Anda di halaman 1dari 15

Makalah

MODAL SOSIAL DAN CIVIL SOCIETY


(Resiprositas)

OLEH :
KELOMPOK

1. RISAL GUNAWAN
2. NURHIKMAH HARDILLAH
3. GLORY SILABAN

(F1B3 14 012)
(F1B3 14 0)
(F1B3 14 009)

PROGRAM STUDI TEKNIK TAMBANG KONS. REKAYASA SOSIAL TAMBANG


FAKULATAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil alamin, segala puja dan puji syukur tak hentinya penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang tercurah untuk hambaNya sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah : Resiprositas,.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Modal Sosial Dan
Civil Society. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan Makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besearnya kepada kepada
berbagai pihak tersebut.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Makalah ini baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kekurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karna itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Kendari, 11 Juni 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................... i


KATA PENGANTAR ............ ii
DAFTAR ISI .....................

iii

BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang .............
I. 2 Tujuan .............
I. 3 Manfaat ...............
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Resiprositas
3.2 Konsep Resiprositas
3.3 Macam-macam Resiprositas
3.4 Reiprositas dalam masyarakat Madugowongjati
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .
4.2 Saran ......
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat merupakan sekumpulan orang atau manusia yang membentuk suatu
sistem sosial yang didalamnya terdapat komunikasi satu sama lain dan memiliki tujuan
tertentu. Sejak dilahirkan manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya.
Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi
kebutuhan hidup lainnya, yaitu kebutuhan afeksi, kebutuhan inklusi, dan kebutuhan kontrol.
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui suatu
proses yang disebut interaksi sosial.
Interaksi yang terjadi di dalam masyarakat menyangkut hubungan timbal balik antar
individu, antar individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Hal tesebut
dapat terjadi karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki
ketergantungan dengan yang lainnya. Ketergantungan tersebut disebabkan karena kebutuhan
manusia yang berbeda satu sama lain. Setiap orang tidak akan mampu memenuhi semua
kebutuhannya sendiri tanpa adanya bantuan ataupun campur tangan dari orang lain.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sering kita jumpai
orang-orang yang melakukan tindakan ekonomi dalam bentuk transaksi barang dan jasa
dengan menggunakan uang ataupun sesuatu yang memiliki nilai yang sepadan. Hal inilah
yang kemudian dinamakan sebagai transaksi dalam bentuk jual beli, ataupun dengan
menggunakan pertukaran. Dalam hal ini, memang transaksi jual beli yang lebih sering
dijumpai di masyarakat. Akan tetapi di dalam masyarakat yang masih mengutamakan sebuah
prinsip gotong royong, masih sering dijumpai transaksi pertukaran dalam wujud barang dan
jasa, dan yang menjadi ciri khas tersendiri yaitu pertukaran tersebut dilakukan secara timbal
balik. Pertukaran ini tidak hanya sebatas pertukaran untuk mendapatkan kebutuhan yang
diinginkan saja, tapi juga sebagai alat untuk untuk menciptakan kerukunan di masyarakat.
Dalam ilmu antropologi sendiri, hal itu sering disebut dengan Resiprositas.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah

Apa Pengertian Resiprositas ?

Bagaimana Konsep Resiprositas ?

Bagaimana macam Resiprositas?

Bagaimana Reiprositas dalam masyarakat Madugowongjati ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

Mengetahui Pengertian Resiprositas

Menegetahui Konsep dalam Resiprositas

Mengetahui macam-macam yang terdapat dalam Resiprositas

Mengetahui Reiprositas dalam masyarakat Madugowongjati

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Resiprositas


Secara sederhana resiprositas berarti pertukaran timbal balik antar individu atau antar
kelompok yang selalu ada dalam setiap lapisan masyarakat baik antar individu maupun antar
kelompok sedangkan menurut ilmu sosiologi yaitu. Namun, Polanyi menambahkan landasan
dengan menunjukkan karakteristik dari pelaku pertukaran. Ia menyimpulkan bahwa tanpa
adanya hubungan simetris antar kelompok atau antar individu, maka resiprositas cenderung
tidak akan berlangsung. Hubungan simetris yang dimaksud ini merupakan hubungan sosial,
masing-masing pihak menempatkan diri dalam kedudukan dan peranan yang sama saat
proses pertukaran berlangsung.
Sebagai contoh saat seorang petani mengadakan selamatan dan mengundang
tetangga-tetangganya. Kepala desa juga melakukan hal seperti itu di waktu yang lain. Pada
aktivitas tersebut keduanya tidak menempatkan diri pada kedudukan sosial yang berbeda.
Mereka sejajar sebagai warga kelompok keagamaan, meskipun sebagai warga desa mereka
mempunyai derajat kekayaan dan prestise sosial yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan
adanya posisi sosial yang sama, pada suatu saat menjadi pengundang dan saat lain menjadi
yang diundang.
2.2 Konsep Resiprositas
Konsep resiprositas berbeda dengan konsep redistribusi karena adanya hubungan
simetris tersebut sebagai syarat timbulnya aktivitas resiprositas. Sebaliknya,aktivitas
redistribusi memerlukan adanya individu-individu

tertentu

yang

tampil

sebagai

pengorganisir pengumpulan barang atau jasa dari anggota-anggota kelompok.Setelah


dikumpulkan kemudian barang atau jasa tersebut didistribusikan kembali kedalam kelompok
tersebut dalam bentuk barang atau jasa yang sama atau berbeda.Contoh redistribusi,
misalnya, kewajiban warga masyarakat untuk membiayai pesta desa dan melakukan kerja
bakti. Masyarakat menyediakan dana dan tenaga untuk aktivitas tersebut, kemudian mereka
menikmati hasil partisipasi mereka bersama. Dalam aktivitas tersebut kelompok sebagai

suatu organisasi mendelegasikan wewenang kepada individu tertentu untuk mengontrol


pelaksanaan dari aktivitas tersebut.
Karakteristik lain yang menjadi syarat sekelompok individu atau beberapa kelompok
dapat melakukan aktivitas resiprositas adalah adanya hubungan personel diantara mereka.
Pola hubungan ini terutama terjadi di dalam komunitas kecil dimana anggota-anggotanya
menempati lapangan hidup yang sama. Dalam komunitas kecil itu kontrol sosial sangat
kuat dan hubungan sosial yang intensif mendorong orang untuk berbuat untuk mematuhi
adat kebiasaan.Sebaliknya,hubungan impersonal tidak bisa menjamin berlakunya resiprositas
karena interksi antar pelaku kerjasama resiprositas sangat rendah sehingga pengingkaran pun
semakin mudah muncul.
Proses pertukaran resiprositas lebih panjang daripada jual beli. Proses jual beli
biasanya terjadi dalam waktu yang sangat pendek, misalnya jual beli barang di pasar. Kalau
pembeli telah menawar barang dan mampu membayar kontan, maka kalau barang telah
dibayar berarti proses jual beli tersebut berakhir.Proses pertukaran resiprositas ada yang
relatif pendek, namun juga ada yang panjang. Dikatakan pendek, kalau proses tukar menukar
barang atau jasa dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun, misalnya tolong
menolang antar petani dalam mengerjakn tanah.Tolong menolong ini dapat berlangsung
hanya dalam satu musim tanam,dan kalau kedua belah pihak telah memberikan
bantuan dan menerima kembali bantuan yang diberikan, maka proses resiprositas
tersebut dapat dikatakan telah berakhir.
Proses resiprositas yang panjang jangka waktunya sampai lebih dari satu tahun
,misalnya sumbang-menyumbang dalam peristiwa perkawinan. Tidak setiap rumah tangga
yang membudayakan tradisi sumbang menyumbang. Dalam kenyataannya,proses resiprositas
dapat berlangsung sepanjang hidup seorang individu dalam masyarakat, bahkan mungkin
sampai diteruskan oleh anak keturunannya. Seorang petani, misalnya, sejak kecil dia
mewakili orang tuanya ikut gotong-royong dengan tetangganya serta keturunam mereka.
Situasi seperti ini dapat terjadi karena komunitas tempat hidup petani tersebut merupakan
perwujudan dari nilai-nilai kebersamaan.
Pentingnya syarat adanya hubungan personal bagi aktivitas resiprositas adalah
berkaitan dengan motif-motif dari orang melakukan resiprositas. Motif tersebut adalah
harapan untuk mendapatkan prestise sosial seperti,misalnya: penghargaan, kemuliaan,

kewibawaan , popularitas ,sanjungan ,dan berkah. Motif tersebut tidak hanya ditujukan
kepad pihak-pihak yang melakukan kerjasama resiprositas, tetapi juga lingkungan dimana
mereka berada.
Keberadaan resiprositas juga ditunjang oleh struktur masyarakat yang egaliter yaitu
suatu masyarakat yang ditandai oleh rendahnya tingkat stratifikasi sosial, sedangkan
kekuasaan politik relatif terdistribusi merata dikalangan warganya. Struktur masayarakat
yang egaliter ini memberikan kemudahan bagi warganya untuk menempatkan diri

dalm

kategori sosial yang sama ketika mengadakan kontak resiprositas.


2.3 Macam Resiprositas
Macam-macam Resiprositas dapat dilihat sebagai berikut :
Resiprositas Umum (generalized reciprocity)
Resiprositas umum ini berarti individu atau kelompok memberikan barang dan
jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu pengembalian.
Resiprositas umum ini tidak mengenal hukum-hukum yang dengan ketat mengontrol
seseorang untuk memberikan atau mengembalikan. Masing-masing pihak percaya bahwa
barang yang diberikan akan dibalas nantinya, entah kapan waktunya. Moral saja yang
mengontrol dan mendorong pribadi-pribadi untuk menerima resiprositas umum sebagai
kebenaran dan tidak boleh dilanggar. Orang yang melanggarnya bisa mendapat tekanan
moral dari masyarakat
Sistem ini biasanya berlaku di lapangan orang-orang yang mempunyai
hubungan kerabat yang dekat. Resiprositas simbolik merupakan salah satu bentuk
resiprositas umum yang merupakan suatu adat kebiasaan memberi dan menerima sebagai
sarana untuk menjalin hubungan persahabatan semata, tanpa mempunyai makna yang
dekat dengan usaha memenuhi kebutuhan ekonomi.
Golongan masyarakat yang nafkahnya dekat dengan batas substansi atau
memperoleh nafkah tidak tetap dan bisa dikatakan miskin, seringkali melembagakan
resiprositas umum sebagai mekanisme untuk mengatasi kondisi kekurangan. Dalam
masyarakat ini ,orang memberi nilai tinggi terhadap teman dan kerabat. Saling memberi
hasil buruan merupakan kebiasaan yang lazim dalam masyarakat pemburu. Kebiasaan
tersebut dapat berfungsi sebagai alat untuk distribusi pangan yang merata. Namun
demikian, kebiasaan tersebut dapat memacu aktivitas kegiatan berburu dan meramu di
kalangan kelompok pemburu.

Resiprositas Sebanding (balanced reciprocity)


Resiprositas sebanding menghendaki barang atau jasa yang dipertukarkan
mempunyai nilai yang sebanding.kecuali itu dalam pertukaran tersebut disertai pula
dengan kapan pertukaran itu berlangsung. Dalam pertukaran ini, masing-masing pihak
membutuhkan barang atau jasa dari pertnernya, namun masing-masing tidak
menghendaki untuk memberi dengan nilai lebih dibandingkan dengan yang akan
diterima. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa individu- individu atau kelompokkelompok yang melakukan transaksi bukan sebagai satu unit-unit sosial, melainkan
sebagai unit-unit sosial yang otonom. Sedangkan pada resiprositas umum kelompokkelompok terikat oleh solidaritas yang kuat sehingga merupakan satu unit sosial yang
utuh.
Ciri resiprositas sebanding yaitu adanya norma-norma, aturan-aturan, atau
sanksi-sanksi sosial untuk mengontrol individu-individu dalam melakukan transaksi. Ciri
lainnya adalah keputusan untuk melakukan kerja sama resiprositas berada di tangan
masing-masing individu dan individu-individu yang melakukan kerja sama resiprositas
tidak mau rugi.
Resiprositas Negatif (negative reciprocity)
Resiprositas negatif merupakan resiprositas yang dikatakan sudah terpengaruh
oleh sistem ekonomi uang atau pasar. Transformasi ekonomi di bidang system pertukaran
yang terjadi dinegara berkembang merupakan suatu proses yang terus berjalan. Proses ini
sementara menggambarkan dua pola besar. Pertama, hilangnya bentuk-bentuk pertukaran
tradisional diganti oleh bentuk pertukaran modern. Kedua, adalah munculnya dualisme
pertukaran. Dengan berkembangnya uang sebagai alat tukar, maka barang dan jasa akan
kehilangan nilai simbolik yang luas dan beragam maknanya karena uang dapat berfungsi
memberikan nilai standar obyektif terhadap barang dan jasa yang dipertukarkan. Hal
inilah yang disebut negatif, karena dapat menghilangkan suatu tatanan pertukaran yang
telah ada. Tingkat gotong royongpun sekarang semakin berkurang karena kegiatan
masyarakat yang semakin money oriented membuat nilai nilai keikhlasan untuk saling
membantupun berkurang.
Beberapa penelitian antropologi telah mengungkapkan bahwa intervensi
ekonomi uang ke dalam sistem ekonomi tradisional tidak selalu menghilangkan sama

sekali eksistensi tata nilai lama. Resiprositas sering dinilai sebagai bentuk pertukaran
yang manusiawi jika dibandingkan dengan pertukaran pasar. Prinsip kekeluargaan dan
kesetiakawanan merupakan bukti bahwa resiprositas lebih manusiawi daripada
pertukaran pasar. Wajah resiprositas yang bersifat manusiawi, di lain pihak, sering
dipakai para politisi untuk memobilisasi sumber daya dalam masyarakat.

2.4 Reiprositas dalam masyarakat Madugowongjati


Masayarkat desa Madugowongjati merupakan masyarakat yang ramah, hidup rukun,
pekerja keras, dan saling bergotong royong dalam melakukan sebuah pekerjaan yang
berkaitan dengan kepentingan umum. Masyarakat tersebut lebih suka menyelesaikan suatu
persoalan dengan jalan musyawarah, dan merekapun menghindari terjadinya suatu
pertentangan ataupun konfik di dalam masyarakat desa. Karena masyarakat sendiri juga
paham dan sadar ketika mereka saling mementingkan egonya satu sama lain dan tidak
memperdulikan orang di sekitarnya, maka yang akan terjadi adalah permusuhan di dalamnya.
Dari dasar kerukunan yang ada di dalam masyarakat desa Madugowongjati, kemudian
berkembang menjadi lebih luas, tidak hanya kerukunan dalam aspek sosial saja yang terjadi,
tetapi kerukunan itu juga muncul dalam hal kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi tersebut
muncul karena masyarakat memiliki kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
mereka saling bekerjasama satu sama lain.
Kerjasama ekonomi tersebut dapat diketahui karena adanya pembagian peran dalam
masyarakat, yaitu dengan peran masyarakat sebagai produsen, distributor, dan konsumen.
Ketiga peran ini saling berhubungan satu sama lain, ada masyarakat yang memang
menyediakan atau memproduksi barang dan jasa yaitu sebagi produsen. Contoh
sederhananya yaitu banyak masyarakat madugowongjati yang menjadi petani dan mereka
menghasilkan padi sendiri untuk kemudian dikonsumsi sendiri ataupun ataupun untuk dijual
kepada orang lain. Di sisi lain ada juga msyarakat yang berperan sebagai distributor atau
mereka yang menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen (menjadi perantara).
Contohnya, tidak hanya padi atau beras saja yang menjadi kebutuhan utama masyarakat, tapi
untuk mengolah padi menjadi beras dan beras menjadi nasi pun itu adalah bagian dari
kebutuhan, misal saja untuk menanak nasi seseorang harus menggunakan gas atau kayu

sebagai bahan bakar, atau mungkin dengan menggunakan mesin penanak nasi (rice cooker).
Hal tersebut tidak mungkin dimiliki langsung oleh pribadi tanpa sebelumnya harus membeli
di warung atau toko-toko yang memperjual belikan barang tersebut. Dan warung atau toko
yang memperjual belikan barang tersebut pun tidak mungkin menghasilkan barang itu
sendiri, akan tetapi mendapatkannya dari pihak lain yang disebut produsen. Sedangkan untuk
konsumen sendiri yaitu orang-orang atau masyarakat yang memakai nilai guna dari suatu
barang atau jasa. Contohnya, untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam menutup aurat,
masyarakat harus menggunakan busana atau pakaian yang bisa mereka dapat dari produsen
ataupun distributor.
Untuk menjalankan peran sebagai produsen, distributor, dan konsumen diperlukan
juga adanya alat tukar yang memiliki nilai yaitu uang. Dengan uang, kebutuhan masyarakat
dapat terpenuhi, Baik itu kebutuhan yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier. Sebagai
contoh saja untuk membeli sesuatu harus menggunakan uang, dan besar kecilnya nominalnya
pun tergantung dengan kualitas barang tersebut. Apabila besarnya uang tidak sesuai dengan
kualitas barang, maka salah satu pihak masih memiliki tanggungan atau kewajiban untuk
mengganti kekurangannya. Sehingga dapat dikatakan uang memiliki kekuatan tersendiri
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun dalam masyarakat desa Madugowongjati
kondisi yang demikian tidak menjadi permasalahan, individu di dalamnya tidak terlalu
menuntut individu lain agar mampu menyesuaikan diri satu sama lain dalam memenuhi
kebutuhannya berkaitan dengan nilai suatu barang, akan tetapi masyarakat lebih menekankan
pada keinisiatifan atau kesadaran diri masing-masing terhadap hubungan timbal balik yang
ada di masyarakat. Contohnya ketika ada orang yang sedang sakit biasanya bebrapa orang
memilih untuk pergi ke tempat pijit saja daripada pergi ke dokter dan setelah dipijit, orang
yang sakit tersebut tidak membayarnya dengan menggunakan uang, melainkan hanya sebatas
memeberikan beras seikhlasnya kepada yang telah memijit tadi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa untuk mendapatkan suatu jasapun tidak perlu menggunakan uang, akan tetapi dengan
menggunakan barang yang memiliki nilai sepadanpun bisa.
Tanpa

disadari,

konsep

resiprositas

telah

ada

dalam

masyarakat

desa

Madugowongjati. Hal tersebut menyebabkan adanya hubungan timbal balik di dalam


masyarakat yang menumbuhkan keharmonisan ataupun rasa saling memiliki di dalam

masyarakat. Contoh nyata yang memang seringkali dapat dijumpai dalam masyarakat yaitu
ketika ada salah satu warga yang sedang memiliki hajat, pasti tetangga-tetangga sekitarnya
akan berinisiatif dalam menyumbangkan tenaga atau bahkan hartanya dalam membantu
melaksanakan hajat tetangganya tersebut. Bahkan hal tersebut terjadi tanpa adanya harapan
untuk mendapatkan balasan dari yang memiliki hajat. Sehingga kemudian hanya perasaan
memiliki tanggung jawablah yang tumbuh didalam masyarakat, dan keadaan yang seperti
contoh tadi bersifat timbal balik. Maksudnya, walaupun setiap warganya tidak memiliki
harapan untuk mendapatkan balasan dari oarang lain terhadap apa yang diberikan kepadanya,
namun inisiatif dari orang lainlah yang muncul untuk membalas perbuatan tersebut. Hal
inilah yang pada akhirnya berlangsung secara terus-menerus di dalam masyarakat desa
Madugowongjati, dan sampai sekarang tetap terjaga keberadaannya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yaitu:
Konsep resiprositas sebenarnya sudah ada di dalam masyarakat tanpa masyarakat itu sendiri
sadari. Di dalam resiprositas terdapat pola hubungan timbal balik, dimana pola hubungan
tersebut terbentuk di dalam masyarakat berdasarkan perasaan kesadaran diri setiap individunya.
Berkaitan dengan konsep tersebut, Setiap individu sebenarnya tidak mengharapkan adanya suatu
imbalan, namun keadaan orang lainlah yang menginginkan untuk memberikan sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA

Echoon. 2009. https://id.scribd.com/doc/49900341/Resiprositas-Dan-Redistribusi. (Diakses 10


Juni 2016).
Hudayana Bambang. 2012. http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/2076. (Diakses
10 Juni 2016).
Indah Alfi. 2013. http://alfiindah.blogspot.co.id/2013/12/resiprositas-umum.html. (Diakses 9 Juni
2016).
Pahlepish. 2013.https://www.scribd.com/doc/146833402/Paper-Asas-Resiprositas. (Diakses 9
Juni 2016).
Pandupitoyo Darundiyo. 2010. https://www.scribd.com/doc/24699599/Teori-Resiprositas. (Dia
kses 10 Juni 2016).

Setiaji Hafid. 2015. http://blog.unnes.ac.id/hafidsetiaji/2015/11/18/konsep-resiprositas-dalam-hu


bungan-sosial-masyarakat-desa-madugowongjati/.(Diakses 10 Juni 2016).
Soekartun. Roikan. 2012 http://sandaransepiantropologi.blogspot.co.id/2012/02/teori-resipros
itas.html. Diakses 10 Juni 2016).
Yoki Dorsi. 2010. http://poetrachania13.blogspot.co.id/2010/12/distribusi.html Diakses 10 Juni
2016).

Anda mungkin juga menyukai