DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Dosen pengampu :
Mayasari, M.Pd.I
JURUSAN JURNALISTIK
PALEMBANG
2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
antara lain:
C. Tujuan Masalah
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1
PEMBAHASAN
1
Koenijaraningrat.Kebudayaan,mentalis dan Pembangunan,xvi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka utama. 1993.hlm. 55
2
Ibid,hlm 58
2
dari komunitas ada bermacam-macam, ada komunitas besar seperti Kota, tetapi
ada juga komunitas kecil yaitu band, desa, RT,RW dan lain-lain.
3
baiasanya tidak dihuni seanjang masa, karena para peladang umumnya turut
pindah bersama dengan ladangnya, terutama apabila jarak antara desa dan
lading mereka menjadi terlalu besar.
3
Koenijaraningrat.Pengantar Antropologi. Jakarta : Rineka
Cipta.1990.hlm.142
4
Marzali, Amri. Antropologi dan Pembangunan Indonesia.Jakarta : Kencana
2009. Hlm. 97
4
D. Solidaritas dalam Masyarakat Kecil
1. Prinsip Timbal-Balik Sebagai Penggerak Masyarakat
Dalam masyarakat komunitas kecil di seluruh dunia, saling tolong-
menolong tampak sangat menonjol.Dalam komunitas kecil, sistem ini seringkali
menimbulkan salah paham, karena orang seringkali menyangka bahwa warga
komunitas kecil saling tolong menolong hanya karena mereka terdorong oleh
keinginan spontan untuk berbakti pada sesama warga.Penelitian para ahli
antropologi sosial dan sosiologi sebaliknya menunjukkan bahwa saling tolong
menolong itu didasari saling membutuhkan.
2. Gotong Royong Tolong Menolong
Sistem tolong menolong (yang juga kita sebut “gotong royong”) memang
tidak selamanya diberikan secara rela dan ikhlas, tetapi ada beberapa tingkat
kerelaan, tergantung dari jenis kegiatannya dalam kehidupan sosial. Dengan
demikian kita dapat membedakan antara :
a. tolong menolong dalam kegiatan pertanian;
b. tolong menolong dalam kegiatan-kegiatan sekitar rumah tangga;
c. tolong menolong dalam mempersiapkan pesta dan upacara; dan
d. tolong menolong sewaktu terjadi musibah.
3. Gotong Royong Kerja Bakti
Jenis gotong royong kerja bakti ada dua, yaitu :
a. Bekerjasama dalam proyek-proyek yang diprakasai para warga komunitas sendiri.
b. bekerjasama dalam proyek-proyek yang diperintahkan oleh Kepala Desa.
4. Jiwa Gotong Royong
Dasar dari gejala sosial berupa kegiatan tolong menolong dan kerja bakti
dalam masyarakat desa pertanian dan komunitas kecil pada umumnya adalah
pengerahan tenaga yang tidak memerlukan keahlian khusus.
5. Perbedaan Gotong Royong dan Tolong Menolong
Dalam berbagai hal tentang tolong menolong tradisional seperti menanan
padi di sawah, memperbaiki atap rumah dan sebagainya selalu terlibat
kepentingan seseorang individu atau keluarga terntu. Maka dari contoh terungkap
melalu pertanyaan, “ menanam padi di sawah siapa” jawabannya tentu saja
5
memacu pada individu tertentu. Disini yang terjadi adalah kerja bersama untuk
kepentingan individu, atau dari kita untuk dia. Sementara itu dalam berbagai
kegiatan gotong- royong dalam berbagai kerja bakti seperti membangun jalan,
membersihkan desa, memperluas mesjid yang bertujuan untuk kepentingan
bersama untuk kelompok tertentu.
6
3. Sistem Kasta
Sistem kasta terbentuk apabila suatu sistem pelapisan sosial seakan-akan
terbeku. Walaupun sistem kasta umumnya kita hubungkan dengan agama Hindu,
ada pakar-pakar yang cenderung memberi batasan yang lebih luas pada paham
kasta, yaitu sebagai sistem pelapisan sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut :
F. Pimpinan Masyarakat
1. Unsur-unsur Kepemimpinan
Pimpinan dalam suatu masyarakat dapat berupa kedudukan sosial, tetapi
juga proses sosial. Kedudukan sosial seorang pemimpin membawa sejumlah hak
dan kewajiban.Seorang pemimpin harus dapat membangkitkan masyarakat atau
kesatuan-kesatuan sosial khusus dalam masyarakat untuk melakukan berbagai
kegiatan sosial.
Pengaruh besar diperoleh dengan adanya sifat-sifat pemimpin, sebagai
berikut :
a. sifat-sifat yang disenangi warga masyarakat pada umumnya;
b. sifat-sifat yang diidam-idamkan warga masyarakat pada umumnya, yang
karena itu akan ditiru;
c. memliki keahlian yang diperlukan dan diakui warga masyarakat
7
d. pengesahan resmi, atau keabsahan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
adat masyarakat;
e. sifatnya yang keramat, menurut pandangan umum dalam masyarakat;
f. memliki lambang-lambang pemimpin, sesuai dengan adat dalam masyarakat;
g. memiliki kemampuan untuk menggunakan kekuatan fisik.
2. Berbagai Bentuk Kepemimpinan Dalam Masyarakat Kecil
a. kepemimpinan kadangkala. Pemimpin seperti ini ada dalam kelompok-
kelompok pemburu.
b. kepemimpinan terbatas. Ada suku-suku bangsa pemburu yang tidak memiliki
pemimpin kadangkala atau pemimpin yag memiliki keahlian untuk
memecahkan berbagai masalah khusus, tetapi memiliki seorang pemimpin
tetap, walaupun wewenangnya sangat terbatas.
c. kepemimpinan mencakup. pemimpin-pemimpin yang wewenangnya tidak
terbatas pada beberapa lapangan saja, tetapi mencakup hampir seluruh
lapangan kehidupan masyarakat.
d. kepemimpinan pucuk. pemimpin mencakup dengan kekuasaan yang lebih
luas, yaitu meliputi suatu wilayah yang terdiri dari sejumlah kelompok dan
desa.
8
b. memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang taat kepada adat istiadat;
c. mengembangkan rasa malu untuk menyeleweng dari adat istiadat; dan
d. mengembangkan rasa takut untuk menyeleweng karena adanya ancaman.
Upaya mempertebal keyakinan masyarakat khusus dengan cara:
a) Dengan pendidikan.
b) Melalui cerita dan dongeng.
c) Dengan propaganda.
d) Melalu agama atau religi.
f. ciri yang ketiga, atau attribute of obligation menentukan bahwa keputusan
pemegang kuasa harus mengandung perumusan dari kewajiban pihak pertama
terhadap pihak kedua tetapi juga sebaliknya.5
g. ciri yang keempat, yaitu attribute of sanction, menentukan bahwa keputusan-
keputusan pihak yang berkuasa harus dikuatkan dengan sanksi berdasarkan
kekuasaan masyarakat yang nyata. Sanksi itu dapat berupa sanksi jasmani,
tetapi dapat pula berupa penyitaan hak milik.
5
Mcglynn, Frank dan Tuden, Arthur.Pendekatan Antropologi pada Perilaku
Politik.Jakarta : Universitas Indonesia. 2002.hlm.45
9
PENUTUP
Kesimpulan
Didalam masyarakat pedesaan atau lebih khususnya di dalam masyarakat
komunitas kecil tolong menolong merupakan suatu hal yang sangat menonjol,
akan tetapi system tolong menolong atau gotong royong ini sering disalah pahami
karena sebagaian orang sering menganggap bahwa tolong menolong hanya
karena mereka terdorong oleh keinginan spontan untuk berbakti kepada sesama
warga, akan tetapi menurut para ahli antropologi social dan sosiologi menunjukan
bahwa saling tolong menolong itu didasari rasa saling membutuhkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
11