Anda di halaman 1dari 11

3

3.1. Siklus Hidrologi (Hidrologic cycle)


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa, energi tidak dapat
diciptakan maupun dihilangkan/dimusnahkan, tapi dapat berubah wujud. Hal
demikian juga berlaku pada air. Air di bumi ini secara umum volumenya tetap dari
masa ke masa, namun dapat berubah wujud sesuai dengan kondisi lingkungan
keberadaannya.
Air di bumi mengalami suatu perputaran melalui serangkaian peristiwa
yang berlangsung secara terus-menerus dan membentuk suatu siklus yang dikenal
dengan siklus hidrologi (Hidrologic cycle).
Tahapan daur hidrologi dimulai dari penguapan air dari samudera.
Perubahan bentuk air menjadi uap ini disebabkan oleh energi panas dari matahari.
Uap air ini dibawa ke daratan oleh massa udara yang bergerak. Uap air ini akan
terkondensasi pada lapisan atmosfer bumi dan akan terjadi presipitasi. Presipitasi
ini dapat berbentuk hujan jika suhu kondensasi uap hanya mencapai wujud cair
maupun salju jika perubahan suhu mencapai di bawah titik beku (freezing point).
Air hujan akan akan memulai siklus baru dalam bentuk aliran di
permukaan bumi (run-off) maupun melalui media seperti vegetasi yang menahan
butiran air (intersepsi). Beberapa bagian air akan mengalir ke daerah yang lebih
rendah dan akhirnya menuju ke laut, sebagian lagi akan mengalami penguapan
baik langsung (evaporasi) dan melalui tumbuhan (transpirasi) serta masuk ke
dalam tanah melalui rongga antar butiran tanah (infiltrasi). Adanya pengaruh gaya
gravitasi akan menarik air akibat kelebihan kelengasan tanah. Pada kedalaman dan
zona tertentu, pori-pori tanah dan batuan akan mengalami kejenuhan. Batas atas
zona jenuh air ini disebut muka air tanah. Air tanah ini akan mengalir sebagai
aliran air tanah, dan akhirnya sampai ke permukaan sebagai mata air (spring) atau
sebagai rembesan ke danau, waduk atau ke laut.
Siklus hidrologi seperti ini akan terjadi sepanjang masa dan menyebabkan
volume air di bumi relatif tetap. Siklus ini merupakan konsep dasar tentang
keseimbangan air secara global di bumi.
4

Sumber : Hidrologi Untuk Pengairan


Gambar 3.1
Skema siklus Hidrologi

3.2 Air Tanah


Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Air adalah
Semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang
berada di darat. Dimana sumber air mengandung pengertian air, sumber air dan
daya air yang terkandung di dalamnya.
Dalam UU tersebut di atas dijelaskan juga bahwa air tanah adalah semua
air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air
tanah terdapat pada cekungan-cekungan yang dibatasi oleh lapisan tidak lulus air,
yang disebut cekungan air tanah. Cekungan air tanah merupakan suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
Dari pengertian di atas, keberadaan air di dalam tanah ditentukan oleh
jenis lapisan tanah atau batuan yang ada. Jenis tanah atau batuan yang bersifat
permeabel sehingga mampu menyimpan dan meluluskan air disebut akuifer.
5

Kemampuan akuifer sebagai tempat berlangsungnya proses-proses hidrogeologis


ditentukan oleh aspek parameter akuifer, yaitu:
1. Porositas/kesarangan
Lapisan tanah yang porous (sarang) memiliki ruang-ruang di antara butir-butir
padatannya. Ruang-ruang itu disebut pori dan berisi fluida.
Jika V0 adalah volume medium porous, Vs adalah volume padatan dan V p
adalah volume ruang/pori, maka :
n = V p /V0
dimana n adalah porositas atau kesarangan dan umumnya dinyatakan dalam
persen (%).
2. Permeabilitas/kelulusan
Permeabilitas adalah sifat spesifik dari suatu medium padat, dalam hal ini
lapisan batuan, untuk meluluskan fluida (cairan atau gas).
Percobaan yang dilakukan aleh Darcy :

Q = - KA dh/dl
Dengan Q adalah jumlah air yang mengalir melalui suatu satuan luas A
dengan gradient hidrolik sebesar dh/dl.
Factor proporsionalitas K disebut permebilitas atau konduktifitas hidrolik
yang memiliki satuan m/s.
Harga permeabilitas bergantung pada ruang/pori, sifat cairan, dan gravitasi.
Beberapa contoh harga permeabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
3. Transmisibilitas
Theis (1935) yang pertama kali mengajukan istilah transmisivitas atau
transmisibilitas untuk menggambarkan sifat transportasi dari aquifer.
Transmisibilitas ( m 2 /s) pada suatu medium porous yang isotrop dan cairan
yang homogen menggambarkan jumlah cairan dengan viskositas dan gradient
hidrolik tertentu yang mengalir tegak lurus melalui suatu bidang selebar 1 m
dan setinggi ketebalan lapisan jenuh/aquifer.
6

Tabel 3.1
Beberapa Harga Permeabilitas

Jenis material K(m/s)

Kerikil 102
Pasir 10 5
Pasir halus/lempungan 108
Kaolinit 108
montmorilonit 108

Jadi transmisibilitas (T) merupakan hasil perkalian ketebalan lapisan jenuh

T = K dm = K m

4. Storage Coefficient dan Spesific Yield


Koefisien penyimpanan (storage coefficient) adalah suatu perbandingan antara
volume air yang dikeluarkan dari atau dimasukkan ke dalam aquifer melalui
suatu satuan luas sebesar 1 m3 .
Untuk aquifer bebas definisi di atas disebut specific yield.

Sumber : Ground Water Hidrology, Todd D.K .(1959)

Gambar 3.2
Jenis dan Letak Akuifer pada lapisan tanah
7

3.3. Air Permukaan


Air permukaan merupakan air yang mengalir diatas permukaan bumi.
Aliran air sungai tergantung dari beberapa faktor yang berhubungan dengan
limpasan, yang terbagi menjadi 2 kelompok, yakni elemen elemen meteorologi
yang diwakilkan oleh curah hujan dan elemen elemen daerah pengaliran yang
menyatakan sifat sifat fisik daerah pengaliran.
Faktor faktor yang termasuk kelompok elemen metereologi adalah
sebagai berikut :
1. Jenis presipitasi
2. Intensitas curah hujan
3. Lamanya curah hujan
4. Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran
5. Arah pergerakan curah hujan
6. Curah hujan terdahulu dan kelembapan tanah
7. Kondisi kondisi meteorologi yang lainnya
Sedangkan faktor faktor yang mempengaruhi elemen daerah pengaliran
yaitu :
1. Kondisi penggunaan tanah ( Landuse )
2. Daerah pengaliran
3. Kondisi topografi dalam daerah pengaliran
4. Jenis tanah
5. Faktor- faktor lain yang memberikan pengaruh

3.4. Daerah Aliran Sungai


Sungai mempunyai fungsi untuk mengumpulkan curah hujan dalam suatu
daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat digunakan untuk
berjenis jenis aspek seerti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata,
perikanan, dan lain lain. Dalam bidamg pertanian sungai itu berfungsi sebagai
sumber air yang penting untuk irigasi.
8

Daerah Aliran Sungai adalah daerah tempat presipitasi konsentrasi ke


sungai. Garis batas daerah daerah aliran yang berdampingan disebut batas
daerah pengaliran. Luas daerah pengaliran diperkirakan dengan pengukuran
daerah tersebut pada peta topografi. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh
tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir,
debit pengairan dasar dan seterusnya.
Kemampuan sungai untuk mengerosi dan mentransport material
berhubungan langsung dengan kecepatan aliran air, jadi kecepatan merupakan ciri
yang paling penting. Variasi kecepetan aliran air dipengaruhi oleh faktor faktor :
1. Kemiringan sungai
2. Bentuk, ukuran dan kekasaran dari dasar saluran
3. Debit sungai.
Suatu DAS dapat ditinjau dari berbagai segi, misal ukuran, topografi,
geologi, vegetasi dan pola pengaliran. Salah satu aspek sifat DAS yang paling
sering dibahas dalam hidrologi dan hidraulika adalah ukuran DAS seperti luas dan
bentuk.

3.5. Curah Hujan


Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian anjir adalah curah hujan rata rata
di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah / daerah dan dinyatakan dalam mm.
Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan
curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut.
1. Cara Rata Rata Aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata rata secara aljabar curah hujan di dalam
dan sekitar daerah yang bersangkutan.
_ 1
R = n ( R1 + R2 + + Rn )

dimana :
_
R = curah hujan daerah ( mm )
9

n = jumlah titik titik pos pengamatan


R1, R2, .. , Rn : Curah hujan di tiap titik pengamatan ( mm )
Hasil ang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang
didapat dengan cara lain. Keuntungan cara ini obektif yang berbeda dengan
umpama cara ishohyet, dimana faktor subyektif turut menentukan.
2. Cara Thiessen
Jika titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata rata itu dilakukan dengan memperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan.
Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
_ A1 A2 R 2 ... AnRn
R= A1 A2 ... An
A1 A2 R 2 ... AnRn
=
A
= W1R1 + W2R2 + + WnRn
_
R : curah hujan daerah
R1, R2, Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik
pengamatan.
A1, A2, ... An : bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
3. Ishoyet Line
Peta ishohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan ( interval )
10 sampai 20 mm berdasarkandata curah hujan pada titik pengamatan di dalam
dan sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian di daerah antara dua garis
ishohyet yang berdekatan diukur dengan planimeter. Demikian pula harga rata
rata dari garis ishohyet yang berdekatan termasuk bagian bagian daerah dapat
dihitung. Curah hujan daerah tersebut dapat dihitung menurut persamaan sebagai
berikut.
_ A1R1 A2 R 2 ... AnRn
R= A1 ... An
dimana :
_
R : curah hujan daerah
10

A1, A2, , An : Luas bagian bagian antara garis garis ishoyet. R1, R2, , Rn
: curahh hujan rata rata pada bagian bagian A1, A2, .., An. Cara ini adalah cara
rasional yang terbaik jika garis garis isohiet dapat digambar dengan teliti Akan
tetapi jika titik titik pengamatan itu banyak dan variasi curah hujan di daerah
bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohyet ini akan terdapat
kesalahan pribadi ( individual eror ) sipembuat peta.
4. Cara Garis Potongan Antara ( intersection line methode )
Cara ini adalah cara untuk menyederhanakan cara isohyet. Garis garis
potong ini ( biasana dengan jarak 2 5 km ) yang merupakan kotak kotak
digambar pada peta isohyet. Curah hujan pada titik titik perpotongan dihitung
dari perbandingan jarak titik itu ke garis garis isohyet yang terdekat. Harga rata
rata aljabar dari curah hujan pada titik perpotongan diambil sebagai curah hujan
daerah.
5. Cara dalam elevasi ( Depth elevation )
Umpamanya curah hujan itu bertambah jika elevasi bertambah tinggi.
Dengan dimikian, dapat dibuatkan diagram mengenai hubungan antara elevasi
titik pengamatan dan curah hujan. Kuva ini dapat dibuat dengan cara kwadrat
terkecil dan lai lain. Curah hujan untuk setiap elevasi rata rata dapat diperolah
dari diagram tersebut diatas, sehingga curah hujan daerah pada daerah pada
daerah yang bersangkutan dapat dihitung menurut persamaan sebagai berikut :
_ A1R1 A2 R 2 ... AnRn
R= A1 A2 ... An
_
R : curah hujan daerah yang bersangkutan
A1, A2, , An : Luas bagian bagian di setiap ketinggian. R1, R2, , Rn :
curahh hujan rata rata pada bagian bagian A1, A2, .., An.
Cara ini adalah cocok untuk menentukan curah hujan jangka waktu yang
panjang seperti curah hujan bulanan, curah hujan tahunan.
6. Cara elevasi daerah rata rata ( Mean areal elevation method )
Cara ini dapat digunakan jika hubungan antara curah hujan dan elevasi
daerah bersangkutan dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan linear. Curah
11

hujan R1 pada elevasi h1 di daerah iu kira kira dinyatakan dalam persamaan


sebagai berikut :
_
R = a + b.h1.
dimana a dan b adalah tetapan tetapan.
Jika elevasi elevasi rata rata antara garis garis kontur yang
berdekatan ( selang 100 m atau 200 m ) adalah h1 dan luasnya A1, maka elevasi
rata rata daerah itu adalah sebagai berikut:
_ Aihi
hi =
Ai
_
Curah hujan daerah R :

_ AiRi = Ai (a bhi)
R=
Ai Ai
=
(aAi bAihi)
Ai
=a+b
Aihi = q + b _

Ai h

_ _
Jadi jika a,b dan h didapat, maka R dapat dihitung. Cara ini adalah
cocok untuk perhitungan curah hujan jangka waktu yang panjang dan cara dalam
elevasi curah hujan yang dikemukaan pada rumus 5.

3.6. Infiltrasi
Proses masuknya air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah dan turun
ke permukaan air tanah disebut infiltrasi. Air yang menginfiltrasi itu pertama
tama diabsorbsi untuk meningkatkan kelembapan tanah, selebihnya akan turun ke
permukaan air tanah dan mengalirkan ke sampling.
Faktor faktor yang mempengaruhi infiltrasi akan diterangkan di bawah
ini.
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan
yang jenuh.
2. Kelembapan tanah
12

3. Pemempatan oleh curah hujan


4. Penyumbatan oleh bahan bahan halus
5. Pemampatan oleh orang dan hewan
6. Struktur tanah
7. Tumbuh tumbuhan
8. Udara yang terdapat dalam tanah
Perhitungan infiltrasi dapat menggunakan persamaan :
1. Cara Kille
- Data Q harian minimal sungai perbulan
- Tiap 30 data
- Diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar
- Jmlah data dibagi dua akan mengahasilkan debit rata rata minimal DAS
G = Debit Minimum Rata rata / Luas DAS
G = Laju infiltrasi
2. Cara Vilangger
G = Debit min 12 / Luas DAS
G = Laju infiltrasi

3.7. Evapotranspirasi Potensial dan Riil


Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh tumbuhan.
Peristiwa ini disebut evapotranpirasi. Banyaknya berbeda beda, tergantung dari
kadar kelembapan tanah dan jenis tumbuh tumbuhan. Umumnya banyaknya
transpirasi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 gram bahan kering disebut laju
transpirasi dan dinyatakan dalam gram.
ET ada dua macam, ET potensial dan ET riil
- ET potensial
Menggunakan rumus Thornthwaite
ET pot = 1,6(10t/J)^a
Dimana :
t = temperatur pada rata rata bulanan
J = Indeks panas setahun, jumlah daripada 1 bulan dar angka ( t/5)^1,514
13

A =( 1,6 x 10^-2 J ) + 0,5


- ET riil
Menggunakan TURC (1970), sebagai berikut :



N
ET Riil = 2

0,5

0,9 N
Jt

Dimana :
N = jumlah curah hujan per tahun ( mm )
Jt = 300 + 25 t + 0,05t^3 ( fs )
T = temperatur (C)

Anda mungkin juga menyukai