Anda di halaman 1dari 9

Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana
Yusuf, Muhammad Irvandi Herlambang, Ananto Indria

Kata Kunci: Kadaster, Pendaftaran Tanah, Survei Pertanahan, Jepang

ABSTRAK
Pada masa keshogunan Kamakura (1185-1333) dan Muromachi (1333-1568), Jepang
menjalankan sistem pendaftaran tanah yang disebut Otabumi.. Dalam sistem ini, tiap provinsi
diharuskan untuk menyediakan register-register mengenai tanah-tanah privat (shen) dan
tanah publik/umum (kokugary). tabumi terdiri dari dua rangkap, yang pertama diprakarsai
oleh keshogunan yang isinya tidak hanya mengenai kepemilikan lahan, ukuran lahan, dan
tanah pertanian, tetapi juga sejarah kepemilikan akan tanah tersebut dari masa ke masa.
Rangkap yang kedua dikumpulkan dan disimpan oleh pemerintah provinsi (kokuga) dan
hanya berisi mengenai bidang-bidang tanahnya. Fungsi dari pendaftaran tanah ini adalah
untuk menghitung nilai pajak yang akan dikenakan kepada pemilik tanah.
Sementara itu, survei pertanahan pertama di Jepang yang disebut Kadaster dilaksanakan
pada akhir abad ke-16. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil panen beras dengan
mengukur mengukur tanah pertanian dengan standar yang sama. Survei pertanahan yang
memang sesuai maknanya dengan yang berkembang saat ini, dimulai di Jepang pada tahun
1873. Namun, hasilnya tidak didasarkan pada jaringan titik kontrol geodetik nasional, dan
tidak juga ketepatan dimensi ataupun perbatasan. Setelah Perang Dunia Kedua, Undangundang Survei Tanah Nasional diberlakukan pada tahun 1951, dan dimulailah reformasi
pertanahan. Hingga kini, survei tersebut masih terus berkembang.

GD4102 Sistem Kadaster


1/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang


Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana
Yusuf, Muhammad Irvandi Herlambang, Ananto Indria
1. KONTEKS NEGARA
1.1 Konteks Geografis
Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang membentang dengan bentuk lengkungan di
Asia bagian Timur Laut diantara Pasifik Utara dan Laut Jepang. Jepang terdiri dari 4
pulau utama dan lebih dari 6.800 pulau lain dengan total luas sekitar 380.000 km persegi,
yang kira-kira merupakan ukuran California. Jepang adalah negara pegunungan yang
terletak di zona vulkanik sirkum Pasifik. Gunung-gunung di Jepang mempunyai rentang
ketinggian 2.000-3.000 m, yang secara bersama disebut Japan Alps(Pegunungan Jepang)
dimana pegunungan tersebut melintasi pusat dari pulau utama.Titik tertinggi di Jepang,
Gunung Fuji, adalah salah satu gunung berapi aktif yang ketinggiannya mencapai 3.776
m. Ada 150 gunung berapi dan pergerakan lempeng yang berpotensi menyebabkan gempa
bumi. Populasi penduduk Jepang sekitar 127 juta dengan tingkat pertumbuhan tahunan
sebesar 0,11% ('01-'02). Mayoritas dari populasi tersebut berada di daerah perkotaan di
sepanjang bagian Pasifik. Dengan beberapa daerah datar (sekitar 24% dari total lahan),
kepadatan penduduk di daerah yang banyak ditempati merupakan salah satu yang tertinggi
di dunia.
1.2 Konteks Sejarah
Sejarah Jepang dapat diulas kembali lebih dari 10.000 tahun yang lalu dan budayanya
yang unik terus beradaptasi terhadap budaya yang masuk seiring berkembangnya zaman.
Negara ini memiliki modernisasi yang stabil setelah peristiwa Meiji Restoration yang
dimulai pada tahun 1867 dan setelah peristiwa tersebut, Jepang menjadi negara yang
paling menonjol di Asia. Namun, dengan kekalahan total pada Perang Dunia ke-II, setiap
kota besar menjadi hancur. Kondisi ekonomi merupakan sebuah bencana dengan tingkat
produksi yang hanya 1/10 dibandingkan dengan sebelum terjadinya perang. Beberapa
tahun setelah perang terjadi, ekonomi Jepang mulai membaik secara luar biasa, dimana
terjadi lebih dari 10% pertumbuhan ekonomi selama bertahun-tahun dan telah
memberikan pendapatan berlebih pada akhir 1960-an. Meskipun pertumbuhan ekonomi
mulai melambat akibat krisis minyak di tahun 70-an dan tepat satu dekade setelah
runtuhnya inflasi-aset ekonomi di tahun 90-an, Jepang menjadi salah satu kekuatan
ekonomi terbesar serta donor bilateral terbesar dari ODA,yang dimulai dengan Colombo
Plan yang ditandatangani pada tahun 1954.
1.3 Struktur Politik dan Administrasi saat ini
Struktur kekaisaran terus dilanjutkan sejak dari didirikannya bangsa Jepang . Di bawah
Konstitusi Jepang saat ini , Kaisar berfungsi sebagai lambang negara sementara Kabinet
memiliki kekuasaan atas semua aspek negara . Parlemen terdiri dari Dewan Perwakilan
Rakyat dan Anggota Dewan yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh orang-orang
GD4102 Sistem Kadaster
2/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

yang menunjuk Perdana Menteri dari para anggotanya . Kemudian Perdana Menteri
menunjuk Menteri yang lain dan mengatur struktur Kabinet . Birokrasi pemerintah diatur
kembali pada tahun 2001 dan dibagi menjadi 10 kementerian , 2 lembaga dan Kantor
Kabinet . Kementerian Pertanahan , Infrastruktur dan Transportasi yang baru dibentuk
bertanggung jawab terhadap sistem kadaster yang ada di Jepang.
1.4 Garis Sejarah Kadaster
Survei pertama yang disebut ' kadaster ' di Jepang dilakukan pada akhir abad ke-16 .
Tujuannya adalah untuk survei panen padi dengan mengukur dimensi tanah pertanian
dengan standar yang sama . Survei kadaster pertama dalam artian survei kadaster saat ini
di Jepang dimulai pada tahun 1873 . Namun, Hasil survei ini tidak berdasarkan pada
jaringan titik kontrol geodetik nasional , dan akurasi dimensi serta perbatasan belum
cukup baik. Setelah Perang Dunia ke-II, Undang-Undang mengenai Survei Tanah
Nasional diberlakukan pada tahun 1951 , dan menandakan dimulainya reformasi kadaster.
Survei ini masih terus berkembang hingga saat ini
2. PENDAFTARAN TANAH
2.1 Tujuan Pendaftaran Tanah
Survei Tanah Nasional telah dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Survei Tanah
Nasional (Undang-undang No. 180 tahun 1951) dan Undang-undang Pengukuran Khusus
untuk Peningkatan Survei Tanah Nasional (Undang-undang No. 143 tahun 1962). Survei
Tanah Nasional bertujuan untuk meningkatkan data utama terkait tanah di seluruh negeri
guna pemanfaatan tanah yang lebih efisien melalui survei yang lebih ilmiah dan
komprehensif atas kondisi terkini dari tanah nasional dan mereformasi pendaftarannya.
Survei Tanah Nasional terdiri dari survei kadaster, survei pengklasifikasian atas tanah dan
survei air. Survei kadaster merupakan salah satu Survei Tanah Nasional yang didasarkan
pada Undang-undang Survei Tanah Nasional. Terutama dalam hal kota-kota
melaksanakan survei kadaster terkait survei atas pemilik tanah, nomor persil atas tanah,
tipe tanah serta batas-batas dan luas dari persil tanah. Setengah dari peta-peta yang
disimpan dan digunakan di Kantor Pendaftaran sebagai catatan terkait tanah di Jepang
masih berdasarkan peta lama, yang dibuat pada saat revisi sistem perpajakan tanah pada
era Meiji (akhir abad ke-19). Ada beberapa kasus dimana peta yang disimpan berbeda
dengan bentuk dan batas-batas yang sebenarnya, serta tidak akuratnya luas tanah yang
tercatat. Hasil dari survei kadaster diserahkan ke Kantor Pendaftaran untuk
memperbaharui buku dan peta register. Buku dan peta register terbaru akan sangat
berguna bagi kemudahan transaksi atas tanah dan administrasi yang efisien.
2.2 Sistem Pendaftaran Tanah
Sistem pendaftaran tanah yang digunakan di Jepang adalah sistem pendaftaran hak,
dimana bukan akta yang didaftar melainkan haknya yang diciptakan dan perubahanperubahannya kemudian yang didaftar. Akta hanyalah sumber data saja. Semua tanah di
GD4102 Sistem Kadaster
3/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

Jepang, pendaftarannya turut pada sistem ini, kecuali untuk hutan nasional dan tanah
publik. Departemen Kehutanan mengatur secara tersendiri hutan nasional, sedangkan
tanah publik biasanya tidak terdaftar dan tercata di buku register.
Pendaftaran hak atas tanah di Jepang sifatnya pilihan. Artinya, pemilik tanah tidak wajib
untuk mendaftarkan hak atas tanahnya. Walaupun demikian, pendekatan yang digunakan
oleh Jepang untuk sistem kadasternya adalah pendekatan yang sistematik dimana pemilik
tanah diminta untuk mendaftarkan tanahnya pada saat penciptaan hak atas tanahnya
pertama kali.
2.3 Organisasi yang terkait dengan pelaksanaan sistem pendaftaran tanah
Departemen Kehakiman beserta jajarannya seperti Biro Hukum, Biro Hukum Daerah dan
Kantor Dinas Kehakiman di masing-masing daerah bertanggung jawab dalam
pendaftaran tanah. Sedangkan Divisi Survei Tanah Nasional, Biro Pertanahan dan
Perairan, Kementrian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi serta Divisi Survei
Kadaster di tiap daerah bertanggung jawab dalam survei kadaster.
Hampir sebagian besar survei kadaster dilaksanakan oleh swasta. Hanya investigasi persil
tanah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ada 2 (dua) asosiasi terkait survei kadaster
yaki ALL Japan Land Survei Association dan Japan Land Survei Association, yang
menyediakan beberapa pengajar untuk memberikan pelatihan kepada staf pemerintah
daerah. Untuk melakukan survei kadaster tidak diperlukan izin. Hanya izin Surveior
Terdaftar diperlukan untuk melaksanakan survei geodetic. Ujian khusus diperlukan
untuk dapat memperoleh izin Surveior Terdaftar tersebut.
2.4 Peta Pendaftaran

Gambar 1. Contoh Peta Pendaftaran Jepang


3. KADASTER
Survei Tanah Nasional terdiri dari survei kadaster, survei pengklasifikasian atas tanah dan
survei air. Survei kadaster merupakan salah satu Survei Tanah Nasional yang didasarkan
pada Undang-undang Survei Tanah Nasional. Terutama dalam hal kota-kota
melaksanakan survei kadaster terkait survei atas pemilik tanah, nomor persil atas tanah,
tipe tanah serta batas-batas dan luas dari persil tanah. Setengah dari peta-peta yang
disimpan dan digunakan di Kantor Pendaftaran sebagai catatan terkait tanah di Jepang
GD4102 Sistem Kadaster
4/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

masih berdasarkan peta lama, yang dibuat pada saat revisi sistem perpajakan tanah pada
era Meiji (akhir abad ke-19). Ada beberapa kasus dimana peta yang disimpan berbeda
dengan bentuk dan batas-batas yang sebenarnya, serta tidak akuratnya luas tanah yang
tercatat. Hasil dari survei kadaster diserahkan ke Kantor Pendaftaran untuk
memperbaharui buku dan peta register. Buku dan peta register terbaru akan sangat
berguna bagi kemudahan transaksi atas tanah dan administrasi yang efisien.
3.1 Konsep Kadaster
Survei Kadaster dilaksanakan oleh pemerintah daerah seperti kotamadya/kabupaten. Unit
utama yang disurvei adalah persil tanah, untuk kemudian dicatat nama pemilik, nomor,
tipe, batas-batas serta luas persil tanah.
3.2 Isi dari Sistem Kadaster
Komponen utama dari sistem kadaster ini adalah pemilik, nomor, batas-batas dan luas
setiap persil tanah. Data-data tersebut didaftar dan dipelihara. Informasi tersebut pada
dasarnya tertulis pada kertas, hanya sekitar 30% saja yang baru dikomputerisasi.
3.3 Organisasi Organisasi yang terkait dengan pelaksanaan sistem kadaster
3.3.1

Organisasi pemerintah
Survei Kadastral : Divisi Survei Lahan Nasional , Biro Lahan dan Perairan ,
Departemen Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi , dan Divisi Survei Kadastral
di setiap prefektur dan masing-masing kota .

3.3.2. Keterlibatan Sektor Swasta


Kebanyakan survei kadaster di Jepang dilakukan oleh sektor swasta . Hanya
Investigasi Parcel yang dilakukan oleh pemerintah setempat .
3.3.3. Organisasi Profesi atau Asosiasi
Ada dua Asosiasi untuk surveior kadaster :
Semua Asosiasi Survei Pertanahan Jepang : 1.145
Asosiasi Survei Pertanahan Jepang : 308
3.4. Perizinan
Tidak ada lisensi yang dibutuhkan untuk melakukan survei kadaster . Tapi lisensi
sebagai "surveior yang terdaftar" diperlukan untuk melaksanakan survei geodetik .
Untuk mendapatkan lisensi "surveior yang terdaftar" harus melalui tes terlebih dahulu.
3.5. Pendidikan
Ada beberapa perkuliahan untuk melatih staff pemerintahan yang diselenggarakan oleh
Divisi Survei Pertanahan Nasional atau Semua Asosiasi Survei Pertanahan Jepang .
Tidak ada universitas dengan sistem pendidikan khusus untuk survei kadaster secara
profesional .
GD4102 Sistem Kadaster
5/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

3.6. Peta Kadaster


Peta kadaster pada dasarnya digunakan untuk memperbaharui peta pada buku register di
kantor pendaftaran. Pada pokoknya dalam peta kadaster termuat alamat, batas-batas,
nomor persil tanah, skala, titik kontrol dan koordinat.

Gambar 2.Contoh Peta Kadaster Jepang


3.7. Prosedur Survei Kadaster
3.7.1. Perencanaan Survei
Kotamadya yang melakukan survei membuat rencana dengan menghubungi dan
menyesuaikan dengan organ yang bersangkutan.
3.7.2. Mengadakan Penyuluhan Untuk Warga Setempat
Pejabat kota mengadakan penyuluhan pada substansi survei dan kebutuhan warga
setempat
3.7.3. Konfirmasi Batas (The Parcel Investigation)

GD4102 Sistem Kadaster


6/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

Pemilik lahan memperjelas batas-batas tanah mereka sendiri untuk Survei Kadastral.
Pejabat kota yang bertanggung jawab mengunjungi tempat yang sebenarnya mengacu
pada data berdasarkan rekaman peta lama pemilik tanah mengenai batas konfirmasi
batas-batas tanah mereka dengan kesepakatan bersama. Pejabat resmi kota melakukan
investigasi pemilik tanah, nomor pendaftaran, jenis tanah, dan sebagainya.
3.7.4.

Survei Batas Setelah Konfirmasi (Survei Boundary)


Menetapkan titik kontrol topografi, yang merupakan acuan dasar survei, dan survei
untuk menentukan posisi di bumi untuk setiap paket mengikuti beberapa proses oleh
surveior.

3.7.5. Membuat Rekaman Kadastral


Setelah menentukan posisi untuk setiap paket, sureyor membuat peta yang akurat (peta
kadaster) berdasarkan setiap hasil dan mengukur dimensi.
3.7.6. Mengkonfirmasi Hasil Survei Kadastral
Mengintegrasikan hasil Investigasi Parcel dan Survei Batas, pejabat kota membuat
draft catatan kadaster.
3.7.7. Menyerahkan Hasil Survei Kadastral ke Kantor Registrasi
Catatan dan peta ditampilkan kepada publik selama 20 hari di kantor
kotamadya. Seseorang
yang
menemukan
kesalahan
pada
hasil
dapat
melaporkannya. Rekaman dan peta dikonfirmasi menjadi produk akhir dari Survei
Kadastral. Salinan produk Survei Kadastral (peta Kadastral dan rekaman Kadastral)
akan diserahkan ke kantor catatan sipil. Buku daftar Tanah direvisi menurut catatan
kadaster dan mengganti peta registri lama dengan peta kadaster baru resmi disimpan di
kantor catatan sipil. Kantor registri memanfaatkan produk Survei Kadastral sebagai
bahan Pendaftaran Tak Tergoyahkan di masa depan.

GD4102 Sistem Kadaster


7/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

DAFTAR PUSTAKA
http://tochi.mlit.go.jp/english/generalpage/5608
http://www.fig.net/pub/proceedings/korea/full-papers/pdf/session16/oki-oshima.pdf
http://www.fig.net/cadastraltemplate/countryreport/Japan.pdf

GD4102 Sistem Kadaster


8/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

RIWAYAT HIDUP
CONTACTS
Title Given name and family name
Institution
Address
City
COUNTRY
Tel. +
Fax +
Email:
Web site:

GD4102 Sistem Kadaster


9/9
Jefri Hendri Adriano, Dara Fara Dilla Ulfiani, Aria Windu Pratama, Armand Maulana Yusuf, Ananto Indria,
Muhammad Irvandi Herlambang
Sistem Kadaster dan Pendaftaran Tanah di Jepang

Anda mungkin juga menyukai