Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI GPS

PENGOLAHAN DATA RINEX


TRANSFORMASI TM 3 DAN PENOMORAN PETA

DisusunOleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Khusnul Hotimah
(14/361252/SV/05531)
Pachira Eizza P.
(14/370330/SV/07837)
Efendi Dwi P.I
(14/368230/SV/06764)
Tedy Imanuel S
(14/368319/SV/06802)
Mahfud Nugroho Jati (14/368348/SV/06815)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK GEOMATIKA


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1.

LATAR BELAKANG

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur,meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan,
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Dalam pembuatan surat ukur maka di
butuhkan pengukuran bidang area yang akan di daftra kan tanah nya. Untuk mengukur bidang
bidang tersebut melewati beberapa tahap. Seperti pengukuran titik dasar teknik. Dalam
pengukuran titik dasar teknik kita harus memproses dengan software tertentu untuk dapat
menghilangkan kesalahan pada saat pengukuran. Serta kita lakukan transformasi ke TM 3
sesuai dengan acuan dari BPN. Dimana setiap pengukuran bidang harus menggunakan sistem
TM 3. Untuk mempermudah dalam pencarian peta maka kita dapat melakukan penomoran peta
dengan acuan hasil dari koordinat yang telah ditransformasi ke TM 3.
I.2

MAKSUD DAN TUJUAN


Mahasiswa dapat mengolah data Rinex dari pengukuran Titik Kontrol Dasar
dengn menggunkan software Geogenius.
Mahasiswa dapat melakukan transformasi koordinat kedalam TM 3
Mahasiswa dapat melakukan penomoran peta. Sehingga hasil dari penomoran
tersebut kita dapat mengetahui
a. Zone
b. Satuan Blok
c. Satuan bagian blok
d. Nomor Sel

BAB II
DASAR TEORI
A. Teknik Dasar Teknik
Titik Dasar Teknik (TDT) adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari
suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik
kontrol atau titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas (Pasal 1 butir 13
Peraturan Pemerintah No.24/1997).
Pemasangan titik dasar teknik dilaksanakan berdasarkan kerapatan dan dibedakan atas;
orde 0,1,2,3,4 serta titik dasar teknik perapatan. Pemasangan titik dasar teknik orde 0 dan 1
dilaksanakan oleh Bakosurtanal sedangkan orde 2,3,4 dan titik dasar teknik perapatan
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan pemasangannya, titik dasar teknik
dibedakan atas 2 (dua) bagian, yaitu sebagai perapatan dan sebagai pengikatan.
Pemasangan titik dasar teknik yang berfungsi sebagai pengikatan berarti bahwa setiap
bidang tanah dalam pendaftaran tanah sistematik ataupun sporadik harus diikatkan kepada titik
dasar teknik tersebut, sedangkan yang berfungsi sebagai perapatan berarti bahwa pemasangan
titik dasar teknik tersebut adalah merapatkan titik dasar teknik yang telah ada dan tersebar di
suatu wilayah. Mengingat fungsi-fungsi tersebut di atas, tahapan kegiatan pemasangan titik
dasar teknik adalah sebagai berikut :
a.
Inventarisasi
b.
Perencanaan
c.
Survei Pendahuluan
d.
Monumentasi
B. Pengukuran Teknik Dasar Teknik
Pengukuran titik dasar teknik dilaksanakan dengan menggunakan metoda pengamatan
satelit atau metoda lainnya. Titik Dasar Teknik dipakai sebagai pengikatan bidang tanah dan
pengikatan bagi perapatan titik dasar teknik dengan ketelitian di bawahnya.
Berkaitan dengan pengukuran titik dasar teknik yang harus diikatkan kepada titik dasar
teknik yang lebih tinggi ordenya, titik dasar teknik orde 2 harus lebih teliti dibandingkan
dengan titik dasar teknik orde 3,4 dan titik dasar teknik orde 3 harus lebih teliti dibandingkan
titik dasar teknik orde 4. Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dan peralatan yang
ada, Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan hanya melaksanakan pengukuran titik dasar
teknik orde 4 dan titik dasar teknik perapatan serta Direktorat Pengukuran dan Pemetaan
melaksanakan pengukuran titik dasar teknik orde 2, 3, 4 dan titik dasar teknik perapatan.
Pengukuran titik dasar teknik orde 2 dan 3 dapat dilaksanakan oleh Kanwil Propinsi dan atau
Kantor Pertanahan setelah mendapat pelimpahan wewenang dari Direktur Pengukuran dan
Pemetaan setelah mempertimbangkan kesiapan sumber daya manusia dan peralatannya.

C. Pengolahan data jaringan titik dasar teknik


Untuk medapatkan koordinat dari titik yang kita gunakan maka kita perlu melakukan
proses pengolahan data rinex dengan menggunakan bantuan software. Salah satu contoh nya
adalah dengan menggunakan bantuan software Geogenius. Geo genius merupakan sebuah
perusahaan yang berbasis di seattle washington yang berhubungan dengan perjalanan untuk
perangkat GPS-enabled. Pada software ini terdapat beberapa metode dalam perhitungan nya.
1.

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode Parameter

Suatu pengukuran akan memberikan nilai yang berbeda dari nilaitrue value-nya akibat
adanya kesalahan. Kesalahan pada pengukuran dapat digolongkan menjadi 3 macam
berdasarkan sumbernya,yaitu [Abidin, et al, 1995] :
- Kesalahan besar/kekeliruan (blunder ).
- Kesalahan sistematik ( systematic error)
- Kesalahan kebetulan atau acak (Accidental error, random error)
Kesalahan besar dapat dihilangkan dengan melakukan pengecekan pada daftar
pengukuran. Sedangkan kesalahan sistematik dihilangkan dengan memperbaiki kesalahan pada
alat, dengan menerapkan teknik pengukuran tertentu, atau menerapkan suatu model atau rumus
yang dapat menghilangkan pengaruh kesalahan tersebut. Apabila pada suatu pengukuran kedua
jenis kesalahan telah dieliminir, maka sisa kesalahan yang mungkin terdapat pada hasil ukuran
adalah kesalahan acak atau kesalahan kebetulan. Hitung perataan pada hasil ukuran dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan nilai parameter yang paling sesuai dengan sederetan hasil
pengukuran yang bersifat acak, yaitu yang telah terbebas darikesalahan besar dan kesalahan
sistematis [Abidin, et. Al, 1995]. Kesalahan acak (random error) dapatdikatakan sebagai
kesalahan yang terjadinya tidak mengikuti suatu pola tertentu, atau dalam matematika statistik
digolongkan sebagai suatu variabel stokastik. Disamping sifat ketidakteraturannya, sejumlah
penelitian mengenai perilaku kesalahan random memberikan hasil bahwa kesalahan random
mengikutiaturan empiris sebagai berikut [Kuang, 1996] :

Kesalahan random tidak akan melebihi suatu nilai tertentu

Nilai kesalahan positif dan negatif dapat terjadi pada frekuensi yang sama

Kesalahan yang memiliki magnitude kecil cenderung terjadi lebih sering


dibandingkankesalahan dengan magnitude yang besar

Rata-rata dari suatu kesalahan acak cenderung mendekati nol apabila jumlah
pengukuranmendekati tak hingga.

Dari sifat-sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa distribusi kesalahan acak pada suatu
pengukuran cenderung mengikuti suatu distribusi normal atau distribusi Gauss, mengikuti
nama Gauss (1809) yang meletakkan dasar-dasar dalam masalah ini. Contohnya adalah
histogram dari sejumlah pengukuran tekanan barometrik udara dengan jumlah pengamatan
yang semakin banyak, sebagai berikut :

Posisi paling akurat dari beberapa nilai hasil pengamatan posisi absolute yang
dilakukan secara berulang-ulang dapat ditentukan dengan metode rerata (mean). Rerata yang
dimaksud dalam hal ini adalah rerata hitung (arithmatic mean). Rerata hitung dari suatu
kelompok dapat merupakan jumlah nilai masing-masing data dibagi dengan banyaknya
observasi. Mengingat kelompok data yang diperoleh bisa dari populasi ataupun dari sample
maka dibedakan adanya Rerata Hitungan Populasi dan Rerata Hitungan Sample. Nilai rerata
sendiri secara umum dapat dirumuskan dengan model matematika :

Nilai rerata hitung yang digunakan dalam perhitungan memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya antara lain lebih mudah perhitungannya sehingga lebih banyak yang
menggunakannya dan mudah dipahami. Selain itu pada setiap kumpulan data hanya terdapat

satu nilai rerata hitung saja. Kelemahannya, nilai rerata hitung sangat dipengaruhi oleh nilai
ekstrim. Apabila dalam data dijumpai adanya data ekstrim maka nilai rerata hitung tidak
mencerminkan karakteristik keadaan data yang dominan.
Metode hitungan yang sering digunakan dalam perataan jaring GPS adalah
hitungan metode parameter. Dalam metode ini, harus dicari sejumlah parameter (besaran yang
belum diketahui nilainya) dimana masing-masing parameter yang dicari independent. Secara
umum besaran yang akan dicari nilainya dapat digunakan sebagai parameter. Banyaknya
parameter yang harus ditentukan harus sejumlah u, yaitu banyaknya nilai-nilai yang dapat
ditentukan dari data yang ada atau dapat juga dikatakan sebagai banyaknya data minimum
yang harus dibuat pada permasalahan tersebut. Setelah parameter ditentukan, maka dapat
dicari hubungan masing-masing ukuran dengan parameter sehingga akan didapat n persamaan
(n = banyaknya pengukuran yang dilakukan).
2.

Perataan Jaring Minimum Constraint dan Full Constraint

Pada setiap jaring GPS yang tidak memiliki titik ikat, maka koordinat, skala,
dan orientasi tidak dapat ditentukan meskipun bentuk jaringan secara geometri dapat diketahui
[Sunantyo, 2003]. Hal ini berakibat suatu matriks kekurangan rank sehingga matriks tersebut
menjadi singular. Rank yaitu sebagai suatu dimensi tertinggi suatu matriks sehingga
determinannya tidak nol. Dari persamaan ATPAX + ATPL= 0 dan persamaan X = - (ATPA)1ATPL, maka harga X dapat diselesaikan apabila matrik ATPA tidak singular, maksudnya
harga determinan matriks ATPA 0. Jika matriks koefisien parameter ATPAsingular maka
tidak dapat diinvers sehingga persamaan X = - (ATPA)-1A-PL tidak dapat diselesaikan.
Kekurangan rank disebabkan oleh belum terdefinisinya sistem koordinat. Pada jaring
horisontal, jikadatum atau referensi koordinat belum ada matriks (ATPA) akan singular
sehingga kekurangan rank sebanyak tiga atau empat dan sistem koordinat 2D terdefinisi
dengan menentukan 1 titik sebagai referensi atau acuan (koordinatnya) dan 1 asimut atau
menentukan 2 titik sebagai referensi atau acuan(koordinatnya). Sehingga yang dimaksud
hitung kuadrat terkecil dengan persyaratan minimum (minimum constraints) yaitu perataan
sejumlah unsur yang diketahui atau data acuan (referensi) yang melibatkan koefisien matriks A
sebanyak kekurangan ranknya. Pada jaring GPS ada kekurangan rank sebanyak 7 unsur
sehingga sistem jaring GPS terdefinisi apabila ada 7 unsur yang dipakai sebagai referensi.
Tujuh unsur tersebut diperoleh dari 1 titik ikat yang koordinatnya diketahui dalam suatu sistem
koordinat. Penggunaan hitung kuadrat terkecil minimum constraints berguna untuk
mendefenisikan jaring dalam sistem koordinat. Perataan jaring full constraints yaitu perataan
dengan unsur yang diketahui sebagai titik ikatmelebihi dari kekurangan ranknya
3.

Post Adjustment Data Screening

Pengujian terhadap data dilakukan melalui uji statistik. Hal ini dilakukan
akibat pengamatanyang dilakukan secara berulang-ulang sehingga data yang dihasilkan

mempunyai nilai yang bervariasi.Adanya nilai yang bervarisai menunjukkan hasil pengamatan
tersebut mengandung banyak kesalahanyang secara alamiah terkandung di dalamnya. Untuk
mengetahui bahwa hasil pengamatan tersebut tidak mengandung kesalahan tak acak maka nilai
varian dan koreksi ukuran hasil pengamatan maka dilakukan pengujian statistik untuk daerah
kepercayaan tertentu. Uji statistik ini meliputi uji global dan datasnooping [Widjajanti dan
Heliani, 2005].
-

Uji Global.Dalam uji global ini dilakukan terhadap seluruh data pengukuran secara
global
Data Snooping.
Pemrograman

D. Transformasi Koordinat TM 3
Transformsi koordinat hanya dimiliki oleh indonesia. Dimana proyeksi ini
biasanya digunakan untuk pengukuran bidang. Proyeksi transvers mercator 3 telah
ditetapkan sebagai proyeksi standar untuk membuat peta pendaftaran dan peta dasar
pendaftaran oleh Badan Pertanahan Nasional melalui PMNA No.3 Tahun 1997. Dalam
menyediakan titik dasar teknik yang nanti nya dipakai sebagai dasar untuk kegiatan
pemetaan kadastral.
E. Penomoran Lembar Peta

Dalam penggambaran peta pendaftaran,satu zone TN-3 dibagi


menjadi beberapa lembar. Penomoran lembar tersebut disesuaikan dengan
skala peta yang akan dibuat.

1. Penomoran Lembar Peta Skala 1:10.000


Untuk peta skala 1:10.000, satu zone TM-3 dibagi menjadi bujur sangkar kecil dengan
ukuran 6.000 m x 6.000 m sehingga terbentuk 314 baris dan 56 kolom bujur sangkar.
Nomor kolom dan baris masing masing bujur sangkar tersebut dijadikan dasar
penomoran lembar pada skala 1:10.000. Format penomoran lembar pada skala
1:10.000 adalah kk.bbb dimana kk adalah nomor kolom (2 digit) dan bbb adalah nomor
baris (3digit). Penomoran baris dimulai dari nomor satu dan makin membesar kearah
atas. Penomoran kolom dimulai dari nomor satu dan makin membesar ke arah kanan.
Sebagai contoh, bujur sangkar yang terletak pada baris pertama kolom pertama
mempunyai nomor lembar 01.001, bujur sangkar yang terletak pada baris terakhir
kolom terakhir mempunyai nomor lembar 56.314.

Gambar Pembagian Lembar Skala 1:10000

2. Penomoran Lembar Peta Skala 1:2.500


Satu lembar peta skala 1:10.000 dibagi menjadi 16 lembar peta skala 1:2.500
dengan ukuran masing masing 1.500 m. Penomoran kotak dimulai dari kotak kiri
bawah dengan nomor urut satu. Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelah
kolom keempat, penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya dan membesar lagi kearah
kanan. Demikian selanjutnya sampai baris keempat. Format penomoran lembar skala
1:2.500 adalah kk.bbb-mm dimana kk.bbb adalah nomor lembar skala 1:10.000dan nn
adalah nomor kotak skala 1:2.500.

Gambar . Pembagian Lembar Skala 1:2500

3. Penomoran Lembar Peta Skala 1:1.000


Satu lembar peta skala 1:2.500 dibagi menjadi 9 lembar peta skala 1:1.000 dengan
ukuran masing masing 500 m. Penomoran kotak dimulai dari kotak kiri bawah
dengan nomor urut satu. Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelah kolom
ketiga, penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya dan membesar lagi kearah kanan.
Demikian selanjutnya sampai baris ketiga. Format penomoran lembar skala 1:2.500
adalah kk.bbb-mm-n dimana kk.bbb-mm adalah nomor lembar skala 1:2.500dan n
adalah nomor kotak skala 1:1.000.

Gambar Pembagian Lembar Skala 1:1000

4. Penomoran Lembar Peta Skala 1:500


Satu lembar peta skala 1:1.000 dibagi menjadi 4 lembar peta skala 1:500
dengan ukuran masing masing 250 m. Penomoran kotak dimulai dari kotak kiri
bawah dengan nomor urut satu. Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelah
kolom ketiga, penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya dan membesar lagi kearah
kanan. Demikian selanjutnya sampai baris ketiga. Format penomoran lembar skala
1:500 adalah kk.bbb-mm-n-o dimana kk.bbb-mm-n adalah nomor lembar skala1:1.000
dan o adalah nomor kotak skala 1:500.

Gambar 6. Pembagian Lembar Skala 1:250

5. Penomoran Lembar Peta Skala 1:250


Satu lembar peta skala 1:500 dibagi menjadi 4 lembar peta skala 1:250 dengan ukuran
masing masing 125 m. Penomoran kotak dimulai dari kotak kiri bawah dengan nomor
urut satu. Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelah kolom kedua, penomoran
dilanjutkan dari baris diatasnya dan membesar lagi kearah kanan. Demikian selanjutnya
sampai baris kedua. Format penomoran lembar skala 1:250 adalah kk.bbb.nn.m.o.p dimana
kk.bbb.nn.m.o adalah nomor lembar skala 1:500 dan p adalahnomor kotak skala 1:250.

Gambar Pembagian Lembar Skala 1:250

BAB III
PELAKSANAAN

III.1.

III.2.

Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan

: 26 Agustus 2016

Tempat

: Ruang 1.1 Kampus Departemen Teknik Geodesi FT UGM

Alat dan Bahan


1. Data dari GPS JAVAD baik dalam format RAW (.jps) maupun RINEX (.yyO , .yyN
dan .yyG)
2. Laptop yang sudah dilengkapi software GeoGenius

III.3.

Langkah Pelaksanaan
1. Mempersiapkan data RINEX hasil pengukuran dari TDT orde 3 yang akan diolah
(file dengan ekstensi *.16O ,*.16N dan *.16G)
2. Meng-Input data pada GeoGenius dengan menu project>files into project
3. Memasukan data dengan memilih semua data pada titik dengan klik select all >Add
to Project

*proses penginputan data dilakukan untuk masing-masing titik secara terpisah


4. Melakukan scanning pada masing-masing baseline yang terbentuk satu persatu. Hal
ini dilakukan agar pada saat pengolahan baseline, elips kesalahan yang terbentuk
lebih kecil.

N005-TDT003

N0005-TDT003

N0005-TDT001

N005-TDT002

TDT003-TDT001

TDT002-001

TDT003-002

5. Melakukan pengaturan beberapa parameter pada Procesing Options

6. Memproses Baseline dengan Menu Process Process all

7. Melakukan proses Adjust Free pada baseline yang terbentukdengan Menu Adjust
Adjust ( Free )

8. Memasukan koordinat fix pada titik ikat yang menjadiBase yaitu Titik N0005
dengan klik kanan pada titik Properties

9. Melakukan Adjust Biased pada baseline dengan Menu Adjust Adjust (Biased )

10. Menampilkan Report dari pengolahanBaseline yang telah dilakukan dengan Menu
Adjust Report

BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengolahan data GNNS

Hasil dari pengolahan data GNNS ini adalah titik NOOO5 dijadikan sebagai acuan.
Hasil ini ditampilkan dalam bentuk hyperpage.

B. Transformasi Koordinat ke TM 3
Tahapan perhitungan
Data yang diketahui :
1. KoordinatGeodetikTitik : N0005
Lintang()

: -7.765624372

Bujur ()

: 110.3715600

2. Ellipsoid acuan yang digunakan : WGS 1984


a

= 6378137 m

= 1/298,257223563

= 0,0818192

3. Zona

= 49,1

Meridian Tengan (B0) = 109,5


4. Transformasike TM3 dengan K 0 = 0,9999

a.

N=

a
(1e sin2 )1/ 2
2

a( 1e 2)
(1e2 sin 2 )3/ 2

b.

M=

c.

b=B 0

d.

E0=a 1

1
3
5
e ( ) e (
(
)
{ 4 64 256 ) e }
2

{( ) ( ) ( ) }
3 2 3 4
45 6
e +
e +
e
8
32
1024

e.

E2=a

f.

E4 =a

g.

E6=a

h.

G=E 0

i.

[ a0 ] =k 0 .G

j.

[ a1 ]=k 0 . N . cos /

k.

[ a2 ]=k 0 . N . sin . cos/2 2

l.

[ a3 ]=k 0 . N . cos3

m.

[ a 4 ]=k 0 . N . sin. cos 3

n.

[ a5 ]=k 0 . N . cos 4

o.

[ a1 ] b

p.

[ a2 ] b2 [ a2 ] b2

q.

[ a3 ] b 3

r.

[ a4]b4

s.

[ a5 ] b 5

t.

X =[ a1 ] b+ [ a3 ] b3 +[a5 ]b5

15
45
({ 256
) e +( 1024
)e }
4

{( ) }
35
e6
3072

( )+ E sin 2 + E sin 4 + E sin 6


2

( MN tan ) /6
2

N 2 N
+ tan 2 /24 4
M
M

(( )
4

(( )

N
2
5
18 tan 9 /120
M

u.

T'= X ' p

v.

X =[ a0 ] + [ a2 ] b +[a4 ]b

w.

T'= X ' p

x.

U ' =Y ' p

TDT NOO5
r=
ko =

57.2957
8
0.9999

FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TM3 DARI KOORDINAT


GEODETIK
Data Diketahui
Nama
Meridian Tengah
titik=
N005
(B0) =
109.5
Lintang =
-7.773803 Zona =
49.1
Bujur=
110.376794 Ellipsoid =
WGS '84
N=
6378527.63 a=
6378137
M=
6336603.42 f=
0.003353
e=
0.081819
b=
0.8767940 e2 =
0.006694
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-859635.4081
[a1] =
110292.1661 [a0] =
-859549.4446
[a3] =
5.43095937 [a2] =
-130.1876105
[a5] =
0.000391005 [a4] =
-0.016354891
[a1]b =
96703.50947 [a0] =
-859549.4446
[a2]b^2
[a3]b^3 =
3.660743176 =
-100.0840323
[a4]b^4
[a5]b^5 =
0.000202614 =
-0.009665803
X=
96707.17042 Y =
-859649.5383
T'= X'p
296707.1704 U'=Y'p
640350.4617

TDT 13-04-001
57.2957
8
0.9999

r=
ko =
Lintan
g+
Utara
Lintan
Selatan
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TM3 DARI KOORDINAT
gGEODETIK
Data Diketahui
Nama
TDT_13_04_00 Meridian Tengah (B0)
109.5
LAT
LONG
titik=
1
=
S
D M 49.1 S
Lintang = D M-7.766291714
Zona = DD
4 110.3732315 Ellipsoid =
Bujur=
WGS2 '84
7
5
58.65017
7.766291714
110
2
23.63339
N=
6378526.884 a=
6378137
0.0033528
M=
6336601.187 f=
1
0.0818192
e=
2
0.0066943
b=
0.873231497 e2 =
8
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-858804.7006
[a1] =
110294.1261 [a0] =
-858718.8201
[a3] =
5.431451827 [a2] =
-130.0649022
[a5] =
0.000391094 [a4] =
-0.016340185
[a1]b =
96312.30484 [a0] =
-858718.8201
[a2]b^2
[a3]b^3 =
3.616630235 =
-99.17881231
[a4]b^4
[a5]b^5 =
0.000198577 =
-0.009501114
X=
96315.92167 Y =
-858818.0085
T'= X'p
296315.9217 U'=Y'p
641181.9915

DD
110.3732

TDT 13-04-002
LAT
D M
4
7 5

LONG
DD

M
S
DD
2
49.27006
7.763686128
110 2
23.18549
110.3731071
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TM3 DARI KOORDINAT
GEODETIK
Data Diketahui
Nama
titik=
TDT_13_04_002 Meridian Tengah (B0) =
109.5
Lintang =
-7.763686128 Zona =
49.1
Bujur=
110.3731071 Ellipsoid =
WGS '84
N=
6378526.624 a=
6378137
M=
6336600.413 f=
0.003352813
e=
0.081819221
b=
0.873107081 e2 =
0.006694385
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-858516.5370
[a1] =
110294.8055 [a0] =
-858430.6853
[a3] =
5.43162255 [a2] =
-130.022334
[a5] =
0.000391125 [a4] =
-0.016335083
[a1]b =
96299.17565 [a0] =
-858430.6853
[a3]b^3 =
3.615198209 [a2]b^2 =
-99.11810217
[a5]b^5 =
0.000198451 [a4]b^4 =
-0.009492736
X=
96302.79104 Y =
-858529.8129
T'= X'p
296302.791 U'=Y'p
641470.1871

TDT 13-04-003
LAT

LONG

45

S
DD
D M
S
DD
FORMULIR
KOORDINAT
KOORDINAT
56.24774 HITUNGAN
7.76562437
110TM3
2 DARI
17.61586
110.37156
GEODETIK
2
Data Diketahui
Nama
Meridian Tengah (B0)
titik=
TDT_13_04_003 =
109.5
Lintang =
-7.765624372 Zona =
49.1
Bujur=
110.3715600 Ellipsoid =
WGS '84
N=
6378526.817 a=
6378137
M=
6336600.989 f=
0.0033528
e=
0.0818192
b=
0.871559961 e2 =
0.0066944
E0 =
6367449.138 E2 =
-16038.52036
E4 =
16.83222598 E6 =
-0.021800815
G=
-858730.8963
[a1] =
110294.3001 [a0] =
-858645.0232
[a3] =
5.431495558 [a2] =
-130.0539998
[a5] =
0.000391102 [a4] =
-0.016338879
[a1]b =
96128.09591 [a0] =
-858645.0232
[a3]b^3 =
3.595930101 [a2]b^2 =
-98.79119868
[a5]b^5 =
0.000196687 [a4]b^4 =
-0.009427821
X=
96131.69204 Y =
-858743.8238
T'= X'p
296131.692 U'=Y'p
641256.1762

C. Penomoran Peta

1. Dari hasil identifikasi, diketahui bahwa titik-titik hasil pengukuran berada pada Zona 49 S
UTM yang didapatkan dari koordinat bujur antara 105 0 1110. Dari hasil pengolahan data
GPS didapatkan koordinat titik kira-kira 1100, sehingga pada sistem proyeksi TM30 lokasi
titik-titik tersebut berada di Zona 49.1. dengan meridian tengah 109.50
2. Menentukan nomor lembar peta pada skala 1:10000, 1:2500, dan 1:1000.
a. Titik N0005
T=X= 296707.1704m
U=Y = 640350.4617 m
Skala 1:10000
x ' x
kolom=
Y ' Y
6000
Baris=
6000
296707.170432000

6000
640350.4617282000

264707.1704

6000
6000
358350.4617

44,11786173
6000
45
Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan

: 32000 + (45 x 6000) = 302000


: 302000 - 6000
= 296000
: 282000 + (60 x 6000)
= 642000
: 642000 6000
= 636000
642000

Pada skala

1:10000 titik N0005 berada pada blok 49.1.45060

49.1.45060
636000
296000

302000

Skala 1:2500
642000

13

14

15

16

640500

640500

09

10

05

06

01

02

11
63900
0

12

07

08

03

04

636000
296000 297500

49.1.45060

639000
296000
302000

297500

Pada skala 1:2500 titik N0005 terletak pada blok 49.1.45060.09


Skala 1:1000
640500

64000
0

1
639000
296000

640500

2
3
49.1.45060.09.8
29650
0

29700
297500
0

640000
296500

297000

Pada skala 1:1000, titik N005 terletak pada blok 49.1.45060.09.8


b. Titik TDT_14_03_001
T=X= 296315.9217m
U=Y = 641181.9915m
Skala 1:10000
'

x x
kolom=
6000

Baris=

296315.921732000
6000
264315.9217
6000

Y ' Y
6000

641181.9915282000
6000

359181.9915
6000

44,05265362
45

Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan

640500

: 32000 + (45 x 6000) = 302000


: 302000 - 6000
= 296000
: 282000 + (60 x 6000)
= 642000
: 642000 6000
= 636000

639000
296000

297500

49.1.45.060

Pada skala 1:10000 titik TDT_14_03_001 berada pada blok 49.1.45060

Skala 1:2500
13

14

15

16

642000

09

10

11

12

640500

05

06

07

08

01

02

03

04

642000

49.1.45.060.13

636000
296000 297500

640500
296000
302000

Pada skala 1:2500 titik TDT_14_03_001 terletak pada blok 49.1.45060.13

Skala 1:1000
640500

64000
0

63950
0

640000

2
3
49.1.45.060.13.
4
29650 29700

639000
296000 0

297500

639500
296000

296500

297500

Pada skala 1:1000, titik TDT_14_03_001 terletak pada blok 49.1.45060.13.4


c. Titik TDT_14_03_002
T=X= 296302.791 m
U=Y = 641470.1871m

Skala 1:10000
x ' x
kolom=
6000

Baris=

Y ' Y
6000

296302.79132000
6000

641470.1871282000
6000

264302.791
6000

359181.9915
6000

44,05064517
45

Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan

: 32000 + (45 x 6000) = 302000


: 302000 - 6000
= 296000
: 282000 + (60 x 6000)
=642000
: 642000 6000
= 636000

640500

49.1.45.060
639000
296000

297500

Pada skala 1:10000 titik TDT_14_03_002 berada pada blok 49.1.45060

Skala 1:2500
13

14

15

16

642000

09

10

11

12

640500

05

06

07

08

49.1.45.060.13

01

02

03

04

642000

640500
296000
636000
296000 297500

302000

Pada skala 1:2500 titik TDT_14_03_002 terletak pada blok 49.1.45060.13

Skala 1:1000
640500

64000
0

640000

63950
0
639000
296000

2
3
49.1.45.060.13.
297500
4
29650 29700
0

639500
296000

296500

297500

Pada skala 1:1000, titik TDT_14_03_002 terletak pada blok 49.1.45060.13.4


d. Titik TDT_14_03_003
T=X = 296131.692m
U=Y = 641256.1762m
Skala 1:10000
Baris=

'

kolom=

x x
6000

Y ' Y
6000

296131.69232000
6000

641256.1762282000
6000

264131.692
6000

359256.1762
6000

59,86366525

44,02194867
45

Batas Timur
Batas Barat
Batas Utara
Batas Selatan

: 32000 + (45 x 6000) = 302000


: 302000 - 6000
= 296000
: 282000 + (60 x 6000)
= 642000
: 642000 6000
= 636000
640500

49.1.45.060
639000
296000

297500

Pada skala 1:10000 titik TDT_14_03_003 berada pada blok 49.1.45060


642000

Skala 1:2500

642000

640500

13

14

15

16

09

10

11

12

05

06

07

08

01

02

03

04

636000
296000 297500

302000

640500
296000

297500

49.1.45.060.13

Pada skala 1:2500 titik TDT_14_03_003 terletak pada blok 49.1.45060.13

Skala 1:1000
640500

64000
0

63950
0
639000
296000

2
3
49.1.45.060.13.
297500
4
29650 29700
0

640000

639500
296000

296500

Pada skala 1:1000, titik TDT_14_03_003 terletak pada blok 49.1.45060.13.4

BAB V
PENUTUP
V.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum minggu ini adalah team kami
dapat melakukan pengolahan data rinex menjadi koordinat dengan menggunakan
software Geo Genius. Dalam pengolahan data koordinat titik dasar teknik kami
mengalami hambatan di karenakan data nya kurang baik. Hal ini disebabkan area TDT

nya banyak obstruksi nya. Serta melakukan transformasi koordinat ke TM 3 karena


hasil koordinat tersebut akan dijadikan acuan dalam pengukuran bidang. Dilakukan
pula penomoran peta yang di dapat dari hasil koordinat yng telah kita transformasi ke
TM 3.

V.2 Daftar Puustaka


- Laporan praktikum GPS semester 4 tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai