Anda di halaman 1dari 8

ACARA III

PEMBUATAN GAMBAR UKUR


Hari/Tanggal : Jum’at/14 Januari 2022
Lokasi : Sekitar Lingkungan STPN

A. Maksud dan Tujuan

1. Praktik pembuatan dan pengisian gambar ukur ini dimaksudkan agar


praktikan mengetahui secara langsung tentang tata cara pengisian DI 107
(Gambar Ukur).
2. Praktik pembuatan dan pengisian gambar ukur dimaksudkan agar praktikan
mengetahui secara langsung tentang pembuatan gambar ukur dan
pemanfaatan gambar ukur di lapangan

B. Peralatan

1. DI. 107 A
2. Pensil
3. Pena (Ballpoint)
4. Penggaris
5. Drawing pen 0.3 dan 0.1

C. Dasar Teori

Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan


Nasional Nomor 3 Tahun 1997 (PMNA/ Ka. BPN 3 Tahun 1997), Gambar
Ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau
lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik
berupa jarak, sudut, asimut ataupun sudut jurusan. Selain dari data tersebut,
dicantumkan juga keterangan-keterangan lain yang mendukung/ memudahkan
dalam penatasahaan Gambar Ukur. Secara teknis, saat ini diberlakukan 2
peraturan dalam pembuatan GU, yaitu :
1. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 (PMNA/KBPN 3/97) tentang Pengukuran dan
Pemetaan Pendaftaran Tanah, beserta Petunjuk Teknisnya; dan
2. Standar Gambar Ukur dan Surat Ukur yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pengukuran dan Pemetaan BPN pada tahun 2001.
Dalam beberapa hal yang sifatnya sangat teknis, ternyata kedua peraturan ini
terdapat perbedaan.Gambar ukur merupakan daftar isian 107 / 107A. Jenis
Gambar Ukur :
1. DI 107 ( Gambar Ukur untuk Pendaftaran Tanah Sistematik ).
2. DI 107 A ( Gambar Ukur untuk pendaftaran Tanah Sporadik ).
Catatan-catatan pada Gambar Ukur harus dapat digunakan sebagai data
rekontruksi batas tanah jika titik-titik tanda batas dilapangan hilang atau
tercabut. Satu formulir Gambar Ukur dapat memuat satu atau lebih bidang
tanah. Gambar Ukur tidak dapat atau tidak boleh disambung-sambung. Bentuk
dan format Gambar Ukur :
1. Format kertas yang digunakan A4 (21.5 x 29.7) cm, dengan ketebalan
seperti kertas manila.
2. Terdiri dari dua halaman, digunakan bolak balik.
3. Halaman I terdiri dari : No. GU, lokasi bidang tanah, keterangan pengukur
dan pembatalan.
4. Halaman II terdiri dari halaman kosong untuk penggambaran bidang tanah
dan simbol-simbol

D. Langkah Kegiatan

1. Menyiapkan DI 107 sebelum pekerjaan pengukuran detil bidang tanah


dilakukan.
2. Jumlah bidang tanah yang tergambar pada GU ini sama dengan jumlah
bidang tanah yang diukur.
3. Mengisi DI 107 dengan tata cara sebagai berikut :
a. Halaman 1 :
1) Nomor Gambar Ukur : Nomor GU sama dengan nomor DI 302 (yaitu
DI tentang penomoran pengukuran), dalam praktik ini gunakan nomor
regu praktikan. Tahun pembuatan sesuaikan dengan tahun ajaran
sekarang ini.
2) Nomor Peta Pendaftaran : Melihat nomor peta yang meliputi wilayah
STPN pada peta pendaftaran yang telah dilakukan pada PKL
terdahulu.
3) Nomor Foto Udara (kosongkan saja).
4) Letak bidang tanah : diisi sesuai letak bidang tanah yang digunakan
untuk praktikum. (Desa, Kecamatan dan Kabupaten).
5) Keterangan Pemohon : Diisi dengan identitas pemohon, dan tanggal
permohonan dari pemohon kapan permohonan pengukuran tersebut
masuk di kantor pertanahan (untuk keperluan praktikum kami mengisi
nama pemohon = nama instruktur beserta data dirinya, tanggal
permohonan = tanggal dimulainya pengukuran poligon).
6) Keterangan Pengukur : berisi nama petugas ukur dan tanggal
pengukuran bidang tanah tersebut dilakukan(praktikan mengisi
dengan regu V dan tanggal pengukuran detail bidang tanah tersebut
dilakukan).
7) Persetujuan Batas Bidang Tanah : diisi nama dan tandatangan
persetujuan oleh pihak-pihak yang berbatasan (untuk praktik
menyesuaikan di lapangan).
8) Sket Lokasi : sketsa lokasi pengukuran bidang tanah dilaksanakan,
terhadap situasi yang lebih umum misal jalan besar, masjid, sekolahan
dan lain-lain.
b. Halaman 2 :
1) Halaman 2 ini digunakan untuk penggambaran bidang tanah.
2) Pada masing-masing bidang tanah dicantumkan Nomor Bidang Tanah
( urutkan 1,2 ….dst ).
3) Situasi keliling bidang tanah seperti jalan, sungai, bidang tanah yang
bersebelahan dan titik ikat yang digunakan harus digambarkan.
4) Tidak diperkenankan untuk menggambarkan dua atau beberapa
bidang tanah yang letaknya berjauhan ( saling terpisah jauh ) dalam
satu gambar ukur.
5) Catatan ukuran lapangan dicantumkan pada Gambar Ukur seperti :
jarak sisi bidang tanah, sudut, azimuth serta jarak ikatan dari titik ikat.
Untuk angka jarak penutup pada garis ukur diberi garis bawah dobel,
sedangkan untuk ikatan bidang pada garis ukur angka ukur diberi garis
bawah tunggal.
6) Penulisan sudut hasil ukuran dicantumkan pada sudut antara dua arah
dengan memberi tanda busur.
7) Penulisan azimuth suatu ukuran dicantumkan sepanjang garis ukur
tersebut.
8) Legenda Gambar Ukur dapat dilihat pada lampiran modul ini.

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil Praktikum Acara 3 tentang Pembuatan dan Pengisian Gambar Ukur


yang dilaksanakan oleh kelompok 4 kelas E adalah sebagai berikut :
1. Gambar Ukur ( Daftar Isian 107 ) Sebanyak 1 buah (Lampiran1) yang
berisikan bidang tanah yang berlokasi di daerah persebaran TDT V dan
point yang telah ditentukan sebelumnya di area STPN.
2. Daftar Lampiran Gambar Ukur yaitu berupa formulir isian data ukuran detil
(Lamiran 4 ),
Dari 2 data tersebutlah nantinya data yang didapat dilapangan akan digambar
sebagaimana dijelaskan pada dasar teori bawasanya GU ini nantinya akan
berisi Halaman I terdiri dari : No. GU, lokasi bidang tanah, keterangan
pengukur dan pembatalan. Halaman II terdiri dari halaman kosong untuk
penggambaran bidang tanah dan simbol-simbol. Halaman III berisi Gambar
Kartiran dan Halaman IV persetujuan dari para pemohon dan tetangga yang
berbatasan
Dalam pelaksanaanya dalam pengukuran bidang tanah berfumgsi ntuk
dapat memberikan jaminan kepastian hukum atas obyek hak atas tanah, maka
pengukuran bidang tanah yang dimohon harus memenuhi kaidah teknis
kadastral dan kaidah yuridis dimana cara dan prosedur perolehan data ukuran
bidang tanah memenuhi asas kontradiktur delimitasi dan asas publisitas.
Untuk dapat mewujudkan itu semua diharapkan prosedur pengukuran
dan pemetaan bidang tanah untuk keperluan kadastral dapat dibakukan,
sehingga dari tahap persiapan sampai pelaksanaan pengukuran beserta
pemetaan data hasil ukur dapat dipertanggungjawabkan.dalam bentuk gambar
ukur ( GU ).

Berikut adalah hasil pembuatan GU yang kami buat:


F. Pendalaman Materi

1. Mengapa pada pengisian nomor GU untuk pengukuran sporadik sama


dengan DI 302 sedangkan pada GU untuk pengukuran sistematik sama
dengan NIB?
Jawab :
Karena pada permohonan pendaftaran tanah sporadik diajukan secara
individual dan belum tentu saling berdekatan bidang tanahnya jadi nomor
Gambar Ukurnya disesuaikan dengan DI 302, sedangkan untuk pendaftaran
tanah sistematik permohonan pengukurannya kolektif dan bidang tanahnya
saling berdekatan hingga NIB nya bisa saling berurutan, jadi nomor Gambar
Ukurnya sesuai dengan NIBnya.
2. Perlukah di dalam Gambar Ukur ini skala, jika tidak mengapa dan jika perlu
untuk apa?
Jawab:
Perlu, untuk mengestimasi jarak titik di lapangan agar dapat
menggambarkan bidang tanah secara proporsional dan dapat disesuaikan
dengan ukuran bidang gambar.

Anda mungkin juga menyukai