Anda di halaman 1dari 15

MENENTUKAN Q AIR SUNGAI

Menentukan Debit Air Sungai (Q)

Cara mencari laju atau kecepatan aliran untuk memperoleh debit aliran sungai (Q), adalah
sebagai berikut :
1. MetodeMenggunakan Ember
Metode paling sederhana untuk mengukur aliran kecil air adalah dengan metode ember
(hingga 15 liter/detik). Alat yang diperlukan adalah sebuah ember dan jam tangan atau stop
watch. Ember yang akan dipakai sebagai penampung air harus cukup besar,kira-kira
berkapasitas 15-20 liter dan tidak bocor.
Langkah 1: Menandai volume ember.
Ambilah sebuah botol dan gunakan sebagai pengukur volume air.Botol berukuran 1 liter
adalah yang sangat cocok.

Dalam gambar di atas, kita memiliki ember yang kira-kira volumenya 20 liter, tetapi tidak
ada garis-garis penunjuk jumlah air dalam skala liternya. Tuangkan air yang ada di botol ke
dalam ember sebanyak 15 atau 20 kali, tergantung dari daya tampung ember.Tandai dengan
sebuah garis di luar ember yang menyatakan tinggi permukaan air di ember setelah tercapai
15 atau 20 liter.
Langkah 2: Mencari lokasi untuk mengukur aliran air.
Hal ini agak sulit.Anda perlu menemukan lokasi yang cocok untuk mengukur curahan air dari
sungai kecil/parit tersebut ke dalam ember.
Langkah 3: Melakukan Pengukuran.

1
Dengan menggunakan stop watch atau arloji, catat lama pengisian air ke dalam ember saat air
mencapai garis penanda di luar di ember. Lakukan ini beberapa kali (cukup 3 kali) dan rata-
ratakan lama pengisian tersebut.
Langkah 4: Menghitung aliran air ke dalam liter per detik.
Jika ember tersebut volumenya 20 liter dan memerlukan waktu rerata 8 detik untuk
memenuhinya, maka aliran air tersebut adalah (20/8 ) liter per detik atau 2,5 liter per detik.
Saran-saran dalam mengalirkan air ke dalam ember.
1. Air terjun alam, sebagaimana tampak pada gambar di bawah.

2. Bila tidak terdapat pancuran atau air terjun kecil, buatlah saluran dari papan berbentuk
huruf “u” atau pipa PVC untuk mengalirkan air sungai tersebut ke bagian di mana
ember dapat diletakkan di bawahnya untuk menampung curahan air tersebut.

2. Metode Pelampung/Terapung
Cara pengukuran ini cocok untuk mengukur aliran air di kanal maupun saluran air.Juga dapat
digunakan di jeram-jeram atau sungai, walaupun hasil tidak begitu akurat. Data/ informasi
diperlukan untuk mengukur dengan metoda ini, yaitu:
a. Luas penampang melintang(LPM) dari air yang mengalir pada jeram atau sungai.
b. Kecepatan dari aliran air. Kecepatan aliran ini diukur dengan menggunakan
benda terapung (botol plastic atau bola pingpong) yang hanyut di antara dua titik
yang telah ditentukan jaraknya.

Langkah 1: Mendapatkan luas penampang melintang (LPM)


Tingkat kesulitan dari pengukuran LPM adalah bergantung pada jenis aliran air yang akan
dimanfaatkan. Mengestimasi LPM pada tepian sungai yang rata adalah jauh lebih mudah bila
dibandingkan dengan jeram yang berbatu.

2
Untuk mengukur LPM di sebuah tempat yang akan diukur. Gunakan tali dan ikat di kedua
tepian sungai.Misalkan, kita hendak mengukur lebar sungai/jeram dan membaginya menjadi
7 bagian.Bagian paling pinggir adalah yang berbentuk segitiga dan 5 bagian lainnya adalah
berbentuk trapezium (lihat gambar).Anda harus masuk ke sungai untuk mengukur kedalaman
di ke 5 dasar dari 5 bagian yang telah kita tandai.

Gambarkan titik-titk dan kedalaman air yang telah Anda peroleh di atas kertas berskala,
misalkan kertas millimeter block.

Langkah 2: Mengukur kecepatan aliran air di permukaan.


Tariklah bentangan tali di tepi sungai dengan jarak 10 meter.Tandai pangkal tali dengan
sebuah tongkat kayu, dan juga di ujung tali tersebut.Dengan cara yang sama kita tarik tali di
sisi seberang. Ikatlah tali pada kedua tongkat kayu yang berseberangan pada posisi yang
rendah sehingga berdekatan dengan permukaan air (lihat gambar 1).
Letakkan botol plastik kosong di bawah garis (tali) di sisi hulu aliran sungai.Jatuhkan botol
ke air,bersamaan dengan mengaktifkan stop watch. Botol akan hanyut dan catat waktunya
ketika terletak di bawah garis/tali yang berjarak 10 meter dari tali/garis pertama. Hasilnya
adalah kecepatan aliran air yang dihitung dengan rumus:
Kecepatan aliran air (permukaan) = ( 10 m) /(x detik)
Ulangi pengukuran ini sebanyak 3 kali dan hitunglah rerata kecepatan aliran air di permukaan
sungai.

Langkah 3: Menghitung aliran air sungai dalam satuan liter per detik.
Volume aliran sungai adalah:
Debit Q aliran air = LPM x Kecepatan aliran air x faktor koreksi
Karena air di permukaan bergerak lebih cepat dari pada yang berada di bagian lain dari jeram,
kita harus mengoreksi dengan sebuah faktor pada perhitungan untuk mendapatkan kecepatan
aliran air.Perbedaan antara kecepatan air di permukaan dengan kecepatan air rata di jeram
tersebut tergantung pada jenis jeram.

3
Hitunglah luas penampang melintang sungai (LPM), sebagaimana telah digambarkan pada
kertas millimeter block, dan nyatakan dalam meter persegi (m2).
Berikut ini diperlihatkan Tabel faktor koreksi kecepatan.Tabel tersebut juga memberikan
sebuah indikasi dari akurasi yang diharapkan.

Jenis Sungai/ Jeram Faktor koreksi Ketelitian


kecepatan
Saluran atau kanal empat persegi 0,85 Bagus
dengan permukaan sisi samping
dan dasar jeram halus.
Arus bergerak lambat pada jeram 0,75 Cukup layak
yang dalam.
Jeram kecil dengan dasar rata. 0,65 Buruk
Jeram yang deras dan turbulen. 0,45 Sangat buruk
Jeram yang dangkal dan berbatu. 0,25 Sangat buruk

Persamaan untuk menghitung debit aliran air adalah:


Q = Arerata x Vpermukaan x Faktor Koreksi
di mana:
Q = debit aliran air sungai (m3/detik)
Arerata= LPMrerata (m2)
Vpermukaan = Kecepatan air dipermukaan (m/detik)

Contoh Perhitungan: Mengukur Laju Aliran Sungai dengan Metode Terapung.


Berapa besar aliran air di sebuah saluran kecil data data yang diperoleh ini?
1. Kedalaman air pada saluran adalah 25 cm. Sisi kiri dan kanan saluran berbentuk tegak
segi empat, dan lebar saluran adalah 40 cm. Sisi saluran cukup rata.
2. Sebuah botol plastik kosong diletakkan di air dan hanyut terapung sepanjang 20 m, dan
dicata waktu hanyutnya dalam 3 kali pengukuran, yaitu 36, 40, dan 44 detik.

Jawaban:
(i) Luas penampang melintang (LPM) saluran adalah:
= 0.25 x 0.40 m2
= 0,1 m2.

4
(ii) Waktu rerata yang ditempuh:
= (36 + 40 + 44)/3 m.
= 40 detik.

(iii) Kecepatan air rerata di permukaan:


= 20 m / 40 detik
= 0,5 m/detik.

(iv) Faktor koreksi untuk sisi yang rata:


= 0,85

(v) Aliran air = LPM x Kecepatan x Faktor Koreksi


= 0,1 x 0,5 x 0,85
= 0,0425 m3/detik
Aliran air dalam liter per detik

= 42,5 liter/detik.

Gambar 1.Metode Terapung dari pengukuran Aliran.

3. Metode Bendungan Bersudut V (900)/Metode Thomson

Langkah 1: Merancang bendungan pengukur.

Untuk mengukur saluran kecil (sampai 150 liter per detik), sebuah bendungan dengan sudut
V adalah yang paling cocok. Cara ini memberikan hasil pada perubahan level yang lebih
akurat ketika aliran air meningkat, bila dibandingkan dengan saluran segi empat.

Adalah penting untuk menjelaskan tentang Gambar 2.Sudut-V (90 derajat) harus dibuat
setipis mungkin. Sebuah plat logam dengan celah bentuk Vditempelkan pada papan plywood

5
yang kokoh dan berat untuk menjaga agar kekokohannya sempurna. Sudut papan plywood
harus dipotong lebih besar dari pada sudut pada plat logam agar terbentuk puncak bendungan
yang tajam. Juga penting diperhatikan bahwa tinggi air yang melewati bendungan diukur
dari jarak yang cukup dari mulut bendungan. Jarak yang direkomendasikan adalah sekurang-
kurangnya 4 kali tinggi air maksimum yang melewati Sudut V (lihat Gambar 2).

Bagaimana bendungan itu dibangun akan tergantung dari bentuk dinding saluran dan material
yang tersedia. Pagar-pagar yang ditancapkan pada dasar jeram akan menahan lembaran tetap
ditempatnya dan harus kokoh terhadap kondisi perubahan aliran air. Lalu letakkan batu-batu
besar di sisi lainnya. Lembaran polythene dikencangkan sepanjang bendungan dan ditahan
oleh batu-batu dan kerikil sepanjang dua meter kearah hulu jeram.

Gambar 2.Proporsi dari Bendungan Sudut V yang benar.

Besar kecepatan aliran air:

Q = 1,4 . h5/2

Gambar 3.Konstruksi bendungan sudut V yang disarankan.

Langkah 2: Menghitung Laju Aliran Air.

Gambar di bawah ini dapat digunakan untuk menggabungkan pengukuran level ke dalam
aliran dalam liter per detik. Alternatifnya, gunakan rumus pada Gambar 2 untuk menghitung
laju aliran dari pengukuran level.Perlu dicatat bahwa tinggi “h” harus dinyatakan dalam
meter.Laju aliran, Q, dihitung dalam meter kubik per detik (m3/detik). Bagi nilai ini dengan
1000 untuk memberikan aliran dalam liter per detik apabila rumus yang digunakan. Garis
berwarna merah memperlihat bahwa tinggi h = 22 cm sepadan dengan laju aliran sebesar 32
liter per detik.

6
Pengukuran debit aliran air sungai yang melewat bendung sudut V 90o

Gambar 4. Debit aliran air sungai dari suatu pengukuran level di atas bendung sudut V
90o

Grafik pada gambar 4, memperlihatkan hubungan antara Debit Aliran Q lt/detik (sumbu Y)
terhadap ketinggian air h (cm) yang dinyatakan pada sumbu x.
Sebagai contoh: Apabila tinggi air h = 22 cm di atas sudut V 900 maka diperoleh nilai debit Q
= 32 liter/detik. Debit aliran air sungai Q, dapat ditentukan berdasarkan rumus Thomson: Q
= 1,4 . h5/2= 1,4 (22)5/2= 32 liter/detik = 32 x 10-3 m3/detik.

Penentuan debit rencana dapat dilakukan dengan beberapa metoda-metoda:

grafis
1. Analisa statistik
analisis

Qo dapat dihitung dengan mencari distribusi nilai-nilai extreem/max, bila tersedia data
pengamatan aliran sungai jangka panjang (Metoda E.J. Gumble, metoda California, metoda
Faster, metoda Hazen, metoda Ven Te chow, analisa frekwensi).
2. Metoda Infiltrasi.
3. Metoda Rational : Q = C.i.A.
Bila data aliran sungai tidak mencukupi, sehingga data curah hujan dipakai dalam rumus
tersebut (i = intensitas curah hujan ; C = koef run off =R.O
P
4. Metoda Empiris
Sama dengan metoda rational, hanya di sini hubungan debit dan intensitas curah hujan
diturunkan menurut persamaan matematis berdasarkan pengamatan di suatu daerah aliran
tertentu.

14.2. Metoda Infiltrasi

Metode ini menghitung besarnya kapasitas infiltrasi dan sehingga dapat diketahui run off
yang terjadi dan merupakan debit aliran. Parameter prinsip dasar yang perlu diketahui
diantaranya adalah

7
Indeks Infiltrasi adalah nilai rata-rata dari intensitas air yang hilang (intensitas hujan yang
datang dikurangi tinggi aliran permukaan)

f = (Ptot – Pnet) / t

= (Ptot – Q) / lamanya hujan

= (d (P – Q)) / dt

Limpasan langsung adalah besamya presipitasi dikalikan dengan koefisien limpasan


langsung.

RO = K.P
(Limpasan langsung = Koef limpasan langsung x Presipitasi).

i − W indek
Sedangkan K = i ; dimana i = intensitas hujan.

Windex = kecepatan infiltrasi rata-rata selama intensitas hujan melebihi kapasitas


infiltrasi: [ cm/jam ]
Fe P−Q.O−Se
=
= Te Te
F, = Masa infiltrasi yang terjadi selama intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi.
Te = Waktu selama infiltrasi yang terjadi sacara dengan kapasitas infiltrasi [jam].
P = Hujan komulative yang menyebabkan R.O.
R.O = Aliran permukaan komulative yang ada hubungannya dengan P.
se = Aliran permukaan effective (depression storage), umumnya diabaikan.

14.3. Metoda Rational (Rational Method)

Di dalam rumus yang dipakai, terlihat hubungan antara debit (Q), dengan intensitas hujan (i),
y a n g merupakan fungsi dari parameter fisika.

Q = C.i.A dengan Q = debit rencana


C = Koef Limpasan (berbeda-beda untuk macam-macam
R.O
D.A.S. harus ditentukan berdasarkan P
i = Intensitas hujan
A = Luas D.A.S

Yang termasuk cara rational ini, adalah :


- Metoda Melchior
- Metoda Weduwen
- Metoda Haspers

Ketiga Metoda di atas mengikuti konsep yang sama tetapi masing-masing metoda

8
mempunyai parameter yang berbeda.

Metoda Melchior

Rumus yang dipakai dikenal sebagai rumus Pascher, yaitu:


Qp = a.b.q.A
Limpasan
a = Koef. Limpasan =
Curah hujan total

Hujan rata-rata di D.A.S. ybs


b = koefisien reduksi =
Hujan harian maksimum dari
salah satu staisun dalam DAS
tsb pada hari yang sama

q = besamya hujan terbesar (max. point rain fall) (m3/det/km2)


A = Iuas D.A.S (km2)
Qp = debit puncak banjir (m3/det.)

Metoda Weduwen

Rumus yang dipakai :

Qp = a . b . q . A

Limpasan
Dengan :a = Koef. Limpasan =
Curah hujan total
0.8
= 0.2 + √tc + 1

tc = waktu konsentasi = waktu yang dibutuhkan oleh air untuk bergerak dari titik
terjauh mencapai titik tertentu dihilir sungai (mulut D.A.S.)

b = koef Reduksi

T +1
180+ .F
T +9
= 180 + F (menurut Ir. Boerena dianggap dapat berlaku untuk seluruh
Indonesia)
T = Duration hujan yang diharapkan dapat menyebabkan banjir
=2tc
F = luas ellips yang dapat mencakup D.A.S.
= ¼ p.a.b.
a = sumbu panjang ellips (km)
b = sumbu pendek ellips (km)
q = besamya hujan terpusat yang maksimum
9
2.4. T + 360
= 6T + 7 (m3/det/km)

A = Luas D.A.S.(km2)
Qp = debit puncak banjir (m3/det)

Ketiga metoda ini, dahulu sering dipakai di Indonesia, tetapi kini telah ditinggalkan, karena
dianggap estimasinya terlalu besar (Over estimate).

14.4. Metoda Empiris (Empirical Method)

Rumus-rumus berikut ini digunakan, dengan mendasarkan ketentuan-ketentuannya pada


hasil pengamatan. Rumus-rumus empiris yang sudah dipakai antara lain :
· Unit graph method/ Actual unit hydrograph Sherman L.K. 1932.
· Synthetic unit Hydrograph ® Snyder. FF. 1938.
· Dimensionless Unit Hydrograph.
· Distribution Graph.

14.4.1. Metode Unit Graph (Unit Graph Method/ActualUnit Hidrograph)

Dalam metode ini dikemukakan bahwa unit hydrografh hasil pengolahan data dan
pengukuran merupakan salah satu alat untuk memperkirakan hidrograph jika diketahui data
curah hujan, selama karakteristik fisik daerah aliran tidak mengalami banyak perubahan.
Metode ini dipergunakan bila data-data yang tersedia didapatkan dengan periode pendek dan
berlaku untuk D.A.S yang tidak terlalu besar.

Prosedure Pengerjaan Hidograf Satuan (Actual Unit Hydrograph):


1. Dari pencatatan hujan lebat, yang turun merata di suatu daerah, pilih beberapa
intensitas dengan duration tertentu.
2. Dari pencatatan data debit banjir, dipersiapkan hidrograph banjir (Flood
Hydrograph) selama beberapa hari sebelum dan sesudah perioda hujan pada butir 1
3. Pisahkan aliran dasar (Base Flow): terhadap aliran permukaan dengan berbagai
metoda yang ada
4. Dari hasil pemisahan ini, akan didapat/ dihitung ordinat aliran dasar dan ordinat
limpasan langsung
5. Dihitung vol. limpasan langsung dengan persamaan:
6.
tr
V nett o ∫ Qnet . dt
=
Heff = deff = A A

∑ Q net .Δt
= A (cm)

1. dengan: A = luas daerah aliran (m2)


2. Qnet = Ordinat debit limpasan langsung
3. (Qnet= Qtot- QBF)

10
4. Qtot = debit limpasan total
5. QBF = debit limpasan dasar
6. Dt = batas interval
7. Hitung ordinat-ordinat Hidrograph satuan dengan rumus.

Ordinat-ordinat limpasan langsung


Ordinat-ordinat hidrograph satuan =
heff

Tabel No. 14.1. Contoh tabel Menghitung Hidrograf Satuan

Waktu Debit Total Aliran Dasar Ordinat limpasan Ordinat


Tgl. Jam (m3/det) (m3/det) langsung hidrograph
(m3/det) satuan (m3/det)
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3) (5) = (4)/heff

∑ Qnet = ..............................
∑ Q net . Δt = Qnet . x 60 x 60 Δt
heff = A A

Dimana:
Q = debit (m3/det)
A = Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) (m2)
T = periode / durasi waktu lamanya debit aliran (detik atau jam)

Contoh soal 1 :
Data dibawah ini (Tabel 14.2) adalah hasil pengukuran aliran dan hujan lebat dengan duration
6 jam, luas daerah pengaliran sungai yang diukur ini = 316 Km2.

Pertanyaan :
1. Hitung dan gambar unit hydrograph dengan duration 6 jam
2. Hitung tinggi hujan reff. Yang diwakili oleh Flood Hyidrograph

Tabel No. 14.1. Data Debit Aliran

Waktu : Aliran (m3 / det) Waktu Aliran (m3 / det)


1 Juni 0.00 17,0 3 Juni 0.00 53,8
6.00 113,2 6.00 42,5
12.00 254,5 12.00 31,1
18.00 198,0 18.00 22,64
2 Juni 0.00 150 1 Juni 0.00 17,0
6.00 113,2

11
12.00 87,7
18.00 67,9

Asumsikan aliran dasamya konstan = 17.0 m3/ det.

Penyelesain :

Langkah-Iangkah perhitungan
a. Pemisahan aliran dasar (base flow) terhadap aliran permukaan.
1.
2. Debit total = limpasan langsung + aliran dasar atau
3. Ordinat limpasan langsung = debit total – aliran dasar
4. (4) (2) (3)
5.
a. Menghitung jumlah debit limpasan langsung dari seluruh interval
1.
t

∫ Qnet dt =∑ Qnet . Δt
Waktu ® 0

= å (4) Dt
1.
a. Menghitung volume limpasan langsung dengan persamaan
1.
t

volume lim pasan langsung ∫ Q net . dt


0

heff= luas daerah aliran = A


1.
∑ Q net Δ t
= A

1. A adalah luasan daerah aliran (pendekatan)


2.
a. Menghitung ordinat-ordiant hydrograph satuan dengan rumus :

Ordinat limpasan langsung


Ordinat-ordinat hydrograph satuan =
heff

atau

kol (4)
kol . (5) = heff

Tabel No. 14.3 Perhitungan Ordinat Hidrograf Satuan

Waktu Debit Total Aliran Dasar Ordinat limpasan Ordinat

12
Tgl. Jam (m3/det) (m3/det) langsung hidrograph
(m3/det) satuan (m3/det)
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3) (5) = (4)/heff

1 Juni 0.00 17,0 17 0 0


6.00 113,2 17 96,2 14,846
12.00 254,5 17 237,5 36,651
18.00 198,0 17 181 27,932
2 Juni 0.00 150 17 131 20,252
6.00 113,2 17 96,2 14,846
12.00 87,7 17 70,7 10,910
18.00 67,9 17 50,9 7,855
3 Juni 0.00 53,8 17 36,8 5,679
6.00 42,5 17 25,5 3,935
12.00 31,1 17 14,1 2,176
18.00 22,64 17 5,64 0,870
4 Juni 0.00 17,00 17 0 0

åQnet= 947,54

947,54.6.60.60
Heff = = 0,0648 m = 6,48 cm
316000000

Contoh Soal
Hitung ordinat dari hydrograf banjir yang dihasilkan dari 3 jam hujan lebat. Masing -masing
hujan eff. Besarnya 2; 6,75 dan 3,75 cm dan dimulai selang 3 jam. Ordinat dari unit
hydrografnya diberikan dalam tabel berikut.

Tabel No. 14.4. Debit Unit Hidrograf

Jam 0 06 09 12 15 18 21 24 03 06 0 1 1 1 2 2
3 9 2 5 8 1 4
Ordinat
Unit 0 11 36 50 39 31 25 23 17 13 9 6 4 2 1 0
Hid 0 5 0 0 0 0 5 5 0 5 5 0 2 0
(m3/
det)

Asumsikan kehilangan air awal = 5 mm, indeks infiltrasi = 2,5 mm/jam, aliran dasar (base
flow) = 10 m3 / det

13
Penyelesaian :
Dianggap: Hujan dipermukaan sungai dan interflow sangat kecil dibandingkan surface run
off, jadi hujan efektif seluruhnya akan menjadi direct run off. Jadi Infiltrasi dan kehilangan
air awal tidak mempengaruhi hujan efektif.
Ordinat limpasan langsung = hujan efektif x ordinat unit hydrograph.

Kolom (3) =2 x kolom (2)


Kolom (4) = 6,15 x kolom (2)
Kolom (5) = 3,75 x kolom (2)

Tabel No. 14.5 Perhitungan Ordinal Limpasan

Ordinat Ordinat Limpasan Langsung


Bae Ordinat
unit U1 U2 U3 Utotal
Jam Flow Limpasan
Hidograph (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
(m3/det) (m3/det)
(m3/det)
(1) (2) (2) x heff (2) x heff (2) x heff (6) = 3 - + (7) (8)=(6)+(7)
I II III (4)
(5)
03 0 0 0 10 10
06 110 220 0 220 10 230
09 365 730 742,5 0 1472,5 10 1482,5
12 500 1000 2463,75 412,5 3876,25 10 3886,25
15 390 780 3375 1368,75 5522,75 10 5532,75
18 310 620 2632 1875 5127,5 10 5137,5
21 250 500 2092,5 1462,5 4055 10 4065
24 235 470 1687,5 1162,5 3320 10 3330
03 175 350 1586,25 937,5 2873,75 10 2883,75
06 130 250 1181,25 881,25 2322,5 10 2332,5
09 95 190 877,5 656,25 1723,75 10 1733,75
12 65 130 641,25 487,25 1258,5 10 1268,5
15 40 80 438,75 356,25 875 10 885
18 22 44 270 234,75 557,75 10 567,75
21 10 20 148,5 150 318,5 10 328,5
24 0 0 67,5 82,5 150 10 160
03 0 37,5 37,5 10 47,5
06 0 0 10 10
09

Debit banjir = 5532,75 m3/det (= Ordinat Debit Limpasan Total Maksimum)

14.4.2. Metoda Syntetic Unit Hydrograph

Cara ini mempergunakan metoda empiris, dengan memperkirakan adanya hubungan antara
debit, time of concentration, terhadap karakteristik daerah aliran data suatu bentuk
persamaan-persamaan seperti dibawah ini:

14
275
** qp = C p. tp

Dengan qp = debit maximum unit hydrograph [ma/det/km2]


tp = lag time. [jam]
= Ct.(Lc.L)"
L = panjang sungai [Km]
Lc = panjang sungai ke titik das [km]
n = koefisien yang bersifat proporsional terhadap Ct.

Ct&Cp = koefisien yang tergantung pada karakteristik daerah aliran. Umumnya dipakai
harga:
Ct = 1.1 - 1.4
Cp = 0,56 - 0.69 Menurut Snyder

Bentuk dari synthetic unit hydrograph ini mengikuti persamaan alexseye :

( 1−x 2)
* y = 10-a x

dengan : y = Q/Qp
x = t/Tp
a = 1.32 l2 + 0.15 l + 0.045

Qp . Tp
l= W

Qp . Tp
= heff . A

Qp = debit maksimum limpasan total [m3/det]


= qp. Heff. A.

n, Ct, & Cp. Didapat dengan Trial & Error sehingga hydrograph banjir (Flood hydrograph)
hasil perhitungan = hasil pengamatan.

15

Anda mungkin juga menyukai