE 3

DISUSUN OLEH:

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Berdasarkan amanah UU No 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, BIG (Badan
Informasi Geospasial) sebagai salah satu instansi pemerintah memiliki tugas untuk menyediakan
Titik Kontrol Geodesi yang akan dilengkapi dan ditingkatkan akurasinya. Jaring kontrol Geodesi
terdiri atas Jaring Kontrol Horizontal (JKH), Jaring Kontrol Vertikal (JKV), dan Jaring Kontrol
Gayaberat (JKG). Sebagai salah satu data spasial kerangka kontrol geodesi dan geodinamika
tercantum dalam Jaringan Data Spasial Nasional. Data-data geodesi di dalamnya dimanfaatkan
oleh pemerintah maupun swasta sebagai referensi untuk pekerjaan pemetaan dan survey rekayasa
dan sebagai landasan pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (ISDN). Tujuan Jaring
Kontrol Horisontal dan Vertikal adalah untuk memonitoring dinamika kerak bumi.
Pengukuran yang dilakukan dalam penentuan posisi titik kontrol geodesi di permukaan
bumi dapat dilakukan secara terestris maupun ekstraterestris. Metode penentuan posisi secar
terestris dilakukan berdasarkan pengukuran dan pengamatan di bumi. Sedangkan metode ekstra-
terestris, penentuan posisi dilakukan dengan pengukuran atau pengamatan ke objek/benda
angkasa, baik yang alamiah (seperti bulan, bintang dan squar) maupun buatan manusia seperti
satelit. Dalam perkembangan survei ekstra-terestrial, penggunaan survei GPS sering digunakan
untuk menentukan titik-titik kontrol geodesi, baik titik kontrol horizontal maupun titik kontrol
vertikal, dimana untuk melakukan pengukuran kerangka kontrol ini tidak terlepas dari jaring
geodesi. Jaring geodesi juga dapat didefinisikan sebagai bentuk geometri yang terdiri dari tiga atau
lebih titik yang dilakukan pengukuran geodesi, dimana pengukuran ini terdiri dari pengukuran
jarak horizontal, sudut azimuth, dan lain sebagainya (Kuang, 1996). Pembuatan
Di dalam mata kuliah jaring kontrol geodesi ini dipelajari bagaimana cara pembangunan
jaring kontrol geodesi. Pembangunan jaring kontrol geodesi harus berpacu pada Standar Nasional
Indonesi (SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Maka dari itu perlu dilakukan
praktikum Capstone Design ini sebagai ajang bagi mahasiswa berlatih dalam pembangunan jaring
kontrol geodesi dimulai dari perencanaan sampai penentuan ordenya.

I.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum Capstone Design ini yaitu :
1. Bagaimana cara pembangungunan jaring kontrol geodesi ?
2. Bagaimana cara pengukuran jaring kontrol geodesi di lapangan ?
3. Bagaimana cara pengolahan data pengukuran jaring kontrol geodesi ?
4. Bagaimana penentuan kelas dan orde jaring kontrol geodesi ?

I.3. Tujuan Praktikum


Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengadaan jaring kontrol geodesi baik vertikal maupun
horizontal
2. Mahasiswa dapat merancang desain jaring kontrol geodesi
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran jaring kontrol geodesi
4. Mahasiswa dapat melakukan pengolahan data hasil pengukuran jaring kontrol geodesi
5. Mahasiswa dapat menentukan kelas dan orde dalam penentuan jaring kontrol geodesi

I.4. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu, 11 Mei 2019
Pukul : 07.00 – selesai

Tempat praktikum dilaksanakan di daerah sekitar UGM Yogyakarta dengan persebaran


titik kontrol sebagai berikut :
(screnshoot persebaran titik kontrol)

I.5. Alat dan Bahan


1. GPS Geodetic 4 set (Javad, Trimble, Navcom, Topcon)
2. Statif 3 buah
3. Buku tugu
4. Patok
5. Software GPS
6. Alat tulis
7. Arah orientasi UBST

BAB II
DASAR TEORI
Jaring kontrol Geodesi terdiri atas Jaring Kontrol Horisontal (JKH), Jaring Kontrol
Vertikal (JKV), dan Jaring Kontrol Gayaberat (JKG). Sebagai salah satu data spasial kerangka
kontrol geodesi dan geodinamika tercantum dalam Jaringan Data Spasial Nasional. Data-data
geodesi di dalamnya dimanfaatkan oleh pemerintah maupun swasta sebagai referensi untuk
pekerjaan pemetaan dan survey rekayasa dan sebagai landasan pengembangan Infrastruktur Data
Spasial Nasional (ISDN).
Jaring kontrol horizontal merupakan sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu sama
lainnya dikaitkan dengan data ukuran jarak dan atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan
metode pengukuran atau pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat horizontal
tertentu.

Gambar . Jaring Kontrol Horizontal untuk mendefinisikan SRGI 2013 (srgi.big.go.id,


2015)
Orde suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang
(semi-major axis) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik) dengan tingkat kepercayaan
(confidence level) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan oleh hasil hitung
perataan jaringan kuadrat terkecil. Dalam penentuan Orde, hitung perataan jaringannya adalah
hitung perataan berkendala penuh (full constrained). Dalam hal ini panjang maksimum dari
sumbu-panjang elips kesalahan relatif (satu deviasi standar) yang digunakan juga dihitung
berdasarkan persamaan di atas. Berdasarkan nilai faktor c tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde
jaring titik kontrol horizontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik.

Gambar . Orde jarring Titik Kontrol Horizontal


GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki
dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-
dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu di seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan
cuaca, kepada banyak orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat banyak digunakan
orang di seluruh dunia. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan
aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi. Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen
utama, yaitu segmen angkasa (space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol
(control system segment) yang terdiri dari station-station pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen
pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal
dan data GPS.

Gambar. Sistem penentuan posisi global


Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke
belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang
koordinatnya telah diketahui. Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tigadimensi (X,Y,Z ataupun
L,B,h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984. Dengan GPS, titik yang akan
ditentukan posisinya dapat diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic positioning). Posisi titik
dapat ditentukan dengan menggunakan satu receiver GPS terhadap pusat bumi dengan menggunakan
metode absolute (point) positioning, ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya
(monitor station) dengan menggunakan metode differential (relative) positioning yang menggunakan
minimal dua receiver GPS, yang menghasilkan ketelitian posisi yang relatif lebih tinggi. GPS dapat
memberikan posisi secara instan (real-time) ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya
di proses secara lebih ekstensif (post processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian
yang lebih baik
Survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS (survei GPS) secara umum dapat
didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang
telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial (differential
positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dari sinyal GPS. Pada survei GPS, pengamatan GPS
dengan selang waktu tertentu dilakukan baseline per baseline dalam suatu jaringan dari titik-titik yang
akan ditentukan posisinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.3. Patut dicatat di sini bahwa
seandainya lebih dari dua receiver GPS yang digunakan, maka pada satu sesi pengamatan (observing
session) dapat diamati lebih dari satu baseline sekaligus.
Gambar. Metode dan penentuan posisi dengan GPS (Langley, 1998)
Salah satu tahapan dalam pengadaan jaring kontrol GPS adalah desain jaring. Desain jaring
digunakan untuk mendapatkan jaring yang optimal. Terdapat empat tahapan dalam desain jaring GPS
yaitu Zero Order Design, First Order Design, Second Order Design, dan Third Order Design. Zero Order
Design adalah optimasi dalam memilih sistem referensi yang optimum. First Order Design adalah optimasi
dalam memilih lokasi stasiun sehingga membentuk geometri yang optimum. Second Order Design adalah
optimasi dalam memilih pengamatan yang akan dilakukan dan dengan tingkat kepresisian yang
diharapkan. Third Order Design adalah optimasi untuk meningkatkan jaring yang telah ada. Penelitian ini
mengkaji optimasi desain yang didasarkan pada First Order Design.

Anda mungkin juga menyukai