Anda di halaman 1dari 5

1.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sampai dewasa ini Indonesia telah mengalami bencana sebanyak 1.417 (data BNPB semester
pertama 2017). Bencana hidrometeorolgi seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor masih
mendominasi. Salah satu bencana alam dari Gunungapi Merapi yang mengalami erupsi kedua pada
bulan Oktober 2010 hingga akhir November 2010. Banyak korban jatuh dalam bencana tersebut
karena kurangnya koordinasi yang baik antara instasi terkait dan masyarakat setempat serta informasi
yang terlambat.
Daerah dengan kemiringan lereng dari sedang hingga terjal yang mengandung tanah
pelapukan dan di atasnya terdapat batuan kedap akan rawan terjadi longsor apabila di daerah tersebut
mengalami hujan dengan intensitas lebat. Kemungkinan longsor akan semakin tinggi apabila tidak
penopang pada daerah lereng tersebut berupa tanaman dengan akar kuat. Oleh karena itu diperlukan
tindakan pencegahan dengan menyediakan peta area rawan longsor.
Tanggap bencana longsor dapat dilakukan dengan pengadaan jalur evakuasi pengungsi. Hal
ini terkait fungsi dari jalur evakuasi, sebagai penunjang mobilitas penduduk saat terjadi bencana.
Keputusan pemilihan jalur evakuasi terbaik ditentukan oleh kriteria-kriteria seperti arah
pergerakan,keterjangkauan (kecepatan), besar populasi yang akan dimobilisasi, kualitas aksesbilitas
dan kapasistas jalur yang digunakan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan kepada BPBD Kabupatn Boyolali untuk
pemilihan jalur tercepat evakuasi pengungsi bencana tanah longsor. Pemilihan jalur evakuasi
ditentukan dengan metode Sintem Informasi Geografis yang menggunakan data seruangan sebagai
data spasial.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperoleh rumusan
masalah yang dapat diambil.
a. Bagaimanakah memetakan area rawan longsor di Kabupaten Boyolali dikawasan puncak Gunungapi
Merapi ?
b. Bagaimanakah penentuan jalur evakuasi tercepat menggunakan Sistem Informasi Geografis ?

1.3.Pembatasan Masalah
Penentuan pemilihan jaringan jalur evakuasi bencana longsor akibat dampak dari erupsi
Gunungapi Merapi, memiliki asumsi dan batasan masalah :
a. Penelitian terfokus pada optimasi penentuan pemilihan jaringan jalur evakuasi sebagai bagian dari
tanggap darurat bencana longsor.
b. Kawasan jalur yang menjadi lokasi penelitian yaitu kawasan di Kabupaten Boyolali yang berada di
area puncak Gunungapi Merapi. Dimana kawasan tersebut terkena dampak erupsi Gunungapi Merapi
dan rawan longsor.
c. Tidak mempertimbangkan posko pengungsian terbaik (menggunakan data posko BPBD Kabupaten
Boyolali).

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Dapat diperoleh informasi mengenai area rawan longsor kawasan puncak Gunungapi Merapi di
Kabupaten Boyolali.
b. Dapat diperoleh informasi mengenai jalur evakuasi tercepat untuk tanggap bencana tanah longsor.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah diperolehnya infromasi mengenai jalur
evakuasi tercepat yang dapat digunakan untuk memfasilitasi instantsi yang bersangkutan dalam
pengambilan keputusan sehingga dapat mengurangi jatuhnya korban akibat bencana tanah longsor.
encana tanah longsor.

1.5.Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam studi kasus “Analisi Jalur Evakuasi pada Daerah Rawan
Longsor di Kabupaten Boyolali” dilaksanakan di enam kecamatan yaitu Kecamatan Klego,
Kecamatan Kemusu, Kecamatan Musuk, Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, dan Kecamatan
Cepogo. Kabupaten Boyolali terletak antara 110° 22' - 110° 50' Bujur Timur dan 7° 7' - 7°
36' Lintang Selatan. Pengolahan data dilaksanakan di Kantor Instansi yang terkait, Kampus ITN
Malang dan area yang mendukung pengolahan data tersebut.

2. METODOLOGI

Peralatan
Perangkat keras (hardware)
1. Personal Computer (PC) yang memadai. Untuk penelitian studi kasus ini digunakan computer dengan
spesifikasi Intel® Core™ i3, 2.00 GB (RAM), 64 bit (System Operasi).
2. Printer untuk mencetak hasil penelitian dalam bentuk hardcopy.
3. GPS (Global Positioning System) untuk inventarisasi daerah-daerah rawan longsor dan penentuan
lokasi geografis.
Perangkat lunak (software)
1. ArcGIS 10.3 , untuk pengolahan data spasial.
2. ER Mapper 7.0 , untuk pengolahan citra.
3. GPS Map Camera , untuk inventarisasi daerah-daerah rawan longsor.
Bahan.
Bahan yang digunakan untuk penelitian studi kasus ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder
yang ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Data primer dan sekunder penelitian.
Data Primer
No Jenis Data Sumber Data
1. Data hasil invetarisasi fasilitas di Pengukuran di lapangan menggunakan
daerah rawan longsor (Titik GPS
Evakuasi) dan di luar daerah rawan
longsor (Titik Penampungan)
Data Sekunder
No Jenis Data Sumber Data
1. Peta Administrasi Kabupaten BAPPEDA Kabupaten Boyolali
Boyolali
2. Data Kontur Kabupaten Boyolali BAPPEDA Kabupaten Boyolali
Interval 2 Meter
3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Boyolali BAPPEDA Kabupaten Boyolali
4. Data Curah Hujan Kabupaten BMKG
Boyolali
5. Citra Landsat 8 Tahun 2012 Download dari
www.earthexploree.usgs.gov
6. Data Jaringan Jalan Kabupaten BAPPEDA Kabupaten Boyolali
Boyolali
7. Data Tempat Evakuasi Bencana BPBD Kabupaten Boyolali
Longsor Kabupaten Boyolali
8. Riwayat Kejadian Longsor di Kota BPBD Kabupaten Boyolali
Boyolali dan Peta Rawan Longsor di
Kabupaten Boyolali

Digram alir

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Data Primer

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Pengolahan Data
Overlay

Analisis
Clip

Pembuatan Peta
Scoring Penyusunan Laporan
(menggunakan kaidah
kartografi)
Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang
objek, daerah, atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat,
tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang akan dikaji (Lillesan dkk.,2004).
Karakter utama dari suatu image (citra) dalam penginderaan jauh adalah adanya rentang panjang
gelombang (wavelength band) yang dimilikinya. Dalam penelitian ini, citra yang digunakan
menggunakan sistem pasif yang memanfaatkan energi alamiah yaitu energi matahari untuk
mendapatkan gambaran objek di permukan bumi.
Supervised Classification Metode ini digunakan untuk mendapatkan penggunaan lahan di area
studi yang didasarkan
pada proses klasifikasi nilai piksel pada contoh daerah yang diketahui jenis objek dan nilai
spektralnya, yaitu apabila objek di permukaan bumi tersebut telah dikenal oleh pengamat/penilai baik
secara langsung di lapangan atau didapatkan dari data sekunder/statistik (peta, Tabel, laporan, dan
sebagainya). Dalam klasifikasi ini digunakan citra multispektral yang berbasis numerik, dan untuk
pengenalan polanya didasarkan pada perhitungan maximum likelihood. Hasil tutupan lahan yang
didapat selanjutnya dilakukan uji ketelitian untuk mengetahui tingkat keakuratan klasifikasi dengan
kondisi di lapangan. Perhitungan ketelitian dilakukan dengan menggunakan confusion matrix dari
sampel data hasil klasifikasi dan tutupan lahan di lapangan. Ketelitian pemetaan dibuat dalam
beberapa kelas X yang dihitung dengan persamaan:
𝑀𝐴 =
Xcr pixel Xcr pixel + Xo pixel + Xco pixel
(1)
Keterangan : MA = Ketelitian pemetaan (mapping accuracy Xcr = Jumlah kelas X yang terkoreksi
Xo = Jumlah kelas X yang masuk ke kelas lain (omisi) Xco = Jumlah kelas X tambahan dari
kelas lain (komisi)
Pembobotan dan Scoring Pemberian bobot untuk parameter didasarkan pada sifat faktor itu sendiri,
dimana faktor dinamis diberi bobot nilai lebih tinggi dikarenakan kejadian longsoran selalu dipicu
oleh adanya perubahan gaya sebagai bentuk akibat dari perubahan faktor yang bersifat dinamis.
Indikator faktor dinamis untuk curah hujan diberikan bobot yang lebih besar daripada penggunaan
lahan. Hal ini didasarkan karena perubahan massa batuan dan tanah lebih cepat berubah dalam jumlah
besar akibat terkena tingginya tekanan dari curah hujan. Perhitungan skor kumulatif pada penelitian
ini, didasarkan pada Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dengan rumus pembobotan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Skor = (30% x faktor kelas curah hujan) + (20% x faktor kelas geologi) + (20% x faktor kelas
jenis tanah) + (15% x faktor kelas penggunaan lahan) + (15% x faktor kelas lereng)
Skor kumulatif yang diperoleh, nantinya dikelompokkan menjadi tiga kelas, dengan kategori sebagai
berikut: 1. Kurang Rawan (≤ 2,5) 2. Rawan (≥ 2,6 s/d ≤ 3,6) 3. Sangat Rawan (≥ 3,7)
Spatial Analysis Metode ini merupakan operasi berbasis spasial yang terdiri dari beberapa operasi
yang digunakan pada layer spasial. Penelitian ini menggunakan beberapa operasi seperti (1) reclassify
(mengklasifikasikan kembali suatu data hingga menjadi data spasial baru berdasarkan kriteria
(atribut) tertentu; (2) overlay (fungsionalitas ini menghasilkan layer data spasial baru yang merupakan
hasil kombinasi dari minimal dua layer yang menjadi masukannya); (3) 3D Analysis dan Surface
Analysis (terdiri dari sub-sub fungsi yang terkait dengan presentasi data spasial di dalam ruang 3
dimensi (permukaan digital) maupun 2 dimensi, serta beberapa operasi spasial yang lainnya)
(Prahasata, 2009).

1. Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Metodologi
1.1.KKH
1.2.KKV
1.3.

Anda mungkin juga menyukai