Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

BELANJA JASA KONSULTANSI FEASYBILITY STUDY


KAWASAN INDUSTRI HASIL TEMBAKAU (KIHT)

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


DINAS KOPERASI, UKM , PERDAGANGAN DAN
PERINDUSTRIAN KABUPATEN CIANJUR
Jl. Aria Wiratanudatar No. 17 Muka Cianjur 43215
TAHUN ANGGARAN 2022
1. LATAR BELAKANG
Ketentuan mengenai KIHT tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
21/PMK.04/2020. Berdasarkan peraturan tersebut Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) adalah
kawasan yang dijadikan sebagai tempat pemusatan kegiatan industri hasil tembakau. Sebagai kawasan
pemusatan kegiatan industri, KIHT dilengkapi prasarana, sarana serta fasilitas penunjang industri hasil
tembakau. KIHT disediakan, dikembangkan, dan dikelola, oleh pengusaha kawasan industri hasil
tembakau atau disebut juga dengan pengusaha kawasan.

Pengusaha kawasan merupakan badan usaha berbentuk badan hukum Indonesia yang mengusahakan
KIHT. Merujuk Pasal 2 ayat (1) PMK 21/2020, pembentukan KIHT ditujukan untuk meningkatkan
pengawasan dan pelayanan di bidang cukai serta perekonomian daerah.

KIHT sendiri diperuntukan bagi pengusaha pabrik dengan skala industri kecil dan menengah. Pengertian
industri kecil dan menengah ini merujuk pada ketentuan yang diterbitkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

KIHT merupakan kawasan tempat pemuatan kegiatan industri hasil tembakau yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana, serta fasilitas penunjang yang disediakan, dikembangkan, dan dikelola oleh
pengusaha KIHT. Manfaat yang didapat dari pengembangan KIHT antara lain :

1. Mengatasi peredaran rokok ilegal melalui langkah pencegahan;


2. Pembinaan IKM;
3. Mengoptimalkan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT);
4. Menumbuhkan industri pendukung;
5. Memudahkan asistensi dan pengawasan.

Didalam Kawasan Industri Hasil Tembakau dilakukan kegiatan:.

1. Mengelola dan mengembangkan Kawasan Industri Hasil Tembakau;


2. Menghasilkan barang kena cukai berupa hasil tembakau dalam bentuk batangan
3. Mengemas barang kena cukai berupa hasil tembakau dalam kemasan untuk penjualan eceran dan
pelekatan pita cukai; dan
4. Menghasilkan barang selain barang kena cukai dan/atau jasa penunjang Industri Hasil Tembakau.

Sebagaimana diketahui bahwa sesuai Revisi RT/RW di Kabupaten Cianjur Tahun 2022-2042 terdapat
wilayah yang diperuntukkan sebagai Kawasan Peruntukan industri yakni Mande dan Cikalongkulon.
Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Cianjur memiliki program untuk merencanakan
Kawasan Industri Hasil Tembakan di dalam Kawasan Peruntukan Perintukan Industri tersebut.

Di dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI No.35/M.IND/PER/3/2010 ada 3 tahap dalam


pengembangan kawasan industri yaitu tahap perencanaan, tahap pembangunan dan tahap pengelolaan
sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan terdiri dari penyusunan , studi atau kajian lokasi (studi kelayakan/FS), master
plan, studi atau kajian kelayakan lingkungan (AMDAL) dan Detail Enginering Design (DED).
2. Tahap Pembangunan terdiri dari pembebasan lahan dan pembangunan fisik.
3. Tahap Pengelolaan terdiri dari penentuan kelembagaan, penyusunan pembagian peran/kewajiban
pengelola kawasan industri dalam melaksanakan kegiatan usaha kawasan industri.
Guna merealisasikan tujuan pembentukan KIHT di Kabupagten Cianjur diperlukan suatu kajian
kelayakan/Feasibility Studi Kawasan merupakan hal yang penting dan strategis serta untuk melengkapi
tahapan perencanaan dalam mempersiapkan Kawasan Industri Hasil Tembakau yang lebih matang, maka
perlu dilakukan penyusunan Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). Untuk itu,
upaya sinergis di bidang perindustrian terkait KIHT adalah mendorong pembentukan kawasan tertentu
yang dominan dengan aktivitas produksi tembakau olahan dan produksi rokok, dimana diprioritaskan
untuk pengembangan IKM. Berdasarkan peruntukannya tersebut, dikategorikan sebagai kawasan industri
dengan batasan paling sedikit memiliki luas 5 (lima) ha dalam satu hamparan dimiliki pengusaha kawasan
dapat digunakan bersama dengan perusahaan rokok lain yang juga berada di KIHT.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pelaksanaan kegiatan Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) adalah
untuk mengetahui kelayakan pengembangan KIHT di Kabupaten Cianjur.

Sedangkan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:

1. Mengkaji pemanfaatan potensi pengembangan KIHT di Kabupaten Cianjur;


2. Melakukan kajian teknis dan ekonomis pembangunan KIHT, yang meliputi:

a. Pemilihan lokasi
b. Pemilihan alternatif teknologi
c. Mengkaji ketersediaan utilitas industri
d. Mengkaji dukungan infrastruktur dan lingkungan
e. Mengkaji kelayakan finansial dan ekonomi
f. Melakukan identifikasi dan mengkaji supply demand ;

Diharapkan dengan tersusunnya hasil studi kelayakan pembangunan KIHT , Keberadaan KIHT akan
memberikan sejumlah kemudahan bagi pengusaha rokok kecil, mulai dari tempat produksi, perizinan,
penundaan bayar pemesanan pita cukai, serta dapat memproduksi rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM)
tanpa harus membeli mesin karena akan disediakan mesin di KIHT dengan sistem sewa.

3. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau meliputi lingkup sebagai
berikut:

1. Melakukan pengumpulan data / informasi terkait ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan hasil
tembakau di Indonesia.
2. Melakukan pengumpulan data / informasi dan identifikasi potensi bahan baku dan kebutuhan industri
hasil tembakau;
3. Melakukan analisis dan kajian kebijakan/regulasi dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) terkait
pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau;
4. Melakukan analisis dan kajian kelayakan rencana pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau
sebagai bahan baku industri dengan meninjau dari berbagai aspek, seperti aspek teknis (bahan baku,
lokasi, teknologi, dan produksi/operasional), aspek keekoonomian, aspek daya dukung infrastruktur,
utilitas dan lingkungan serta aspek pasar;
5. Menyusun strategi dan rekomendasi sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi segenap
stakeholders terkait dalam upaya pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau;;
6. Menyusun dan membahas laporan hasil kegiatan secara komprehensif dan berjenjang bersama
dengan Pihak Pemberi Kerja.
Adapun ruang lingkup wilayah kegiatan akan mencakup wilayah Kabupaten Cianjur serta lokasi potensi
ketersediaan bahan baku tembakau dan industri pengguna disekitar Jawa Barat dan diluar Jawa Barat.

4. LANDASAN HUKUM

Pelaksanaan kegiatan Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau dilandasi oleh :

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11


Tahun 1995 tentang Cukai, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kawasan
Industri Hasil Tembakau;
2. Undang-uundang Nomor. 3 / 2014 tentang Perindustrian
3. Undang-undang Nomor. 11 / 1995 tentang Cukai
4. Peraturan Pemerintah Nomor. 107 / 2015 tentang Izin Usaha Industri
5. Peraturan Pemerintah Nomor. 72 / 2008 tentang Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena
Cukai
6. Peraturan Pemerintah Nomor. 109 / 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Aditif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor. 72 / 2008 tentang Pendaftaran dan Pengawasan
Penggunaan Mesin Pelinting Sigaret (Rokok)
8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor. 64 / 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Usaha
Industri Rokok
9. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor. 40 / 2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Kawasan Industri
10. Peraturan Pemerintah Nomor. 109 / 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Aditif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
11. Peraturan Mentri Keuanmgan Nomor. 7 / 2020 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan
Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)
12. Peraturan Mentreri Keuangan Nomor. 21 / 2020 tentang Kawasan Industri Hasil
Tembakau (KIHT)

5. METODOLOGI KEGIATAN

Setelah diuraikan mengenai pendekatan terhadap aspek-aspek teknis yang akan dilakukan, maka
selanjutnya dapat dirumuskan menjadi sebuah metodologi kegiatan. Metodologi pelaksanaan kegiatan
memuat hal yang bersifat teknis pelaksanaan secara garis besar, mulai dari awal kegiatan sampai kepada
tahap akhir / goal dari kegiatan, yang merupakan rangkaian dari output setiap aspek pendekatan yang
dilakukan. Berikut adalah uraian metodologi pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan guna memenuhi
lingkup dan output kegiatan:

A. Persiapan dan Perencanaan


Tahapan awal dalam pelaksanaan kegiatan adalah persiapan dan perencanaan yang meliputi berbagai
kegiatan koordinasi dan konsolidasi internal serta eksternal. Dilakukan segera setelah diterimanya
SPMK kepada pihak Konsultan.

a. Penyiapan Peralatan Kantor

Dalam hal ini Konsultan akan menyiapkan ruang kerja dan sarana kerja antara lain kendaraan,
komputer dan printer, furniture, alat tulis kantor, dan sebagainya. Berdasarkan KAK, pengadaan
fasilitas tersebut menjadi tanggung jawab Konsultan.

b. Penyiapan / Mobilisasi Personil


Memantapkan personil sebagai Tim Pelaksana guna mendukung keberhasilan pelaksanaan
kegiatan ini. Konsultan mengharapkan Pihak Pemberi Kerja dapat memberi dukungan legalitas
(nota dinas) dalam penugasan khususnya saat survey lapangan. Agar pelaksanaan pekerjaan
dapat terorganisir dengan baik dan berjalan lancar, maka Konsultan akan memberikan uraian
tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing posisi / penugasan. Dengan adanya uraian
tugas yang jelas ini akan membantu Tim Pelaksana untuk bekerja lebih produktif dan efektif.

c. Penyusunan Rencana Kerja

Konsultan akan menyusun jadwal rencana kerja secara detail sebagai pedoman dan kontrol
waktu pelaksanaan kegiatan. Jadwal Rencana Kerja ini menguraikan jangka waktu yang
diperlukan dan waktu penyelesaian setiap tahapan kegiatan termasuk jadwal diskusi dan jadwal
penyerahan laporan.

d. Penyusunan Metodologi

Konsultan akan menyusun metodologi pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari alur pikir dan
metoda pelaksanaan. Selanjutnya metodologi dituangkan dalam bentuk pelaporan untuk
didiskusikan dengan Pihak Pemberi Kerja.

e. Penyiapan Daftar Kebutuhan Data

Pada tahap ini Konsultan akan melakukan identifikasi kebutuhan data-data lapangan yang akan
dikumpulkan termasuk sumber data atau instansi yang akan dikunjungi. Penyiapan instrumen
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan, ketersediaan dan metode pengumupulan data dan
informasi yang paling dimungkinkan.

B. Pengumpulan, Kompilasi dan Identifikasi Data


Pengumpulan data dan informasi dilakukan mengikuti metode pengumpulan data yang telah
dirumuskan oleh pihak Konsultan dengan berkoordinasi kepada stakeholders terkait. Jenis-jenis data
dan informasi yang dibutuhkan merupakan materi utama yang dikembangkan sesuai pendekatan dan
metodologi yang telah disetujui bersama.

Hasil dari pengumpulan data dan informasi, baik melalui forum formal ataupun non formal, akan
menjadi acuan dalam menyusun kajian/studi.

Desk Study dan Pemetaan

Pada tahap desk study akan dilakukan paralel dengan pengumpulan data dan informasi, dimana akan
berupa pola pengumpulan data dan informasi yang lebih komprehensif dan akurat sesuai dengan
kondisi eksisting terkait dengan kriteria maupun aspek yang menjadi pendekatan kegiatan. Sehingga
akan memperkuat database yang akan dilakukan kajian, analisis dan interpretasi data pada tahap
selanjutnya.

Kompilasi Data

Setelah data terkumpul tahap berikutnya adalah melakukan kompilasi data. Untuk kompilasi data,
langkah pertama adalah meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data
tersebut cukup baik bila disiapkan untuk keperluan tahap berikutnya, langkah ini disebut dengan
editing.

Selanjutnya agar diperoleh data yang mudah dianalisis dan disimpulkan untuk menjawab
permasalahan penelitian maka jawaban yang beraneka ragam tersebut harus diringkas lebih dahulu.
Tahap penyederhanaan data dilakukan dengan menggolongkan berbagai jawaban kedalam kategori
yang lebih terbatas.

Identifikasi Data
Setelah dilakukan kompilasi, maka akan dilakukan identifikasi data sesuai dengan framework
pendekatan dan metodologi studi atau jenis analisis yang akan dikembangkan. Identifikasi yang
dilakukan akan berdasarkan aspek-aspek pendekatan kegiatan, yakni:

 Aspek bisnis dan komersial


 Aspek sumber dan ketersediaan bahan baku
 Aspek ketersediaan dan posisi lokasi
 Aspek pasar dan pemasaran
 Aspek produksi dan daya dukung teknis
 Aspek finansial ekonomi
Setelah dirasakan telah tercukupi identifikasi data, maka selanjutnya dapat dilakukan analisis dan
kajian sesuai pengelompokannya.

C. Analisis dan Interpretasi Data


Setelah dilakukan identifikasi data, maka akan dilanjutkan dengan tahapan analisis dan interpretasi
data. Dimana dalam tahapan ini akan digabungkan seluruh hasil identifikasi data guna dilakukan
analisis / studi kelayakan setiap aspek terkait, sehingga akan menghasilkan input bagi penyusunan
hasil kajian yang optimal dan terarah.

Beberapa jenis analisis yang akan dilakukan adalah:

a. Analisis Supply Demand

b. Analisis Forecasting

c. Analisis Needs Assesstment

d. Analisis Pasar dan Rantai Pasok

e. Analisis Kelayakan (Feasibility Study)


Dalam penyusunan studi kelayakan, maka kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Dalam rangka pengumpulan data potensi bahan baku akan dilakukan dengan metode survey dan
verifikasi data primer dan data sekunder, sehingga akan diperoleh data yang akurat dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam penentuan parameter bagi pembangunan dan pengembangan
Kawasan Industri Hasil Tembakau. Pengolahan data ini akan dilakukan mengunakan software
yang dapat membantu dalam data entry, sorting data dan klasifikasi data.

2. Untuk penentuan lokasi pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau juga akan dilakukan
pemetaan berdasarkan topografi wilayah dan kondisi cuaca yang mungkin akan berpengaruh.
Selain itu, juga akan dilakukan survey dan studi literatur dalam penentuan rantai pasok hingga
ke industri-industri pengguna hasil tembakau

3. Untuk menentukan nilai investasi, akan dilakukan inovasi dalam penentuan harganya dengan cara
perbandingan harga dari vendor dan melakukan owner estimation sehingga dari sini diperoleh
harga psikologis yang wajar untuk investasi berdasarkan kapasitas dan lokasi pembangunan.
Selain itu, juga akan dikumpulkan harga peralatan berbasis kapasitas, sehingga dapat memiliki
basis data harga peralatan yang nantinya akan dapat digunakan dalam pembuatan simulasi
investasi dalam perhitungan kelayakan industri soda abu.

D. Penyusunan Konsep
Setelah dikaji dengan menggunakan berbagai metode analisis, maka perlu dirumuskankan konsep
feasibility study Kawasan Industri Hasil Tembakau sebagai, yang akan terdiri dari:
 Dokumen perencanaan yang akan menjadi panduan dari setiap perencanaan kegiatan/program
dalam upaya pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau.

 Hasil analisa kelayakan (feasibility study) rencana pembangunan dan pengembangan Kawasan
Industri Hasil Tembakau.

E. Finalisasi Hasil Kegiatan


Pada tahap ini Tim Pelaksana akan melakukan revisi atau penyempurnaan konsep Laporan Akhir
berdasarkan masukan dalam pembahasan. Finalisasi konsep ini terutama penyempurnaan hasil
dokumen perencanaan feasibility study Kawasan Industri Hasil Tembakau dan rekomendasi sebagai
bahan pertimbangan dan masukan bagi segenap stakeholders terkait.

6. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN KEGIATAN

Dalam pelaksanaan kegiatan Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau, maka telah
dibuat indikator keluaran sebagai cerminan keberhasilan pelaksanaan kegiatan, yakni:

1. Tersedianya data / informasi potensi ketersediaan dan kebutuhan bahan baku

2. Tersedianya data / informasi kebutuhan dan pemanfaatan hasil tembakau

3. Tersusunnya kelayakan pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau yang ditinjau dari
beberapa aspek teknis, keekonomian, lingkungan dan pasar.

Sedangkan keluaran / output yang diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Tersusunnya laporan hasil studi kelayakan pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau
sebagai bahan baku industri di dalam negeri.

2. Tersusunnya rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi segenap stakeholders
di masa mendatang terkait upaya pengembangan dan penguatan struktur Kawasan Industri Hasil
Tembakau.

7. SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD Kabupaten Cianjur Tahun anggaran
2022 sebesar Rp. 175.000.000 (seratus tujuh puluh lima juta rupiah).

8. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT KOMITMEN

Nama PPK : NANA RUKMANA, SE

Satuan Kerja : DINAS KOPERASI UKM PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN

: KABUPATEN CIANJUR

9. LINGKUP KEWENANGAN PENYEDIA JASA

Penyedia Jasa bertanggung jawab secara professional atas Jasa Konsultansi yang dilakukan sesuai
ketentuan kode etik profesi yang berlaku.

10. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah 60 (hari) Kalender.

11. KEBUTUHAN TENAGA AHLI DAN TENAGA PENDUKUNG


Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau membutuhkan beberapa tenaga ahli dan tenaga
pendukung sebagai berikut :

Jumlah
Posisi Kualifikasi
Orang Bulan
Tenaga Ahli :
1. Ahli Madya Perencanaan  Pendidikan minimal S2 (Teknik 1x2
Wilayah dan Kota (Team Planologi/PWK) (Orang/Bulan)
Leader)  Pengalaman minimal 5 tahun
 Memiliki Sertifikat Ahli Madya
Perencanaan Wilayah

2. Ahli Ekonomi  Pendidikan minimal S1 1x2


Pendidikan Ekonomi (Orang/Bulan)
Pembangunan
 Pengalaman minimal 4 tahun

3. Ahli GIS  Pendidikan minimal S1 Geodesi / 1x2


Planologi Pembangunan (Orang/Bulan)
 Pengalaman minimal 4 tahun
 Memiliki Sertifikat Ahli GIS

4. Ahli Lingkungan  Pendidikan minimal S1 1x2


Pendidikan Teknik Lingkungan (Orang/Bulan)
 Pengalaman minimal 4 tahun
 Memiliki Sertifikat Ahli
Lingkungan

5. Ahli Sipil  Pendidikan minimal S1 1x2


Pendidikan Teknik Sipil (Orang/Bulan)
 Pengalaman minimal 4 tahun
 Memiliki Sertifikat Ahli Sipil

Tenaga Pendukung :
1. Asisten Pendidikan SMA/STM/D3/S1 1x2
(Orang/Bulan)

2. Tenaga Operator Komputer Pendidikan SMA/STM/D3/S1 1x2


(Orang/Bulan)

3. Drafter Pendidikan SMA/STM/D3/S1 1 x 60


(Orang/Hari)

4. Tenaga Surveyor Pendidikan SMA/STM/D3/S1 2 x 15


(Orang/Hari)

12. LAPORAN

Laporan yang harus dihasilkan dari kegiatan Feasibility Study Kawasan Industri Hasil Tembakau
terdiri dari :
1. Laporan Pendahuluan, laporan ini berisikan mengenai :
a. Pendahuluan
b. Kajian Pustaka
c. Metodologi Penelitian
d. Gambaran Umum Wilayah
e. Kerangka Kerja Tim Jasa Konsultansi
2. Laporan Antara, laporan antara berisikan :
a. Pendahuluan
b. Kajian Pustaka
c. Gambaran Kabupaten Cianjur
d. Gambaran Hasil Pengolahan Tembakau
e. Analisis Kebijakan
f. Analisis Kajian Kelayakan
g. Penyusunan Konsep Kelayakan Pembangunan Kawasan Industri Hasil Tebu
3. Laporan Akhir
a. Pendahuluan
b. Kajian Pustaka
c. Gambaran Kabupaten Cianjur
d. Gambaran Hasil Pengolahan Tembakau
e. Analisis Kebijakan
f. Analisis Kajian Kelayakan
g. Penyusunan Konsep Kelayakan Pembangunan Kawasan Industri Hasil Teb
h. Kesimpulan dan Rekomendasi
4. Laporan Eksekutif Summari
5. Album Peta A3

13. LAIN-LAIN
a. Semua kegiatan Jasa Konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia’
b. Jika kerjasama dengan Penyedia Jasa Konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan
jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi : adanya izin dari PPK;
c. Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:
 memiliki aspek legalitas jika data tersebut berasal dari sumber resmi
 memiliki akurasi data yang dapat di pertanggung jawabkan dan Update terbaru Kegiatan
Survey Lapangan harus sepengetahuan dan disetujui oleh pemberi pekerjaan
d. Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan
dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personel satuan kerja Pejabat
Penandatanganan Kontrak berikut : Penyedia Jasa harus melaksanakan alih pengetahuan dalam
bentuk diskusi.

Cianjur, 3 Juni 2022


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

NANA RUKMANA, SE
NIP : 196609251993021001

Anda mungkin juga menyukai