Survey Teretris
Modul 11.
PENGUKURAN KAPLING/PERSIL
A. Tujuan
1) Pada modul ini akan dipelajari pengertian pengukuran kapling/persil,
mengamati dan mengidentifikasi tujuan pengukuran kapling/persil,
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk membuat pengukuran
kapling/persil sesuai prosedur pemetaan bidang tanah dan menyajikan dan
mengkomunikasikan hasil proses pengukuran kapling/persil.
2) Kompetensi dasar yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami,
mengidentifikasi dan mampu melakukan pengukuran kapling/persilan dengan
metode teretris atau sering disebut dengan pengukuran kadastral.
B. Glosarium
Beberapa pengertian yang ada kaitannya dengan pengukuran kapling dan pemetaan
kadastral, seperti:
No Item Defenisi
1 Bidang Tanah Bagian permukaan bumi yang merupakan satuan
bidang yang berbatas.
2 Peta Dasar Peta yang memuat titik-titik dasar teknik dan unsur-
Pendaftaran
unsur geografis seperti sungai, jalan, bangunan, batas
fisik bidang-bidang tanah dan batas administrasi. Peta
Dasar Pendaftaran dapat berupa peta garis atau peta
foto. Peta Dasar Pendaftaran menjadi dasar untuk
pembuatan Peta Pendaftaran
3 Pengukuran Bidang Pengukuran bidang tanah yang dilaksanakan secara
Tanah
masal dan mengelompok pada seluruh atau sebagian
Desa/Kelurahan dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah secara sistematik.
4) Metode Kombinasi
Metode Kombinasi terestrial, fotogrametris, dan/atau pengamatan satelit
Pengukuran bidang tanah yang merupakan perpaduan dari pengukuran terestris,
fotogrametris dan/atau pengamatan satelit .
3. Pelaksanaan pengukuran
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan posisi/ letak
geografis, batas, luas, dan bentuk geometris bidang tanah. Pelaksanaan
pengukuran bidang tanah dan pengumpulan informasi bidang tanah dituangkan
dalam Gambar Ukur (GU).
Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi
dapat sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu formulir gambar ukur.
Catatan-catatan pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data
rekonstruksi batas bidang tanah.
Gambar Ukur dapat dibuat sesuai dengan format kertas standar A4, A3, A0
atau dengan format lainnya yang dapat memuat beberapa bidang tanah.
Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus mencantumkan
angka ukur panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah hasil ukuran
di lapangan.
Gambar Ukur yang dihasilkan dari metode fotogrametris dengan deliniasi
harus mencantumkan koordinat titik batasnya dan/atau ukuran panjangan sisi
bidang tanah hasil pengukuran di lapangan dan hasil deliniasi. Gambar ukur
hasil pengukuran fotogrametris terdiri dari formulir gambar ukur dan peta
kerja hasil deliniasi yang telah ditandatangai oleh Petugas Ukur atau oleh
Surveyor Kadaster Berlisensi.
Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran teristris dan atau
pengamatan satelit yang data ukurannya dalam bentuk digital (GPS, dll ),
terdiri dari formulir gambar ukur dan print out hasil hitungan dan hasil
plotting bidang tanah.
Gambar Ukur hasil dari kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
sistematis lengkap harus dilengkapi dengan tanda tangan dari pemilik/kuasa
sebagai penunjuk batas dan/atau diketahui oleh aparat Desa/Kelurahan untuk
memenuhi azas persetujuan batas sebelah menyebelah (Keagrariaan, 2016).
F. Catatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengukuran, adalah :
1. Pilihlah metode pengukuran yang sesuai dengan mempertimbangkan kondisi
lapangan, topografi, luas bidang tanah, peralatan ukur dan waktu pelaksanaan
pekerjaan serta mempertimbangkan metode hitungan luas yang akan digunakan.
Namun tidak diperkenankan menggunakan metode pengukuran terestris secara
offset (yaitu untuk metode siku-siku dan metode interpolasi) dengan alasan tidak
memenuhi ketelitian yang diharapkan.
2. Pengukuran bidang tanah pada prinsipnya dilaksanakan dalam sistem koordinat
nasional (TM-3). Apabila tidak memungkinkan sementara dapat dilaksanakan
3. Hasil pengambilan data ukuran bidang tanah harus dicatat pada gambar ukur,
dimana data ukuran harus dapat menggambarkan bidang-bidang tanah secara
utuh, artinya setiap bidang tanah dapat dipetakan sesuai bentuk dan ukurannya
di lapangan serta dapat direkontruksi kembali bila sewaktu-waktu diperlukan
untuk pengembalian batas.
1. Metode Trilaterasi
Metoda ini pada prinsipnya mengikatkan titik detail / titik batas dari 2 (dua) titik
tetap yang sudah ada sehingga bidang tanah dapat digambarkan dengan baik dan
benar.
Contoh :
Pada gambar 6 titik A dan B adalah titik-titik tetap yang sudah ada, seperti titik
dasar teknik, titik dasar teknik perapatan atau benda tetap lainnya seperti tiang
listrik, telepon dan sebagainya yang sudah dipetakan dalam peta dasar tehnik
atau dalam peta pendaftaran dan kondisinya di lapangan secara teknis masih
memenuhi syarat.
2. Metoda Polar
Metoda ini paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pengukuran
bidang tanah/detail yang cukup luas ataupun detail yang tidak beraturan
bentuknya. Sesuai dengan alat yang digunakan, dalam menentukan titik dengan
metoda polar dapat dilakukan dengan cara :
a) Azimuth dan Jarak
Pengukuran azimuth titik detail dilakukan dari titik dasar teknik yang telah
ada dan telah diketahui koordinatnya. Apabila detail yang akan diukur tidak
tersedia titik dasar tekniknya maka harus dibuatkan minimal 2 (dua) buah titik
dasar teknik sebagai titik ikat. Apabila lokasi yang akan diukur mencakup
wilayah yang agak luas atau detail bidang tanahnya sulit diidentifikasi dari
titik dasar tehnik, maka dibuat berupa poligon bantu yang diikatkan pada titik
dasar teknik yang ada. Pengukuran jarak mendatar dilakukan dengan
menggunakan pita ukur atau EDM. Jarak dibaca minimal 2 kali. Pengukuran
azimuth dilakukan 2 (dua) seri biasa dan luar biasa.
Contoh :
Pada gambar 7. garis -------- adalah garis-garis poligon yang diikatkan pada
titik dasar tehnik (A dan B) dan garis _______ merupakan garis pengukuran
detail berupa data azimuth, sedangkan jarak detail dan detail yang tidak
dapat diamati dengan alat optis diukur dengan pita ukur.
Pada gambar 8 garis --------- adalah garis-garis poligon yang diikatkan pada
titik dasar tehnik (A dan B) dan garis ______ merupakan garis pengukuran
detail berupa data azimuth, sedangkan jarak detail dan detail yang tidak dapat
diamati dengan alat optis diukur dengan pita ukur.
3. Gabungan Metoda
Untuk mempermudah pengukuran, perhitungan dan penggambaran data detail
yang diukur harus memperhatikan berbagai metoda dimaksud. Untuk daerah
yang luas dimana bidang tanahnya saling berbatasan dengan bentuk yang tidak
teratur, metoda-metoda di atas sering harus digunakan bersama-sama [6].
Daftar Pustaka.
[1] A. Syaifullah And Kusmiarto, “Survey Kadastral, Mkb-6/3 Sks/ Modul I -
Ix,” 2014.
[2] P. P. No. 24 Th 1997, Peraturan Pemerintah Ri No. 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah. 1997.
[3] A. L. N. Bambang Sudarsono., “Pengukuran Dan Pemetaan Kadastral
Dengan Metode Identifikasi Peta Foto,” Teknik, Vol. 29, No. 1, Pp. 67–72,
2008.
[4] D. J. I. Keagrariaan, “Petunjuk Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Bidang
Tanah Sistematik Lengkap,” 2016.
[5] B. Santosa, “Sistem Proyeksi Tm30 & Utm,” Http://Kaliath.Blogspot.Com/,
2013. .
[6] B. P. Nasional, “Buku Pegangan Juru Ukur,” 2011.
[7] Suryana, “Pengukuran Tanah Pada Konstruksi,”
Http://Www.VEDCmalang.Com/PPPPTKboemlg/Index.Php/Departemen-
Bangunan-30/888 setting-Out, 2015. .
[8] R. Sasongko, “Survey Rekayasa Konstruksi (Vol. 1),” In Survey Rekayasa
Modul 12.
PENGUKURAN TANAH UNTUK PEKERJAAN KONSTRUKSI
A. Tujuan :
1) Pada modul ini akan dipelajari pengertian prinsip-prinsip pengukuran tanah
untuk pekerjaan konstruksi dengan menggunakan alat ukur sederhana, prinsip-
prinsip pengukuran tanah untuk pekerjaan konstruksi dengan menggunakan
alat ukur optis, prosedur keselamatan kerja pada pekerjaan pengukuran
konstruksi tanah dan menyajikan hasil proses pengukuran tanah untuk
pekerjaan konstruksi.
2) Kompetensi dasar yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami,
mengidentifikasi dan mempu melakukan pekerjaan pengukuran konstruksi
tanah dan menyajikan hasil proses pengukuran tanah untuk pekerjaan
konstruksi.
B. Glosarium
Beberapa pengertian yang ada kaitannya dengan pengukuran kapling dan pemetaan
kadastral, seperti:
No Item Defenisi
1 Garis Sempadan (Rooi) Garis batas luar pengaman yang ditetapkan dalam
mendirikan bangunan dan atau pagar yang ditarik pada
jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi luar kepala
jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi
situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel kereta api,
dan jaringan tenaga listrik.
2 Datum Geodetik Sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu
system koordinat dan menyatakan posisinya terhadap
permukaan bumi. Pendapat ini dikenal sebagai
Terrestrial Reference System (TRS).
dengan ketelitian bacaan sudut hingga satuan detik (1”). Pada pelaksanaan
sistem ini, juru ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan
titik-titik as sesuai data ukuran yang ada pada gambar denah ruang yang sudah
dihitung jarak dan sudut datarnya, dengan sekali berdiri teodolit pada patok
tetap sebagai referensi dapat melaksanakan pengukuran dan pematokan semua
titik as gedung sesuai kemampuan jarak bidik minimum dan maksimum
teodolit [7].
harus mengacu pada batas-batas lahan yang benar. pastikan bahwa patok batas
lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data Badan Pertanahan
Nasional — jika belum ada patok dari BPN, sebaiknya diminta pihak BPN atau
pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas lahan yang sesuai dengan
data mereka.
2. Garis Sempadan (Rooi)
Pada pekerjaan pengukuran dan pematokan garis sempadan (Rooi) bangunan
dan titik tetap (benchmark) harus sesuai persyaratan yang ditentukan
dan bekerjasama dengan instansi yang terkait, pada awal pekerjaan pengukuran
dan pematokan.
3. Pengukuran Site plan (peta situasi)
Kontraktor harus memulai pekerjaan berpedoman pada as utama dan as referensi
seperti yang terlihat pada rencana tapak dan bertanggung jawab penuh atas hasil
pengukuran. Kontraktor harus menyediakan material, alat dan tenaga kerja,
termasuk juru ukur yang berpengalaman, dan setiap saat diperlukan harus siap
mengadakan pengukuran ulang. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
melindungi dan memelihara patok tetap utama selama pekerjaan pembangunan.
Kontraktor bertanggung jawab untuk memelihara patok sekunder dilapangan
dengan jumlah dan posisi sesuai pengarahan pengawas.
- Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada
gambar denah ruang dan pondasi
- Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
- Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
- Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
- Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
- Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
Nama :
Nama Proyek :
No. Kalkulator/Komputer :
No.Teodolit :
No.PPD :
No. No. Besaran Sudut Jarak Keterangan
Tempat Target datar ( ) Sisi Miring
Pesawat (m)
TP T 0° 0´0" Garis Ukur
Referensi
1 15° 15´18.43" 11,401 Patok Bowplank
2 ……………. ……………. As Gedung
5 ……………. ……………. Patok Bowplank
3 ……………. ……………. As Gedung
6 ……………. ……………. As Gedung
dst ……………. ……………. dst
- Sepatu kerja yang dipakai terbuat dari sol yang tebal supaya bebas
berjalan dimana-mana tanpa terluka
- Menggunakan sarung tangan
- Menggunakan helm sebagai pelindung kepala
- Masker digunakan sebagai pelindung pernapasan
- Tangga digunakan untuk memanjat
Sasaran K3
Untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total dari ancaman Resiko bahaya
yaitu dengan cara
· —Life Safety
· —Property Safety
· —Environmental Safety
Mengingat kegiatan konstruksi yang sangat kompleks, karenanya untuk mencapai
sasaran K3 dibutuhkan Sistem Manajemen Konstruksi Yang Terintegrasi.
Permasalahan yang ada
Masalah Keselamatan dan kesehatan krja (K3) konstruksi secara umum di
indonesia masih terabaikan karena :
- Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan dan kesehatan
kerja konstruksi
- Pemahaman dan ketaatan terhadap ketentuan K3 masih kurang
- Kelalaian pelaksana dan lemahnya pengawasan
Daftar Pustaka
[6] B. P. Nasional, “Buku Pegangan Juru Ukur,” 2011.
[7] Suryana, “Pengukuran Tanah Pada Konstruksi,”
Http://Www.Vedcmalang.Com/Pppptkboemlg/Index.Php/Departemen-Bangunan-
30/888setting-Out, 2015.
[8] R. Sasongko, “Survey Rekayasa Konstruksi (Vol. 1),” In Survey Rekayasa
Konstruksi, 2018. Penerbitan Polinema.
[9] Khairul, “K3 Pekerjaaan Tanah,” Http://Khairulamna.Blogspot.Com/2012/09/K3-
Pekerjaan-Tanah_1859.Html, 2012. .
Modul 13.
PENGUKURAN JALAN
A. Tujuan :
1) Pada modul ini akan dipelajari tahapan analisis pengukuran jalan, dan
identifikasi kebutuhan data untuk pekerjaan pengukuran jalan.
2) Kompetensi dasar yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami, dan
melakukan pekerjaan pengukuran jalan sesuai dengan prosedur pekerjaannya.
B. Glosarium
Beberapa pengertian yang ada kaitannya dengan pengukuran kapling dan pemetaan
kadastral, seperti:
No Item Defenisi
1 Trase Jalan Sumbu jalan yaitu berupa garis-garis lurus saling
berhubungan yang terdapat pada peta topografi suatu
muka tanah dalam perencanaan jalan baru.
2 Topografi bentuk permukaan tanah yang menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis
lahan.
3 Tata guna rencana pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
lahan :
dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam.
4 Stationing penempatan lokasi dalam menentukan titik lintasan
suatu trase.
C. Pendahuluan
Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat tiga tujuan utama, yaitu:
- Memberikan keamanan dan kenyamanan : seperti jarak pandangan, ruang
yang cukup untuk manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan yang
pantas.
tersebut. Pengukuran sifat datar dilakukan pergi pulang secara kring pada
setiap seksi. Panjang seksi ±1 – 2 km dengan persyaratan (toleransi) ketelitian
≤ (kurang dari atau sama dengan) 10 mm √D, dimana D adalah jumlah jarak
dalam km. Elevasi titik referensi yang digunakan sebagai elevasi awal harus
dihitung dari tinggi MSL (muka air laut rata-rata). Pengukuran sifat datar
harus menggunakan alat sifat datar otomatis atau yang sederajat dengan
deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi pulang ketelitiannya
≤ 5 mm, pembacaan rambu harus dilakukan pada tiga benang yaitu benang
atas, benang bawah, benang tengah. Untuk control bacaan, rambu ukur harus
dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertical rambu.
9. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets)
atau dengan alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur
mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar
rencana jembatan. Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur harus
detail/ rapat. Hal ini karena pada lokasi disekitar rencana jembatan akan
dilapangkan. Selain itu pada lokasi-lokasi tersebut biasanya akan dilakukan desain-
desain yang bersifat khusus.
14. Penggambaran
Penggambaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggambaran dengan cara
manual dan penggambaran dengan cara digital. Penggambaran secara manual
berdasarkan hasil ukuran lapangan yang menggunakan tangan diatas kertas
millimeter dengan masukan data-data dari hitungan manual. Penggambaran digital
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak computer dan plotter dengan data
masukan dari hasil hitungan spreadsheet ataupun download data dari pengukuran
digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak topografi.
https://www.asdar.id/prosedur-pengukuran-topografi-untuk-pekerjaan-jalan-dan-
jembatan/