Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANTROPOLOGI BUDAYA

KESATUAN HIDUP SETEMPAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. Rini Sapitri Yanti (1730503123)


2. Sherly Indriati (1730503126)

Dosen pengampu :

Mayasari, M.Pd.I

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH

PALEMBANG

2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut


suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.Sedangkan wilayah merupakan syarat mutlak untuk
kesatuan hidup suatu komunitas atau kumpulan dari berbagai indivu untuk
membentuk kesatuan hidup. Orang yang tinggal bersama disuatu wilayah belum
tentu merupakan satu kesatuan hidup apa bila mereka tidak terasa terikat oleh rasa
bangga dan cinta pada wilayahnya.Jadi makalah ini akan membahas mengenai
kesatuan hidup setempat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
antara lain:

1. Apa pengertian kesatuan hidup setempat?


2. Apa bentuk-bentuk komunitas kecil?
3. Bagaimana hukum dalam komunitas kecil?
4. Bagaimana solidaritas dalam masyarakat kecil?
5. Apa sistem pelapisan sosial?
6. Apa pimpinan masyarakat?

C. Tujuan Masalah
Tujuan dalam makalah ini adalah:

1. Mengetahuan pengertian kesatuan hidup setempat.


2. Mengetahuan bentuk-bentuk komunitas kecil.
3. Mengetahuan hukum dalam komunitas kecil.
4. Mengetahuan solidaritas dalam masyarakat kecil.
5. Mengetahuan sistem pelapisan social.
6. Mengetahuan pimpinan masyarakat.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesatuan Hidup Setempat


Kesatuan hidup setempat atau community berbeda dengan kelompok
kekerabatan, maka kesatuan sosial yang disebut kesatuan hidup setempat ini
tidaklah semata-mata berdasarkan ikatan kekerabatan, tetapi lebih didasarkan
pada ikatan tempat tinggal.Menurut Koentjaraningrat (2002;146) mendefinisikan
mengenai masyarakat secara khusus yaitu kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu,dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sedangkan menurut
Cholil Mansyur,137 sebagaimana isi buku Djojodiguna menyatakan bahwah
kehidupan masyarakat itu saling mempengaruhi satu sama lain, dimana saling
berhubungan tingkah laku dan perbuatan yang dilandasi oleh suatu kaidah dan
siapa yang melanggarnya akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuannya.1
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa kehidupan
masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berintraksi dan
mempunyai tempat tinggal khusus yang saling mempengaruhi satu sama lain
yang dilandasi oleh suatu kaidah atau sistem istiadat dan siapa yang melanggar
akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan.
Wilayah merupakan syarat mutlak bagi kesatuan hidup setempat, ada unsur-
unsur lain yang mengikatnya. Orang yang tinggal bersama di suatu wilayah
belum tentu merupakan suatu kesatuan hidup apabila mereka tidak merasa teikat
oleh rasa bangga dan cinta kepada wilayahnya, sehingga ia tidak rindu untuk
kembali kesana apabila ia berada di tempat lain.2
Sifat dari suatu komunitas adalah adanya wilayah dan cinta pada wilayah
serta kepribadian kelompok itu merupakan dasar dari perasaan
Patriotisme,Nasionalisme dan lain-lain. Suatu Negara bisa di sebut juga
komuntas apabila cinta tanah air dan rasa kepribadian bangsa itu besar. Bentuk

1
Koenijaraningrat.Kebudayaan,mentalis dan Pembangunan,xvi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka utama. 1993.hlm. 55
2
Ibid,hlm 58

2
dari komunitas ada bermacam-macam, ada komunitas besar seperti Kota, tetapi
ada juga komunitas kecil yaitu band, desa, RT,RW dan lain-lain.

Komunitas ini memiliki cirri-ciri komunitas pada umumnya (yaitu adanya


wilayah, cinta pada wilayah dan kepribadian kelompok) komunitas kecil juga
memiliki sifat-sifat tambahan, sebagai berikut :
1. para warganya masih saling mengenal dan saling bergaul secara intensif,
2. adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu
kesatuan.
3. adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokan bagi prilaku
yang dianggap pantas.
4. karena kecil, maka setiap bagian dan kelompok khusus yang ada di
dalamnya tidak terlalu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
5. para warganya dapat melihat berbagai lingkungan kehidupan mereka
dengan baik.

B. Bentuk-bentuk Komunitas Kecil.


1. Kelompok berburu (band), yang bermata pencaharian sebagai pemburu dan
peramu.
Band adalah kelompok kecil yang tidak menetap dan otonom. Bentuk
kelompok ini sangatlah tidak kompleks. Biasanya”band“ terdapat pada
pemburu yang hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dan
pada umumnya tidak melebihi jumlah 80 sampai 100 indivdu, Banyak
kelompok berburu malahan lebih kecil, untuk memburu hewan dan meramu
tumbuhan-tumbuhan liar. Setiap musim berburu, suatu kelompok berburu
biasanya pindah ke lokasi berburu ,ke wilayah yang subur sesuai degan suatu
pola yang agak tetap untuk memenuhi kebutuhan makan. Dalam musim
berburu, suatu band biasanya terpecah ke dalam kelompok-kelompok kecil,
yang saling memencar, sehingga pada saat-saat seperti itu desa-desa induk
mereka tampak sunyi dan bahkan tidak berpenghuni.
2. Desa, yaitu kelompok kecil yang hidup menetap di suatu wilayah.

Suku-suku bangsa berpenghuni desa umumnya bermatapencaharian


bercocoktanam atau menangkap ikan. Berdasarkan pola perkampungannya,
ada beberapa tipe desa. Dalam masyarakat suku-suku bangsa peladang, desa

3
baiasanya tidak dihuni seanjang masa, karena para peladang umumnya turut
pindah bersama dengan ladangnya, terutama apabila jarak antara desa dan
lading mereka menjadi terlalu besar.

C. Hukum dalam Komunitas Kecil


   Teori mengenai dasar-dasar hukum yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. hukum adalah suatu kegiatan kebudayaan yang berfungsi sebagai alat
pengendalian sosial. Untuk membedakan kegiatan ini dari kegiatan-kegiatan
kebudayaan lain dalam masyarakat, harus ada 4 ciri hukum, yang oleh Pospisil
disebut attributes of law.3
b. ciri yang menurut Pospisil adalah yang paling utama adalah attribute of
authority, yaitu yang menentukan bahwa kegiatan kebudayaan yang disebut
hukum adalah keputusan orang-orang atau golongan orang-orang yang
berkuasa dalam masyarakat, yang dapat meredakan ketegangan-ketegangan
dalam masyarakat.
c. ciri yang disebut attribute of intention of universal application, yaitu yang
menentukan bahwa keputusan pihak yang berkuasa harus dmaksudkan sebagai
keputusan yang berjangka waktu panjang, dan harus dianggap berlaku
terhadap peristiwa-peristiwa serupa di masa yang akan datang.
d. ciri yang ketiga, atau attribute of obligation menentukan bahwa keputusan
pemegang kuasa harus mengandung perumusan dari kewajiban pihak pertama
terhadap pihak kedua tetapi juga sebaliknya.
e. ciri yang keempat, yaitu   attribute of sanction, menentukan bahwa keputusan-
keputusan pihak yang berkuasa harus dikuatkan dengan sanksi berdasarkan
kekuasaan masyarakat yang nyata. Sanksi itu dapat berupa sanksi jasmani,
tetapi dapat pula berupa penyitaan hak milik.4

3
Koenijaraningrat.Pengantar Antropologi. Jakarta : Rineka
Cipta.1990.hlm.142
4
Marzali, Amri. Antropologi dan Pembangunan Indonesia.Jakarta : Kencana
2009. Hlm. 97

4
D. Solidaritas dalam Masyarakat Kecil
1. Prinsip Timbal-Balik Sebagai Penggerak Masyarakat
 Dalam masyarakat komunitas kecil di seluruh dunia, saling tolong-
menolong tampak sangat menonjol.Dalam komunitas kecil, sistem ini seringkali
menimbulkan salah paham, karena orang seringkali menyangka bahwa warga
komunitas kecil saling tolong menolong hanya karena mereka terdorong oleh
keinginan spontan untuk berbakti pada sesama warga.Penelitian para ahli
antropologi sosial dan sosiologi sebaliknya menunjukkan bahwa saling tolong
menolong itu didasari saling membutuhkan.
2. Gotong Royong Tolong Menolong
 Sistem tolong menolong (yang juga kita sebut “gotong royong”) memang
tidak selamanya diberikan secara rela dan ikhlas, tetapi ada beberapa tingkat
kerelaan, tergantung dari jenis kegiatannya dalam kehidupan sosial. Dengan
demikian kita dapat membedakan antara :
a. tolong menolong dalam kegiatan pertanian;
b. tolong menolong dalam kegiatan-kegiatan sekitar rumah tangga;
c. tolong menolong dalam mempersiapkan pesta dan upacara; dan
d. tolong menolong sewaktu terjadi musibah.
3. Gotong Royong Kerja Bakti
Jenis gotong royong kerja bakti ada dua, yaitu :
a.       Bekerjasama dalam proyek-proyek yang diprakasai para warga komunitas sendiri.
b.      bekerjasama dalam proyek-proyek yang diperintahkan oleh Kepala Desa.
4. Jiwa Gotong Royong
Dasar dari gejala sosial berupa kegiatan tolong menolong dan kerja bakti
dalam masyarakat desa pertanian dan komunitas kecil pada umumnya adalah
pengerahan tenaga yang tidak memerlukan keahlian khusus.
5. Perbedaan Gotong Royong dan Tolong Menolong
Dalam berbagai hal tentang tolong menolong tradisional seperti menanan
padi di sawah, memperbaiki atap rumah dan sebagainya selalu terlibat
kepentingan seseorang individu atau keluarga terntu. Maka dari contoh terungkap
melalu pertanyaan, “ menanam padi di sawah siapa” jawabannya tentu saja

5
memacu pada individu tertentu. Disini yang terjadi adalah kerja bersama untuk
kepentingan individu, atau dari kita untuk dia. Sementara itu dalam berbagai
kegiatan gotong- royong dalam berbagai kerja bakti seperti membangun jalan,
membersihkan desa, memperluas mesjid yang bertujuan untuk kepentingan
bersama untuk kelompok tertentu.

E. Sistem Pelapisan Sosial         


Terdapat pembedaan dalam hal kedudukan dan status.Dalam
masyarakat kecil dan sederhana, pembedaan itu biasanya terbatas sifatnya.Karena
jumlah warganya pun sedikit dan orang-orang dengan kedudukan tinggi juga tidak
banyak jumlahnya.Sebaliknya dengan masyarakat kompleks, pembedaan
mengenai kedudukan dan status juga rumit.Karena jumlah warganya banyak dan
individu-individu dengan berbagai kedudukan yang tinggi pun sangat banyak
jumlahnya.Pembedaan dalam hal kedudukan dan status itulah yang menjadi dasar
dari gejala lapisan sosial.
1. Istilah
 Dalam karangan-karangan antropologi sosial dan sosiologi bahasa
inggris, digunakan istilah social stratum, social class, atau estate. Dalam bahasa
Indonesia, keragu- raguan mengenai paham dan makna konsep social class dalam
arti umum dapat dihindari apabila digunakan istilah “lapisan sosial tak-resmi” dan
untuk estate sebaiknya digunakan istilah “lapisan sosial resmi”, sementara
untuk social class digunakan “kelas sosial”.
2. Sebab-sebab Terjadinya Susunan Berlapis
 Sebab-sebabnya yang lebih rinci adalah :
a) kualitas serta keahlian;
b)  senioritas;
c) keaslian;
d) hubungan kekerabatan dengan kepala masyarakat;
e) pengaruh dan kekuasaan;
f) pangkat;
g) kekayaan.

6
3. Sistem Kasta
Sistem kasta terbentuk apabila suatu sistem pelapisan sosial seakan-akan
terbeku. Walaupun sistem kasta umumnya kita hubungkan dengan agama Hindu,
ada pakar-pakar yang cenderung memberi batasan yang lebih luas pada paham
kasta, yaitu sebagai sistem pelapisan sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) keanggotaan berdasarkan kelahiran.


b) endogami kasta yang dikuatkan dengan sanksi hukum dan agama.
c) larangan pergaulan dengan warga-warga kasta rendah, yang dikuatkan dengan
sanksi hukum dan agama.
4. Sistem Pelapisan Sosial di Bali
 Masyarakat Bali secara adat terbagi ke dalam 4 lapisan, yaitu Brahmana,
Satria, Vesia dan Sudra.Ketiga lapisan pertama, yang hanya merupakan bagian
yang sangat kecil dari seluruh masyarakat Bali, disebut triwangsa.Sedang lapisan
yang keempat, yang merupakan bagian terbesar, disebut jaba. Walaupun jumlah
yang tepat tidak ada, secara umum ada anggapan bahwa jumlah
warga triwangsaberjumlah sekitar 10%, dan sisanya adalah warga jaba.

F. Pimpinan Masyarakat
1. Unsur-unsur Kepemimpinan
Pimpinan dalam suatu masyarakat dapat berupa kedudukan sosial, tetapi
juga proses sosial. Kedudukan sosial seorang pemimpin membawa sejumlah hak
dan kewajiban.Seorang pemimpin harus dapat membangkitkan masyarakat atau
kesatuan-kesatuan sosial khusus dalam masyarakat untuk melakukan berbagai
kegiatan sosial.
Pengaruh besar diperoleh dengan adanya sifat-sifat pemimpin, sebagai
berikut :
a. sifat-sifat yang disenangi warga masyarakat pada umumnya;
b. sifat-sifat yang diidam-idamkan warga masyarakat pada umumnya, yang
karena itu akan ditiru;
c. memliki keahlian yang diperlukan dan diakui warga masyarakat

7
d. pengesahan resmi, atau keabsahan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
adat masyarakat;
e. sifatnya yang keramat, menurut pandangan umum dalam masyarakat;
f. memliki lambang-lambang pemimpin, sesuai dengan adat dalam masyarakat;
g. memiliki kemampuan untuk menggunakan kekuatan fisik.
2.      Berbagai Bentuk Kepemimpinan Dalam Masyarakat Kecil
a. kepemimpinan kadangkala. Pemimpin seperti ini ada dalam kelompok-
kelompok pemburu.
b. kepemimpinan terbatas. Ada suku-suku bangsa pemburu yang tidak memiliki
pemimpin kadangkala atau pemimpin yag memiliki keahlian untuk
memecahkan berbagai masalah khusus, tetapi memiliki seorang pemimpin
tetap, walaupun wewenangnya sangat terbatas.
c. kepemimpinan mencakup. pemimpin-pemimpin yang wewenangnya tidak
terbatas pada beberapa lapangan saja, tetapi mencakup hampir seluruh
lapangan kehidupan masyarakat.
d. kepemimpinan pucuk. pemimpin mencakup dengan kekuasaan yang lebih
luas, yaitu meliputi suatu wilayah yang terdiri dari sejumlah kelompok dan
desa.

G. Sistem-sistem Pengendalian Sosial


1. Arti Paham
Ketiga proses sosial, yaitu :
a. ketegangan sosial antara adat-istiadat dan kebutuhan-kebutuhan individu;
b. ketegangan sosial yang muncul karena adanya persaingan antargolongan; dan
c. ketegangn sosial yang disebabkan karena para deviants sengaja menentang
norma-norma, adat istiadat dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
masyarakatnya.
2. Cara Pengendalian Soaial.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengendalikan ketegangan-
ketegangan sosial, yaitu :
a. mempertebal keyakinan akan kebaikan dan manfaat dari adat istiadat;

8
b. memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang taat kepada adat istiadat;
c. mengembangkan rasa malu untuk menyeleweng dari adat istiadat; dan
d. mengembangkan rasa takut untuk menyeleweng karena adanya ancaman.
Upaya mempertebal keyakinan masyarakat khusus dengan cara:
a) Dengan pendidikan.
b) Melalui cerita dan dongeng.
c) Dengan propaganda.
d) Melalu agama atau religi.
f. ciri yang ketiga, atau attribute of obligation menentukan bahwa keputusan
pemegang kuasa harus mengandung perumusan dari kewajiban pihak pertama
terhadap pihak kedua tetapi juga sebaliknya.5
g. ciri yang keempat, yaitu   attribute of sanction, menentukan bahwa keputusan-
keputusan pihak yang berkuasa harus dikuatkan dengan sanksi berdasarkan
kekuasaan masyarakat yang nyata. Sanksi itu dapat berupa sanksi jasmani,
tetapi dapat pula berupa penyitaan hak milik.

5
Mcglynn, Frank dan Tuden, Arthur.Pendekatan Antropologi pada Perilaku
Politik.Jakarta : Universitas Indonesia. 2002.hlm.45

9
PENUTUP

Kesimpulan
Didalam masyarakat pedesaan atau lebih khususnya di dalam masyarakat
komunitas kecil tolong menolong merupakan suatu hal yang sangat menonjol,
akan tetapi system tolong menolong atau gotong royong ini sering disalah pahami
karena sebagaian orang sering menganggap  bahwa tolong menolong hanya
karena mereka terdorong oleh keinginan spontan untuk berbakti kepada sesama
warga, akan tetapi menurut para ahli antropologi social dan sosiologi menunjukan
bahwa  saling tolong menolong itu didasari rasa saling membutuhkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Koenijaraningrat. Kebudayaan,mentalis dan Pembangunan,xvi. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka utama. 1993.
Koenijaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.1990.
Marzali, Amri. Antropologi dan Pembangunan Indonesia.Jakarta : Kencana 2009.
Mcglynn, Frank dan Tuden, Arthur.Pendekatan Antropologi pada Perilaku
Politik.Jakarta : Universitas Indonesia. 2002.

11

Anda mungkin juga menyukai