Modul 11.
PENGUKURAN KAPLING/PERSIL
A. Tujuan
1) Pada modul ini akan dipelajari pengertian pengukuran kapling/persil,
mengamati dan mengidentifikasi tujuan pengukuran kapling/persil,
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk membuat pengukuran
kapling/persil sesuai prosedur pemetaan bidang tanah dan menyajikan dan
mengkomunikasikan hasil proses pengukuran kapling/persil.
2) Kompetensi dasar yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami,
mengidentifikasi dan mampu melakukan pengukuran kapling/persilan dengan
metode teretris atau sering disebut dengan pengukuran kadastral.
B. Glosarium
Beberapa pengertian yang ada kaitannya dengan pengukuran kapling dan pemetaan
kadastral, seperti:
No Item Defenisi
1 Bidang Tanah Bagian permukaan bumi yang merupakan
satuan bidang yang berbatas.
2 Peta Dasar Peta yang memuat titik-titik dasar teknik dan
Pendaftaran
unsur-unsur geografis seperti sungai, jalan,
bangunan, batas fisik bidang-bidang tanah dan
batas administrasi. Peta Dasar Pendaftaran
dapat berupa peta garis atau peta foto. Peta
Dasar Pendaftaran menjadi dasar untuk
pembuatan Peta Pendaftaran
3 Pengukuran Bidang Pengukuran bidang tanah yang dilaksanakan
Tanah
secara masal dan mengelompok pada seluruh
atau sebagian Desa/Kelurahan dalam rangka
ARYA BAKRI 1
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 2
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 3
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 4
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 5
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
4) Metode Kombinasi
Metode Kombinasi terestrial, fotogrametris, dan/atau pengamatan satelit
Pengukuran bidang tanah yang merupakan perpaduan dari pengukuran terestris,
fotogrametris dan/atau pengamatan satelit .
ARYA BAKRI 6
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
3. Pelaksanaan pengukuran
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan posisi/ letak
geografis, batas, luas, dan bentuk geometris bidang tanah. Pelaksanaan
pengukuran bidang tanah dan pengumpulan informasi bidang tanah dituangkan
dalam Gambar Ukur (GU).
Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi
dapat sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu formulir gambar ukur.
Catatan-catatan pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data
rekonstruksi batas bidang tanah.
Gambar Ukur dapat dibuat sesuai dengan format kertas standar A4, A3, A0
atau dengan format lainnya yang dapat memuat beberapa bidang tanah.
Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus mencantumkan
angka ukur panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah hasil ukuran
di lapangan.
Gambar Ukur yang dihasilkan dari metode fotogrametris dengan deliniasi
harus mencantumkan koordinat titik batasnya dan/atau ukuran panjangan sisi
bidang tanah hasil pengukuran di lapangan dan hasil deliniasi. Gambar ukur
hasil pengukuran fotogrametris terdiri dari formulir gambar ukur dan peta
kerja hasil deliniasi yang telah ditandatangai oleh Petugas Ukur atau oleh
Surveyor Kadaster Berlisensi.
Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran teristris dan atau
pengamatan satelit yang data ukurannya dalam bentuk digital (GPS, dll ),
terdiri dari formulir gambar ukur dan print out hasil hitungan dan hasil
plotting bidang tanah.
Gambar Ukur hasil dari kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
sistematis lengkap harus dilengkapi dengan tanda tangan dari pemilik/kuasa
sebagai penunjuk batas dan/atau diketahui oleh aparat Desa/Kelurahan untuk
memenuhi azas persetujuan batas sebelah menyebelah (Keagrariaan, 2016).
ARYA BAKRI 7
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
F. Catatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengukuran, adalah :
1. Pilihlah metode pengukuran yang sesuai dengan mempertimbangkan kondisi
lapangan, topografi, luas bidang tanah, peralatan ukur dan waktu pelaksanaan
pekerjaan serta mempertimbangkan metode hitungan luas yang akan digunakan.
Namun tidak diperkenankan menggunakan metode pengukuran terestris secara
offset (yaitu untuk metode siku-siku dan metode interpolasi) dengan alasan tidak
memenuhi ketelitian yang diharapkan.
2. Pengukuran bidang tanah pada prinsipnya dilaksanakan dalam sistem koordinat
nasional (TM-3). Apabila tidak memungkinkan sementara dapat dilaksanakan
dengan menggunakan sistem koordinat lokal yang kemudian harus
ditransformasikan ke dalam sistem koordinat nasional. Di Indonesia sistem
proyeksi TM 3⁰ biasa digunakan dan diberlakukan oleh instansi Kementerian
Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional. Sistem koordinat TM 3⁰
merupakan kepanjangan dari Transverse Mercator dengan lebar zone 3⁰. Sistem
koordinat TM3 memiliki ketentuan – ketentuan seperti berikut :
Meridian sentral terletak 1,5 derajat di timur dan barat meridian sentral zone
Universal Transverse Mercator yang bersangkutan.
Besaran faktor skala di meridian sentral adalah 0,9999
Titik nol semu memiliki koordinat : X = 200.000 m barat dan Y = 1.500.000
m selatan.
ARYA BAKRI 8
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
3. Hasil pengambilan data ukuran bidang tanah harus dicatat pada gambar ukur,
dimana data ukuran harus dapat menggambarkan bidang-bidang tanah secara
utuh, artinya setiap bidang tanah dapat dipetakan sesuai bentuk dan ukurannya
di lapangan serta dapat direkontruksi kembali bila sewaktu-waktu diperlukan
untuk pengembalian batas.
4. Tidak diperkenankan memaksakan mengukur bidang tanah dengan suatu data
perkiraan, harus diambil data ukuran yang pasti sesuai dengan metode
pengukuran yang dipilih.
5. Ambillah data ukuran lebih yang dapat digunakan sebagai kontrol hitungan.
6. Ikatkanlah bidang tanah yang diukur pada titik ikat / titik dasar teknik yang
terletak di sekitarnya.
7. Setiap pengukuran bidang tanah harus dibuatkan gambar ukurnya.
8. Setiap gambar ukur dibuatkan nomor gambar ukurnya dengan nomor urut dalam
DI 302.
9. Dalam gambar ukur dicantumkan Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) dan
apabila diperlukan simbol-simbol kartografi.
ARYA BAKRI 9
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
10. Gambar ukur dapat dibuat pada formulir daftar isian, peta foto/peta garis, blow
up foto udara atau citra lainnya.
11. Catat pada formulir ( DI 107 / DI 103) atau rekam pada card memory data ukuran
lapangan tanpa saudara memanipulasinya.
12. Jika pengukuran bidang tanah dengan menggunakan metode teretris dengan alat
ukur meetband, maka sket bidang tanah dan data ukuran panjangan langsung
dituliskan pada gambar ukur. Jika pengukuran bidang tanah dengan
menggunakan metode terestris dengan alat ukur theodolite dan meetband atau
EDM, maka data ukuran dituliskan pada formulir / daftar isian (D I 103).
13. Jika pengukuran bidang tanah dengan menggunakan metode terestris dengan alat
ukur total station, maka data ukuran direkam pada card memory dan dibuatkan
backup file serta print out-nya.
14. Jika pengukuran bidang tanah dengan menggunakan metode fotogramteris,
maka data ukuran dicatat pada peta foto/blow up foto udara yang batas-batas
bidang tanahnya telah dikartir.
15. Jika pengukuran bidang tanah dengan menggunakan metode pengamatan GPS,
maka data ukuran direkam pada card memory dan dibuatkan backup file & print
out-nya dengan melengkapi deskripsi lokasi pada formulir daftar isian (GU).
1. Metode Trilaterasi
Metoda ini pada prinsipnya mengikatkan titik detail / titik batas dari 2 (dua) titik
tetap yang sudah ada sehingga bidang tanah dapat digambarkan dengan baik dan
benar.
Contoh :
Pada gambar 6 titik A dan B adalah titik-titik tetap yang sudah ada, seperti titik
dasar teknik, titik dasar teknik perapatan atau benda tetap lainnya seperti tiang
listrik, telepon dan sebagainya yang sudah dipetakan dalam peta dasar tehnik
atau dalam peta pendaftaran dan kondisinya di lapangan secara teknis masih
memenuhi syarat.
ARYA BAKRI 10
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
2. Metoda Polar
Metoda ini paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pengukuran
bidang tanah/detail yang cukup luas ataupun detail yang tidak beraturan
bentuknya. Sesuai dengan alat yang digunakan, dalam menentukan titik dengan
metoda polar dapat dilakukan dengan cara :
a) Azimuth dan Jarak
Pengukuran azimuth titik detail dilakukan dari titik dasar teknik yang telah
ada dan telah diketahui koordinatnya. Apabila detail yang akan diukur tidak
tersedia titik dasar tekniknya maka harus dibuatkan minimal 2 (dua) buah titik
dasar teknik sebagai titik ikat. Apabila lokasi yang akan diukur mencakup
wilayah yang agak luas atau detail bidang tanahnya sulit diidentifikasi dari
titik dasar tehnik, maka dibuat berupa poligon bantu yang diikatkan pada titik
dasar teknik yang ada. Pengukuran jarak mendatar dilakukan dengan
menggunakan pita ukur atau EDM. Jarak dibaca minimal 2 kali. Pengukuran
azimuth dilakukan 2 (dua) seri biasa dan luar biasa.
Contoh :
Pada gambar 7. garis -------- adalah garis-garis poligon yang diikatkan pada
titik dasar tehnik (A dan B) dan garis _______ merupakan garis pengukuran
detail berupa data azimuth, sedangkan jarak detail dan detail yang tidak
dapat diamati dengan alat optis diukur dengan pita ukur.
ARYA BAKRI 11
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 12
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
3. Gabungan Metoda
Untuk mempermudah pengukuran, perhitungan dan penggambaran data detail
yang diukur harus memperhatikan berbagai metoda dimaksud. Untuk daerah
yang luas dimana bidang tanahnya saling berbatasan dengan bentuk yang tidak
teratur, metoda-metoda di atas sering harus digunakan bersama-sama [6].
Daftar Pustaka.
[1] A. Syaifullah And Kusmiarto, “Survey Kadastral, Mkb-6/3 Sks/ Modul I -
Ix,” 2014.
[2] P. P. No. 24 Th 1997, Peraturan Pemerintah Ri No. 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah. 1997.
[3] A. L. N. Bambang Sudarsono., “Pengukuran Dan Pemetaan Kadastral
Dengan Metode Identifikasi Peta Foto,” Teknik, Vol. 29, No. 1, Pp. 67–72,
2008.
[4] D. J. I. Keagrariaan, “Petunjuk Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Bidang
Tanah Sistematik Lengkap,” 2016.
[5] B. Santosa, “Sistem Proyeksi Tm30 & Utm,” Http://Kaliath.Blogspot.Com/,
2013. .
[6] B. P. Nasional, “Buku Pegangan Juru Ukur,” 2011.
[7] Suryana, “Pengukuran Tanah Pada Konstruksi,”
Http://Www.VEDCmalang.Com/PPPPTKboemlg/Index.Php/Departemen-
Bangunan-30/888 setting-Out, 2015. .
[8] R. Sasongko, “Survey Rekayasa Konstruksi (Vol. 1),” In Survey Rekayasa
Konstruksi, 2018, P. Penerbitan Polinema.
[9] Khairul, “K3 Pekerjaaan Tanah,”
Http://Khairulamna.Blogspot.Com/2012/09/K3-Pekerjaan-
Tanah_1859.Html, 2012. .
ARYA BAKRI 13
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Modul 12.
PENGUKURAN TANAH UNTUK PEKERJAAN KONSTRUKSI
A. Tujuan :
1) Pada modul ini akan dipelajari pengertian prinsip-prinsip pengukuran tanah
untuk pekerjaan konstruksi dengan menggunakan alat ukur sederhana, prinsip-
prinsip pengukuran tanah untuk pekerjaan konstruksi dengan menggunakan
alat ukur optis, prosedur keselamatan kerja pada pekerjaan pengukuran
konstruksi tanah dan menyajikan hasil proses pengukuran tanah untuk
pekerjaan konstruksi.
2) Kompetensi dasar yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami,
mengidentifikasi dan mempu melakukan pekerjaan pengukuran konstruksi
tanah dan menyajikan hasil proses pengukuran tanah untuk pekerjaan
konstruksi.
B. Glosarium
Beberapa pengertian yang ada kaitannya dengan pengukuran kapling dan pemetaan
kadastral, seperti:
No Item Defenisi
1 Garis Sempadan Garis batas luar pengaman yang ditetapkan
(Rooi) dalam mendirikan bangunan dan atau pagar
yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan
as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi
sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi
situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel
kereta api, dan jaringan tenaga listrik.
2 Datum Geodetik Sekumpulan parameter yang mendefinisikan
suatu system koordinat dan menyatakan
posisinya terhadap permukaan bumi.
ARYA BAKRI 14
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 15
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 16
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 17
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 18
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Pada setiap titik as gedung diberi notasi angka sesuai gambar denah ruang dan
pondasi dan buatlah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit kesetiap titik as
gedung. Tulislah data dan spesifikasi kalkulator atau komputer yang dipergunakan
pada tabel dan lakukan pengontrolan hasil perhitungan akhir sebelum data hitungan
dipergunakan pada pekerjaan pematokan.
Cara Kerja
a. Buatlah arah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ( PT ) ke setiap titik
as gedung 1,2,3…dst, lihat gambar di bawah
b. Berilah notasi angka pada setiap tiik as gedung sesuai putaran besaran sudut
pada gambar denah ruang dan pondasi lihat gambar 1 di bawah
ARYA BAKRI 19
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Nama :
Nama Proyek :
No. Kalkulator/Komputer :
No.Teodolit :
No.PPD :
No. No. Besaran Sudut Jarak Keterangan
Tempat Target datar ( ) Sisi Miring
Pesawat (m)
TP T 0° 0´0" Garis Ukur
Referensi
1 15° 15´18.43" 11,401 Patok Bowplank
2 ……………. ……………. As Gedung
5 ……………. ……………. Patok Bowplank
3 ……………. ……………. As Gedung
6 ……………. ……………. As Gedung
dst ……………. ……………. dst
ARYA BAKRI 20
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Sasaran K3
Untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total dari ancaman Resiko bahaya
yaitu dengan cara
· —Life Safety
· —Property Safety
ARYA BAKRI 21
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
· —Environmental Safety
Mengingat kegiatan konstruksi yang sangat kompleks, karenanya untuk mencapai
sasaran K3 dibutuhkan Sistem Manajemen Konstruksi Yang Terintegrasi.
Permasalahan yang ada
Masalah Keselamatan dan kesehatan krja (K3) konstruksi secara umum di
indonesia masih terabaikan karena :
- Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan dan kesehatan
kerja konstruksi
- Pemahaman dan ketaatan terhadap ketentuan K3 masih kurang
- Kelalaian pelaksana dan lemahnya pengawasan
- Rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah
- Masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan
beban biaya perusahaan
- Tidak dilibatkannya tenaga ahli/tenaga trampil di bidang konstruksi maupun
ahli K3 dalam pelaksanaan konstruksi
- Belum adanya komitmen dari manajemen puncak di setiap
kegiatan/pelaksanaan konstruksi, sehingga SMK3 konstruksi tidak
diterapkan dengan sepenuhnya [9]
Potensi Sumber Bahaya
a. Pekerja tertimbun longsoran
· Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah,lereng galian
· Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping, dll
· Alat berat/kendaraan yang digunakan : beban, getaran
b. Pekerja tenggelam/ terkena banjir
c. Pekerja terkena sengatan aliran listrik
d. Pekerja menghirup gas beracun
e. Pekerja menghirup debu/kotoran
f. Pekerja tertimpa alat kerja/material
g. Pekerja terjatuh ke dalam galian
ARYA BAKRI 22
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Daftar Pustaka
[6] B. P. Nasional, “Buku Pegangan Juru Ukur,” 2011.
[7] Suryana, “Pengukuran Tanah Pada Konstruksi,”
Http://Www.Vedcmalang.Com/Pppptkboemlg/Index.Php/Departemen-
Bangunan-30/888setting-Out, 2015.
[8] R. Sasongko, “Survey Rekayasa Konstruksi (Vol. 1),” In Survey Rekayasa
Konstruksi, 2018. Penerbitan Polinema.
[9] Khairul, “K3 Pekerjaaan Tanah,”
Http://Khairulamna.Blogspot.Com/2012/09/K3-Pekerjaan-
Tanah_1859.Html, 2012. .
ARYA BAKRI 23
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Modul 13.
PENGUKURAN JALAN
A. Tujuan :
1) Pada modul ini akan dipelajari tahapan analisis pengukuran jalan, dan
identifikasi kebutuhan data untuk pekerjaan pengukuran jalan.
2) Kompetensi dasar yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami, dan
melakukan pekerjaan pengukuran jalan sesuai dengan prosedur pekerjaannya.
B. Glosarium
Beberapa pengertian yang ada kaitannya dengan pengukuran kapling dan pemetaan
kadastral, seperti:
No Item Defenisi
1 Trase Jalan Sumbu jalan yaitu berupa garis-garis lurus saling
berhubungan yang terdapat pada peta topografi suatu
muka tanah dalam perencanaan jalan baru.
2 Topografi bentuk permukaan tanah yang menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis
lahan.
3 Tata guna rencana pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
lahan :
dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam.
4 Stationing penempatan lokasi dalam menentukan titik lintasan
suatu trase.
C. Pendahuluan
Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat tiga tujuan utama, yaitu:
- Memberikan keamanan dan kenyamanan : seperti jarak pandangan, ruang
yang cukup untuk manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan yang
pantas.
ARYA BAKRI 24
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 25
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
ARYA BAKRI 26
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
tersebut. Pengukuran sifat datar dilakukan pergi pulang secara kring pada
setiap seksi. Panjang seksi ±1 – 2 km dengan persyaratan (toleransi) ketelitian
≤ (kurang dari atau sama dengan) 10 mm √D, dimana D adalah jumlah jarak
dalam km. Elevasi titik referensi yang digunakan sebagai elevasi awal harus
dihitung dari tinggi MSL (muka air laut rata-rata). Pengukuran sifat datar
harus menggunakan alat sifat datar otomatis atau yang sederajat dengan
deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi pulang ketelitiannya
≤ 5 mm, pembacaan rambu harus dilakukan pada tiga benang yaitu benang
atas, benang bawah, benang tengah. Untuk control bacaan, rambu ukur harus
dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertical rambu.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan dilakukan alat sifat datar pada daerah
datar dan terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan dilakukan harus tegak lurus dengan
ruas jalan. Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai
dengan kerapatan detail yang ada dengan mempertimbangkan factor skala peta
yang dihasilkan dan tingkat kepentingan data yang akan ditonjolkan.
ARYA BAKRI 27
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri.
Untuk mempermudah pengecekan, pada masing-masing sisi koridor diberi notasi
yang berbeda, misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi
alphabetic dan untuk koridor sebelah kanan di beri notasi numbers. Pengukuran
penampang melintang dilakukan dengan persyaratan: kondisi datar, landai dan
lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m
ke kanan AS trase jalan.
Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing-masing 125 m dari as rencana
jembatan pengukuran kedalaman sungai dilakukan dengan menggunakan rambu
ukur atau bandul zonding jika kedalaman air kurang dari 5 m dan arus tidak deras,
jika arus deras dan kedalaman lebih dari 5 m pengukuran dilakukan dengan alat
echosounder.
9. Pengukuran Situasi
ARYA BAKRI 28
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Pengukuran Stake Out untuk penentuan center line merupakan stake out bersifat
garis, baik berupa garis lengkung maupun garis lurus. Stake out bersifat garis lurus
dilakukan terhadap center line pada jalan yang lurus. Stake out dilakukan setiap
interval 50 m. Üntuk stake out yang bersifat lengkung dilakukan setiap tikungan
jalan.
Dimana posisi yang akan di stake out antara lain: PI (point intersection), TC (target
circle) CT (circle tangent), untuk tikungan bentuk full circle: TS (tangent spiral),
SC (spiral circle), CS (circle spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk
spiral – circle – spiral. Jarak dari titik diatas sudah terdapat dalam rencana (design
drawing). Alat ukur yang digunakan adalah teodolit/ EDM/ ETS.
Pengukuran stake out untuk rencana pembebasan lahan dilakukan bila dalam
pelaksanaan pekerjaan diperlukan pembebasan lahan. Daerah yang di ukur adalah
daerah yang terkena pembebasan lahan. Pada pengukuran ini dilakukan
pemasangan patok-patok pada batas-batas daerah yang terkena pembebasan
berdasarkan koordinat patok-patok pada batas yang telah terdapat pada peta rencana
pembebasan lahan.
Pengolahan data hasil dari pengukuran topografi terdiri dari beberapa tahapan
hitungan, yaitu hitungan polygon untuk pengukuran kerangka control horizontal
(sudut, azimut, jarak), hitungan sifat datar untuk pengukuran kerangka vertical serta
hitungan posisi dan beda tinggi untuk pengukuran situasi dan penampang
melintang. Pengolahan data dapat dilakukan secara manual dengan bantuan
calculator, ataupun dengan bantuan computer.
Dari hasil pengukuran lapangan dapat berupa formulir yang berisi catatan dari hasil
pengukuran maupun data yang direkam dalam file elektronik. Untuk pengukuran
yang bersifat manual dan semi digital berupa koordinat masing-masing obyek yang
selanjutnya akan digunakan sebagai masukan data untuk proses penggambaran.
Untuk pengukuran dengan system digital murni, maka dari hasil pengukuran di
rekam dalam file elektronik, hal ini disebabkan alat ukur digital yang dilengkapi
data rekorder atau data collector, sehingga pengalahan data akan lebih mudah dan
lebih cepat.
Data ukur lapangan yang sudah tersimpan didalam memory data recorder atau data
collector bisa langsung di download ke komputer dengan bantuan interface. Format
data ini di konversi keformat raw data dan selanjutnya dilakukan proses konversi
kedalam file book (data file book ini mempunyai format yang sama dengan batch
file). Data file book dihitung dengan perangkat lunak khusus topografi untuk
memperoleh harga koordinat.
14. Penggambaran
ARYA BAKRI 29
MODUL SURVEYING GEOMATIKA (SMK GEOMATIKA 2019)
Penggambaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggambaran dengan cara
manual dan penggambaran dengan cara digital. Penggambaran secara manual
berdasarkan hasil ukuran lapangan yang menggunakan tangan diatas kertas
millimeter dengan masukan data-data dari hitungan manual. Penggambaran digital
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak computer dan plotter dengan data
masukan dari hasil hitungan spreadsheet ataupun download data dari pengukuran
digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak topografi.
Itulah prosedur pengukuran topografi untuk pekerjaan jalan dan jembatan, semoga
bisa menambah wawasan rekan-rekan surveyor. Jangan lupa share artikel ini ke
sosial media agar yang lain bisa mendapat manfaatnya. Silahkan berlangganan
artikel blog ini melalui fanspage di facebook agar tidak ketinggalan perbaruan
konten situs ini.
https://www.asdar.id/prosedur-pengukuran-topografi-untuk-pekerjaan-jalan-dan-
jembatan/
ARYA BAKRI 30