Disusun oleh:
I. Latar Belakang
Front Pembela Islam (FPI) merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang keagamaan
yang didirikan pada tahun 1998 oleh Muhammad Rizieq Shihab. Organisasi FPI ini tidak asi
ng lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Adanya kemunculan organisasi ini karena cita-cita m
enggabungkan urusan agama dan negara yang disebut muslim politik (political islamist) dan
muslim kultural (cultural islamist). [ CITATION MMu17 \l 1033 ]
FPI dikenal sebagai ormas Islam yang menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kategori
perbuatan Ma’ruf Nahi Munkar yang FPI definisikan tidak hanya masalah agama, melainkan
juga mencakup urusan sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Akan tetapi dalam kehidupan realistis FPI berakhir dengan konflik. Seperti pada kasus ya
ng akan kami bahas ini yaitu “Penembakan 6 Anggota-Anggota Laskar FPI”. Polisi mendapat
informasi bahwa akan ada pengerahan massa terkait pemanggilan Rizieq oleh pihak kepolisia
n namun, terjadi salip meyalip antara mobil polisi dan mobil pengawal rizieq sehingga memb
uat mobil terhenti kemudian terjadilah tembak menembak antara polisi dan pengawal Rizieq.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran mengatakan anggota FPI membawa senjata api asli,
bukan rakitan. Ada 3 peluru yang ditembakan. Menurut Fadil, anggota FPI yang menyerang
polisi adalah laskar khusus. "Dari hasil penyelidikan awal, kelompok yang menyerang anggot
a ini diidentifikasi sebagai laskar khusus yang selama ini menghalang-halangi proses penyidi
kan," ujar Fadil. [ CITATION Kom20 \l 1033 ] .
Presiden Joko Widodo mengatakan tidak boleh ada masyarakat yang semena-mena melan
ggar hukum, namun di sisi lain aparat hukum wajib menggunakan kewenangannya secara waj
ar dan terukur. Hal itu diutarakan Presiden Joko Widodo menanggapi pertanyaan wartawan te
ntang tewasnya enam orang anggota Front Pembela Islam (FPI) dalam bentrokan dengan poli
si. Namun demikian, dalam menjalankan tugasnya, Presiden Jokowi mengingatkan agar apara
t penegak hukum "wajib mengikuti aturan hukum dalam menjalankan tugasnya" [ CITATION
MRi201 \l 1033 ]
Perilaku organisasi FPI tersebut merupakan teori penyimpangan Labeling dimana semua t
indakan menyimpang adalah tindakan sosial dan hasil kerja sama masyarakat. Dalam kasus in
i masyarakatnya ialah para pengawal Rizieq yang termasuk dalam anggota FPI untuk
membantu Rizieq. empat anggota laskar yang memegang senjata tajam masuk kembali ke
mobil. Dua anggota kemudian keluar mobil dan menembak ke arah mobil polisi sebanyak tig
a kali. Kemudian, mereka melarikan diri ke arah Jembatan Badami. Di sana, kembali terjadi a
ksi tembak-tembakan. [ CITATION Mif201 \l 1033 ]
Organisasi FPI ini merupakan bentuk kejahatan terorganisir (Organized crime), karena su
dah terorganisir/terencana oleh pihak FPI untuk menyerang polisi.
II. Tinjauan Literatur (Teori Sosisologi yang diambil)
A. Perilaku Menyimpang
Suatu perilaku dianggap menyimpang jika tidak sesuai dengan norma-
norma social yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan (devitation)
adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
(conformity) terhadap kehendak masyarakat. Penyimpang (merupakan sisi
negative dari bentuk perilaku positif, karena perilaku positif akan memberikan
suasana kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat. Akan tetapi masalah
social yang dibahas oleh kelompok kami yaitu penembakan laskar FPI.
Penyimpangan(deviasi)adalah setiap tingka laku yang tak mematuhi norma
norma sosial dari suatu kelompok sosial, atau dari suatu masyarakat. ataupun
kelakuan yang melanggar ketentuan ketentuan yang di institutikan, yaitu
ketentuan yang disepakati sah dalam suatu system social [ CITATION Fat16 \l
1033 ]
Penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil men
yesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Definisi penyimpangan menuru
t para ahli adalah sebagai berikut [ CITATION MNo193 \l 1033 ]:
1. Definisi perilaku menyimpang secara stastikal adalah segala perilaku yang bertolak
dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering
dilakukan
2. Definisi perilaku meyimpang secara absolut atau mutlak menyebutkan bahwa aturan
aturan dasar dari suatu masyarakat adalah jelas dan anggotanya harus menyetujui
tentang apa yang disebut sebagai nyimpang dan bukan
3. Perilaku menyimpang menurut menurut kaum reaktivis bila berkenaan dengan reaksi
masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang dilakukan sesorang
4. Secara normatif, Sudut pandang ini didasarkan atas asumsi bahwa penyimpangan
adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial [ CITATION Iis15 \l 1057 ]
d. Tipe-tipe Kejahatan
Para ahli sosiologi membuat klasifikasi kejahatan dengan bentuk yang berbeda
dari klasikasi yang digunakan oleh masyarakat atau penegak hukum. Light, Ke
ller dan Calhoun (1989), membedakan antara lain [ CITATION Kam044 \l 1033
]:
1. Kejahatan tanpa korban (crimes without victims)
2. Kejahatan terorganisir (organized crime)
3. Kejahatan kerha putih (white-collar crime)
4. Kejahatan korporat (corporate crime)
e. Kejahatan Terorganisir
Kejahatan terorganisir menurut Light, Keller dan Calhoun merupakan komplot
an berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan dengan jalan m
enghindari hukum melalui penyebaran rasa takut atau korupsi. [ CITATION Kam
044 \l 1033 ]
2. Nontradisional syndicates
Keberadaan dan dimensi yang lebih kecil dan sederhana dibandingkan dengan
titik masuknya.
Kelompok ini memiliki tujuan jangka pendek, anggotanya lebih kecil serta
memiliki kegiatan yang kecil pula
1. Kejahatan
2. Pelaku
Adalah mereka yang melakukan atau aktor dari perikalku kriminal atau
kejahatan
3. Reaksi Masyarakat
Pada kasus ini kami menggunakan teori kejahatan terorganisir dan penyimpangan
karena seperti yang diketahui bahwa Kejahatan terorganisir tidak hanya
berhubungan dengan pencurian, perampokan, penipuan, tetapi juga berkaitan
dengan organisasi kriminal karena kelompok kriminal yang saling
mengetahui, bersosialisasi, bekerja sama, bahkan berkonflik dengan kelompok
kriminal lainnya [CITATION Muh19 \l 1033 ]
Sama halnya pada kasus yang kami bahas yaitu “Penembakan 6 anggota laskar
FPI” para pengawal Rizieq melakukan penembakan kepada anggota polisi saat
mobilnya dicegat. Selain itu angggota laskar FPI melakukan penyimpangan
karena seperti yang diketahui bahwa hukum di Indonesia tidak
memperbolehkan masyarakat sipil menggunakan senjata api apalagi secara
illegal seperti yang dilakukan oleh anggota laskar FPI.
Berikut beberapa faktor terkait penggunaan metode studi kasus yang digunakan
kelompok kami:
1. Kasus yang kami angkat atau yang kami teliti terkait “Penembakan Enam
Anggota Laskar FPI” bersifat kontemporer (masalah yang masih terus berjalan)
2. Kasus yang kami angkat lebih berdasarkan pada fakta sosial yang harus digali
dan dikaji sehingga dengan metode studi kasus lebih memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang mengapa suatu peristiwa tersebut terjadi.
Pada kasus ini kami menggunakan pendekatan data kualitatif dengan Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dalam bentuk wawancara, percakapan
antara kedua belah pihak, Pewawancara sebagai pemberi pertanyaan terkait kasus
yang akan diangkat dan Narasumber sebagai pemberi tanggapan atau jawabannya
terkait kasus yang diangkat oleh pewawancara dengan berfokus pada tujuan
utama pembahasan kasus yang kelompok kami angkat dalam rangka
mengumpulkan data atau informasi yang relevan melalui sisi masyarakat sebagai
Narasumber, Dari wawancara ini kita bisa mengetahui sudut pandang yang
berbeda dari setiap orang.
Syarif Menurut tanggapan saya FPI ini merupakan suatu organisasi yang
dibentuk berdasarkan kebebasan masyarakat untuk berorganisasi atau
berkelompok yang mana diatur di dalam undang-undang atas dasar
kebebasan dan menurut saya FPI ini adalah organisasi yang tidak dapat
saya anggap juga sebagai radikal karena pada dasarnya saya belum tahu
pasti mereka ini tujuan sebenarnya apa! Terkadang kegiatan atau paham
yang mereka sebarkan terkesan seperti mengusik pemerintahan sehingga
ini dapat dikategorikan sebagai sebuah ancaman. Faktanya, tidak jarang
organisasi tersebut membuat kegaduhan ditengah masyrakat sehingga
timbul lah sedikit gesekan antara orang-orang mereka dengan aparat
kepolisian
Ainun Bagaimana pandangan narasumber mengenai kasus penembakan
anggota fpi oleh polisi?
Syarif Kasus tersebut sempat membuat heboh ya, dimana memakan korban
jiwa yang kebetulan dari orang orang mereka sendiri. Menurut saya
pribadi, langkah yang dilakukan polisi tidak dapat dibenarkan dan
dikatakan salah juga karena polisi berusaha membela diri dari usaha para
anggota mereka untuk melumpuhkan aparat yang sedang melakukan
pengawasan terhadap gerak gerik mereka pada saat itu yang dianggap
oleh anggota mereka sebagai sebuah ancaman sehingga terjadi lah
sebuah aksi baku tembak Saya rasa peristiwa aksi baku tembak yang
memakan korban jiwa ini tidak akan terjadi apabila anggota mereka
tidak menyerang polisi terlebih dahulu, Toh, polisi hanya melakukan
pengawasan, ditakutkan pada saat itu mereka kembali melakukan hal-hal
yang dapat membuat gaduh apalagi di tengah situasi pandemi seperti ini.
Jika memang mereka merasa hal yang akan mereka lakukan itu benar
untuk apa mereka merasa takut atau terancam terhadap polisi yang saat
itu sedang melakukan pengawasan kepada mereka. ya memang sih, pada
saat itu aparat tidak memakai baju dinas sehingga bisa saja timbul
dugaan yang lain dari pihak mereka. Namun hasil penyelidikan
menyatakan bahwa nyatanya dari pihak mereka yang terlebih dahulu
menyerang aparat kepolisian sehingga terjadi lah aksi baku tembak. yang
pada akhirnya menimbulkan korban.
Ainun Menurut narasumber apakah sudah benar sikap yg diambil oleh polisi
kepada anggora fpi tersebut?
Syarif Tidak dapat dibenarkan dan disalahkan juga karena yang namanya aksi
yang berujung pembunuhan itu tidak dapat dibenarkan juga, tetapi disini
konteksnya pun adalah aparat kan membela diri mereka dari serangan
terlebih dahulu dari pihaknya mereka. Saya yakin aparat sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk tidak menimbulkan korban jiwa, Namun,
apa daya ternyata serangan daripada mereka benar sangat mengancam,
pada saat itu kan laskar FPI juga membawa senpi kan. aparat pada saat
itu sehingga secara terpaksa melakukan langkah tegas dengan
melumpuhkan mereka yang pada akhirnya burujung pada timbulnya
korban jiwa
Pewancara: Nabilah Tsuroyya
Kasus penembakan FPI ini bisa dianalisi dari teori kejahatan terorganisir. Berdasarkan
teori kejahatan terorganisir (organized Crime) bisa jadi penembakan ini di dalangi
oleh oknum tertentu yang merasa terganggu oleh FPI. Karena seperti yang kita
ketahui FPI sering kali mengkritik pemerintah, selain itu juga sering membuat
kericuhan dimasyarakat Indonesia. Kasus penembakan enam anggota laskar FPI yang
terjadi beberapa waktu lalu bila dicermati melalui kacamata teori konflik
menunjukan memang adanya sebuah pertentangan antara aparat dengan anggota
laskar FPI karena adanya perbedaan kepentingan yang menjadi pemicu terjadinya
sebuah konflik yang berujung aksi baku tembak hingga memakan korban dari pihak
anggota FPI, aparat sebagai penegak hukum yang memang bekerja melindungi dan
menjaga keamanan negara berkepentingan untuk mengawasi gerak gerik organisasi
FPI yang namanya tidak terlalu baik beredar di masyarakat. Pihak FPI sendiri
berkepentingan menjalankan kegiatan organisasi mereka sehingga timbul lah konflik
diantara kedua belah pihak yang berujung korban jiwa. Selain itu, salah satu faktor
utama terpicunya sebuah konflik berdarah tersebut akibat kedua belah pihak yang
berawal dari perasaan saling merasa terancam sehingga keduanya berusaha untuk
melindungi pihaknya masing-masing. Pihak FPI yang merasa terancam melakukan
penyerangan terhadap aparat karena gerak gerik mereka diawasi. Di sisi lain, pihak
aparat kepolisian yang diserang oleh pihak FPI otomatis merasa terancam sehingga
terjadilah konflik berdarah berujung korban sehingga lahirlah headline “Kasus
Penembakan Enam Anggota Laskar FPI” yang ramai diperbincangkan di masyarakat
hingga saat ini.