Anda di halaman 1dari 74

PEMBUATAN GAMBAR UKUR

Pengertian GU
Dokumen tempat mencantumkan gambar satu
bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya
serta data hasil pengukuran bidang tanah baik
berupa jarak, sudut, asimut atau pun sudut
jurusan.
Selain dari data tersebut, dicantumkan juga
keterangan-keterangan lain yang mendukung
/memudahkan dalam penatausahaan GU.
(PMNA/KBPN 3/97)
GU adalah dokumen otentik pengukuran
bidang tanah (objek hak)
GU harus dibuat pada saat melakukan pengukuran
bidang tanah di lapangan.

Mengingat bahwa dokumen ini berisi data otentik


hasil pengukuran dan mempunyai kekuatan bukti
atas data fisik pendaftaran tanah, maka perlu
dibuat, diarsip, dan dipelihara dengan sebaik-
baiknya mengikuti peraturan yang ada.
Sebelum suatu bidang tanah diukur dan dibuat
GU-nya, terdapat ketentuan yang harus dipenuhi:
1. Si pemohon/pemilik diwajibkan menunjukkan batas-batas
bidang tanahnya, dan apabila sudah ada kesepakatan
mengenai batas-batas tersebut dengan para pihak yang
berbatasan (asas kontradiktur delimitasi terpenuhi),
selanjutnya si pemohon memasang tanda-tanda batasnya.
2. Jika pemohon pengukuran atau pihak yang berbatasan
tidak dapat hadir pada waktu yang ditentukan untuk
menunjukkan batas-batas bidang tanahnya, maka
penunjukan batas itu bisa dikuasakan dengan kuasa tertulis
kepada orang lain.
3. Selanjutnya, dilakukan Penetapan Batas bidang tanah oleh
Petugas Yuridis, yang dituangkan dalam formulir Penelitian
Data Yuridis dan Penetapan Batas (Daftar Isian 201).
Formulir GU
(Daftar Isian 107)

• Formulir GU (DI 107) menggunakan ukuran


kertas standar A3, dengan ketebalan seperti
kertas kartun manila, dan berwarna hijau
kebiruan.
• Formulir GU terdiri dari 4 halaman, yang
digunakan bolak-balik.
Halaman 1 (untuk Penatausahaan GU)
• Nama Kabupaten/Kota
• Nomor GU
• Lokasi Bidang Tanah
• Keterangan Pengukur
• Keterangan
• Sketsa Lokasi
Halaman 2

• sketsa bidang tanah dan situasi sekitarnya.


• angka pengukuran.
• simbol-simbol kartografis yang digunakan.
• menggunakan skala pendekatan.
• mencantumkan arah utara.
Halaman 3

penggambaran halus (kartiran)


Halaman 4
• Untuk persetujuan si pemohon/pemilik tanah dan
sebelah-menyebelahnya terhadap pengukuran
bidang tanah,
• Informasi Tanda Batas dan Informasi Bidang Tanah.
• Apabila perlu, halaman ini dapat juga digunakan
sebagai pengesahan pekerjaan oleh para pejabat
yang terkait pengukuran (Aparat Desa, Koordinator
Pengukuran, Kasubsi Pengukuran, dan Kasi SP).
Tata Cara Pengisian Formulir GU
(Halaman demi Halaman)
Ketentuan umum:
1. GU merupakan data otentik (catatan asli)
pengukuran bidang tanah, oleh karena itu GU harus
dibuat di lapangan pada saat pengukuran bidang-
bidang tanah, sehingga dibutuhkan fieldboard dan
penggaris.
2. Pengisian formulir, penggambaran bidang tanah,
dan pencatatan angka ukur harus menggunakan
tinta hitam tahan air (tidak mudah luntur), tidak
diperkenankan menggunakan pensil.
3. Setiap GU dibuatkan Nomor GU-nya (dalam
pendaftaran tanah sporadik sama dengan nomor
urut dalam daftar isian 302)
Halaman 1
Nama Kabupaten/Kota

Nomor GU, diisi per GU berurutan dalam satu tahun per


wilayah desa/kelurahan (mengikuti aturan yang dikeluarkan
oleh KATR/BPN setempat).
• NUB (Nomor Urut Bidang), diisi urutan nomor bidang-
bidang tanah yang diukur (misal: 0001, 0002, 0003,.... dan
seterusnya).
• Nomor Berkas, jika sebelum ke lapangan sudah melakukan
booking nomor berkas dari KKP, ditulis nomor terendah
sampai dengan nomor tertinggi pada bidang-bidang tanah
yang terukur di GU, misal: 3456/2017 sd 3465/2017.
• NIB, diisi setelah proses integrasi dari Aplikasi KKP, ditulis
nomor terendah sampai dengan tertinggi pada bidang-
bidang tanah yang telah dipetakan, misal: 00086, 00245 sd
00253.
Lokasi Bidang Tanah, diisi alamat sesuai letak bidang tanah
(bukan alamat pemohon/pemilik tanah), meliputi:
• Kecamatan
• Desa/Kelurahan
• Nomor Peta Pendaftaran, diisi zone TM30 letak bidang
tanah.
• Nomor Peta Kerja, diisi untuk GU yang berasal dari Foto
Udara / Citra Satelit Resolusi Tinggi, ditulis nomor sesuai
dengan jumlah lembar Peta Kerja yang digunakan dalam
satu wilayah tersebut.

Tanda Batas dan Informasi Bidang Tanah (rinciannya pada


halaman 4).
Keterangan Pengukur, untuk memastikan petugas lapangan
yang melaksanakan pengukuran beserta alat yang
digunakan.
• Nama Petugas Pengukur dan tanda tangannya.
• Status, dipilih petugas ASN atau SKB (baik perorangan
maupun firma).
• Nama KJSKB atau Perusahaan yang ditugasi KATR/BPN.
• Nomor dan Tanggal Surat Tugas (sudah jelas).
• Alat Ukur, pilih sesuai alat ukur yang digunakan.
Keterangan, diisi keterangan informasi bidang tanah untuk
meningkatkan kualitas data yang diperlukan dalam
pengisian Surat Ukur, seperti: penggunaan dan pemanfaatan
tanah; tanah kosong / ada bangunan; jenis patok batas yang
dipasang.
Lajur Keterangan ini juga bisa diisi jika ada mutasi bidang
tanah ke formulir GU yang lain (berisi penghapusan bidang
tanah pada GU lama).

Sket Lokasi, dibuat Denah Lokasi yang bertujuan untuk


memandu seseorang dapat menemukan lokasi bidang tanah
yang tercantum di GU. Objek-objek yang menonjol dan
mudah dikenali perlu dicantumkan, ditambah keterangan
RT/RW/Blok.
Contoh sket lokasi:

Jl. Godean Km 4,5


U
Pompa
bensin

Jl. Tata Bumi

Jl. Titi Bumi Barat Jl. Titi Bumi Timur


Halaman 2
• Dibuat sketsa bidang tanah, serta dicantumkan tanda
batas yang ada sesuai dengan simbol kartografisnya.
• Angka-angka pengukuran dicantumkan sesuai kaidah
dan simbol kartografis pembuatan GU.
• Dalam membuat sketsa bidang tanah saat
pengukuran, dapat dilakukan terlebih dahulu dengan
pensil 4H. Demikian juga dalam menuliskan angka-
angka ukur, pensil keras 4H dapat digunakan. Jika
menggunakan pensil 4H, maka sketsa bidang tanah
perlu ditindih lagi dengan tinta hitam. Angka-angka
ukur yang ditulis dengan pensil 4H tidak boleh
ditindih dengan tinta, tetapi penulisan kembali
dengan tinta hitam dicantumkan di atas/bawahnya.
• Selain batas-batas bidang tanah dimasukkan juga situasi/detil
yang ada di sekitarnya: jalan, saluran, sungai, dan sebagainya. Jika
terdapat bangunan di dalam suatu bidang tanah, maka
digambarkan pada GU sesuai bentuknya.
• Dicantumkan simbol-simbol kartografis terhadap objek-objek
yang disketsa.
• Dicantumkan nama-nama objek: nama jalan, nama sungai, nama
gedung, dan sebagainya.
• Dicantumkan arah utara (arah dan letaknya bebas).
• Dicantumkan skala pendekatan untuk sketsa bidang-bidang tanah
(di bagian atas).
• Dicantumkan nama pemohon/pemilik pada bidang tanah dan
nama-nama pihak yang berbatasan.
• Dicantumkan NUB di dalam setiap bidang.
• Dicantumkan ‘Penggunaan Tanah’ (TD/TS) di dalam setiap bidang.
• Dicantumkan NIB di dalam setiap bidang tanah yang sudah
bersertipikat. Jika NIB tidak ada, cantumkan Nomor Hak.
• Dicantumkan nama dan koordinat titik-titik ikat (TDT).
Contoh sketsa bidang (halaman 2):

Skala pendekatan 1 : 200

Jokopi

JusKalla
EsBeye

Magie B Prabu

Jl. Merpati
PEMBUATAN SKETSA BIDANG
Sebelum suatu bidang tanah diukur, terlebih dahulu perlu
dibuat sketsanya pada Halaman 2 GU. Ketentuannya:

• Batas bidang tanah tegas berupa garis-garis lurus;


• Untuk batas yang sudah pasti (telah ditetapkan), digambar
dengan garis penuh. Untuk batas yang belum pasti (belum
bisa ditetapkan), digambar dengan garis putus-putus.
• Terorientasi (ada arah utara);
• Besar bidang proporsional dengan bidang-bidang tanah
yang lain;
• Bentuk bidang sesuai;
• Menggunakan skala pendekatan ;
• Mencantumkan tanda-tanda batas yang telah dipasang ;
dan
• Mencantumkan batas bidang tetangga dan/atau batas
detil sekitarnya.
• GU dibuat sedemikian rupa sehingga gambar bidang tanah
dan catatannya dapat dibaca dengan jelas pada satu
formulir.
• Setiap formulir GU hanya menerangkan gambar bidang
tanah yang dimuat di dalamnya, tidak diperkenankan
menyambung beberapa lembar/formulir GU untuk
menggambarkan satu atau beberapa bidang tanah.
• GU dapat menggambarkan satu bidang tanah atau lebih.
• Apabila digunakan untuk menggambar beberapa bidang
tanah, maka bidang-bidang tanah tersebut harus terletak
bersebelahan, dalam arti terletak pada suatu hamparan.
Diperbolehkan menggambar 2 atau beberapa bidang
tanah yang dipisahkan oleh jalan, sungai, saluran, atau
danau/telaga pada satu GU. Tidak diperkenankan untuk 2
atau beberapa bidang tanah yang berjauhan atau terpisah
digambarkan pada satu GU.
• Seluruh data hasil ukuran batas bidang tanah
dicatat pada GU, dan harus dapat digunakan
untuk: a) memetakan bidang tanah; b)
menghitung luas bidang; dan c) untuk
pengembalian batas bidang-bidang tanah yang
bersangkutan apabila diperlukan di kemudian
hari.

• Dalam GU dicantumkan NIB pada setiap bidang


tanah yang sudah terdaftar.
• Jika digunakan piranti elektronik dalam pengukuran
bidang tanah, seperti total station dan/atau GPS tipe
geodetik, yang dalam prosesnya mampu
menampilkan gambar print out bidang-bidang tanah
yang diukur, maka kartiran bidang-bidang tanah (peta
garis) itu bisa dicetak langsung pada Halaman 2
dan/atau Halaman 3 GU sekaligus. Jika Halaman 2
dan 3 GU tidak bisa memuatnya, pencetakan kartiran
sebagai pengganti isian Halaman 2 dan 3 GU ini bisa
dalam ukuran kertas standar A4, A3, A2, A1, atau A0.

• Jika digunakan peta foto / orthofoto, atau citra satelit


resolusi tinggi (CSRT) sebagai ‘peta kerja’ untuk
mengidentifikasi bidang-bidang tanah, maka media
yang telah berisi identifikasi bidang-bidang tanah
tersebut bisa menggantikan sketsa bidang tanah
(pada Halaman 2 GU).
Simbolisasi Kartografis GU
• Gambar Ukur merupakan dokumen hidup, dalam
arti bahwa data ukuran yang tercantum pada GU
akan menjadi acuan dalam kegiatan pemeliharaan
data fisik bidang tanah sepanjang masa, seperti
kegiatan pemecahan, penggabungan, dan
pemisahan bidang tanah, serta pengembalian
batas bilamana tanda batas hilang atau tidak
berada pada posisinya lagi.
• Dalam sejarah pendaftaran tanah, terdapat
peraturan yang mengatur simbolisasi GU, yaitu: 1)
PP 10/61; 2) PMNA/KBPN 3/97; dan 3) Standar
GU/2002.
Simbolisasi GU menurut berbagai peraturan
Simbolisasi
Item PP 10/61 PP 24/97 Standar GU
Penulisan sudut
ukuran (antara dua
arah dg memberi tanda
busur)

Penulisan asimut
ukuran (sepanjang
arah)

Penulisan jarak sisi


bidang (sepanjang (18,65) 18,67 18,67
sisi) *

Angka ke titik utama dan


angka penutup garis ukur
untuk sisi bangunan dan Tidak ada
29,44
57,23

57,23

29,44
garis tinggi (tegaklurus
terhadap arah
pengukuran) **
Simbolisasi
Item
PP 10/61
Item PP 24/97 Standar GU

Simbolisasi
Titik poligon (Titik
dasar teknik) *** PP 10/61
PP 24/97
Garis poligon ****
Standar GU
Garis-garis lainnya
Titik poligon (Titik dasar teknik) ***
(garis perpanjangan,
garis tinggi, diagonal
Garis poligon ****
bidang)
Garis-garis lainnya
(garis perpanjangan, garis tinggi, diagonal bidang)
Garis kontrol
Garis kontrol
Tidak ada Tidak ada
18,67
Tidak ada
Tidak ada
Simbolisasi
Item
PP 10/61 PP 24/97 Standar GU

Tanda batas beton

Tanda batas kayu

Tanda batas paralon Tidak ada

Tanda batas besi bulat


Simbolisasi
Item
PP 10/61 PP 24/97 Standar GU

Tanda batas besi


siku

pb pb pb
Pagar bambu

pk pk pk
Pagar kawat

Pagar hidup ph ph ph
Simbolisasi
Item
PP 10/61 PP 24/97 Standar GU

Pagar besi pbs pbs pbs

gl gl gl
Galengan sawah

Tembok Tidak ada Tidak ada

Batas di tengah
tembok milik
bersama
Simbolisasi
Item
PP 10/61 PP 24/97 Standar GU

Batas tembok satu


lapis (tembok milik
sebelah)

Sawah S
S

Ladang/kebun *****

LD LD

Bangunan
B
B B
Simbolisasi
Item
PP 10/61 PP 24/97 Standar GU

Pekarangan
P P P

Sungai Tidak ada Tidak ada

Saluran
Tidak ada Tidak ada

Saluran dalam
tanah / terusan Tidak ada Tidak ada
keterangan :

* Pada PP 10/61, sisi bidang tanah yang digambar


diperjelas dengan warna kuning.
* * Sebelum PP 10/61, aturan ini diimplementasikan
untuk pengukuran sisi bidang tanah.
*** Pada PP 10/61, simbol titik poligon digambarkan
sesuai dengan tugu dan ordenya, dengan tinta warna
merah.
**** Pada PP 10/61, garis poligon digambar dengan
tinta warna merah.
***** Pada PP 10/61 pada bidang tanah ladang
dicantumkan jenis vegetasi.
Halaman 3
• Penggambaran halus (pengkartiran) adalah penggambaran
kembali bidang tanah yang telah disketsa dan diukur di
lapangan.
• Pengkartiran bidang tanah dilaksanakan dengan skala yang
benar dan mengacu pada sistem koordinat nasional TM 30,
dengan menampilkan tanda grid peta beserta harga
koordinatnya.
• Pengkartiran bidang secara digital menggunakan piranti
lunak AutoCAD versi yang direkomendasi Kementerian
ATR/BPN.
• Arah hadap kartiran bidang tanah menyesuaikan dengan
sketsa pengukuran sebagaimana yang tercantum di Hal. 2.
• Kartiran bidang tanah tetap mencantumkan angka
ukuran dalam bentuk yang telah diratakan atau
telah menjalani proses hitung perataan, dan
dicetak dengan tinta warna hitam. Pencantuman
angka ukuran ini untuk memudahkan pengecekan
data ukuran dan menyederhanakan gambar bidang
yang diukur.
• Dicantumkan tanda batas bidang tanah sesuai
dengan simbol kartografisnya.
• Dicantumkan simbol-simbol kartografi terhadap
objek-objek yang ada.
• Dicantumkan nama-nama objek: nama jalan, nama
sungai, nama gedung, dan sebagainya.
• Dicantumkan arah utara di bagian kiri tengah.
• Dicantumkan skala di bagian atas tengah.
• Dicantumkan nama pemohon/pemilik bidang.
• Dicantumkan ‘penggunaan tanah’ (TD/TS).
• Di dalam setiap bidang tanah yang telah terdaftar
dicantumkan NIB. Jika NIB tidak ada, dicantumkan
Nomor Hak.
• Garis sisi bidang tanah yang telah terdaftar
digambar lebih tebal.
• Dicantumkan luas bidang.
Halaman 4
• Dibuat tabulasi/daftar semua pemohon/pemilik
bidang tanah dan pihak-pihak yang berbatasan,
sebagaimana yang tercantum di Halaman 2.
• Wajib dimintakan tandatangan semua
pemohon/pemilik bidang tanah dan pihak-pihak
yang berbatasan.
TANDA TANGAN PEMOHON/PEMILIK DAN PERSETUJUAN TETANGGA BERBATASAN

No Urut Nama No KTP Tanda tangan /


Cap jempol

Mengetahui,
Aparat Desa (RT/RW)
Simbolisasi GU pada
Pengukuran Rincikan

Untuk keperluan penggambaran halus dan


penghitungan luas bidang tanah (termasuk juga
keperluan rekonstruksi batas), terdapat berbagai cara
pengukuran rincikan bidang tanah sesuai dengan
peralatan yang dipergunakan dan/atau keadaan
lapangan.
a. Untuk bidang tanah yang dapat diukur diagonalnya.

31,46

21,22
21,06

30,98
b. Untuk bidang tanah yang tidak dapat diukur diagonalnya,
pengukuran menggunakan pita ukur.

(i) membentuk segitiga besar yang tidak terlalu lancip.

25,87

25,00
25,08

B
13,00

25,99
(ii) membentuk segitiga kecil di pojok bidang, dengan
ketentuan panjang sisi segitiga yang terbentuk
minimal sepertiga dari panjang sisi bidang, dan tidak
terlalu lancip.

30,77
20,56

20,17
B
10,00
12,00

30,55
c. Untuk bidang tanah yang tidak dapat diukur diagonalnya, sedangkan
alat ukur yang dipergunakan adalah pita ukur dan theodolit. Dalam
kasus ini terdapat 2 solusi, yaitu :

(i) alat theodolit ditempatkan di atas salah satu tanda batas


bidang tanah.

52,87

42,64
22,17

51,88
(ii) alat theodolit ditempatkan di sembarang titik di
dalam atau di luar bidang tanah.

24,77
23,67

B
48,77

48,22
48,44
48,70

T
23,85 24,62

T
d. Untuk bidang tanah berupa segibanyak (kompleks)
tetapi menyerupai bangun sederhana.

45,98 4,92

32,82

16,92
e. Untuk bidang tanah yang terdapat sisi dengan lengkungan
(smooth arc).
Simbolisasi pada Pengikatan Bidang Tanah

• Pengikatan bidang tanah perlu dilakukan agar bidang-


bidang tersebut dapat digambarkan pada peta dan dapat
sewaktu-waktu direkonstruksi batasnya apabila diperlukan.

• Untuk dapat dipetakan, maka bidang tanah perlu diikatkan


pada Titik Dasar Teknik (Virtual) yang ada di sekitar bidang.

• Sedangkan untuk keperluan rekonstruksi batas, di samping


diikatkan pada Titik Dasar Teknik (Virtual), perlu juga
diikatkan pada titik-titik tetap yang berupa obyek-obyek
yang sekiranya dapat bertahan dalam jangka waktu yang
cukup lama, seperti pojok tembok, bangunan, jembatan,
tiang listrik, dan sebagainya.
A. Pengikatan dengan metode offset, yang
terdiri dari :
Cara siku-siku

3,53 4,02
12,17

20,79
BPN-75 garis ukur BPN-76
Cara mengikat pada titik sembarang

garis ukur
18,00

23,00

36,00
30,00
BPN-007 BPN-006
Cara perpanjangan sisi

BPN-081

garis ukur

70,67
10,62

31,78

42,46

BPN-080
• Cara trilaterasi sederhana

garis ukur
BPN-70 BPN-71
• Cara trilaterasi sederhana

garis ukur
BPN-70 BPN-71
B. Pengikatan dengan metode polar, yang
terdiri dari :
• Dengan unsur sudut dan jarak

BPN-076

BPN-077
• Dengan unsur asimut dan jarak

BPN-076

BPN-077
PENGHITUNGAN LUAS BIDANG
Dasar teori
• Luas segitiga siku-siku

t
L = ½ a.t

• Luas trapesium

t2 L = ½ a.(t1+t2)
t1

a
• Luas segitiga yang diukur jarak sisi-sisinya

a b
L = √ {(s-a) (s-b) (s-c)}
s = ½ (a+b+c)
c

• Luas segitiga yang diukur satu sudut dan dua jarak sisi kakinya

a
L = ½ a.b. sin α
α

b
Salah satu sudut segitiga yang diketahui jarak-jarak kakinya

c
c2 = a2 + b2 - 2.a.b.cos 
b
 = cos-1 {(a2+b2-c2)/(2.a.b)}
• Penghitungan luas menggunakan koordinat batas-batas bidang

Misalkan bidang tanah segilima. Apabila titik-titik batas diproyeksikan


pada sumbu-X, maka akan terbentuk bangun-bangun trapesium.

y
3

4
y3
II y2
III 5 1

y4 I

IV y5 V y1

0 x4 x3 x5 x2 x1 x
Kalkulasi :

L = luas trap. I + luas trap. II + luas trap. III - luas trap.IV - luas trap. V

L = ½.(x1-x2).(y1+y2) + ½.(x2-x3).(y2+y3) + ½.(x3-x4).(y3+y4) - ½.(x5-x4).(y4+y5) - ½.(x1-x5).(y5+y1)

2L = (x1-x2).(y1+y2) + (x2-x3).(y2+y3) + (x3-x4).(y3+y4) - (x5-x4).(y4+y5) - (x1-x5).(y5+y1)

2L = (x1-x2).(y1+y2) + (x2-x3).(y2+y3) + (x3-x4).(y3+y4) + (x4-x5).(y4+y5) + (x5-x1).(y5+y1)

Apabila rumus di atas diuraikan :

2L = (x1y1+x1y2-x2y1-x2y2) + (x2y2+x2y3-x3y2-x3y3) + (x3y3+x3y4-x4y3-x4y4) + (x4y4+x4y5-x5y4-x5y5)


+ (x5y5+x5y1-x1y5-x1y1)

Maka :

2L = (x1y2-x2y1) + (x2y3-x3y2) + (x3y4-x4y3) + (x4y5-x5y4)+ (x5y1-x1y5)

Dalam bentuk umum :

2L =  (xn.yn+1 - xn+1.yn)
Contoh hitungan :
Titik x (m) y (m) xn.yn+1 - xn+1.yn

1 34,76 15,81
34,76 . 28,17 - 10,34 . 15,81 = 815,7138
2 10,34 28,17
10,34 . 14,28 - (-30,55) . 28,17 = 1008,2487

3 -30,55 14,28
(-30,55) . (-18,61) - (-35,42) . 14,28 = 1074,3311
4 -35,42 -18,61
(-35,42) . (-20,77) - 24,94 . (-18,61) = 1199,8068
5 24,94 -20,77
24,94 . 15,81 - 34,76 . (-20,77) = 1116,2666
1 34,76 15,81
2L = 5214,3690
Luas = 2607,1845 m2
Hitung luas bidang tanah berikut !
PENGGAMBARAN HALUS

Pada halaman 3 GU
TATA CARA PENULISAN DATA UKURAN
• Data ukuran yang dicantumkan dalam bentuk yang
telah diratakan atau telah menjalani proses hitung
perataan.

• Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam


penggambaran halus, yaitu: (1) jarak dan sudut
jurusan, dan (2) koordinat.
• Untuk data jarak, satuan yang digunakan adalah meter,
dengan satuan terkecil centimeter.
Contoh : 41,23 memiliki arti jarak 41 meter 23 cm.

• Untuk data sudut jurusan, satuan yang digunakan adalah


derajat dengan satuan terkecil menit.
Contoh : 89023’ memiliki arti 89 derajat 23 menit.

• Untuk data koordinat, satuan yang digunakan adalah


meter. Koordinat tersebut dalam sistem kartesian proyeksi
peta (X,Y), bukan dalam sistem koordinat geodetik
(Lintang, Bujur).
• Data koordinat yang dicantumkan adalah data apa adanya
sesuai dengan hasil ukuran lapangan untuk pengukuran
dengan GPS, atau data koordinat rataan apabila
menggunakan Theodolit / TS.
Contoh penulisan data jarak dan sudut jurusan :

Setiap arah dan panjang sisi bidang tanah


dinyatakan dengan sudut jurusan dan jarak.
B
A Sudut jurusan dibaca dari kiri ke kanan,
sehingga untuk sudut jurusan lebih besar dari
1800 akan ditulis terbalik.

Artinya :
sudut jurusan dari A ke B adalah 89023’
dengan jarak 41,23 m.

sudut jurusan dari B ke C adalah 178020’


dengan jarak 71,44 m.

sudut jurusan dari C ke D adalah 268022’


dengan jarak 41,63 m.

C sudut jurusan dari D ke A adalah 359040’


D
dengan jarak 70,63 m.
Contoh penulisan data koordinat :

B
A X = 235.234,12
Y = 751.622,54

A B X = 235.244,76
Y = 751.634,56

C X = 235.255,29
Y = 751.611,37

D X = 235.240,41
C Y = 751.600,57

D
Skala gambar
Penggambaran halus harus menggunakan skala yang disesuaikan dengan luas bidang
tanah.

Ketentuannya sebagai berikut :


Skala 1:500 untuk bidang tanah dengan luas kurang dari 250 m2.
Skala 1:1.000 untuk bidang tanah dengan luas antara 250 - 1.000 m2.
Skala 1:2.500 untuk bidang tanah dengan luas antara 1.000 - 5.000 m2.
Skala 1:10.000 untuk bidang tanah dengan luas antara 5.000 - 80.000 m2.
Skala yang lebih kecil disesuaikan dengan luas bidang yang diukur.

Untuk bidang-bidang yang sangat luas sehingga penggambarannya di DI 107 memiliki


skala yang lebih kecil daripada 1:50.000, maka penggambaran halus bidang tanah
dibuat pada lembar terpisah dan dijilid menjadi satu dengan DI 107.

Skala harus ditulis di dekat bidang tanah yang dikartir, dan ditempatkan di sebelah
atas bagian tengah.
Tanda arah utara
Penggambaran bidang harus memenuhi kaidah
pemetaan, dalam hal ini arah utara harus selalu
menunjuk ke arah atas bidang gambar.

Penunjuk arah utara ditempatkan di sebelah kiri


bagian tengah.

Luas bidang tanah


Pada bidang tanah yang dikartir harus dicantumkan
luas area yang dinyatakan dalam satuan meter persegi
(m2) atau hektar (ha). Satuan ini harus dicantumkan di
dalam penulisan luasan.
Untuk bidang tanah yang telah terdaftar
Batas bidang tanah yang telah terdaftar harus dibuat
lebih tebal dibandingkan dengan batas bidang tanah
sekelilingnya.
Pada bidang tanah yang terdaftar dituliskan Nomor
Identifikasi Bidang (NIB)-nya.

Penjelasan
Apabila diperlukan, “PENJELASAN” ditempatkan di
sebelah kiri bagian bawah.
Contoh hasil penggambaran halus

Skala 1 : 1.000

U
Suharto

NIB.
13.02.04.11.04563
L = 2567 m2

TD
BPN-008

BPN-007
CONTOH GAMBAR UKUR
PRODUK PTSL
Contoh format GU dan informasi dalam GU (halaman 1 dan 2) hasil kegiatan
pengukuran bidang tanah sistematis lengkap dengan metode terestris
Contoh format GU dan informasi dalam GU (halaman 3 dan 4) hasil kegiatan
pengukuran bidang tanah sistematis lengkap dengan metode terestris
Contoh format GU dan
informasi dalam GU (halaman
1,2,3 dan 4) hasil kegiatan
pengukuran bidang tanah
sistematis lengkap dengan
metode fotogrametri
KETENTUAN DAN CARA PEMBUATAN
GAMBAR UKUR DENGAN MEDIA
FOTO/CITRA

Anda mungkin juga menyukai