LOKAL F
FAKULTAS HUKUM
UPN “ VETERAN “ JAKARTA
2018
i
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya, penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas mengenai Kekerasan Seksual terhadap Anak.
Tujuan penulis menyusun makalah ini tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan
dan memenuhi tugas dalam mata kuliah Sosiologi Hukum . Dalam menyusun makalah ini,
tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan,
dorongan, dan semangat dari orang terdekat, penulis mampu menyelesaikannya. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat membuat
makalah ini dengan baik.
2. Pak Kayus Kayowuan Loweleba, SH,MH selaku Dosen Sosiologi Hukum yang
telah memberikan tugas ini.
3. Keluarga dan teman, atas semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran positif serta membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
ii
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3. Tujuan...............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian ........................................................................................................7
2.2. Situasi kekerasan seksual pada anak di indonesia……………………………8
2.3. Bentuk kekerasan seksual pada Anak...............................................................9
2.4. Penyebab kekerasan seksual pada anak…………...........................................10
2.5. Dampak kekerasan seksual pada anak……….................................................11
2.6. Solusi…………...............................................................................................13
2.7. Fasilitas dalam penangan kekerasan seksual pada anak ……………………18
2.8. Peran bidan dalam pencegahan dan penanganan……………………………21
2.9. Contoh Kasus…………….………………………………………………….23
Daftar Pustaka......................................................................................................26
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anak dan perempuan memang merupakan golongan yang sangat rentan untuk
terhadap anak terjadi pada lingkungan sekitar kita, baik itu kekerasan fisik,
psikologis, ataupun kekerasan seksual. Segala bentuk perlakuan salah pada anak
tidak dibenarkan, karena meskipun anak berbuat salah, anak tidak mengetahui bahwa
perbuatannya salah, dan orang tua yang memiliki kewajiban untuk memberi tahu
sekitar kita. Salah satu bentuk perlakuan salah pada anak yang perlu diberikan
perhatian lebih adalah perlakuan salah seksual. Terdapat berbagai macam istilah bagi
perlakuan salah seksual pada anak, istilah yang sering digunakan adalah kekerasan
Menurut Seto Mulyadi, psikolog dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak,
4
terhadap orang dewasa. Karena posisi anak-anak masih rentan, lemah, mudah dirayu dan
dibodoh-bodohi. Selain itu juga karena kekerasan dan pelecehan seksual merupakan
adalah sebuah kisah horor bagi para orangtua. Dan yang paling sulit kita terima,
kekerasan seksual pada anak kebanyakan justru dilakukan oleh orang-orang terdekat,
yang otomatis sudah dikenal dan dipercaya, termasuk juga oleh guru agama.
aman. Kekerasan seksual pada anak tak hanya menimbulkan luka fisik, tapi juga luka
psikologis karena trauma. Luka psikologis inilah yang paling berat. Oleh karena itu,
maka kekerasan seksual pada anak harus mendapat perhatian khusus dari pihak yang
kekerasan seksual.
5
6. Bagaimanakah solusi menurut undang-undang, program dan fasilitas untuk
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari kekerasan seksual pada anak dari segi kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat,
Kekerasan Seksual pada Anak (child sexual abuse), jika terjadi aktivitas atau
kontak seksual yang melibatkan anak/remaja dengan orang dewasa atau dengan
anak/remaja lain yang tubuhnya lebih besar, lebih kuat, atau yang kemampuan
berpikirnya lebih baik, atau yang anak/remaja lain yang usianya lebih tua (> 3
tahun).
Jadi sekali lagi, pelaku bisa saja orang yang sudah dewasa dan cukup umur,
atau bisa saja seorang anak/remaja. Selain persentuhan antar bagian tubuh, kontak
seksual juga mencakup kegiatan yang tidak bersentuhan, misalnya percakapan atau
pertukaran gambar yang berbau seks. Kedua jenis kontak seksual ini bisa
Kekerasan seksual pada anak juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk
penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan
anak untuk rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta
atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari
7
2.2 Situasi kekerasan seksual pada anak di Indonesia
menakutkan. Data yang dikumpulkan dan dianalisis Pusat Data dan Informasi
seksual, selebihnya adalah kasus kekerasan fisik, penelantaran dan perebutan anak,
seksual komersial. Data ini bersumber dari laporan masyarakat melalui pelayanan
data dan informasi yang dikumpulkan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 34
menerima laporan 679 kasus, dengan jumlah korban 896 orang anak. Sebanyak 52%
adalah kejahatan seksual. Laporan KPAI yang bertajuk “Kekerasan Seksual dan
Pornografi pada Anak” menyoroti tentang berbagai fakta kekerasan seksual pada
Laporan ini juga menyoroti upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak
termasuk KPAI dalam mengatasi masalah ini termasuk kebijakan dan produk
legislasi yang telah dibuat. Selanjutnya laporan ini memaparkan berbagai gaps dan
Terhadap laporan ini ada beberapa aspek yang perlu dikritisi dan dipertajam.
Pertama mengenai pilihan isu. Isu kekerasan seksual pada anak memang menjadi
8
sebuah masalah yang beberapa tahun terakhir ini meningkat baik jumlah maupun
ini terus menerus berlangsung. Isu kekerasan seksual anak seharusnya diikuti juga
dengan praktek eksploitasi seksual anak, karena dalam dokumen insternasional lebih
anak berupa penggunaan kekerasan dan anak dijadikan objek seksual dan objek
pornografi anak, perdagangan seks anak dan pariwisata seks anak. Lalu berdasarkan
Opsional Protokol tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak
telah juga didefiniskan tentang ketiga bentuk eksploitasi seksual anak tersebut.
Selain persentuhan antar bagian tubuh, kontak seksual juga mencakup kegiatan
yang tidak bersentuhan, misalnya percakapan atau pertukaran gambar yang berbau
seks. Kedua jenis kontak ini bisa mengganggu kondisi fisik dan kondisi psikis
(mental) anak. Definisi anak menurut UU No. 23 tahun 2002 adalah seseorang yang
9
b. Pelaku memasukkan bagian tubuhnya atau benda lain ke mulut, anus, atau
vagina anak.
aktivitas yang tidak senonoh, dalam adegan seksual yang jelas nyata, maupun
(gambar, foto, video, dan semacamnya) yang mengandung muatan seks dan
porno)
dan justru menonton ketika ada seorang anak mandi atau berganti pakaian
10
1. Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain
dll. Hal ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun
2. Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu.
4. Keluarga pecah (broken home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka
panjang.
5. Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak,
anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child) atau anak lahir diluar nikah.
8. Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu
1. Dampak Fisik
fisik yang ditimbulkan antara lain : lembam, lecet, luka bakar, patah tulang,
kerusakan organ, robekan selaput dara, keracunan, gangguan susunan saraf pusat.
Tergantung pada umur dan ukuran anak, dan tingkat kekuatan yang
11
dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ internal dapat terjadi
termasuk trauma pada alat kelamin atau dubur dan mutilasi seksual.
2. Dampak Psikologis
trauma, kegelisahan, gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan
sendiri, kekejaman terhadap hewan, kriminalitas ketika dewasa dan bunuh diri.
dibanding mereka yang tidak mempunyai sejarah gelap masa lalu. Sebuah studi
memerlukan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi dibanding yang tidak.
Anak yang dilecehkan secara seksual menderita gerjala psikologis lebih besar
Resiko bahaya akan lebih besar jika pelaku adalah keluarga atau kerabat dekat,
12
juga jika pelecehan sampai ke hubungan seksual atau paksaan pemerkosaan, atau
3. Dampak Seksual
2.6 Solusi
1. Pelecehan seksual dapat dijerat dengan pasal percabulan (Pasal 289 s.d. Pasal
296 KUHP)
13
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU
Perlindungan Anak”), sebagai lex specialis (hukum yang lebih khusus) dari
KUHP.
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”
Para praktisi hukum maupun pemerintah setiap negara selalu melakukan berbagai
usaha untuk menanggulangi kejahatan dalam arti mencegah sebelum terjadi dan
menindak pelaku kejahatan yang telah melakukan perbuatan atau pelanggaran atau
melawan hukum. Berikut adalah beberapa program pemrintah yang bertujuan untuk
14
pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), asosiasi media cetak dan media elektronika,
serta asosiasi dan penyelenggara jasa internet dalam rangka pencegahan dan
kejahatan seksual terhadap anak sesuai dengan permintaan Polri dan Jaksa Agung.
tuntutan pidana seberat mungkin terhadap pelaku tindak pidana kejahatan seksual
15
terhadap anak, dan melakukan pengawasan terhadap putusan pidana bersyarat,
pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat terhadap pelaku tindak pidana
penyelesaian proses penyidikan dan berkas perkara hukum bagi pelaku kejahatan
seksual terhadap anak, melakukan penegakan hukum yang optimal kepada pelaku
dan pemberantasan keahatan seksual terhadap anak, bekerja sama dengan instansi
terkait.
7. Negara berusaha meningkatkan kapasitas para penegak hukum ini agar lebih
fasilitas yang handal sehingga dapat dengan mudah mengenali kejahatan ini,
disamping penambahan unit cyber crime dibeberapa kota yang dinilai kadar
rehabilitasi ini harus dikelola secara profesional dengan anggaran yang mencukupi
16
rehabilitasi ini perlu diintegrasikan dengan peran penyidik dan peran-peran
9. Sektor swasta merupakan salah satu mitra kunci dalam memerangi kekerasan
seksual ini, sehingga negara tidak membiarkan mereka menjadi “penonton” dan
Ada kode etik atau hukum yang perlu diterapkan kepada mereka agar tidak
penyedia layanan internet, industri pariwisata termasuk sektor swasta yang sering
Mereka harus memiliki aturan untuk menolak menjadi “tuan rumah” bagi
kekerasan seksual (online) pada anak, mereka juga didorong untuk melaporkan
kasus-kasus kekerasan seksual pada anak yang mereka ketahui, mereka juga harus
online pada anak dan melaporkannya, mereka juga didorong untuk memiliki
wisata.
10. Kementrian Komunikasi dan Informasi memiliki peran strategis dalam mencegah
terjadinya kekerasan seksual online. Peran ini sudah mereka lakukan, namun
17
Kebijakan menyeluruh dalam melindungi anak-anak dari ancaman kekerasan
faham betul apa yang harus dilakukan. Karena itu, kementerian ini perlu dimotivasi
kejahatan atau menjelang terjadinya kejahatan, dengan tujuan agar kejahatan itu
bagi para pelakunya sehingga menjadi contoh agar orang lain tidak melakukan
kejahatan.
perlindungan secara tidak langsung kepada korban perkosaan anak di bawah umur
ataupun perlindungan terhadap calon korban. Ini berarti memberikan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya atau dengan kata lain para pelaku diminta
pertanggungjawabannya.
tekanan terhadap pelaku kejahatan, dengan tujuan agar kejahatan itu tidak terjadi lagi.
penghukuman.
tidak menggunakan sanksi hukum, yang berarti bahwa penanggulangan ini adalah
Usaha-usaha non penal bisa berupa penyantunan dan pendidikan sosial dalam
peningkatan usaha dan kesejahteraan anak remaja, kegiatan patroli dan pengawasan
lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya dan sebagainya.
a) Upaya Preventif
bertujuan agar kejahatan itu tidak sampai terjadi. Kejahatan dapat dikurangi
19
Dalam usaha pencegahan kriminalitas, kata pencegahan dapat berarti
antara lai mengadakan usaha perubahan yang positif, dalam hal perkosaan
perlindungan terhadap anak karena anak merupakan orang yang paling mudah
dibujuk dan selain itu anak belum dapat memberontak seperti yang dilakukan
b) Upaya Reformatif.
kejahatan ulangan. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
dapat menjadi manusia yang baik kembali. Upaya reformatif ini dilakukan
metode reformatif dinamik (dalam hal ini metode klasik dan metode moralisasi)
20
yang tidak baik, terdapat metode klasik dengan jalan memberikan hukuman
yang berat.
Ada 3 pokok yang menjadi solusi dalam penanganan kekerasan seksual pada
anak :
1. Pencegahan.
2. Deteksi Dini
3. Intervensi Krisis.
2.8 Peran Bidan dalam Mencegah dan Menangani Kekerasan Seksual pada Anak.
21
Sebagai tenaga kesehatan, seorang bidan harus mampu menangani jika
diharapkan agar bidan dapat menjadi tempat utama dalam perlindungan korban kekerasan
1. Melakukan pendekatan
mental yang ada pada saat ini, tetapi juga mencegah hal yang sama pada masa yang
akan datang
Menjelaskan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang boleh menyentuh nya
dengan tidak wajar. Berikan pemahaman dan ajarkan anak untuk menolak segala
tersebut terjadi. Ingatkan anak untuk tidak gampang mempercayai orang asing dan
buat anak untuk selalu mencerikan jika terjadi sesuatu dengan diri nya
Bila terjadi kekerasan fisik, psikis atau pun seksual ada baik nya segera laporkan
pada pihak yang berwajib. Hal ini bertujuan agar segera diambil tindakan lebih lanjut
22
terhadap tersangka dan dapat mengurangi kejahatan yang sama terjadi. Sementara
untuk korban nya harus segera mendapatkan bantuan ahli medis serta dukungan dari
keluarganya.
SEMARANG - Seorang anak di bawah umur, sebut saja Bunga, asal Kota Semarang,
Jawa Tengah, diduga menjadi korban pelecehan seksual kakek bernama Slamet,66. Agar
aksinya tak terbongkar, si kakek memberikan uang Rp1.000 kepada korban agar tutup
mulut.
Perbuatan tak senonoh itu akhirnya terbongkar. Orang tua korban, F,38, tak terima
anaknya menjadi korban pelecehan sehingga mendatangi Mapolrestabes Semarang
melaporkan Slamet atas tuduhan dugaan perbuatan pencabulan terhadap anak. Dalam
pelaporan yang diterima polisi, pencabulan terjadi di rumah kakek Slamet pada 21 Febuari
2018. Peristiwa bermula saat korban ikut neneknya pergi ke rumah pelaku di Pedurungan,
Semarang untuk keperluan pijat badan. Sesampai di tempat tujuan, tiba-tiba korban
menyampaikan berkeinginan buang air kecil.
"Pada saat neneknya pijat, korban mau buang air kecil dan diantar oleh dia (kakek
Slamet) ke kamar mandi," kata F kepada petugas kepolisian saat melakukan pelaporan,
Rabu (18/7/2018).
Nenek korban tidak menaruh curiga. Sampai di kamar mandi, Slamet membuka celana
korban dan melancarkan aksinya yang diduga melakukan perbuatan tindak asusila.
"Setelah membuka celana (korban), kemudian ibu jarinya (kakek Slamet)
dimasuk-masukkan," katanya. Setelah melakukan perbuatan bejatnya, pelaku memberikan
uang tutup mulut agar korban tak menceritakan peristiwa itu kepada orang lain. "Dikasih
uang Rp1.000," katanya.
Korban yang kesakitan akhirnya menceritakan itu kepada orang tuanya. Geram
dengan perbuatan terlapor, F melaporkan kejadian ini ke kepolisian supaya diproses
hukum. Barang bukti pelaporan yang ada yakni bukti periksa dokter dari sebuah rumah
sakit. "Akibat dari kejadian ini, (korban) menderita luka-luka lecet dan trauma," katanya.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat,
Salah satu praktek kekerasan seksual anak terhadap anak di bawah umur yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama serta melanggar hukum yang berlaku dan
membuat masyarakat termotivasi untuk membasmi praktek seks yang kini telah
diharapkan agar bidan dapat menjadi tempat utama dalam perlindungan korban
3.2 Saran
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual
sangat berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari
24
beban mental yang diderita oleh korban,penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan
juga oleh korban dan lain sebagainya. Maka dari itu diharapkan kepada orang tua
agar dapat menjaga anak mereka agar terhindar dari kekerasan seksual yang
25
Daftar Pustaka
Komnas Perlindungan Anak. 2006. Pemerkosa Pelajar ditangkap: Terapi Psikologis Amat
diperlukan, www.kompas.com diakses 18 Oktober 2015.
https://daerah.sindonews.com/read/1322916/22/modal-rp1000-kakek-di-semarang-cabuli-
bocah-bawah-umur-1531911318
26
27