DisusunOleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Khusnul Hotimah
(14/361252/SV/05531)
Pachira Eizza P.
(14/370330/SV/07837)
Efendi Dwi P.I
(14/368230/SV/06764)
Tedy Imanuel S
(14/368319/SV/06802)
Mahfud Nugroho Jati (14/368348/SV/06815)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
LATAR BELAKANG
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur,meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan,
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Dalam pembuatan surat ukur maka di
butuhkan pengukuran bidang area yang akan di daftra kan tanah nya. Untuk mengukur bidang
bidang tersebut melewati beberapa tahap. Seperti pengukuran titik dasar teknik. Dalam
pengukuran titik dasar teknik kita harus memproses dengan software tertentu untuk dapat
menghilangkan kesalahan pada saat pengukuran. Serta kita lakukan transformasi ke TM 3
sesuai dengan acuan dari BPN. Dimana setiap pengukuran bidang harus menggunakan sistem
TM 3. Untuk mempermudah dalam pencarian peta maka kita dapat melakukan penomoran peta
dengan acuan hasil dari koordinat yang telah ditransformasi ke TM 3.
I.2
BAB II
DASAR TEORI
A. Teknik Dasar Teknik
Titik Dasar Teknik (TDT) adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari
suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik
kontrol atau titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas (Pasal 1 butir 13
Peraturan Pemerintah No.24/1997).
Pemasangan titik dasar teknik dilaksanakan berdasarkan kerapatan dan dibedakan atas;
orde 0,1,2,3,4 serta titik dasar teknik perapatan. Pemasangan titik dasar teknik orde 0 dan 1
dilaksanakan oleh Bakosurtanal sedangkan orde 2,3,4 dan titik dasar teknik perapatan
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan pemasangannya, titik dasar teknik
dibedakan atas 2 (dua) bagian, yaitu sebagai perapatan dan sebagai pengikatan.
Pemasangan titik dasar teknik yang berfungsi sebagai pengikatan berarti bahwa setiap
bidang tanah dalam pendaftaran tanah sistematik ataupun sporadik harus diikatkan kepada titik
dasar teknik tersebut, sedangkan yang berfungsi sebagai perapatan berarti bahwa pemasangan
titik dasar teknik tersebut adalah merapatkan titik dasar teknik yang telah ada dan tersebar di
suatu wilayah. Mengingat fungsi-fungsi tersebut di atas, tahapan kegiatan pemasangan titik
dasar teknik adalah sebagai berikut :
a.
Inventarisasi
b.
Perencanaan
c.
Survei Pendahuluan
d.
Monumentasi
B. Pengukuran Teknik Dasar Teknik
Pengukuran titik dasar teknik dilaksanakan dengan menggunakan metoda pengamatan
satelit atau metoda lainnya. Titik Dasar Teknik dipakai sebagai pengikatan bidang tanah dan
pengikatan bagi perapatan titik dasar teknik dengan ketelitian di bawahnya.
Berkaitan dengan pengukuran titik dasar teknik yang harus diikatkan kepada titik dasar
teknik yang lebih tinggi ordenya, titik dasar teknik orde 2 harus lebih teliti dibandingkan
dengan titik dasar teknik orde 3,4 dan titik dasar teknik orde 3 harus lebih teliti dibandingkan
titik dasar teknik orde 4. Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dan peralatan yang
ada, Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan hanya melaksanakan pengukuran titik dasar
teknik orde 4 dan titik dasar teknik perapatan serta Direktorat Pengukuran dan Pemetaan
melaksanakan pengukuran titik dasar teknik orde 2, 3, 4 dan titik dasar teknik perapatan.
Pengukuran titik dasar teknik orde 2 dan 3 dapat dilaksanakan oleh Kanwil Propinsi dan atau
Kantor Pertanahan setelah mendapat pelimpahan wewenang dari Direktur Pengukuran dan
Pemetaan setelah mempertimbangkan kesiapan sumber daya manusia dan peralatannya.
Suatu pengukuran akan memberikan nilai yang berbeda dari nilaitrue value-nya akibat
adanya kesalahan. Kesalahan pada pengukuran dapat digolongkan menjadi 3 macam
berdasarkan sumbernya,yaitu [Abidin, et al, 1995] :
- Kesalahan besar/kekeliruan (blunder ).
- Kesalahan sistematik ( systematic error)
- Kesalahan kebetulan atau acak (Accidental error, random error)
Kesalahan besar dapat dihilangkan dengan melakukan pengecekan pada daftar
pengukuran. Sedangkan kesalahan sistematik dihilangkan dengan memperbaiki kesalahan pada
alat, dengan menerapkan teknik pengukuran tertentu, atau menerapkan suatu model atau rumus
yang dapat menghilangkan pengaruh kesalahan tersebut. Apabila pada suatu pengukuran kedua
jenis kesalahan telah dieliminir, maka sisa kesalahan yang mungkin terdapat pada hasil ukuran
adalah kesalahan acak atau kesalahan kebetulan. Hitung perataan pada hasil ukuran dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan nilai parameter yang paling sesuai dengan sederetan hasil
pengukuran yang bersifat acak, yaitu yang telah terbebas darikesalahan besar dan kesalahan
sistematis [Abidin, et. Al, 1995]. Kesalahan acak (random error) dapatdikatakan sebagai
kesalahan yang terjadinya tidak mengikuti suatu pola tertentu, atau dalam matematika statistik
digolongkan sebagai suatu variabel stokastik. Disamping sifat ketidakteraturannya, sejumlah
penelitian mengenai perilaku kesalahan random memberikan hasil bahwa kesalahan random
mengikutiaturan empiris sebagai berikut [Kuang, 1996] :
Nilai kesalahan positif dan negatif dapat terjadi pada frekuensi yang sama
Rata-rata dari suatu kesalahan acak cenderung mendekati nol apabila jumlah
pengukuranmendekati tak hingga.
Dari sifat-sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa distribusi kesalahan acak pada suatu
pengukuran cenderung mengikuti suatu distribusi normal atau distribusi Gauss, mengikuti
nama Gauss (1809) yang meletakkan dasar-dasar dalam masalah ini. Contohnya adalah
histogram dari sejumlah pengukuran tekanan barometrik udara dengan jumlah pengamatan
yang semakin banyak, sebagai berikut :
Posisi paling akurat dari beberapa nilai hasil pengamatan posisi absolute yang
dilakukan secara berulang-ulang dapat ditentukan dengan metode rerata (mean). Rerata yang
dimaksud dalam hal ini adalah rerata hitung (arithmatic mean). Rerata hitung dari suatu
kelompok dapat merupakan jumlah nilai masing-masing data dibagi dengan banyaknya
observasi. Mengingat kelompok data yang diperoleh bisa dari populasi ataupun dari sample
maka dibedakan adanya Rerata Hitungan Populasi dan Rerata Hitungan Sample. Nilai rerata
sendiri secara umum dapat dirumuskan dengan model matematika :
Nilai rerata hitung yang digunakan dalam perhitungan memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya antara lain lebih mudah perhitungannya sehingga lebih banyak yang
menggunakannya dan mudah dipahami. Selain itu pada setiap kumpulan data hanya terdapat
satu nilai rerata hitung saja. Kelemahannya, nilai rerata hitung sangat dipengaruhi oleh nilai
ekstrim. Apabila dalam data dijumpai adanya data ekstrim maka nilai rerata hitung tidak
mencerminkan karakteristik keadaan data yang dominan.
Metode hitungan yang sering digunakan dalam perataan jaring GPS adalah
hitungan metode parameter. Dalam metode ini, harus dicari sejumlah parameter (besaran yang
belum diketahui nilainya) dimana masing-masing parameter yang dicari independent. Secara
umum besaran yang akan dicari nilainya dapat digunakan sebagai parameter. Banyaknya
parameter yang harus ditentukan harus sejumlah u, yaitu banyaknya nilai-nilai yang dapat
ditentukan dari data yang ada atau dapat juga dikatakan sebagai banyaknya data minimum
yang harus dibuat pada permasalahan tersebut. Setelah parameter ditentukan, maka dapat
dicari hubungan masing-masing ukuran dengan parameter sehingga akan didapat n persamaan
(n = banyaknya pengukuran yang dilakukan).
2.
Pada setiap jaring GPS yang tidak memiliki titik ikat, maka koordinat, skala,
dan orientasi tidak dapat ditentukan meskipun bentuk jaringan secara geometri dapat diketahui
[Sunantyo, 2003]. Hal ini berakibat suatu matriks kekurangan rank sehingga matriks tersebut
menjadi singular. Rank yaitu sebagai suatu dimensi tertinggi suatu matriks sehingga
determinannya tidak nol. Dari persamaan ATPAX + ATPL= 0 dan persamaan X = - (ATPA)1ATPL, maka harga X dapat diselesaikan apabila matrik ATPA tidak singular, maksudnya
harga determinan matriks ATPA 0. Jika matriks koefisien parameter ATPAsingular maka
tidak dapat diinvers sehingga persamaan X = - (ATPA)-1A-PL tidak dapat diselesaikan.
Kekurangan rank disebabkan oleh belum terdefinisinya sistem koordinat. Pada jaring
horisontal, jikadatum atau referensi koordinat belum ada matriks (ATPA) akan singular
sehingga kekurangan rank sebanyak tiga atau empat dan sistem koordinat 2D terdefinisi
dengan menentukan 1 titik sebagai referensi atau acuan (koordinatnya) dan 1 asimut atau
menentukan 2 titik sebagai referensi atau acuan(koordinatnya). Sehingga yang dimaksud
hitung kuadrat terkecil dengan persyaratan minimum (minimum constraints) yaitu perataan
sejumlah unsur yang diketahui atau data acuan (referensi) yang melibatkan koefisien matriks A
sebanyak kekurangan ranknya. Pada jaring GPS ada kekurangan rank sebanyak 7 unsur
sehingga sistem jaring GPS terdefinisi apabila ada 7 unsur yang dipakai sebagai referensi.
Tujuh unsur tersebut diperoleh dari 1 titik ikat yang koordinatnya diketahui dalam suatu sistem
koordinat. Penggunaan hitung kuadrat terkecil minimum constraints berguna untuk
mendefenisikan jaring dalam sistem koordinat. Perataan jaring full constraints yaitu perataan
dengan unsur yang diketahui sebagai titik ikatmelebihi dari kekurangan ranknya
3.
Pengujian terhadap data dilakukan melalui uji statistik. Hal ini dilakukan
akibat pengamatanyang dilakukan secara berulang-ulang sehingga data yang dihasilkan
mempunyai nilai yang bervariasi.Adanya nilai yang bervarisai menunjukkan hasil pengamatan
tersebut mengandung banyak kesalahanyang secara alamiah terkandung di dalamnya. Untuk
mengetahui bahwa hasil pengamatan tersebut tidak mengandung kesalahan tak acak maka nilai
varian dan koreksi ukuran hasil pengamatan maka dilakukan pengujian statistik untuk daerah
kepercayaan tertentu. Uji statistik ini meliputi uji global dan datasnooping [Widjajanti dan
Heliani, 2005].
-
Uji Global.Dalam uji global ini dilakukan terhadap seluruh data pengukuran secara
global
Data Snooping.
Pemrograman
D. Transformasi Koordinat TM 3
Transformsi koordinat hanya dimiliki oleh indonesia. Dimana proyeksi ini
biasanya digunakan untuk pengukuran bidang. Proyeksi transvers mercator 3 telah
ditetapkan sebagai proyeksi standar untuk membuat peta pendaftaran dan peta dasar
pendaftaran oleh Badan Pertanahan Nasional melalui PMNA No.3 Tahun 1997. Dalam
menyediakan titik dasar teknik yang nanti nya dipakai sebagai dasar untuk kegiatan
pemetaan kadastral.
E. Penomoran Lembar Peta
BAB III
PELAKSANAAN
III.1.
III.2.
: 26 Agustus 2016
Tempat
III.3.
Langkah Pelaksanaan
1. Mempersiapkan data RINEX hasil pengukuran dari TDT orde 3 yang akan diolah
(file dengan ekstensi *.16O ,*.16N dan *.16G)
2. Meng-Input data pada GeoGenius dengan menu project>files into project
3. Memasukan data dengan memilih semua data pada titik dengan klik select all >Add
to Project
N005-TDT003
N0005-TDT003
N0005-TDT001
N005-TDT002
TDT003-TDT001
TDT002-001
TDT003-002
7. Melakukan proses Adjust Free pada baseline yang terbentukdengan Menu Adjust
Adjust ( Free )
8. Memasukan koordinat fix pada titik ikat yang menjadiBase yaitu Titik N0005
dengan klik kanan pada titik Properties
9. Melakukan Adjust Biased pada baseline dengan Menu Adjust Adjust (Biased )
10. Menampilkan Report dari pengolahanBaseline yang telah dilakukan dengan Menu
Adjust Report
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengolahan data GNNS
Hasil dari pengolahan data GNNS ini adalah titik NOOO5 dijadikan sebagai acuan.
Hasil ini ditampilkan dalam bentuk hyperpage.
B. Transformasi Koordinat ke TM 3
Tahapan perhitungan
Data yang diketahui :
1. KoordinatGeodetikTitik : N0005
Lintang()
: -7.765624372
Bujur ()
: 110.3715600
= 6378137 m
= 1/298,257223563
= 0,0818192
3. Zona
= 49,1
a.
N=
a
(1e sin2 )1/ 2
2
a( 1e 2)
(1e2 sin 2 )3/ 2
b.
M=
c.
b=B 0
d.
E0=a 1
1
3
5
e ( ) e (
(
)
{ 4 64 256 ) e }
2
{( ) ( ) ( ) }
3 2 3 4
45 6
e +
e +
e
8
32
1024
e.
E2=a
f.
E4 =a
g.
E6=a
h.
G=E 0
i.
[ a0 ] =k 0 .G
j.
[ a1 ]=k 0 . N . cos /
k.
l.
[ a3 ]=k 0 . N . cos3
m.
n.
[ a5 ]=k 0 . N . cos 4
o.
[ a1 ] b
p.
[ a2 ] b2 [ a2 ] b2
q.
[ a3 ] b 3
r.
[ a4]b4
s.
[ a5 ] b 5
t.
X =[ a1 ] b+ [ a3 ] b3 +[a5 ]b5
15
45
({ 256
) e +( 1024
)e }
4
{( ) }
35
e6
3072
( MN tan ) /6
2
N 2 N
+ tan 2 /24 4
M
M
(( )
4
(( )
N
2
5
18 tan 9 /120
M
u.
T'= X ' p
v.
X =[ a0 ] + [ a2 ] b +[a4 ]b
w.
T'= X ' p
x.
U ' =Y ' p
TDT NOO5
r=
ko =
57.2957
8
0.9999
TDT 13-04-001
57.2957
8
0.9999
r=
ko =
Lintan
g+
Utara
Lintan
Selatan
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TM3 DARI KOORDINAT
gGEODETIK
Data Diketahui
Nama
TDT_13_04_00 Meridian Tengah (B0)
109.5
LAT
LONG
titik=
1
=
S
D M 49.1 S
Lintang = D M-7.766291714
Zona = DD
4 110.3732315 Ellipsoid =
Bujur=
WGS2 '84
7
5
58.65017
7.766291714
110
2
23.63339
N=
6378526.884 a=
6378137
0.0033528
M=
6336601.187 f=
1
0.0818192
e=
2
0.0066943
b=
0.873231497 e2 =
8
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-858804.7006
[a1] =
110294.1261 [a0] =
-858718.8201
[a3] =
5.431451827 [a2] =
-130.0649022
[a5] =
0.000391094 [a4] =
-0.016340185
[a1]b =
96312.30484 [a0] =
-858718.8201
[a2]b^2
[a3]b^3 =
3.616630235 =
-99.17881231
[a4]b^4
[a5]b^5 =
0.000198577 =
-0.009501114
X=
96315.92167 Y =
-858818.0085
T'= X'p
296315.9217 U'=Y'p
641181.9915
DD
110.3732
TDT 13-04-002
LAT
D M
4
7 5
LONG
DD
M
S
DD
2
49.27006
7.763686128
110 2
23.18549
110.3731071
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TM3 DARI KOORDINAT
GEODETIK
Data Diketahui
Nama
titik=
TDT_13_04_002 Meridian Tengah (B0) =
109.5
Lintang =
-7.763686128 Zona =
49.1
Bujur=
110.3731071 Ellipsoid =
WGS '84
N=
6378526.624 a=
6378137
M=
6336600.413 f=
0.003352813
e=
0.081819221
b=
0.873107081 e2 =
0.006694385
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-858516.5370
[a1] =
110294.8055 [a0] =
-858430.6853
[a3] =
5.43162255 [a2] =
-130.022334
[a5] =
0.000391125 [a4] =
-0.016335083
[a1]b =
96299.17565 [a0] =
-858430.6853
[a3]b^3 =
3.615198209 [a2]b^2 =
-99.11810217
[a5]b^5 =
0.000198451 [a4]b^4 =
-0.009492736
X=
96302.79104 Y =
-858529.8129
T'= X'p
296302.791 U'=Y'p
641470.1871
TDT 13-04-003
LAT
LONG
45
S
DD
D M
S
DD
FORMULIR
KOORDINAT
KOORDINAT
56.24774 HITUNGAN
7.76562437
110TM3
2 DARI
17.61586
110.37156
GEODETIK
2
Data Diketahui
Nama
Meridian Tengah (B0)
titik=
TDT_13_04_003 =
109.5
Lintang =
-7.765624372 Zona =
49.1
Bujur=
110.3715600 Ellipsoid =
WGS '84
N=
6378526.817 a=
6378137
M=
6336600.989 f=
0.0033528
e=
0.0818192
b=
0.871559961 e2 =
0.0066944
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-858730.8963
[a1] =
110294.3001 [a0] =
-858645.0232
[a3] =
5.431495558 [a2] =
-130.0539998
[a5] =
0.000391102 [a4] =
-0.016338879
[a1]b =
96128.09591 [a0] =
-858645.0232
[a3]b^3 =
3.595930101 [a2]b^2 =
-98.79119868
[a5]b^5 =
0.000196687 [a4]b^4 =
-0.009427821
X=
96131.69204 Y =
-858743.8238
T'= X'p
296131.692 U'=Y'p
641256.1762
C. Penomoran Peta
1. Dari hasil identifikasi, diketahui bahwa titik-titik hasil pengukuran berada pada Zona 49 S
UTM yang didapatkan dari koordinat bujur antara 105 0 1110. Dari hasil pengolahan data
GPS didapatkan koordinat titik kira-kira 1100, sehingga pada sistem proyeksi TM30 lokasi
titik-titik tersebut berada di Zona 49.1. dengan meridian tengah 109.50
2. Menentukan nomor lembar peta pada skala 1:10000, 1:2500, dan 1:1000.
a. Titik N0005
T=X= 296707.1704m
U=Y = 640350.4617 m
Skala 1:10000
x ' x
kolom=
Y ' Y
6000
Baris=
6000
296707.170432000
6000
640350.4617282000
264707.1704
6000
6000
358350.4617
44,11786173
6000
45
Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan
Pada skala
49.1.45060
636000
296000
302000
Skala 1:2500
642000
13
14
15
16
640500
640500
09
10
05
06
01
02
11
63900
0
12
07
08
03
04
636000
296000 297500
49.1.45060
639000
296000
302000
297500
64000
0
1
639000
296000
640500
2
3
49.1.45060.09.8
29650
0
29700
297500
0
640000
296500
297000
x x
kolom=
6000
Baris=
296315.921732000
6000
264315.9217
6000
Y ' Y
6000
641181.9915282000
6000
359181.9915
6000
44,05265362
45
Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan
640500
639000
296000
297500
49.1.45.060
Skala 1:2500
13
14
15
16
642000
09
10
11
12
640500
05
06
07
08
01
02
03
04
642000
49.1.45.060.13
636000
296000 297500
640500
296000
302000
Skala 1:1000
640500
64000
0
63950
0
640000
2
3
49.1.45.060.13.
4
29650 29700
639000
296000 0
297500
639500
296000
296500
297500
Skala 1:10000
x ' x
kolom=
6000
Baris=
Y ' Y
6000
296302.79132000
6000
641470.1871282000
6000
264302.791
6000
359181.9915
6000
44,05064517
45
Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan
640500
49.1.45.060
639000
296000
297500
Skala 1:2500
13
14
15
16
642000
09
10
11
12
640500
05
06
07
08
49.1.45.060.13
01
02
03
04
642000
640500
296000
636000
296000 297500
302000
Skala 1:1000
640500
64000
0
640000
63950
0
639000
296000
2
3
49.1.45.060.13.
297500
4
29650 29700
0
639500
296000
296500
297500
'
kolom=
x x
6000
Y ' Y
6000
296131.69232000
6000
641256.1762282000
6000
264131.692
6000
359256.1762
6000
59,86366525
44,02194867
45
Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan
49.1.45.060
639000
296000
297500
Skala 1:2500
642000
640500
13
14
15
16
09
10
11
12
05
06
07
08
01
02
03
04
636000
296000 297500
302000
640500
296000
297500
49.1.45.060.13
Skala 1:1000
640500
64000
0
63950
0
639000
296000
2
3
49.1.45.060.13.
297500
4
29650 29700
0
640000
639500
296000
296500
BAB V
PENUTUP
V.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum minggu ini adalah team kami
dapat melakukan pengolahan data rinex menjadi koordinat dengan menggunakan
software Geo Genius. Dalam pengolahan data koordinat titik dasar teknik kami
mengalami hambatan di karenakan data nya kurang baik. Hal ini disebabkan area TDT