Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KASUS PERUNDUNGAN PADA BOCAH DI TASIKMALAYA

Disusun oleh :

1. Feri, Isnanto_C1071231006
2. Maulana Malik Ibrahim_C1071232002
3. Fauzan Ma'mun _C1071231015
4. Muhammad Riski Saputra_C1071231055
5. SONIA _C1071231047
6. Faturrahman Yasir Pratama_C1071231010
7. Mihedel Pernanda_C1071231035
8. Muhammad Rizki Nurulloh_C1071231023
9. Dzaky Ariqoh Ardiawan_C1071231039
10. Dimas Prasetia_C1071231031
11. Viktorianus Guruh_C1071231019
12. Yarusuta_C1071231051
13. Bagus Rahadi_C1071231027
14. Elvis Frisley_C1071231043

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023

1
A. Latar belakang

Indonesia sebagai negara dengan keberagaman budaya dan keberagaman


masyarakat mempunyai landasan moral dan etika yang kuat berupa Pancasila.
Salah satu masalah paling serius yang tengah dihadapi dalam bidang sosial
budaya adalah perundungan(bullying). Bullying adalah suatu tindakan kekerasan
yang merendahkan individu atau kelompok tertentu dan seringkali melibatkan
penganiayaan berdasarkan perbedaan tertentu seperti fisik, sosial atau pendapat.
Kasus bullying di Indonesia telah merusak hubungan sosial budaya dan
bertentangan dengan prinsip Pancasila.

Pada tahun 2022, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh sebuah kasus


perundungan (pembulyyan) yang muncul di media massa, menggambarkan kasus
tragis di Tasikmalaya. Berita ini diberitakan oleh Detik.com dan Kompas.com,
yang melaporkan insiden yang sangat memilukan ini. Kejadian ini memberikan
gambaran nyata tentang berbagai isu sosial dan budaya yang perlu mendapatkan
perhatian lebih lanjut. Pada Juli 2022, peristiwa yang sangat memilukan ini terjadi
ketika seorang anak sekolah dasar berusia 11 tahun, yang akan kita identifikasi
sebagai FH, menjadi korban perundungan yang akhirnya berujung pada
kematiannya yang sangat menyedihkan.

Video pendek berdurasi 50 detik ini tersebar melalui media sosial dan
memberikan gambaran yang sangat mengejutkan tentang apa yang terjadi. Dalam
video tersebut, FH dipaksa oleh sejumlah teman sebayanya untuk melakukan
tindakan yang sangat tidak manusiawi, yaitu mencoba menyetubuhi seekor
kucing. Bahkan lebih mencengangkannya lagi, peristiwa ini direkam oleh teman-
teman sebayanya yang hanya menyaksikan kejadian tersebut sambil
mengabadikannya menggunakan telepon genggam.

Dampak bullying yang dialami FH sangat merugikan terutama bagi kesehatan


mentalnya. FH mengalami gangguan berat berupa depresi yang pada akhirnya
mengubah seluruh aspek kehidupannya. Depresi bukan sekadar perasaan sedih

2
sesaat, melainkan suatu kondisi psikologis yang menghantui dan berlangsung
dalam jangka waktu lama. Penting untuk dipahami bahwa depresi adalah penyakit
serius yang dapat mempengaruhi seseorang secara fisik dan mental.(Zakiyah
E,2017).FH menjadi depresi dan kehilangan minat terhadap banyak hal dalam
hidupnya. Ia mulai menolak makan dan minum, yang akhirnya sangat
mempengaruhi kesehatan fisiknya. Ketika seseorang menolak makan dan minum,
tubuh mengalami kekurangan nutrisi, kekurangan energi dan kelemahan umum.
Keadaan semakin memburuk hingga akhirnya FH dirawat di rumah sakit.
Meskipun semua upaya medis untuk membantu FH, termasuk terapi psikologis
dan pengobatan, sayangnya tidak ada yang bisa menyelamatkan nyawanya. Dia
memiliki diagnosis yang sangat serius, termasuk dugaan depresi, tifus, dan
ensefalitis.

Dari segi dampak jangka panjang, perundungan ini tidak hanya melukai
keluarga FH. Dampaknya terus berlanjut dan menyebar ke seluruh masyarakat.
Munculnya insiden penindasan dalam berita telah meningkatkan kesadaran akan
keseriusan penindasan dan dampak buruknya. Dari sini kita dapat menyimpulkan
bahwa penindasan tidak hanya berdampak pada korban secara individu, namun
juga mempunyai dampak sosial yang penting. Kasus-kasus seperti ini
menunjukkan bahwa perundungan (bullying) bisa menjadi masalah serius, yang
dalam kasus paling tragis bisa mengakibatkan kematian korbannya. Ini adalah
contoh nyata bagaimana intimidasi bukan hanya masalah antarpribadi, namun
masalah sosial yang lebih luas yang memerlukan perhatian dan tindakan kolektif.
Kesadaran akan dampak jangka panjang dari jenis penindasan ini penting untuk
mendorong perubahan dan pencegahan di masyarakat.

Selain itu, kasus ini membawa isu serius tentang peran teknologi dan media
sosial dalam menyebarkan kekerasan serta memicu perasaan malu kepada korban.
Video ini awalnya hanya beredar dalam grup WhatsApp warga setempat, tetapi
kemudian menjadi viral, mendapatkan perhatian yang lebih luas, dan memicu
berbagai reaksi dan komentar dari masyarakat.

3
Lebih dari sekadar sebuah insiden perundungan, kasus ini adalah cerminan
dari kegagalan masyarakat kita untuk melindungi anak-anak, serta masalah serius
yang masih berlangsung, yaitu perundungan atau bullying di kalangan anak-anak.
Kasus seperti ini tidak boleh dianggap sebagai insiden terpencil, tetapi harus
menjadi isu sosial dan budaya yang menggerakkan kita semua. Kita perlu
membahas bagaimana kita dapat mencegah perundungan dan melindungi anak-
anak kita.

Sejalan dengan tema makalah ini, kita akan mencoba mengaitkan kasus ini
dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara kita. Bagaimana perilaku
seperti ini bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang mengutamakan
kemanusiaan, persatuan, dan keadilan. Selain itu, kita juga akan mencari solusi
dan saran tentang bagaimana masyarakat dapat berperan aktif dalam mencegah
perundungan dan mempromosikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kasus perundungan di


Tasikmalaya dan kaitannya dengan nilai-nilai Pancasila, kita diharapkan dapat
memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang bagaimana kita dapat
menjaga kemanusiaan dan keadilan dalam masyarakat kita. Semoga makalah ini
dapat menjadi langkah awal yang positif untuk memperbaiki situasi dan menjaga
keamanan anak-anak di masa depan

B. Rumusan masalah

Bagaimana seharusnya penerapan Pancasila dalam kasus perundungan atau


pembullyan yang terjadi di Tasikmalaya ?

4
C. Landasan Teori
Pancasila sebagai Landasan serta Pedoman dalam kasus ini

Pancasila merupakan dasar ideologi dan landasan moral bangsa Indonesia,


Pancasila berperan penting dalam membentuk karakter masyarakat dan
menentukanbagaimana kita bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kasus perundungan bocah di Tasikmalaya, pemahaman mendalam terhadap
teori Pancasila menjadi kunci untuk menganalisis dan mengatasi permasalahan
tersebut.

Pancasila bukan hanya sebuah kertas berisi aturan formal, melainkan


pedoman moral yang mencerminkan nilai-nilai dasar dan pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Salah satu nilai utama Pancasila adalah penghormatan
terhadap harkat dan martabat manusia. Perundungan melanggar nilai ini. Ini
bukan sekedar kasus biasa, hal ini merupakan pelanggaran terhadap harkat dan
martabat manusia yang harus dihindari dalam masyarakat yang menganut nilai-
nilai Pancasila.(Fadiah, Denaya Ayu, et al.2023).

Selain itu Pancasila juga menekankan nilai-nilai kemanusiaan, persatuan dan


keadilan. Ketika seorang anak mengalami perundungan, maka nilai-nilai tersebut
terancam dan terganggu. Ini bukan hanya masalah individu, tapi juga pelanggaran
terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi landasan negara kita. Bullying
menimbulkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pemahaman yang mendalam terhadap
teori Pancasila juga memberikan pedoman bagaimana masyarakat harus
berpartisipasi aktif dalam pencegahan bullying.Pancasila mendorong kita untuk
menjunjung tinggi dan memajukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam konteks kasus perundungan, hal ini berarti bersatu untuk melindungi
anak- anak dan mencegah perundungan. Pancasila dapat digunakan sebagai
landasan moral yang kuat untuk menginspirasi perubahan positif dalam
masyarakat,

5
memastikan bahwa kemanusiaan, persatuan dan keadilan tetap menjadi prinsip
utama dalam interaksi sosial kita.(Namira, Elsa, et al.2022)

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Pancasila, kita dapat


berperan dalam mencegah perundungan dan memastikan bahwa nilai-nilai
kemanusiaan, persatuan, dan keadilan tetap menjadi landasan yang kuat dalam
kehidupan bermasyarakat Indonesia. Ini merupakan contoh nyata betapa Pancasila
bukan hanya sekedar teori tetapi juga pedoman moral yang sangat penting dalam
menjaga moralitas masyarakat dan harkat dan martabat manusia.
(Hidayanti,2023).

Teori Pancasila memberikan landasan yang kuat dalam menghadapi kasus


perundungan ini karena:

1. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Nilai-nilai kemanusiaan Pancasila yang adil dan beradab mengajarkan kita


untuk memperlakukan semua orang secara setara dan menghormati hak asasi
manusia. Penerapan nilai ini menekankan perlunya melindungi hak-hak anak
dan memastikan bahwa mereka tidak menjadi korban perlakuan tidak beradab
seperti perundungan. Perundungan yang berujung pada kematian anak
merupakan pelanggaran berat terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab karena kasus ini menunjukkan ketidakadilan dan tindakan yang
sangat tidak beradab. Teori Pancasila mengajarkan untuk menghormati
martabat manusia dan memperlakukan semua orang secara adil, tanpa
memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang lainnya serta mendorong
kita untuk peduli dan melindungi anak-anak yang merupakan kelompok yang
sangat rentan.

2. Persatuan dalam kebhinekaan

Pilar kedua Pancasila adalah persatuan Indonesia. Keberagaman persatuan


merupakan nilai inti yang sangat penting dalam Pancasila, apalagi dalam
konteks perundungan. Dalam hal ini penerapan nilai persatuan menjadi sangat
penting, sebab perundungan merusak persatuan masyarakat karena
6
menimbulkan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan kekerasan. Masyarakat
harus bekerja sama untuk melindungi anak-anak dan mencegah tindakan
perundungan. Penerapan nilai persatuan dalam Pancasila mendorong kita
untuk bersatu dan bekerja sama menjaga kemanusiaan dan martabat,
melindungi hak- hak anak dan memastikan bahwa tindakan perundungan tidak
akan mendapat tempat dalam masyarakat yang bersatu.

3. Keadilan Sosial

Pancasila menekankan keadilan sosial sebagai pilar ketiga. Kasus


perundungan sering melibatkan dengan ketidaksetaraan dan ketidakadilan.
Dalam hal ini penerapan nilai-nilai keadilan sosial memerlukan tindakan yang
mengedepankan keadilan sosial dan memastikan bahwa hak-hak individu,
khususnya anak-anak dihormati dan dilindungi. Masyarakat dan otoritas
hukum harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pelaku perundungan
harus mendapatkan hukuman yang pantas dan membantu korban untuk
mendapatkan keadilan.

4. Demokrasi Terpimpi

Nilai demokrasi Pancasila menekankan pada partisipasi aktif semua pihak


dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini keterlibatan masyarakat dalam
perlindungan anak dan pencegahan bullying mencerminkan prinsip demokrasi
terpimpin. Teori Pancasila menekankan perlunya partisipasi aktif masyarakat
dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada pencegahan bullying dan
perlindungan anak. Demokrasi terpimpin menunjukkan bahwa masukan dan
partisipasi masyarakat sangat penting dalam menjaga moral dan etika dalam
masyarakat.

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai-nilai keimanan dan ketuhanan Pancasila menekankan tanggung jawab


kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai moral dan etika. Dalam hal ini

7
penerapan Pancasila mengajarkan kita untuk mempertanggungjawabkan
perbuatan kita dan menjaga moral sejalan dengan keyakinan agama. Tindakan
perundungan merupakan pelanggaran nilai moral dan etika agama. Penerapan
nilai ini mendorong kita untuk menghindari tindakan yang merugikan orang
lain dan memastikan bahwa tindakan kita konsisten dengan nilai-nilai agama.

Dengan memahami dan menerapkan teori Pancasila dalam kasus perundungan ini,
kita diberi landasan yang kuat untuk:

 Memperlakukan setiap individu dengan adil dan beradab.


 Menciptakan persatuan dalam masyarakat yang beragam.
 Mengutamakan keadilan sosial dan melindungi hak-hak individu.
 Menggalang partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika agama.

Penerapan nilai-nilai Pancasila pada kasus perundungan bocah di Tasikmalaya


harus melibatkan upaya bersama dari seluruh masyarakat dan lembaga
pemerintah untuk:

 Memberi anak-anak perlindungan yang lebih baik terhadap penindasan.


 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya bullying (perundungan)
dan pencegahannya.
 Memastikan bahwa undang-undang memberikan sanksi yang berat terhadap
mereka yang bersalah melakukan Perundungan (pembullyan)
 Meningkatkan kesadaran akan pentingnya keadilan sosial dan persatuan
dalam masyarakat.

Dalam kasus perundungan, penerapan Pancasila merupakan landasan penting


untuk menjaga martabat manusia, moralitas, dan kesopanan dalam masyarakat
kita. Pancasila bukan sekedar landasan, tapi pedoman kita untuk menjaga
kemanusiaan dan moralitas dalam segala tindakan kita.(Khoiriah.Indah
Ayu,2019)

8
D. Analisisa

Kasus perundungan yang mengakibatkan kematian bocah di Tasikmalaya menjadi


cerminan penting bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dijadikan landasan teori
untuk menyelesaikan dan menerapkan solusi dalam kasus sosial yang kompleks.
Dalam analisis ini, kita akan menguraikan bagaimana Pancasila, sebagai dasar
negara Indonesia, dapat memberikan panduan dalam menghadapi kasus
perundungan semacam ini. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila, kita akan
mencari solusi dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai dasar negara kita.

1. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Salah satu nilai dasar Pancasila adalah kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kasus perundungan ini mencerminkan ketidakpatuhan terhadap nilai ini.
Tindakan kejam yang menyebabkan kematian anak tersebut adalah contoh
nyata bagaimana tindakan yang sangat tidak beradab dapat merusak martabat
manusia. Dalam penerapannya, Pancasila mengajarkan kita untuk
memperlakukan setiap individu dengan adil dan menghormati hak-hak
dasarnya. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan kasus ini, kita harus
menekankan bahwa keadilan dan perlindungan martabat manusia harus
ditempatkan di atas segalanya.

2. Persatuan Indonesia

Pancasila juga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam


konteks kasus ini, perundungan tersebut merusak persatuan dalam
masyarakat. Masyarakat seharusnya bersatu dalam melindungi anak-anak dari
bahaya dan tindakan kejam seperti ini. Dalam penyelesaian kasus, penerapan
Pancasila akan mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam
memastikan perlindungan dan keselamatan anak-anak. Kita harus memastikan
bahwa semua pihak, tanpa memandang latar belakang, agama, atau etnis,
bersatu dalam menolak perundungan dan mendukung solusi yang
berlandaskan persatuan.

9
3. Keadilan Sosial

Pancasila menekankan keadilan sosial sebagai salah satu pilar. Kasus


perundungan ini menggambarkan ketidaksetaraan yang ekstrem, di mana
korban mengalami perlakuan yang sangat tidak adil. Dalam menyelesaikan
kasus ini, penerapan Pancasila mengarahkan kita untuk mengedepankan
keadilan sosial dan melindungi hak-hak setiap individu, terutama anak-anak
yang rentan terhadap perundungan. Dalam hal ini, sistem hukum harus
memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku perundungan dan memberikan
perlindungan yang diperlukan bagi korban. Juga, langkah-langkah pendidikan
dan kesadaran masyarakat harus diterapkan untuk memahami pentingnya
keadilan sosial dan keadilan bagi semua.

4. Demokrasi yang Terpimpin

Demokrasi dalam Pancasila menekankan partisipasi semua pihak dalam


pengambilan keputusan. Dalam kasus perundungan, partisipasi masyarakat
sangat penting. Masyarakat harus terlibat dalam mendukung solusi dan
langkah-langkah pencegahan perundungan. Penerapan Pancasila dalam kasus
ini akan mencerminkan prinsip demokrasi yang terpimpin, di mana partisipasi
masyarakat adalah elemen kunci dalam penyelesaian masalah sosial yang
kompleks. Masyarakat harus diizinkan untuk memberikan masukan,
mengawasi pelaksanaan tindakan pencegahan, dan bekerja sama dengan pihak
berwenang.

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila mengajarkan nilai-nilai kepercayaan dan ketuhanan yang tinggi.


Dalam konteks ini, penerapan Pancasila mengajarkan kita untuk menjunjung
tinggi nilai-nilai moral dan etika agama. Tindakan perundungan adalah
tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika agama, dan
masyarakat harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Langkah-langkah

10
pendidikan dan kesadaran masyarakat harus mencakup penghargaan terhadap
nilai-nilai moral dan etika agama sebagai bagian dari solusi dan penyelesaian
kasus ini.

Solusi dan Tindakan

solusi dan tindakan konkrit yang dapat diambil berdasarkan nilai-nilai Pancasila
untuk mengatasi perundungan yang tragis dan ekstrim ini. Ada beberapa langkah
yang perlu dipertimbangkan:

 Perlindungan korban dan perlindungan hukum

Menghormati prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab, tujuan utamanya


adalah perlindungan korban dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku
pembulyyan. Perlindungan harus mencakup aspek medis, psikologis, dan sosial.
Korban harus menerima perawatan medis dan dukungan psikologis yang tepat
untuk membantu mereka pulih dari trauma. Sampai saat itu tiba, sistem peradilan
harus bekerja secara efektif untuk memastikan bahwa para pelaku bertanggung
jawab atas tindakan mereka. Sesuai asas keadilan Pancasila, hukuman harus
proporsional dengan kejahatan yang dilakukan.

 Pendidikan dan kesadaran masyarakat

Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan merupakan langkah


penting. Kurikulum sekolah harus mencakup pengajaran tentang hak asasi
manusia, martabat manusia, persatuan dan nilai-nilai moral dan etika. Pendidikan
tentang bahaya penindasan dan konsekuensinya harus menjadi bagian penting
dalam proses pembelajaran. Selain itu, kampanye informasi harus ditingkatkan
agar masyarakat memahami pentingnya memerangi perundungan. Penerapan
nilai-nilai moral dan etika agama juga dapat menjadi bagian dari program
pendidikan ini.

 Keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian masalah

11
Mengintegrasikan prinsip demokrasi terpimpin ke dalam Pancasila berarti
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan
perundungan. Komite anti-intimidasi atau forum serupa dapat dibentuk di tingkat
komunitas, sekolah, dan regional untuk melibatkan orang tua, guru, dan warga
dalam pencegahan intimidasi. Masyarakat harus mempunyai kesempatan untuk
berpartisipasi, memantau pelaksanaan tindakan pencegahan dan bekerja sama
dengan pihak berwenang. Prinsip ini menciptakan keputusan yang demokratis dan
melibatkan semua pihak dalam menyelesaikan kasus serupa di masa depan.

 Mengembangkan tanggung jawab sosial

Penerapan nilai-nilai Pancasila juga harus mendorong berkembangnya tanggung


jawab sosial individu dan masyarakat. Setiap orang harus merasa bertanggung
jawab atas keselamatan dan kesejahteraan anak-anak. Hal itu mencerminkan
komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila seperti persatuan dan kemanusiaan.
Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan penindasan merupakan langkah
penting dalam mengembangkan tanggung jawab sosial yang kuat.

 Upaya Bersama Mewujudkan Masyarakat Berdasarkan Pancasila

Tujuan dari segala upaya tersebut adalah membentuk masyarakat yang


berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila bukan hanya kerangka konseptual
tetapi juga pedoman moral yang mendalam. Kasus-kasus perundungan yang tragis
tersebut harus menjadi cambuk bagi pemerintah, masyarakat, lembaga
pendidikan, dan lembaga hukum untuk menyatukan prinsip-prinsip Pancasila.
Hanya dengan memberikan perlindungan, pendidikan, dan kesadaran yang
memadai kita dapat membentuk masyarakat yang lebih adil, beradab, dan
berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

12
E. Kesimpulan

Dapat kami simpulkan dari kasus yang menimpa Bocah di Tasikmalaya atas
dasar Perundungan atau Bullying adalah melanggar nilai-nilai Pancasila. Karena
Pancasila memberikan pedoman moral dan etika yang sangat penting dalam
menangani kasus-kasus perundungan yang tragis dan ekstrim. Kemanusiaan,
persatuan, keadilan, demokrasi, serta nilai-nilai moral dan etika agama menjadi
pilar yang menjadi pedoman tindakan penyelesaian kasus-kasus perundungan
seperti ini.

Kasus perundungan bocah di Tasikmalaya yang sangat tragis ini tentu


menggemparkan kita semua. Hal ini merupakan seruan untuk memperbaiki sistem
pendidikan, hukum dan kesadaran masyarakat untuk melindungi anak-anak dari
bahaya penindasan, yang dapat menghancurkan kehidupan mereka. Dengan
menggunakan Pancasila sebagai pedoman moral dan etika, kita dapat memastikan
bahwa langkah-langkah kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan nilai-nilai moral
dan etika agama selalu menjadi landasan dalam membangun masyarakat yang
lebih beradab, adil, dan berbasis Pancasila.

Menangani kasus-kasus perundungan (pembullyan) terhadap anak yang


ekstrem seperti ini merupakan sebuah tantangan besar. Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia mempunyai nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman kita dalam
menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Namun tindakan nyata, kesadaran
masyarakat dan peran serta semua pihak sangat penting untuk mencapai keadilan
dan perlindungan bagi korban perundungan. Semoga dengan upaya bersama,
kejadian serupa dapat dihindari di kemudian hari, dan nilai-nilai Pancasila tetap
menjadi pedoman moral bangsa Indonesia. Inilah cara kita membangun
masyarakat yang lebih beradab, berkemanusiaan, dan berpancasila, seperti yang
diharapkan oleh para pendiri negara.

13
Daftar Pustaka

Zakiyah E. H. S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Melakukan Bullying.

Jurnal Penelitian, 4, 325.

Hidayati, Dian. "Implementasi Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

dalam Mencegah Perilaku Bullying." Journal of Democratia 1.2 (2023): 11-

21

Khoiriah, Indah Ayu. "Memahami nilai-nilai Pancasila dan Penerapannya."

(2019). Namira, Elsa, et al. "IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA

SEBAGAI

PEDOMAN GENERASI MILENIAL DALAM BERSIKAP DI MEDIA

SOSIAL." JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA 4.04 (2022):61-

71.

Fadiah, Denaya Ayu, et al. "Perundungan di Kalangan Mahasiswa dapat

Menyebabkan Gangguan Psikologis." Jurnal Jendela Inovasi Daerah

6.2 (2023): 29-45.

14

Anda mungkin juga menyukai