Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan dalam penyiapan permukiman Transmigrasi pada umumnya di lokasi/areal


yang masih berupa hutan. Dengan demikian kemungkinan terjadinya
perubahan/pergeseran yang menyangkut tata dan pola penggunaan lahannya, dapat
terjadi pada saat pembukaan lahan. Untuk menyelaraskan hasil perencanaan dengan
hasil pembukaan lahan serta memudahkan dalam pengaturan pemilikan lahan maka
perlu dilakukan pekerjaan pengukuran dan pembagian lahan yang meliputi kegiatan,
pengukuran rincikan dan pemasangan patok batas lahan untuk pola Transmigrasi Umum
(TU) dan Transbangdep adalah Lahan Pekarangan (LP), Lahan Usaha I (LU.I) dan Blok
Lahan Usaha II (LU.II), sedangkan untuk pola Pir-Trans, TIR, Nelayan, Tambak, HTI-
Trans, Jasa Industri hanya pada lahan pekarangan (LP). Pekerjaan ini dilakukan untuk
keperluan pembagian lahan dan sebagai masukan kepada Kanwil BPN dalam rangka
pengukuran secara kadasteral dan proses penerbitan sertifikat.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang hendak dicapai dalam Pengukuran dan pembagian lahan adalah Untuk
memperoleh kepastian letak, luas serta batas-batas setiap persil secara fisik di lapangan
sesuai ketentuan yang berlaku dan digambarkan dalam peta, guna proses kepastian hak
atas tanah.

Adapun sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah :

1. Penentuan batas pemilikan lahan pekarangan (LP), Lahan Usaha I (LU.I) dan Blok
Lahan Usaha II (LU.II) untuk pola TU dan Transbangdep, sedangkan untuk pola non
TU hanya pada lahan Pekarangan (LP).
2. Pembagian lahan kepada transmigran yang berhak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, serta penyusunan dokumen untuk menunjang proses sertifikasi.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 1


1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan Pengukuran dan Pembagian lahan meliputi:


a. Pengukuran rancang kapling dan persil pada Lahan Pekarangan (LP), Lahan Usaha I
dan Blok Lahan Usaha II.
b. Pemasangan patok persil pada Lahan Pekarangan (LP), Lahan Usaha I dan Blok Lahan
Usaha II.
c. Pembagian lahan kepada para transmigran yang berhak sesuai ketentuan yang
berlaku.
d. Pembuatan berita acara pembagian lahan.

1.4. Landasan Operasional

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Udang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
2. Surat Keputusan Bersama Menteri Transmigrasi dan PPH dan Kepala BPN Nomor SK.
114/MEN/1992 dan SK. 24 Tahun 1992, tentang Pencadangan Tanah, Pengurusan
dan Sertifikasi Hak Atas Tanah Lokasi Transmigrasi.
3. Surat Edaran Dirjen Agraria No. 1032/TU/DPT/XII/86, tentang kegiatan pemasangan
Patok Batas Kapling di lapangan berdasarkan peta tata ruang.

1.5. Hasil Yang Hendak Dicapai

Hasil yang hendak dicapai dari pekerjaan ini adalah:


a. Peta Pembagian Lahan skala 1 : 5.000 dan 1 : 10.000
b. Peta Orientasi dan Batas Administrasi skala 1 : 100.000

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 2


BAB II
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :


1. Tahap Perencanaan / Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan
3. Tahap Pelaporan

2.1 Perencanaan / Persiapan

a. Persiapan Administrasi

Pengurusan surat pengantar dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
tembusannya kepada instansi lintas sektor terkait dan kepala desa/KaUPT setempat,
yang dilampiri daftar personil dan peralatan yang akan digunakan di lapangan serta
surat tugas untuk personil/tim yang bersangkutan.

b. Personil Pelaksana Pekerjaan


Team Leader (Tenaga Ahli Geodesi/Planologi)
Surveyor Topografi
Operator Komputer
Operator Digitizer (Juru Gambar)
Buruh Lokal

c. Pengumpulan Peta dan Data Penunjang

Beberapa data dan peta penunjang yang diperlukan dalam pekerjaan ini meliputi :

a. Peta Rupa Bumi Indonesia atau Peta Topografi lokasi pekerjaan dari BAKOSURTANAL
dan JANTOP skala 1 : 50.000.
b. Peta Tata Guna Tanah dan Status Tanah dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
c. Peta administrasi kabupaten skala 1 : 100.000
d. Peta RTSP skala 1 : 10.000 atau peta hasil pengukuran sebelumnya sebagai dasar
pengukuran dilapangan.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 3


e. Peta ABD
f. Titik-titik Kerangka Pemetaan Nasional yang terdapat di sekitar lokasi dan data
koordinat horisontalnya
g. Jumlah transmigran serta luasan penggunaan lahan
h. SK. Penempatan Transmigrasi yang memuan nama-nama transmigran
i. Surat keputusan pencadangan areal lokasi transmigrasi.
j. Surat keputusan Hak Pengelolaan, apabila lokasi tersebut sudah ditetapkan status
tanahnya oleh Badan Pertanahan Nasional.

d. Peralatan Ukur dan Perlengkapan

Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dibutuhkan peralatan dan perlengkapan sebagai


berikut:
a. GPS
b. Theodholit beserta kelengkapannya dengan ketelitian pembacaan maksimum 30
detik.
c. Pita ukur (meet band)
d. Kompas
e. Kalkulator
f. Planimeter
g. Peralatan Gambar dan Tulis
h. Perlengkapan Lapangan termasuk obat-obatan.
i. Perlengkapan Base Camp
j. Bahan-bahan patok BM/PVC dan perlengkapan pemasangannya.

Jumlah peralatan ukur maupun perlengkapan disesuaikan dengan komposisi dan


volume pelaksanaan pekerjaan.

e. Pembuatan Peta Rencana Kerja

Peta Rencana Kerja akan dibuat berdasarkan peta dan data penunjang yang telah
diperoleh dengan skala 1 : 10.000. Peta Rencana Kerja digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Peta Rencana Kerja memuat informasi dan
rencana survey yang akan dilakukan, meliputi :
a. Batas areal UPT yang akan diukur persilnya (LP, LU.I, blok LU.II).
b. Rencana Titik Ikat dan jalur pengikatan

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 4


c. Rencana pemasangan Patok Beton (BM) dan patok persil.
d. Rencana Pengamatan Matahari
e. Aksesibilitas yang ada di sekitar areal survey
f. Batas Administrasi

2.2 Pekerjaan Survey Lapangan

2.2.1. Koordinasi dan Penyuluhan

Karena kegiatan survey tersebut merupakan salah satu tahapan awal dalam
mengamankan batas lahan yang bebas dari kepemilikan pihak lain, maka koordinasi
dengan lintas sektor tekait sangat diperlukan untuk mendapatkan masukan dan
bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah pertanahan dan masalah umum yang
ada. Sedangkan untuk memberikan pemahaman kepada warga masyarakat yang
ada disekitar lokasi survey perlu dilakukan penyuluhan, agar tidak terjadi kesalah
pahaman. Dalam kegiatan koordinasi ini, peta rencana kerja yang telah disiapkan
akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk bahan diskusi dan konsultasi.

2.2.2. Orientasi Lapangan

Dimaksudkan untuk mengetahui kondisi areal survey secara umum dan posisi areal
yang satu dengan areal yang lain, juga untuk menentukan base camp, posisi titik
ikat, strategi penentukan jalur base line dan persiapan tenaga lokal yang akan
membantu proses pengukuran.

2.2.3. Penentuan Titik Ikat

Penentuan titik ikat dimaksudkan untuk mengetahui posisi geografis areal survey
dengan referensi yang telah ditentukan, berupa:
Titik kerangka dasar Nasional (Triangulasi, Astronomi, Doppler)
Detail alam (perpotongan sungai) yang tergambar pada peta topografi dan
dapat diidentifikasi di lapangan.
Penentuan posisi dengan Global Positioning System (GPS) dengan ketelitian <
25 meter dengan pengamatan satelit minimal 4 buah.

2.2.4. Pengukuran Jalur Ikatan

Dimaksudkan untuk mendapatkan koordinat geografis untuk poligon kerangka


dasar horizontal terhadap titik ikat. Pengukuran jalur ikatan menggunakan
metode poligon terbuka, dimana sudutnya dikontrol dengan pengamatan
azimut matahari pada titik awal dan titik akhir jalur ikatan.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2016 5


Sudut poligon diukur dengan Theodholit dengan ketelitian 30 dan dibaca
sebanyak satu seri (B-LB-LB-B), dengan kesalahan penutup sudut < 3 n.
Pengukuran jarak dilakukan secara langsung pergi-pulang menggunakan pita
ukur dan dikontrol dengan bacaan optis, dengan ketelitian jarak linier
<1/3.000.
Perhitungan koordinat dilakukan dengan menggunakan metode hitungan
perataan pendekatan yaitu Bowdith.
Sistem proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM).

2.2.5. Penentuan Batas Persil


Batas persil ditentukan berdasarkan peta RTSP dan atau peta ABD yang telah
dikerjakan sebelumnya. Batas persil harus sudah jelas lahan pekarangan (LP),
Lahan Usaha I dan Blok Lahan Usaha II (LU.II). Setelah dibuat peta kerja yang
telah ditentukan arah/sudut dan jarak, maka dilapangan dilakukan stake out
menggunakan Theodolit, pita ukur dan kompas untuk mendapatkan batas areal
survey sesuai luasan yang ditentukan.

2.2.6. Pengamatan Azimut Matahari

Untuk orientasi peta hasil survei diperlukan arah utara peta yang diperoleh dari
pengamatan matahari. Pengamatan matahari ini disamping dapat digunakan untuk
menentukan arah utara juga digunakan untuk kontrol pengukuran poligon.
Penentuan asimut matahari dilakukan dengan menggunakan cara tadah bayangan
dengan metode hitungan tinggi matahari. Pengamatan matahari dilakukan minimal
pada 3 titik yaitu pada titik ikat, 2 titik lagi dilakukan pada tempat-tempat yang
strategis untuk dipakai sebagai kontrol pengukuran sudut/azimut pada jalur poligon
keliling dengan toleransi 10 menit.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 6


2.2.7. Pengukuran Rincikan

a. Pengukuran persil dilakukan dengan menggunakan base line sebagai dasar


penarikan pengukuran tiap persil LP. LU.I dan Blok II. Secara terbuka terkontrol
sudut dan jarak.

b. Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat Theodolit Wild T0 atau


sejenisnya, dengan metode pengukuran seri ganda, dengan toleransi 1 menit 60
detik.

c. Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur dan dicek kembali dengan bacaan
optis ke muka dan ke belakang, dengan toleransi 1 : 3.000.

d. Data lapangan harus dicatat pada buku ukur lapangan disertai dengan sket jalur
pengukuran (gambar kasar), guna membantu dalam pengeplotan koordinat saat
menggambar pada peta draft.

e. Seluruh perhitungan harus dilakukan dilapangan dan apabila tidak memenuhi


toleransi, maka harus dilakukan pengukuran ulang.

f. Toleransi salah penutup sudut untuk poligon tertutup adalah 3 Vn, dimana n
adalah jumlah titik sudut pengamatan.

g. Toleransi salah penutup jarak linier adalah 1 : 2.000.

h. Perhitungan koordinat dilakukan dengan menggunakan metode hitungan


perataan pendekatan yaitu Bowdith.

i. Sistem proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM).

2.2.8. Pembuatan dan Pemasangan Patok BM dan Patok Persil

a. Patok Bench Mark (BM)

Ukuran patok beton (BM) adalah 15 cm x 15 cm x 100 cm, yang dibuat dari
bahan campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan masing-
masing 1 : 2 : 3 dan diberi air secukupnya. Dibagian dalamnya patok BM
diberi kerangka besi dengan ukuran diameter 8 mm dan 6 mm agar kuat,
sedang titiknya diwakili oleh baut besi diameter 12 mm dan panjang 15 cm.
Patok BM akan ditanam dengan kedalaman 60 cm dibawah permukaan
tanah dan 40 cm diatas tanah.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 7


Patok BM dipasang pada titik ikat yang diberi notasi BM.0, dan pada awal
poligon diberi notasi BM1, kemudian dipasang pada pjok-pojok lahan, yang
semuanya bagian atasnya (40 cm) dicat warna merah dan nomor BM dengan
warna hitam.

b. Patok (PVC)

Patok bantu dibuat dari pipa PVC berukuran 2 inchi dan panjang 100 cm,
dibagian dalam diberi besi beton dengan ukuran diameter 8 mm dan diisi
dengan bahan campuran semen, pasir, dan kerikir dengan perbandingan 1 :
2 : 3.
Patok PVC dipasang pada pojok-pojok persil baik lahan pekarangan maupun
lahan usaha I sedangkan pada lahan usaha II dipasang pada blok-blok
lahan. Bagian atas patok PVC (40 cm) dicat warna merah sedangkan
penomoran dengan warna hitam.

2.2.9. Pembuatan Berita Acara

Dalam pelaksanaan dilapangan disamping melakukan pekerjaan pengukuran, juga


perlu dibuat berita acara sebagai bukti bahwa tahapan dan volume pekerjaan
tersebut telah selesai, antara lain:
a. Berita acara pengukuran

b. Berita acara pembagian lahan

c. Berita acara presentasi

2.3 Pekerjaan Studio

2.3.1. Pengolahan Data Lapangan


Pekerjaan pengolahan data dititik beratkan pada pengolahan data lapangan,
yang dikerjakan mulai dari saat pengukuran di lapangan (pada malam hari),
sampai dengan di Propinsi. Data lapangan yang dioleh antara lain :

a) Transformasi Koordinat Titik Ikat.

Setelah diperoleh titik ikat dilapangan hasil dari orientasi, maka pada titik
ikat tersebut dilakukan pengamatan koordinat menggunakan GPS,

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 8


disamping itu juga dilakukan interpolasi pada peta Ruma Bumi skala 1 :
50.000. Dari hasil pengamatan GPS koordinat sudah dalam sistem
koordinat UTM, sedangkan dalam peta rupa bumi dalam sistem UTM dan
Geografis. Transformasi koordinat ini dilakukan untuk pengecekan/kontrol
dari angka yang diperoleh, agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan,
karena koordinat titik ikat ini merupakan angka dasar dalam perhitungan
koordinat-koordinat patok berikutnya. Transformasi koordinat dilakukan
dari koordinat UTM ke Koordinat Geografis, kemudian dilakukan
kebalikannya yaitu dari koordinat Geografis ke Koordinat UTM. Dalam
proses perhitungan konsultan menggunakan program yang telah
dipersiapkan dan diperoleh dari Bakosurtanal.

Rumus Transformasi Koordinat UTM ke Koordinat Geografis:

Untuk menghitung Lintang (L) dan Bujur (B) adalah:


L = L - (VII).q2 + (VIII). q4 - (D6). q6
Atau
L = L - {(VII).q2 - (VIII). q4 + (D6). q6}
db = (IX).q - (X). q3 + (E5). q5
B = B db
q = 0,000001 x T di Titik tersebut

Rumus Transformasi Koordinat Geografis ke UTM

Selatan Ekuator:
U = 10.000.000 - (I) + (II).p2 + (III). p4 + (A6). p6
T = (IV).p + (V).p2 + (B5). p5
p = 0,0001 x db titik tersebut

Timur dari Meridian Tengah:


T = 500.000 + T

b) Azimut Matahari

Pengamanan azimut dilakukan dengan cara tadah dengan sistem


pengamatan tinggi matahari. Perhitungan dilakukan dengan rumus:

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 9


Cos A=(sin - sin sin h)/(cos cos h)

Dalam hal ini:


A = azimut matahari
= deklinasi matahari
= lintang pengamatan
h = tinggi matahari

Pada lokasi survei dilakukan pengamatan minimal di 3 (tiga) tempat, yaitu


titik ikat (titk referensi) yaitu pada BM.0, pada titik awal Jalur Base Line yaitu
BM.1, dan titik akhir jalur Base Line yaitu BM.2. Hasil pengamatan matahari
akan digunakan untuk mengetahui harga deklinasi magnetis lokasi survei.

c) Konvergensi Grid

Konvergensi grid adalah sudut antara utara grid/utara peta (UG) dan utara
sebenarnya/utara geografis (US). Perhitungan harga konvergensi grid
dilakukan dengan tabulasi harga lintang dan bujur. Setelah dikoreksi dengan
harga konvergensi grid, kemudian arah/azimuth yang diperoleh digunakan
untuk proses hitungan.

Secara matematis penentuan harga konvergensi grid (Kg) dirumuskan:

Kg = (XII).p + (XIII).p3 + (C5).p5

Dalam hal ini:


Kg = harga konvergensi grid
XII,XIII,C5 = harga tabulasi
p, p3, p5 = harga selisih bujur dengan meridean tengah

d) Perhitungan Koordinat

Rumus yang digunakan untuk menghitung koordinat pada titik-titik patok BM


yang dipasang dilapangan baik yang berada dititik ikat, awal jalur base line
dan akhir jalu base line dengan menggunakan poligon

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 10


terbuka terikat sudut dengan pengamatan azimut matahari (dari BM-0
sampai BM-2), yaitu:

Xn + 1 = Xn + dn sin
Yn + 1 = Yn + dn cos

Dalam hal ini:


n = nomor titik 1,2, n
X & Y = harga koordinator, dan harga absis
d = jarak antar titik
= azimut matahari

perhitungan dilakukan dari titik awal/titik referensi (BM.0) yang telah


diketahui harga koordinatnya sampai titik akhir pengukuran jalur base line
(BM.2), mengingat jalur ikatan dilanjutkan menjadi jalur base line dan
menjadi satu poligon, sehingga perhitungannya dijadikan satu.

e) Analisis Ketelitian

Ketelitian hasil pekerjaan dipengaruhi oleh ketelitian pelaksanaan


pengukuran, oleh karena itu kontrol terhadap hasil pengukuran sudah harus
dilakukan sejak dilapangan dengan menggunakan hitungan Bowdith.
Selanjutnya hasil pengukuran diproses dengan menghitung koordinat jalur
pengukuran. Ketelitian hasil pengukuran akan diketahui dari salah penutup
absis maupun ordinatnya. Secara umum koreksi kesalahan yang diberikan
terhadap hasil perhitungan meliputi:

Kesalahan Sudut : n = [ ( - (n-2) 180)/n], n < 3n


Kesalahan Absis : fxn = ( d sin ) d n/ d
Kesalahan Ordina : fyn = ( d cos ) d n/ d
Kesalahan Linier : fl = [(fx)2 + (fy)2], fr 1 : 3.000

f) Perhitungan Luas

Perhitungan luas tiap persil dilakukan dengan menggunakan sistem


koordinat dan dichek dengan menggunakan alat planimeter. Prinsipnya

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 11


adalah menghitung perubahan harga satuan mekanis yang terdapat dalam
alat ukur (perputaran roda). Dalam perhitungan dengan planimeter digital
besaran luasan merupakan harga terukur dikalikan harga konstanta sesuai
input skala peta yang digunakan. Dalam perhitungan matematis dengan
planimeter konvensional, dapat dirumuskan dengan:

S = L d (n2-n1)

Dalam hal ini:


S = luas areal
L = panjang lengan planimeter
d = diameter roda
n2-n1 = selisih bacaan roda (bacaan awal = n1, bacaan akhir = n2)

2.3.2. Penggambaran

Peta hasil kegiatan Pengukuran tersebut digambarkan pada kertas drafting film 75
micron dengan ukuran A1 (594mm x 841 mm) atau digitasi sehingga diplot atau
diprint dengan kertas HVS ukuran A1. Untuk memperlancar proses penggambaran
peta, maka format peta sudah disiapkan lebih dahulu, sehingga selesai pengolahan
data siap untuk menggambar pada peta yang telah disediakan. Produk peta yang
dihasilkan dari keiatan ini adalah :

a. Peta pembagian Lahan skala 1 : 5.000 dan 1 : 10.000

Pada peta ini menggambarkan tentang pembagian lahan/persil baik pada lahan
pekarangan, lahan usaha I dan blok lahan usaha II.

b. Pengukuran Orientasi dan Batas Administrasi skala 1 : 100.000

Lokasi dari hasil pengukuran pembagian lahan digambarkan posisinya pada peta
yang mengambarkan batas administrasi Desa diseluruh kecamatan yang
bersangkutan. Hasil dari ploting peta administrasi dimintakan pengesahannya
pada camat setempat.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 12


2.3.3. Pembuatan Laporan

Setelah melakukan pengukuran lapangan maka disusun laporan hasil kegiatan yang
menginformasikan seluruh kegiatan lapangan dengan disertai data-data hasil
lapangan dan peta. Lampiran dari laporan tersebut antara lain:
1. Laporan Pendahuluan 5 Ekslempar
2. Laporan Akhir Sementara 5 Eksemplar
3. Laporan Akhir 5 Eksemplar

2.4 Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 30 (tiga puluh) hari kalender, terhitung mulai
tanggal dikeluarkan SPT sampai penyerahan hasil pekerjaan.

2.5 Personil Pelaksana Pekerjaan

Untuk melaksanakan pekerjaan pekerjaan pengukuran dan pembagian lahan (LP, LU.I,
dan Blok LU.II) lokasi transmigrasi perlu dipersiapkan personil-personil dengan
persyaratan sebagai berikut:

a. Tenaga Ahli Geodesi (Ketua Tim)

Bertugas memimpin, mengawasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan


lapangan serta mengadakan koordinasi dengan instansi lintas sektor terkait, sampai
dengan pembuatan laporan akhir. Ketua Tim dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah
seorang Ahli Geodesi (Geodet) berpendidikan minimal S1 (Teknik Geodesi) dan SKA Ahli
Geodesi dengan pengalaman 3 (tiga) tahun pada bidangnya. dan untuk melaksanakan
tugasnya.

b. Operator Komputer

Melaksanakan seluruh pekerjaan mengoperasikan komputer baik dalam pengetikan


dokumen maupun aplikasi lainnya yang berhubungan dengan kegiatan inventarisasi
pemilikan lahan. Disyaratkan minimal lulusan SMA yang telah mempunyai pengalaman
mengoperasikan komputer 2 (dua) tahun.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 13


c. Surveyor Topografi

Melaksanakan seluruh pekerjaan pengukuran sesuai arahan yang telah ditetapkan ahli
geodesi, membantu koordinator lapangan dalam melakukan hitungan-hitungan dan
penggambaran sementara, dan membantu mengkoordinir buruh lokal dalam
pelaksanaan pekerjaan lapangan. Disyaratkan dari minimal lulusan D3 (Teknik
Geodesi/Sipil) yang telah mempunyai pengalaman pengukuran 2 (dua) tahun.

d. Juru Gambar/Digitizer

Melaksanakan seluruh pekerjaan penggambaran sesuai yang diberikan oleh ketua tim
maupun tenaga ahli lainnya. Disyaratkan minimal lulusan D3 (Teknik Arsitek/Sipil) yang
telah mempunyai pengalaman penggambaran peta 2 (dua) tahun.

e. Tenaga Lokal

Tenaga ini sedapat mungkin diambil dari daerah setempat, yang tugasnya membantu
juru ukur (surveyor) dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan, seperti merintis
jalur, membawa alat ukur, memegang rambu ukur, memasang Patok Beton (BM),
(PVC).

2.6 Dukungan Dana

Dukungan anggaran kegiatan Pengukuran dan Pembagian Lahan Pekarangan, Lahan


Usaha I dan Blok Lahan Usaha II (50 KK) UPT Kabera Kab. Morowali sebesar
Rp. 60.500.000,- (enam puluh juta lima ratus ribu rupiah) dibebankan pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Ditjen P2KTrans Tahun 2017 melalui Satuan Kerja Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah.

2.7 Jenis Kontrak

Jenis Kontrak adalah Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan dengan rincian :
a. Biaya Langsung Personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung) dan Biaya Langsung
Non Personil (Biaya Perjalanan) menggunakan Lumpsum
b. Biaya Langsung Non Personil (Biaya Bahan dan Biaya Laporan) menggunakan Harga
Satuan

2.8 Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan Pengukuran dan Pembagian Lahan Pekarangan, Lahan Usaha I dan
Blok Lahan Usaha II (50 KK) berada pada UPT Kabera Kabupaten Morowali.

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 14


BAB III
PENUTUP

Kerangka acuan ini merupakan pedoman teknis untuk pelaksanaan pekerjaan Pengukuran dan
Pembagian Lahan Pekarangan, LU I dan Blok LU II Transmigrasi. Peran positif dari semua
pihak sangat diharapkan guna terciptanya hasil pekerjaan yang optimal.

Palu, September 2017

an. KUASA PENGGUNA ANGGARAN


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,

YUSWADI, S.Sos., M.AP.


NIP. 19711228 199703 1 004

Pengukuran dan Pembagian LP, LU I dan Blok LU II Tahun 2017 15

Anda mungkin juga menyukai