E-1
Pendekatan yang dilakukan dalam pekerjaan Pemutakhiran Blad Rencana
Teknis Ruang Kawasan dengan Skala 1:1000 Kota Payakumbuh adalah
dengan pendekatan secara mixed scanning planning dimana kajian sistem
yang lebih makro tetap menjadi bagian dari kajian sistem yang lebih mikro.
Pendekatan dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunaan sistem
informasi geografis melalui pemetaan yang terpadu artinya, penataan ruang
yang dianalisis dan dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai
kegiatan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun
masyarakat dalam bidang penataan ruang. Dalam metoda ini pada
prinsipnya adalah mengintegrasikan data spasial dengan atribut atau
deskripsi berkenaan dengan hal tersebut yang dibuat dan disajikan dalam
satu perangkat lunak (software) untuk pemetaan.
Pelaksanaan penyusunan pekerjaan dilakukan dengan melakukan
pendekatan desk study dan field study dengan pelaksanaan proses
penyusunan dilakukan dengan tahapan utama sebagai berikut:
a. Pembuatan peta dasar skala 1:1.000.
b. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data dan peta.
c. Penyusunan dokumen dan peta perencanaan skala 1:1.000
d. Diskusi dan asistensi dengan Tim Teknis dan pengelola kegiatan.
e. Pembahasan untuk setiap laporan yang diminta sebagai output
pekerjaan.
Pekerjaan Pemutakhiran Blad Rencana Teknis Ruang Kawasan skala 1:1000
(2 BWP) memuat substansi :
1. Membuat peta dasar skala 1:1.000 yang sesuai dengan standar
pemetaan yang berlaku.
2. Melakukan sinkronisasi data antara rencana antara peta blad RTRK
analog, hasil survey lapangan dan digitasi citra foto udara.
3. Pembuatan blad secara digital berdasarkan hasil sinkronisasi data
dan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi lapangan
saat ini.
4. Pembuatan data base berupa peta yang menampilkan informasi
pemanfaatan lahan/bangunan, jaringan dan sarana prasarana
lainnya, informasi KRK/AP dan KKPR dan perizinan lainnya.
5. Integrasi database seluruh blad RTRK yang telah disusun.
E-2
1. Persiapan Pekerjaan Pemutakhiran Blad RTRK Kegiatan
persiapan meliputi :
1) Persiapan awal pelaksanaan, meliputi:
rapat pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK),
penegasan terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan dan
mobilisasi personil dan peralatan sesuai dengan yang dituangkan
dalam KAK.
2) Persiapan dasar berupa studi literatur, penelaahan materi dalam
RTRW, RDTR dan peta blad RTRK yang telah ada dan digunakan
saat ini sebagai pedoman dalam pelayanan di bidang penataan
ruang dan survei lapangan.
3) Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
Penyiapan peta Blad RTRK analog yang ada untuk dilakukan
proses scanning dan digitasi;
Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
Penyiapan rencana kerja rinci; dan
Penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan
meliputi data penggunaan lahan eksisting, tutupan lahan,
sosial kependudukan, ekonomi, fisik dan lingkungan,
panduan observasi dan dokumentasi, dan lain-lain), serta
mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan.
E-3
tutupan lahan, jaringan infrastruktur, bangunan gedung,
toponimi, hidrografi, hipsografi, transportasi dan batas
wilayah.
3) Melakukan verifikasi peta hasil digitasi foto udara ke lapangan
meliputi :
Identifikasi dan verifikasi ke lapangan terhadap tutupan
lahan, guna lahan eksisting dan perpetakan persil tanah
dengan membandingkan antara peta hasil digitasi drone
dengan kondisi lapangan.
Identifikasi dan verifikasi ke lapangan terhadap toponimi
bangunan meliputi penggunaan bangunan, fungsi
bangunan, bangunan fasum fasos, dan tata letak bangunan
dengan membandingkan antara peta hasil digitasi drone
dengan kondisi lapangan.
Identifikasi dan verifikasi ke lapangan terhadap jaringan
prasarana infrastruktur yang meliputi jaringan jalan, sesuai
dengan hirarki jalan, kondisi lebar jalan eksisting,
pelengkap jalan, drainase, irigasi dan lain sebagainya
dengan membandingkan antara peta hasil digitasi drone
dengan kondisi lapangan.
b. Kegiatan Pengumpulan Data Sekunder melalui Studi Literatur dan
Dokumen lainnya.
Kegiatan pengumpulan data sekunder dilakukan sebagai data
pendukung dalam pelaksanaan survey primer. Data yang
diperlukan antara lain:
1) Data Spasial yaitu peta dasar Kota Payakumbuh di BWP II dan
BWP III, meliputi peta dasar, peta tematik dan peta rencana,
peta blad analog, peta citra spot 6/7 atau World View yang
berasal dari peta RTRW dan RDTR Kota Payakumbuh.
2) Data dokumen KRK/AP dan KKPR yang telah diterbitkan pada
BWP II dan BWP III dan data pendukung lainnya dari tahun
2012-2022.
3) Peta blad RTRK analog eksisting skala 1:1000 di BWP II dan
BWP III.
4) Data kependudukan, data ekonomi, data fisik dasar dan
lingkungan, data pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah,
data sarana dan prasarana, dan kebijakan terkait.
E-4
c. Kegiatan Digitasi Peta Blad RTRK analog Skala 1:1000 di 2 BWP,
terdiri atas :
1) Melakukan scanning dan digitasi peta analog blad skala
1:1000 yang berada di BWP II dan BWP III.
2) Melakukan analisis komparatif antara data hasil verifikasi
terhadap digitasi citra foto udara dengan data hasil digitasi
peta blad analog dengan metode pertampalan peta, untuk
menilai kesesuaian penggunaan lahan dan rencana jaringan
prasarana yang ada.
3) Melakukan verifikasi ke lapangan terkait dengan mengkaji
kemungkinan terhadap perwujudan rencana jaringan jalan di
dalam peta blad RTRK yang sudah ada.
4) Melakukan updating data eksisting berdasarkan hasil verifikasi
lapangan ke dalam peta blad digital skala 1:1.000.
d. Kegiatan Digitasi berkas dan dokumen KRK/AP dan KKPR yang
telah diterbitkan, terdiri atas :
1) Melakukan proses scanning terhadap berkas dokumen KRK/AP
dan KKPR yang telah diterbitkan yang terdiri dari lembar SK
dan Lampiran Peta.
2) Melakukan digitasi persil tanah pada Lampiran peta KRK/AP
dan KKPR untuk kemudian diolah dan diintegrasikan ke dalam
basis data peta blad RTRK seluruh BWP.
E-5
5) Melakukan analisis tingkat konektivitas dengan
mempertimbangkan aspek mobilitas dan aksesibilitas.
6) Melakukan analisis SWOT pada lokasi perencanaan.
E-6
6) Pembuatan format layout peta digital untuk kepentingan
pelayanan penerbitan KRK/AP dan KKPR yang terintegrasi
dengan informasi rencana tata ruang dan perizinan pemanfaatan
ruang secara digital.
E-7
Tabel E.1 Sistematika Penyajian Dokumen Rencana RTRK BWP II
dan BWP III
E-8
Adapun alur dan tahapan pelaksanaan secara garis besar dapat
dilihat pada skema berikut ini :
E-9
Materi terfokus pada tim teknis yang terlibat. Materi yang dibahas
adalah penyusunan dokumen RTRK pada 2 BWP dan aspek
pemetaannya.
4. Diskusi/Pembahasan rancang tata bangunan kawasan.
Materi terfokus pada tim teknis yang terlibat. Materi yang dibahas
adalah penyusunan rancang tata bangunan kawasan dalam bentuk
3D dan video animasi.
5. Diskusi/Pembahasan rancangan database/basis data RTRK.
Materi terfokus pada tim teknis yang terlibat. Materi yang
dibahas adalah penyusunan basis data yang digunakan dalam
sistem informasi RTRK pada 2 BWP dan integrasi database RTRK
seluruh BWP mulai dari BWP I sampai VI.
6. Rapat pembahasan Draft Ranperwako RTRK BWP II dan BWP III.
Seluruh kemajuan dan perkembangan pelaksanaan pekerjaan harus
dilaporkan secara rutin setiap bulannya kepada PPK/PPTK.
E-10
kelebihan dari segi ketelitian dan detail objek jika dilakukan dengan
sempurna.
E-11
Saat ini Kota Payakumbuh telah memiliki archieve data citra satelit resolusi
tinggi, sehingga dalam pekerjaan ini citra satelit ikonos dan WorldView-1
tersebut sudah di georeferensing dengan pengukuran GCP yang akan
dijadikan data dasar/layer base untuk pembuatan peta vector.
E-12
Sistem Informasi Geografis (SIG/GIS)
Sistem Informasi Geografis adalah informasi mengenai permukaan bumi
dan semua objek yang berada diatasnya, yang menjadi kerangka bagi
pengaturandan pengorganisasian bagi semua tindakan selanjutnya. SIG
adalah teknologi untuk mengelola, menganalisis dan menyebarkan
Informasi Geografis.
Menurut Richthoffen, Geographic adalah ilmu yang mempelajari permukaan
bumi sesuai dengan referensi, atau studi mengenai area-area yang berbeda
di permukaan bumi. Sehingga SIG dapat diartikan sebagai suatu sistem
yang menggunakan komputer untuk menyimpan, memanipulasi, dan
menyajikan data geografis permukaan bumi yang telah memiliki referensi
geometrik. Didalam SIG dikenal dua jenis data yaitu: data spasial dan data
attribut.
Konsep GIS
Konsep SIG sebenarnya telah diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan
dekade tahun 70-80 an, dan hingga saat ini telah dimanfaatkan diberbagai
bidang baik pemerintah maupun swasta. Kemampuan dasar dari SIG adalah
mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query, analisis dan
penyimpanan serta penyajian data dalam bentuk pemetaan yang
bergeoreferensi.
Komponen GIS
Agar bisa menghasilkan Sistem Informasi Geografis maka diperlukan
beberpa dukungan komponennya, yaitu: perangkat keras (Hardware)
dalam hal ini perangkat komputer, perangkat lunak (Software) dalam hal ini
software pengolahan data spasial, data dan Sumberdaya manusia (User).
Komponen SIG merupakan seluruh kesatuan cara kerja SIG yang dapat
merepresentasikan kondisi dunia nyata kedalam komputer. Adapun proses
untuk merepresentasikannya adalah:
a. Input
Pada tahap input data, dilakukan terlebih dahulu konversi kedalam
format digital yang sesuai. Proses konversi ini dapat dilakukan
dengan langsung transfer data dari peralatan pemetaan ataupun
dengan proses digitasi terhadap data peta yang ada.
b. Manipulation
Manipulasi data merupakan proses editing terhadap data yang telah
tersedia dalam format digital. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan
tipe dan jenis data agar sesuai dengan sistem yang dibuat. Seperti
E-13
penyesuaian skala peta, perubahan sistem proyeksi peta, agregasi
data, dan generalisasi.
c. Process
Proses yang dimaksud adalah seluruh aktivitas pengolahan dan
penyimpanan data kedalam sebuah basis data
d. Query
Adalah proses pencarian terhadap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna.
e. Analisys
Fungsi analisis yang ditawarkan SIG terbagi menjadi dua jenis yaitu:
analisis spasial dan analisis atribut. Analisis spasial dimaksudkan
proses perhitungan yang dilakukan terhadap data objek pemetaan
seperti luas, panjang dan lainnya. Sedangkan analisis atribut
merupakan proses perhitungan yang dilakukan terhadap data-data
informasi dari tiap-tiap objek geografis tersebut.
f. Visualization
Hasil dari SIG adalah proses tampilan dari data spasial dan atribut
yang interaktif dan beersahabat (User Friendly).
Kedudukan GIS
Sistem Informasi Geografis telah merambah kesegala lini pelayanan,
meskipun demikian SIG tetaplah sebuah sub sistem informasi. SIG mempati
urutan terpenting saat ini dalam penyajian suatu sistem informasi. Secara
garis besar, gambar dibawah memperlihatkan hubungan SIG dengan sisem
informasi lainnya.
E-14
E.4 Metodologi
Seiring dengan pemahaman terhadap pekerjaan dan pendekatan teori yang
telah disampaikan terdahulu, maka dapat dijelaskan metodologi yang
ditawarkan pihak penyedia jasa untuk melaksanakan “Pekerjaan
Pemutakhiran Blad RTRK Skala 1:1000, Kota Payakumbuh”.
Metodologi Pengolahan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT)
Untuk melaksanakan Pekerjaan Pemutakhiran Blad RTRK Skala 1:1000,
perlu dilakukan penelusuran terhadap data-data penunjang yang telah ada.
Data dasar yang digunakan adalah data citra satelit resolusi tinggi (CSRT)
Kota Payakumbuh yang telah ada, dimana perlu dilakukan proses lanjutan
untuk mendapatkan citra yang bergeoreferensi. Beberapa tahapan
metodologi pengolahan citra ikonos Kota Payakumbuh adalah :
1. Proses rektifikasi citra
Proses rektifikasi dimaksudkan untuk mendapatkan kesatuan utuh
citra ikonos yang ada, dimana citra ikonos Kota Payakumbuh terdiri
dari 2 blad citra yang perlu digabung menjadi satu kesatuan dengan
menggunakan perangkat software global mapper.
Proses rektifikasi citra ini dilakukan dengan metode overlapping
antara blad yang memiliki kenampakan yang sama.
E-15
2. Proses Ortophoto
Proses ortophoto dimaksudkan untuk mendapatkan posisi citra
satelit yang tegak lurus, sehingga tidak terjadi bias dalam penentuan
georeferensi citra. Untuk mendapatkan citra yang orto dari citra
ikonos Kota Payakumbuh diperlukan pengambilan beberapa Ground
control point sebagai titik ikat citra dilapangan, dengan
mengidentifikasi kenampakan unsure di citra dan dilakukan
penentuan posisi titik tersebut di lapangan dengan GPS Geodetik.
Setelah diperoleh posisi titik ikat di citra ikonos dari data penentuan
posisi dilapangan, maka citra tersebut di lakukan proses ortophoto.
Proses ortophoto ini menggunakan perangkat lunak Ermapper dalam
pengolahannya.
Berikut ilustrasi citra satelit raw data yang dilakukan proses
ortophoto dengan menggunakan ermapper.
E-16
4. Proses Georeferencing Citra
Tahapan akhir dari prosessing citra satelit ikonos Kota Payakumbuh
adalah terdapatnya citra satelit ikonos Kota Payakumbuh yang telah
memiliki sistem koordinat nasional dan georeferen.
Disamping observasi data citra satelit ikonos Kota Payakumbuh, juga
dilakukan observasi terhadap data spatial/peta yang ada di Kota
Payakumbuh. Misal peta-peta RTRW atau RDTR yang ada.
Foto Udara Menggunakan Drone
Perkembangan alat aerial photography telah berkembang dengan sangat
pesat dengan masuknya industri drone yang tidak lagi digunakan sebagai
hobby dirgantara tetapi sudah menjadi peralatan yang dapat di miliki secara
umum untuk menjadi alat survey, digitasi dan juga pemetaan. Dunia
arsitektur mendapatkan manfaat yang sangat besar dengan semakin
mudahnya akses untuk mendapat peralatan drone yang semakin hari
menjadi semakin terjangkau. Peralatan pemetaan bermulai dari alat yang
menggunakan sinar inframerah untuk mendapatkan pixel data sebanyak
mungkin dengan harga yang sangat mahal hingga saat ini menjadi
peralatan yang sangat murah dan digunakan oleh banyak pihak mulai dari
photography, survey lokasi yang sulit dijangkau hingga pemetaan dan
bahkan menjadi alat untuk mendigi- talkan bangunan ataupun kawasan.
Metoda analisis data adalah dengan menggunakan studi komparasi antara
media software yang digunakan untuk mendigitasi bangunan sehingga
menghasilkan data yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
penggunaan dibidang arsitektur.
E-17
Saat ini terdapat beberapa perusahaan yang membuat software yang dapat
diakses secara online untuk memudahkan pelaku pemetaan untuk dapat
merencanakan penerbangan drone dengan menentukan waypoint dan
mengunggah data pemetaan agar dapat menghasilkan objek dengan
kelengkapan data dua dimensi yang terukur serta menghasilkan data kontur
tanah dan juga modelling tiga dimensi dari lokasi yang disurvey.
Permasalahan di dalam penelitian ini adalah apa yang perlu dilakukan oleh
peneliti untuk memilih perangkat lunak terkini dengan banyaknya software
yang ada baik yang berbayar maupun yang berbasis web serta pengetahuan
dasar apa yang perlu dimiliki agar dapat memanfaatkan secara optimal
drone sebagai media pendataan, survei maupun digitasi bangunan. Di
dalam artikel ini, peneliti akan menjelaskan pengetahuan dasar adan
perangkat keras apa saja yang perlu dimiliki serta bagaimana
mengoptimalkan perangkat keras tersebut untuk menghasilkan data yang
dibutuhkan di bidang arsitektur dan bagaimana cara untuk mngoptimalkan
data tersebut untuk digunakan di dalam lingkup arsitektur.
Peralatan dan Material
Peralatan minimal yang diperlukan dalam pekerjaan ini sebagai berikut :
1. Perangkat komputer/laptop minimal 2 unit, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a. Komputer/laptop processor 11th generation intel@ Core Tm
i7 Processors, NVidia/AMD Radeon, RAM 8 GB DDR4,
Operating System Windows Pro 10 64-bit.
b. Program Aplikasi GIS minimal versi 10.9 (ASLI) pada
komputer/laptop dengan spek minimum CPU Speed 2,2 Ghz;
Hyper-threading (HHT) or Multi-core recommended,
processor Intel Core Duo minimum, Operating system
Windows 7 Ultimate, Enterprise, Professional, Home
Premium (64-bit (EM64T) minimum, RAM 6 GB minimum,
Disk space 43 GB NTFS for complete software and data.
c. Program Agisoft Photoscan pada komputer/laptop dengan
spek up to 64 GB RAM, CPU intel core i7, GPU Nvidia GeForce
GTX 980 atau 1080.
2. Printer minimal 1 unit dengan spesifikasi minimal besaran kertas
A4.
3. Plotter minimal 1 unit dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Maksimal besaran kertas ukuran A1.
b. Memori standar 1 GB.
E-18
c. Maks Resolusi 2400x1200 dpi.
d. Memori standar 1 GB.
e. Jumlah Warna Tinta 4 (Cyan, Magenta, Yellow, Black).
4. GPS handheld minimal 4 unit dengan spesifikasi minimum
dilengkapi dengan altimeter barometric dan akses kedua satelit GPS
dan GLONASS, memiliki built in 3 axis kompas elektronik tilt
kompensasi, high-sensitivity GPS receiver supporting 2-5 m
positional accuracy.
5. GPS Geodetik/pemetaan minimal 1 set dengan spesifikasi minimum
dilengkapi dengan base, rover, radio eksternal dan controller.
6. Perangkat drone pemetaan minimal 2 unit dengan spesifikasi
minimum antara lain :
camera sensor 1” CMOS effective pixels resolusi 20 M, gimbal
tabilized 4K60/20 MP imaging, lens : FOV 84° 8.8 mm/24 mm,
supported system : FAT 32 atau exFAT, Hovering accuracy range
(vertical ±0,1 - 0,5 m) (horizontal ±0,3 - 1,5 m), internal storage 8
GB, supported SD cards : Micro SD, sensing system Omnidirectional
Obstacle Sensing, GNSS : GPS + GLONASS, flight autonomy, jarak
terbang minimal 4,3 miles (7 km), waktu terbang hingga 30 menit.
7. Camera digital minimal 2 unit selain peralatan dasar lainnya.
E-19
Saat ini banyak sekali drone yang dapat diperoleh secara bebas dengan
merek yang cukup beragam seperti DJI, 3DR, Yuntec dan lain-lain dengan
teknologi yang relatif sama dengan kelengkapan foto resolusi tinggi dan
juga data GPS yang disimpan di dalam foto yang dihasilkan. Pada peneliian
ini penulis meng-gunakan drone DJI Phantom 4 Professional.
Metode Analisis Data
Analisis data dalam mengolah data yang di dapatkan dari drone harus
melalui beberapa tahapan dan proses antara lain :
1. Tahap pertama adalah aerial data dan foto udara yang dapat
dilakukan dengan beberapa software aplikasi drone, seperti :
dronedeploy / pix4d ataupun menggunakan software DJI Go.
2. Tahap kedua adalah menentukan waypoint pada peta hal ini perlu
dilakukan dengan menentukan ketinggian dan juga kerapatan
penerbangan dengan frontlap ataupun sidelap yang tinggi agar
menghasilkan data foto yang cukup lengkap.
E-20
Gambar E.11 Image Sampling Fasade Bangunan
E-21
Data Plant health merupakan data peta yang dapat mengukur
kesuburan tanah dengan melihat kadar air yang terdapat di
dalam tanah.
Data elevasi tanah yan merupakan data yang didapatkan dari
ketinggian terbang dari drone pada saat melakukan pemetaan.
E-22
Gambar E.14 Hasil Pengonalahan Data Foto Udara Dengan Drone
E-23
7. Tahapan Pembuatan Peta Blad Skala 1 : 1000
Pembuatan peta Blad Skala 1 : 1000, untuk Kota Payakumbuh
dengan format kertas ukuran A1.
E-24
Gambar E.17 Contoh Peta Advice Planing dan Layout Blad
1:1.000
E-25
8. Tahapan Pembuatan 3D dan Animasi
Konsep (Concept)
Konsep merupakan tahapan awal yang harus diperhatikan,
karena pada tahap ini, peneliti menentukan suatu konsep dasar
untuk perancangan objek animasi 3D, ukuran objek, luas wilayah
taman yang akan dibuat dan penempatan objek-objek animasi
nantinya. Objek animasi 3D yang baik dan menarik memiliki nilai
tersendiri bagi user animasi, jadi nilai objek-objek animasi
tersebut akan tergantung pada konsep dasar animasi yang akan
dibuat.
Desain (Design)
Desain merupakan proses pembuatan karakter dan objek-objek
animasi yang dibentuk dengan sketsa atau karikatur untuk
gambaran taman yang akan dirancang nantinya. Mulai dari
permodelan objek, penambahan tekstur, hingga penganimasian.
Pengumpulan Material (Material Collecting)
Tahapan pengumpulan material ini merupakan proses dalam
mengumpulkan bahan meliputi animasi, gambar, suara, dan
objek-objek animasi 3D pendukung lain yang diperlukan dalam
proses pembuatan animasi 3D taman ini nantinya. Bahan-bahan
tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber seperti media
internet, dan media lainnya. Material yang telah terkumpul
kemudian digunakan sesuai fungsinya terhadap pembuatan
animasi perancangan taman.
Pembuatan (Production)
Pada tahap produksi ini peneliti mulai melakukan perancangan
objek-objek animasi yang telah direncanakan pada tahap desain
sebelumnya. Pada tahap ini peneliti melakukan proses modelling,
texturing, placing, lighting, camera movement (animating), dan
rendering.
Pengujian (Testing)
Pada tahap pengujian ini hasil dari video animasi yang telah
dibuat sebelumnya diperiksa untuk melihat dan memastikan
apakah terdapat suatu kesalahan pada video animasi tersebut
atau tidak. Apabila sudah dipastikan tidak terdapat suatu
kesalahan dalam video animasi, maka dapat dilanjutkan ke
tahapan berikutnya yaitu pendistribusian.
Pendistibusian (Distribution)
E-26
Tahapan terakhir ialah pendistribusian, hasil video animasi sudah
siap untuk di publikasikan dan disebarkan melalui berbagai
media yang ada.
E-27