Anda di halaman 1dari 2

Solidaritas sosial melekat pada setiap masyarakat manapun termasuk masyarakat dari berbagai

suku bangsa seperti halnya Indonesia. Menurut Durkheim, solidaritas sosial dibagi atas 2 (dua)
tipe yaitu solidaritas sosial mekanik dan organik. Pada awalnya, solidaritas sosial mekanik
banyak dijumpai di masyarakat perdesaan sedangkan solidaritas sosial organik terdapat di
perkotaan. Kemudian, di era teknologi yang berkembang begitu pesat saat ini menurut pendapat
saya solidaritas sosial berdasarkan tempat tinggal tersebut umumnya sudah tidak berlaku.
Mengapa demikian? Terdapat setidaknya tiga karakteristik dalam solidaritas sosial, baik mekanik
maupun organik.

Pertama, pembagian kerja dalam masyarakat. Pada solidaritas mekanik pembagian kerja rendah,
artinya dalam masyarakat tersebut variasi pembagian kerjanya tidak banyak. Contohnya, pada
kawasan perdesaan umumnya masyarakatnya bekerja sebagai petani yang berarti mereka sebagai
produsen. Meskipun terkadang ada pula petani sub sistem yang berarti sebagai produsen
sekaligus konsumen. Selanjutnya pada solidaritas organik pembagian kerja relatif tinggi, artinya
masyarakat tersebut memiliki pembagian kerja yang kompleks dan variatif. Masyarakatnya dapat
berperan sebagai produsen, konsumen, jasa maupun barang serta disertai saling ketergantungan
di antara mereka yang tinggi. Seiring berjalannya waktu disertai dengan perkembangan teknologi
yang pesat, saat ini masyarakat di perdesaan pun dalam pembagian kerja relatif tinggi. Di
perdesaan saat ini banyak ditemukan industri-industri walaupun dalam skala yang kecil. Hal ini
menimbulkan pembagian kerja yang semakin kompleks dan variatif.

Kedua, karakteristik kesadaran kolektif. Pada masyarakat pedesaan yang umumnya adalah
solidaritas mekanik memiliki kesadaran kolektif yang cukup tinggi. Ini berarti anggota
masyarakat memiliki kesamaan kepercayaan dan perasaan yang sama. Maka tak heran tingkat
individualitasnya rendah. Hal ini tercermin dengan budaya gotong royong yang masih ditemukan
di masyarakat perdesaan. Berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan yang memiliki tipe
solidaritas organik, tingkat kesadaran kolektifnya cenderung rendah. Sehingga individualitasnya
cenderung tinggi. Kemudian, pada saat ini menurut saya tidak selamanya masyarakat perkotaan
tingkat kesadaran kolektifnya rendah, masih banyak ditemukan budaya gotong royong di
perkotaan. Sebagai contoh di tempat tinggal saya, setiap sebulan dua kali selalu mengadakan
kerja bakti bersih-bersih lingkungan, kemudian pada saat salah seorang keluarga mengadakan
hajatan maka tetangga yang lain ikut serta membantu. Sehingga menurut hemat saya, tidak
sepenuhnya masyarakat di perkotaan tingkat kesadaran kolektifnya rendah. Hal ini menurut saya
karena budaya gotong royong yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia dimanapun
berada.

Ketiga, penerapan hukum. Pada masyarakat desa yang bertipe solidaritas mekanik, hukum yang
dominan adalah berupa hukum represif. Maksudnya, hukum yang menekan sangat berpengaruh
terhadap perilaku anggota masyarakatnya. Misalnya, seorang pemuda yang bertamu/menginap di
rumah gadis pada malam hari, masyarakat sekitar akan langsung menegur dan memberi sanksi
kepada si gadis dan keluarganya tersebut. Berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan
yang menerapkan hukum restitutif, artinya hukum yang memberikan ruang untuk membangun
perbaikan perilaku anggota masyarakat. Misalnya, pada kasus yang sama untuk di perkotaan,
masyarakatnya terlebih dahulu akan melapor kepada pihak yang berwenang semisal Ketua
Rukun Tetangga (RT).
Dari ketiga karakteristik di atas dapat digarisbawahi bahwa solidaritas sosial berdasarkan tempat
tinggal sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Seperti yang diungkapkan di
atas bahwa salah satu alasannya adalah teknologi yang berkembang sangat pesat. Menurut
pendapat saya, tipe solidaritas di tempat tinggal saya adalah campuran antara mekanik dan
organik.

Demikian, atas tanggapan dan koreksinya saya haturkan terima kasih.

Sumber referensi:

1. Buku Materi Pokok ISIP4214 Sistem Sosial Budaya Indonesia Edisi 2

Anda mungkin juga menyukai