BIMBINGAN TEKNIS
PENYUSUNAN RENCANA RINCI TATA RUANG MODUL
PROVINSI/KABUPATEN
MATERI PEMBAHASAN
1. Latar belakang, Maksud, Tujuan &
Sasaran Modul
Diselengarakan Bimbingan
Teknis Geographic Information
System (GIS) Rencana Rinci Tata Ruang
MAKSUD, TUJUAN & SASARAN
MAKSUD
Memberikan pemahaman tentang Rencana Rinci Tata Ruang, Serta
meningkatkan pemahaman dalam menerapkan aplikasi GIS didalam
penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
TUJUAN
Memberikan wawasan dan peningkatan kapasitas pemahaman kepada
aparat pemerintah daerah (Pemda) dalam rangka penyusunan Rencana
Rinci yang berbasis aplikasi Sistem Informasi Geografi dalam
penyusunan peta rencana rincinya.
SASARAN MODUL
Peserta Workshop yaitu aparat Pemerintah yang menangani bidang
penataan ruang di tingkat Provinsi dan Kabupaten
DASAR HUKUM
• UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
• UU No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial :
Pasal 19 : Penyusunan Informasi Geospasial Tematik (IGT) wajib mengacu pada
Informasi Geospasial Dasar (IGD). Dalam hal ini, peta rencana tata ruang termasuk
kedalam IGT.
Pasal 57 : (1) Badan melakukan pembinaan mengenai pemaknaan, pengarahan,
perencanaan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan IGT.
• PP No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
• PP No. 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang :
Pasal 7 : (1) Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang wajib dikonsultasikan kepada
Badan (BIG).
Pasal 32 : (1) Badan melakukan pembinaan teknis perpetaan dalam penyusunan
rencana tata ruang yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan pemerintah
daerah.
• Permen PU No. 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR
• Rapermen Agraria dan Tata Ruang Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kabupaten
• Rapermen Agraria dan Tata Ruang Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Provinsi
KETENTUAN UMUM
SKALA PETA RENCANA RINCI
RENCANA RINCI TATA
RUANG
RDTR
RTR KSK / KSP
PERKOTAAN
SKALA 1 : 5000
Kawasan
Minimal 1 : 25.000
Penyangga
Mengapa Rencana Rinci Tata Ruang harus disusun di
atas peta skala 1:5.000 – 1:10.000
- Permen PU no 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR Kota dan
Kabupaten, mengamanahkan bahwa RDTR dan Peraturan Zonasi harus dipetakan
pada skala 1:5.000
- Objek hukum dari pada Peraturan Zonasi adalah blok peruntukan. Sesuai dengan
ketentuan kartografis blok peruntukan baru tampil pada peta skala 1:5.000. pada
peta skala yang lebih besar, 1:2.000 atau 1:1.000, tidak hanya blok peruntukan
yang tampil, tetapi juga sudah ada batas kapling, pagar dsb. Bila digunakan peta
skala lebih besar, maka untuk unsur-unsur lain selain blok peruntukan seharusnya
juga ada aturan hukumnya. Padahal peraturan zonasi belum mengatur hal tersebut
- peta dasar 1:5.000 tidak tersedia pada instansi penerbit peta (BIG). Penyusun
RDTR / Rencana Rinci Tata Ruang harus menyiapkan sendiri peta dasarnya, baik
melalui pemotretan udara yang sangat mahal maupun melalui citra satelit.
- pembuatan peta dasar, baik dari foto udara maupun dari citra satelit, tidak mudah.
Banyak ketentuan geodetik yang harus dipenuhi dan dilaksanakan, bila tidak
dihawatirkan akan menghasilkan peta dasar yang keliru.
- Peta dasar yang keliru akan memberikan ukuran panjang, Luas dan ketinggian
yang keliru. Penggunaan peta dasar yang keliru akan membawa konsekwensi
hukum yang besar, menimbang bahwa RDTR akan menjadi dasar bagi penerbitan
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan)
Inpres No.6 Tahun 2012
ttg Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas,
Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh
Resolusi Tinggi
BIG bertugas :
Membuat citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk keperluan
survei dan pemetaan, berdasarkan hasil pengolahan atas data satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral yang
dilakukan oleh LAPAN.
PETA RUPABUMI INDONESIA
Pembuatan Peta Rupabumi Indonesia mengacu pada Standar
Nasional Indonesai (SNI)
SNI 19-6502.1-2000
Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:10.000
SNI 19-6502.2-2000
Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:25.000
SNI 19-6502.3-2000
Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:50.000
SNI 19-6502.4-2000
Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:250.000
NLP tersedia s/d
No Skala Peta RBI Total NLP Prosentase (%)
2014
MUATAN PETA RENCANA RINCI
17
TAHAPAN PELAKSANAAN
PEMBUATAN PETA RENCANA RINCI
Pengadan Citra Satelit
Resolusi Tinggi
Contoh permasalahan yang terjadi
dalam perpetaan Rencana Rinci Tata Ruang
Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris
Contoh permasalahan yang terjadi
dalam perpetaan Rencana Rinci Tata Ruang
Akurasi data kurang memenuhi syarat ketelitian geometris
24
KOREKSI GEOMETRIK
Koreksi geometrik dilakukan dengan memberikan koordinat ulang atau
rektifikasi ulang kepada citra satelit yang digunakan. Koordinat baru
yang diberikan ke dalam citra satelit adalah koordinat dari hasil
pengukuran GPS di lapangan. Adapun GPS yang digunakan untuk
keperluan ini menggunakan GPS Geodetic yang memiliki ketelitian di
bawah 1 meter.
Koreksi geometric menggunakan beberapa Ground Control Point (GCP)
yang menyebar dengan jarak minimal 5 km pada masing-masing titik
25
Sebelum
melakukan
Pengukuran Titik
Kontrol Tanah
(GCP), disaran
membuat rencana
titik GCP yang
akan diambil
26
Pengambilan titik
GCP harus tepat
pada sudut
bangunan yang
teridentifikasi pada
citra
27
Hasil pengukuran GCP di desa Magantis DOKUMENTASI PENGUKURAN DI LAPANGAN
28
29
30
DIGITASI CITRA SATELIT
1. Citra satelit yang sudah direktifikasi ulang harus didigitasi menjadi peta garis.
Ada empat unsur yang harus didigitasi pada saat pertama kali, yaitu :
a. Blok jalan yang merupakan blok peruntukkan terkecil dari kawasan
perencanaan.
b. Jaringan jalan;
c. Bangunan dan gedung; dan
d. Perairan.
2. Jaringan jalan didigitasi dalam bentuk garis tunggal tepat pada poros jalan
yang terletak diantara dua blok jalan beserta poligon-nya. Jaringan jalan ini
akan menjadi rujukan bagi rencana jaringan prasarana lainnya, yang
digitasinya dapat diletakan berimpit dengan jaringan jalan atau di kiri-
kanannya.
3. Bangunan dan gedung harus didigitasi untuk keperluan identifikasi
penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan ruang yang ada sekarang.
Bangunan dan gedung didigitasi berdasarkan penampakan atapnya, sekedar
untuk menunjukan posisinya. Sedangkan jenis bangunan, ketinggian
bangunan, kondisi bangunan, peruntukan bangunan dan penggunaannya
diperoleh dari survey lapangan.
4. Perairan yang harus didigitasi meliputi sungai, kanal, saluran drainase/sewer,
danau/situ. Perairan didigitasi untuk menetapkan batas blok peruntukan
dengan memperhatikan ketentuan sempadan yang berlaku. 31
32
SURVEY LAPANGAN
1. Survey lapangan dilakukan untuk :
a. Meng-update kekurangan informasi yang ada pada citra satelit;
b. Mencatat penggunaan bangunan dan intensitas pemanfaatan
ruang;
c. Mencatat nama jalan, nama sungai/danau/situ/waduk, nama
tempat dan nama-nama instalasi penting lainnya;
d. Mencatat kondisi jaringan prasarana yang ada; dan
e. Mencatat berbagai persoalan terkait dengan RDTR dan Peraturan
Zonasi yang ada di kawasan perencanaan
2. Survey lapangan dilakukan dengan membawa cetakan peta garis hasil
digitasi citra satelit dan formulir isian untuk bangunan, lingkungan dan
prasarana
3. Update kekurangan informasi pada citra satelit, seperti adanya
bangunan baru, jalan atau jembatan baru dsb, langsung digambarkan
pada peta garis dengan skala dan dilengkapi dengan foto
dokumentasi.
4. Nama jalan, nama sungai/danau/situ/waduk, nama tempat dan
nama-nama instalasi penting lainnya langsung dituliskan pada peta
33
garis.
34
35
36
TAHAPAN PEMERIKSAAN PETA
RENCANA RINCI OLEH BIG
CEK LIST / MEKANISME PEMERIKSAAN PETA RENCANA RINCI
Menggambarkan:
Jaringan sungai dan drainase
Garis tepi perairan, yaitu garis batas daratan dan air yang
menggenang (tepi danau/Situ, garis tepi rawa, dan garis tepi
empang)
Segmen garis sungai harus terhubung satu dengan lainnya membentuk
satu jaringan yang bermuara pada satu titik.
Aliran sungai harus mengikuti kesesuaian kontur
UNSUR GEDUNG DAN BANGUNAN
NO DATA NO DATA
1 Sumber daya air (hidrologi permukaan, air 10 Sistem jaringan prasarana air minum
tanah)
Kawasan
Minimal 1 : 25.000
Penyangga
PERMASALAHAN UMUM
didalam peta tidak terdapat pembagian subzona RTH sehingga tidak bisa diidentifikasi
subzonanya.
Perumusan
Pengumpulan Pengolahan dan Penyusunan Penyusunan
Uraian Kegiatan Persiapan Konsep
Data Analisis Data Materi Teknis Raperda
Rencana