PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa ditandai oleh sejauh mana bangsa itu
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan penguasaan ilmu sangat perlu
diperhatikan, sebab tanpa penguasaan ilmu pengetahuan yang baik akan menyebabkan
ketertinggalan di segala bidang, terutama dalam penerapan teknologi.
Bahasa matematika yang disebut juga bahasa logika banyak dipergunakan sebagai
komunikasi ilmu, maka matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
keberadaannya sangat diperlukan. Untuk mempelajari matematika dalam lingkup bidang
studi matematika di sekolah, maka objek pembicaraan kita adalah siswa, karena yang akan
belajar adalah siswa. Keberadaan guru adalah sebagai pengajar (membimbing, memotivasi
dan mengarahkan) siswa untuk belajar. Oleh karena itu, peranan guru sangat diperlukan
dalam proses belajar siswa dan menentukan hasil belajar siswa itu sendiri. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Djaali (1990) terhadap siswa SLTP di Sulawesi Selatan menunjukkan
bahwa:
Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh kemampuan guru matematika, baik
penguasaan terhadap materi, kemampuan mengelola proses belajar mengajat maupun
kemampuan merencanakan program pengajaran matematika.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar sebagai
berikut:
a) Peserta didik yang menyangkut kemampuan, kesiapan, sikap, minat dan intelegensi.
b) Prasarana dan sarana seperti alat bantu mengajar, buku teks dan sumber belajar lainnya.
c) Pengajar yang meliputi pengalaman, kepribadian, motivasi, kemampuan terhadap
matematika serta teknik penyampaiannya dan mengadakan evaluasi atau penilaian.
Secara teori apabila faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengajar dan belajar
telah memenuhi hal-hal tersebut di atas, maka diharapkan bahwa proses mengajar dan belajar
akan berjalan dengan baik serta hasil belajar siswa akan tercapai sesuai yang diaharapkan.
Namun kenyataan di lapangan membuktikan bahwa selama ini hasil matematika masih
rendah, ini terlihat pada hasil Ebtanas lima tahun terakhir pada SLTPN Negeri 2 Pinrang.
Oleh karena itu, tidak henti-hentinya seorang guru berupaya untuk mencari solusi dalam
rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Selanjutnya perlu pula diketahui bahwa kegiatan guru dalam kelas meliputi dua hal
pokok yaitu mengajar dan mengelola kelas. Mengajar adalah tugas pokok seorang guru,
adapun rangkaian tugas guru dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar adalah:
a) Menyusun program mengajar.
b) Menyajikan program mengajar.
c) Mengadakan evaluasi atau penilaian.
d) Menganalisis hasil penilaian.
e) Mengadakan perbaikan dan pengayaan.
Beberapa upaya yang telah dilakukan dan pada akhirnya kita sadar bahwa hasil belajar
siswa dapat meningkat apabila siswa itu sendiri dapat termotivasi dan giat untuk belajar, baik
pada waktu proses belajar di kelas maupun untuk mengulangi pelajarannya di rumah.
Pengalaman menunjukkan bahwa siswa itu akan giat belajar atau sibuk belajar apabila
mereka tahu akan tes atau ulangan. Kemudian pengalaman juga menunjukkan bahwa siswa
akan berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, termasuk memperhatikan
penjelasan guru, menanyakan hal-hal yang belum jelas yaitu apabila mereka diberi tahu
sebelumnya bahwa pada setiap akhir pembelajaran akan diberikan tes dan nilainya akan
diambil oleh guru. Namun demikian frekuensi pemberian kuis harus kita perhatikan untuk
menghindari terjadinya kejenuhan dalam diri siswa atau tercapainya target kurikulum. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan mencoba menyelidiki tentang keefektifan pemberian
kuis pada pengajaran matematika siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang Kabuten Pinrang.
Dalam hal ini pemberian kuis pada setiap akhir pembelajaran dan pemberian kuis pada akhir
pokok bahasan.
B. Pertanyaan Penelitian dan Rumusan Masalah
1. Pertanyaan Penelitian
a. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang
diberikan kuis pada setiap akhir pembelajaran?
b. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang
diberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan?
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah pemberian kuis pada setiap akhir pembelajaran matematika lebih efektif dari
pada pemberian kuis pada setiap akhir pokok bahasan pada siswa kelas III SLTP Negeri 2
Pinrang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan dan masalah
penelitian yang dirumuskan. Tujuan penelitian secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang
diberikan kuis pada setiap akhir pembelajaran.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang
diberikan kuis pada setiap akhir pokok bahasan.
3. Untuk mengetahui efektifitas cara pemberian kuis pada pembelajaran matematika di
kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agar siswa dapat mengetahui kekurangannya sehingga hasil belajarnya dapat lebih
ditingkatkan.
2. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi
matematika untuk merumuskan peningkatan pengajaran yang terbaik, sehingga hasil
belajar siswa, khususnya di SLTP Negeri 2 Pinrang dapat lebih baik pula.
3. Sebagai latihan bagi penulis dalam menyatakan serta menyusun buah pikiran secara
tertulis dan sistematik dalam bentuk karya ilmiah.
4. Sebagai bahan referensi untuk peneilitian selanjutnya dalam meneliti lebih lanjut dengan
permasalahan yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar Matematika
Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa
tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu
bertumbuh sebagai manusia yang utuh. Manusia bertumbuh melalui belajar, karena itu kalau
kita berbicara tentang belajar, tidak dapat melepaskan diri dari mengajar, mengajar dan
belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan (Hudoyo, 1990: 1).
Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasmusikan dalam diri orang itu menjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama, perubahan tingkah
laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu disertai dengan usaha orang tersebut
sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.
Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar
sedang perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dengan demikian belajar
akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar (Hudoyo, 1990: 1).
Banyak ahli memberi batasan atau definisi tentang belajar, diantaranya oleh Nasution
(1986: 39) mengemukakan bahwa: (1) Belajar adalah perubahan pengetahuan, dan (2)
Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
Abdullah (1991: 61) mengemukakan bahwa: Belajar adalah suatu perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola baru respon-respon yang menjadi suatu
keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan dan pemahaman.
Pendapat lain dikemukakan oleh Brunner sebagaimana diuraikan oleh Handojo (1998:
48) berikut:
Belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur matematika itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur
suatu materi, menjadikan materi itu dipahami secara komprehensif. Lain dari itu peserta
didik lebih mudah mengingat materi itu bila yang dipelajari itu merupakan/mempunyai
pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah
terjadinya transfer.
Dari beberapa pendapat yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah memahami dan menguasai bahan atau materi yang dipelajari yang ditandai dengan
terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu.
2. Pengajaran Matematika di SLTP
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki obyek dasar abstrak yang berupa fakta,
konsep, operasi dan prinsip. Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika
yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada pendidikan. Dengan
demikian dalam pengajaran matematika khususnya di SLTP perlu diusahakan agar sesuai
dengan perkembangan kognitif siswa.
Dalam GBPP Matematika 1994, dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika
di SLTP adalah:
1. Agar siswa memiliki kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan
matematika.
2. Agar siswa dapat memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke
pendidikan menengah.
3. Agar siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan
matematika sebagai dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Agar siswa memiliki pengetahuan yang luas dan meiliki sifat yang logis, kritis, cermat
dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.
Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka menjadi tugas semua guru yang akan
mengajarkan matematika di SLTP, mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan
pembelajaran matematika secara optimal.
3. Pengertian Kuis
Dalam kamus Inggris Indonesia Quis artinya ulangan, menguji, memeriksa atau
pertunjukkan cerdas tangkas. Selanjutnya dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata kuis
berarti: (1) Ujian lisan, atau tertulis yang singkat. (2) Acara hiburan dalam radio atau televisi
yang berupa perlombaan atau kecepatan dalam menjawab pertanyaan. (3) Dalam majalah
adalah sebagai daftar pertanyaan sederhana yang berhadiah dan kadang-kadang mengandung
promosi dagang.
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kata kuis berasal dari Bahasa
Inggris yaitu Quis. Pemberian kuis dalam pengajaran matematika yang dimaksudkan adalah
pemberian soal-soal atau tes kepada siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran
sebagai suatu penilaian atau evaluasi. Secara garis besarnya penilaian itu terbagi atas dua,
yaitu:
1) Penilaian proses belajar mengajar.
2) Penilaian hasil belajar.
Pemberian kuis digolongkan sebagai suatu penilaian proses belajar. Penilaian proses
belajar ini dilaksanakan pada setiap berlangsungnya proses pembelajaran. Tujuan penilaian
proses pembelajaran ini adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menangkap
materi yang baru daja diajarkan. Dengan penilaian proses belajar ini secara langsung dapat
diketahui siswa yang belum mengerti atau yang masih mengalami kesulitan belajar. Pada
dasarnya penilaian proses ini nilainya tidak diambil untuk setiap siswa. Lain halnya dengan
penilaian proses belajar yang dikemas dalam bentuk kuis, maka soal yang diberikan harus
dikerjakan oleh setiap siswa, tidak boleh kerjasama, waktunya telah ditentukan, dan hasilnya
diperiksa oleh guru dan diberi nilai (angka) dan dikembalikan kepada siswa. Selanjutnya dari
sekian kali diadakan pemberian kuis nilainya dikumpulkan oleh guru, kemudian dirataratakan untuk menentukan peringkatnya. Siswa yang peringkatnya baik akan diberikan
penghargaan atau hadiah.
Sehubungan dengan pemberian kuis ini, Hamzah (1999: 252) menjelaskan bahwa:
Dengan memberikan kuis pada pertemuan-pertemuan tertentu, mahasiswa diharapkan
untuk lebih bersemangat, sungguh-sungguh atau lebih aktif dalam mengikuti
perkuliahan. Penilaian kuis ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa dalam
mempersiapkan diri di rumah untuk belajar sebelum masuk kelas. Selanjutnya
pemberian kuis ini juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk menjawab soal-soal
yang berhubungan dengan soal yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan
diajarkan di kelas. Tujuan lain yang ingin dicapai melalui pemberian kuis ini adalah
untuk melihat kemampuan perorangan mahasiswa terhadap mata kuliah kalkulus.
Jadi metode pemberian kuis ini dilakukan dengan harapan bahwa jawaban yang
diberikan oleh setiap siswa adalah jawaban yang dibuat sendiri di kelas. Berbeda halnya jika
siswa diberikan Pekerjaan Rumah (PR), ada kemungkinan soal tersebut akan dijawab oleh
orang lain, atau mungkin juga siswa itu hanya menyalin jawaban yang sudah ada, sehingga
kalau demikian halnya, sulit untuk mengukur kemampuan siswa secara baik. Dan pada
akhirnya pemberian kuis dalam pengajaran matematika diharapkan dapat menambah
semangat dan motivasi siswa berpikir termasuk mengikuti kuis, karena mengandung unsur
perlombaan dan permainan.
4. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian Muhamad Amir (1993: 46) menyimpulkan bahwa prestasi siswa yang diajar
dengan pemberian tes pada setiap akhir pertemuan lebih baik dari siswa yang tanpa diberikan
tes.
Sedangkan penelitian Suharman (1996: 43) menyimpulkan bahwa pengajaran dengan
pemberian tes setiap akhir sub pokok bahasan lebih baik jika dibandingkan dengan
pembelajaran menggunakan metode konvensional.
B. Kerangka Berpikir
Peranan guru sangat menentukan keberhasilan dan peningkatan hasil belajar siswa.
Karena dari beberapa komponen yang berpengaruh dalam kegiatan proses belajar mengajar,
maka gurulah yang perannya sangat dominan, karena gurulah yang akan mengelolah
komponen-komponen lainnya sehingga saling mendukung.
Berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka untuk menigkatkan hasil belajar
siswa, maka pada akhirnya kita sadar bahwa hasil belajar siswa dapat dicapai, jika siswa itu
sendiri punya kesadaran dan motivasi yang kuat untuk belajar dengan baik. Pengalaman
menunjukkan bahwa siswa akan giat belajar jika sebelumnya mereka tahu bahwa besok atau
sebentar akan ada ulangan (tes). Dan pengalaman yang menunjukkan bahwa siswa akan rajin
belajar termasuk mengerjakan tugas (latihan) jika diberitahukan bahwa tugas itu akan
dikumpul oleh guru kemudian hasilnya dikembalikan kepada siswa.
akhir pembelajaran.
= Mean populasi (rata-rata populasi) hasil belajar matematika yang diberi kuis setiap
akhir pokok bahasan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang melibatkan dua kelompok
yaitu (a) kelompok yang diberi perlakuan berupa pemberian kuis setiap akhir pembelajaran,
dan (b) kelompok yang diberi perlakuan pemberian kuis setiap akhir pokok bahasan.
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa
kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang diberi perlakuan berupa pemberian kuis setiap akhir
pembelajaran, dan hasil belajar siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang diberi perlakuan
berupa pemberian kuis setiap akhir pokok bahasan.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Randomized Control Design desain ini digunakan
karena penelitian ini melibatkan dua kelompok yang ditempatkan secara random, kemudian
diberi perlakuan yang berbeda lalu diberikan observasi berupa tes pada kedua kelompok
tersebut.
Tabel desainnya adalah:
R
E1
O1
R
E2
O2
Keterangan:
R = Random
E1 = Pemberian kuis setiap akhir pembelajaran
E2 = Pemberian kuis setiap akhir pokok bahasan
O1 = Observasi pada kelompok pertama
O2 = Observasi pada kelompok kedua
B. Definisi Operasional Variabel
1. Hasil Belajar Maatematika
Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor kemampuan
siswa untuk menguasai materi pada bilangan dan baris bilangan, trigonometri dan logaritma
yang digambarkan oleh skor yang diperoleh siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang melalui
pemberian kuis setiap akhir pembelajaran dan setiap akhir pokok bahasan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalaah siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang yang
terdaftar pada tahun pelajaran 2000/2001.
2. Sampel Penelitian
Banyaknya siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas. Metode
pengambilan sampel yang dipergunakan adalah random sederhana, dengan alasan bahwa
keenam kelas yang ada diasumskan homogen (berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran pada
setiap kelas hampir sama). Adapun langkah-langkah pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
1. Membuat kerangka sampling dengan unit sampel terkecil adalah kelas.
2. Memilih 2 kelas secara random sederhana dari 6 kelas yang ada.
3. Dari 2 (dua) yang terpilih diadakan lagi rendomisasi untuk menentukan kelas yang
diberikan kuis pada setiap akhir pembelajaran dan satu kelas lainnya yang diberikan kuis
pada setiap akhir pokok bahasan.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini digunakan tes.
Semua item tes ini dibuat oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan ruang lingkup materi
pelajaran matematika SLTP kelas III cawu III yang tercantum dalam GBPP 1994.
Tes hasil belajar dalam penelitian ini berbentuk objektif. Sebelum tes ini digunakan
terlebih dahulu di uji validitasnya dengan validitas isi (content validity).
E. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pemberian kuis mula-mula dilakukan pengajaran pada kedua
kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan I (E1) setiap akhir pembelajaran diberikan
kuis (tes) tetapi pada kelompok perlakuan II (E 2) pemberian kuis dilakukan pada akhir pokok
bahasan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes
hasil belajar kepada responden. Tes tersebut dilakukan, baik kelompok perlakuan maupun
kelompok perlakuan 2.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan prestasi belajar
matematika untuk masing-masing kelompok penelitian. Analisis ini meliputi skor tertinggi,
skor terendah, rata-rata, varianas, standar deviasi, persentase dan tabel frekuensi.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Dalam
analisis ini digunakan statistik uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas varians.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menyajikan data dan pembehasan hasil penelitian untuk bagian ini
disajikan sebagai berikut:
A. Penyajian Hasil Analisis Deskriptif
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori skor hasil belajar matematika
adalah dengan skala lima, menurut Nurkancana dan PPN Sumartana (Sukarna, 1998: 31)
bahwa skala lima adalah suatu pembagian tingkatan yang terbagi atas lima kategori yaitu 0%
- 54% kategori sangat rendah, 55% - 64% kategori rendah, 65% - 79% kategori sedang, 80%
- 90% kategori tinggi, dan 90% - 100% kategori sangat tinggi.
Pengujian karakteristik skor responden untuk tiap perlakuan adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Deskriptf Skor Kelompok Perlakuan I yang Diberikan Kuis pada
Setiap Akhir Pembelajaran (Perlakuan I)
Tabel berikut ini menggambarkan hasil analisis deskriptif data hasil belajar matematika
kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang untuk kelompok perlakuan I
Tabel 4.1 Deskriptf Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang
(Perlakuan I)
Statistik
Nilai Statistik
Ukuran sampel
38
Skor tertinggi
20
Skor terendah
10
Rentang skor
10
Skor rata-rata
15,079
Standar deviasi
2,926
Jika skor hasil belajar matematika untuk kelompok yang diberikan kuis pada setiap
akhir pembelajaran dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh frekuensi skor
dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase serta Pengkategorian Skor Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang (Perlakuan I)
Skor
0 10,8
10,9 12,8
Kategori
Sangat rendah
Rendah
Frekuensi
3
4
Persentase
7,89%
10,53%
12,9 15,8
15,9 18,0
18,1 20,0
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
16
11
4
Jumlah
38
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa 42,10% siswa dalam kategori sedang.
42,10%
28,95%
10,53%
100%
Pada Tabel 4.1
menunjukkan pula bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika adalah 15,079 dari skor
ideal 20 yaitu berada pada interval kelas 12,9 15,8, artinya berada pada kategori sedang.
Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika untuk kelompok perlakuan I adalah
tergolong dalam kategori sedang.
2. Karakteristik Deskriptf Skor Kelompok yang Diberikan Kuis pada Setiap Akhir
Pokok Bahasan (Perlakuan II)
Tabel berikut ini menggambarkan hasil analisis deskriptif data hasil belajar matematika
kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang untuk kelompok perlakuan II
Tabel 4.3 Deskriptf Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang
(Perlakuan II)
Statistik
Nilai Statistik
Ukuran sampel
38
Skor tertinggi
20
Skor terendah
8
Rentang skor
12
Skor rata-rata
12,8
Standar deviasi
2,803
Jika skor hasil belajar matematika untuk kelompok perlakuan II dikelompokkan ke
dalam lima kategori, maka diperoleh frekuensi skor dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang (Perlakuan II)
Skor
0 10,8
10,9 12,8
12,9 15,8
15,9 18,0
18,1 20,0
Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Frekuensi
Persentase
9
22,5%
11
27,5%
12
30%
7
17,5%
1
2,5%
Jumlah
38
100%
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa 30% siswa dalam kategori sedang. Pada Tabel 4.3
menunjukkan pula bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika adalah 12,8 dari skor ideal
20 yaitu berada pada interval kelas 10,9 - 12,8, artinya berada pada kategori rendah. Jadi
dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika untuk kelompok perlakuan II adalah
tergolong dalam kategori rendah.
Dari kedua kelompok yang dijadikan sasaran penelitian terlihat bahwa hasil belajar
matematika untuk siswa yang diajar dengan perlakuan pemberian kuis pada setiap akhir
pembelajaran (kelompok perlakuan I) mempunyai skor rata-rata yang lebih baik dari pada
siswa yang diajar dengan perlakuan pemberian kuis setiap akhir pokok bahasan (kelompok
perlakuan II)
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum mengadakan uji statistik inferensial terlebik dahulu dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas, karena hal ini merupakan syarat untuk melakukan pengujian statistik
inferensial khususnya uji-t.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data tentang prestasi belajar matematika
tidak menyimpang dari distribusi normal. Sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk
melihat apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran B, maka diperoleh nilai p = 0,15 dengan
taraf signifikan = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa p > , ini berartti bahwa data skor
hasil belajar matematika untuk kedua kelompok perlakuan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Dengan hasil analisis dengan bantuan program komputer MINITAB pada Lampiran B,
maka diperoleh nilai p = 0,773 dengan taraf signifikan = 0,05, hal ini menunjukkan
bahwa p > , ini berartti bahwa data skor hasil belajar matematika untuk kedua kelompok
perlakuan berasal dari populasi yang homogen.
Dengan demikian secara keseluruhan persyaratan analisis untuk melakukan pengujian
statistik inferensial telah dipenuhi.
C. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS,
maka diperoleh nilai p = 0,001 dengan taraf keberartian = 0,05, dengan demikian diperoleh
bahwa p < , hal ini menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian kuis pada setiap akhir pembelajaran lebih efektif dari pada
pemberian kuis pada setiap akhir pokok bahasan pada siswa kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil
belajar matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang tergolong pada kategori sedang.
Dari 78 siswa yang menjadi sampel penelitian terdapat 15,38% hasil belajar matematika
dalam kategori sangat rendah, 19,23% dalam kategori rendah, 36,90% dalam kategori sedang,
23,08% dalam kategori tinggi, dan 6,41% yang tergolong dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan analisis deskriptif juga dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelompok siswa
yang diberikan kuis setiap akhir pembelajaran sebesar 15,079 lebih baik dari pada kelompok
siswa yang diberikan kuis setiap akhir pokok bahasan dengan skor rata-rata 12,80.
Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa pemberian kuis pada setiap akhir
pembelajaran lebih efektif dari pada pemberian kuis pada setiap akhir pokok bahasan pada
Siswa Kelas III SLTP Negeri 2 Pinrang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka dapat disiimpulkan
bahwa:
1. Untuk kelompok perlakuan I diperoleh nilai tertinggi 20 sebanyak 4 responden, nilai
terendah 10 sebanyak 3 orang responden dengan skor rata-rata 15,079 atau 75,395% dari
skor ideal 20 dan standar deviasi 2,926 dapat digolongkan dalam kategori sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ambo Enre. 1991. Layanan Bimbingan Belajar. Diktat, FIP IKIP Ujung Pandang.
Amir, Muhammad. 1993. Strategi Tentang Pemberian Tes Setiap Akhir Pertemuan dalam
Mengajar Pangkat Tak Sebenarnya pada Kelas I SMA Negeri 1 Watampone. Skripsi:
FMIPA IKIP Ujung Pandang.
Anonim. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat
Dikmenum.
Anonim. 1994. GBPP Matematika SLTP. Jakarta: Direktorat Dikmenum.
Djaali. 1990. Peranan Guru Sangat Diperlukan dalam Proses Belajar Siswa dan
Menentukan Hasil Belajar Siswa, pada Siswa SLTP di Sulawesi Selatan.
Hamzah. 1999. Pengertian Penilaian Kualitas terhadap Nilai Kuantitatif yang Diperoleh
Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus. Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika. FPMIPA IKIP Ujung Pandang.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. IKIP Malang.
__________. 1990. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
John, M. Echols. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Media Pustaka Umum.
Nasution, S. 1986. Pendidikan Azas-Azas Mengajar. Edisi II. Bandung: Jemmans.
Suherman. 1996. Efektifitas Pemberian Tes Setiap Akhir Sub Pokok Bahasan Pengajaran
Pangkat Rasional pada Siswa SMUN 3 Ujung Pandang. Skripsi: FPMIPA IKIP Ujung
Pandang.
No
1.
TPJ
Uraian Materi
dapat Mengenal
Siswa
pola
Indikator
menggunakan
segitiga
Pascal,
persegi,
pola bilangan
segitiga,
bilangan
persegi
dan
barisan
bilangan
panjang.
Menentukan
dua
suku
Menentukan suku berikutnya
berikutnya dari suatu barisan.
dari suatu barisan.
Menentukan suku ke-8 dari
Menetukan suku ke-n dari
barisan Fiboracci.
suatu barisan.
Menyatakan rumus suku ke-n
No
Ur
t
1
2
3
4
5
6
soal
berkaitan
cerita
suku ke-n.
dengan Menyelesaikan soal cerita yang
2.
segitiga siku-siku.
7
8
menyelesaika
n
soal
matematika
pada
mata
pelajaran lain
atau masalah
kehidupan
sehari-hari.
tangen.
Menggunakan
perbandingan
trigonometri
untuk
sudut
menghitung
ini diketahui.
Menentukan nilai sin 30o.
10
Menggunakan
11
trigonometri
perbandingan
sudut
lancip
12
13
Siswa
penerapan.
dapat Membahas,
menentukan Menentukan
menggunakan
logaritma
Logaritma
bilangan dengan
untuk
pokok tertentu.
dari
beberapa
bilangan
logaritma
14
15
nilai
menyelesaika
16
17
n masalah
Menentukan
bilangan
logaritma
lebih
kurang dari 1.
dari
yang
dicari
logaritmanya diketahui.
Menentukan nilai logaritma
18
19
20
6. Dalam suatu kelas terdapat 8 kursi pada baris pertama dan setiap baris berikutnya memuat
2 kursi lebih banyak dari barisan di depannya. Bila di dalam kelas tadi ada 6 baris kursi,
maka barisan bilangan yang menyatakan keadaan tersebut adalah ...
a. 2, 4, 6, 8, 12, 14
b. 6, 8, 10, 12, 14, 18
c. 8, 10, 12, 14, 16, 18
d. 8, 10, 12, 16, 18, 20
7. Berdasarkan gambar di samping perbandingan untuk
tangen a0 = ...
a. y/x
c. x/z
x
y
b. y/z
d. x/y
8. Pada gambar di samping nilai cos sudut BAC adalah ...
a0
a. 15/40
c. 15/20
z
C
b. 15/25
d. 20/25
9. Diketahui tangen b0 = 0,75 maka nilai sin b0 adalah ...
25
15 a. 4/5
b. 3/5
c. 5/3
A
B d. 5/4
o
10. Nilai sin 30 adalah ...
a.
1
2
b.
2
c.
1
3
2
d.
1
3
3
11. Jika sin 35o = 0,574, cos 35o = 0,7 maka nilai P = ...
a. 11,48
c. 16,38
b. 14
d. 20,06
12.35o
Sebuah
20 tangga yang panjangnya 5 meter bersandar pada tembok, besar sudut yang
dibentuk antara tangga dan lantai adalah 65 o. Jika nilai sin 65o = 0,906, cosinus 65o =
P
0,0432, tangen 65o = 2,145. Jarak antara ujung bawah tangga dengan tembok adalah ...
a. 2,115 m
b. 2,331 m
c. 4,53 m
d. 10,725 m
13. Sebuah pesawat terbang pada ketinggian 400 meter dari permukaan tanah. Pilot pesawat
terbang (P) melihat lampu tanda (L) di lapangan terbang dengan sudut depresi sin 23,4o =
0,937, cos 23,4o = 0,433, maka jarak PL adalah ...
a. 1990 m
b. 1987 m
c. 1010 m
d. 1008 m
14. Nilai dari 2log 32 = ...
a. 3
b. 4
c. 5
d. 6
15. Nilai dari log 1000 = ...
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
16. Jika 4log x = 4, maka nilai x = ...
a. 1
c. 64
b. 16
d. 256
17. Jika xlog 81 = 4, maka nilai x = ...
a. 3
b. 4
c. 7
d. 9
18. Jika log 4,56 = 0,659 maka log 456 = ...
a. 1,659
b. 2,659
c. 3,659
d. 4,659
19. Ditentukan log 2 = 0,301, log 160 = ...
a. 1,204
b. 2,204
c. 1,204 1
d. 3,204
20. Jika log 2 = 0,301 dan log5 = 0,699, maka log
a. 0,770
b. 0,903
c. 0,770 1
d. 0,903 1
4
5
= ...