MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP EKSPOITASI PADA ANAK
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 9
Nama Anggota : Fuja Rahimna (1911311001)
Sarah Assyifa Candera (1911311040)
Salshabilla (1911312037)
Shindy Rahmadeswita (1911313030)
Kelas : A1 2019
Dosen Pengampu : Dr. Ns. Meri Neherta, S.Kep., M. Biomed.
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Terhadap Eksploitasi Pada
Anak” ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dan dukungan dari banyak
pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya bagi pembaca.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih di dalam kandungan. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak menjelaskan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi
muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan
mempunyai potensi menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan. Untuk anak dan remaja perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan berakhlaq mulia.
Terdapat beberapa jenis kekerasan terhadap anak menurut kantor pusat
pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) di antaranya
kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan seksual, pengabaian dan
penelantaran, dan kekerasan ekonomi atau eksploitasi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), eksploitasi berarti pengusahaan, pendayagunaan.
Eksploitasi juga berarti pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan;
pemerasan (tentang tenaga orang) atas diri orang lain dan merupakan tindakan
yang tidak terpuji.
Berdasarkan penelitian pada 2928 anak usia antara 8 sampai 18 tahun,
30% anak perempuan dan 48% anak laki-laki terbukti menjadi korban eksploitasi
anak di Indonesia. Sedangkan berdasarkan survei angkatan kerja nasional tahun
2012-2016, didapatkan hasil bawah tahun 2012 persentase anak yang menjadi
korban eksploitasi sebanyak 9, 43%, tahun 2013 sebanyak 8,56%, tahun 2014
sebanyak 7,06%, tahun 2015 sebanyak 5,99%, dan pada tahun 2016 sebanyak
6,99% (InfoDATIN, 2018).
Dari data yang sudah diperoleh pemerintah mencanangkan program
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap anak pada sektor kesehatan
terpadu dalam program penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak
(KtP/A). Program ini memiliki standar pelayanan kesehatan bagi korban
kekerasan terhadap perempuan dan anak dari segi promotif dan preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan tunjukkan. Dimana pada program tersebut perawat juga berperan
dalam melakukan pencegahan terhadap eksploitasi pada anak.
1
2
3
4
4
5
5
6
1) Pertumbuhan fisik
2) Pertumbuhan Kognitif
3) Pertumbuhan Emosional
4) Pertumbuhan Sosial dan Moral termasuk rasa identitas kelompok,
kemauan untuk bekerja sama dengan orang lain, dan kemauan untuk
membedakan yang benar dan yang salah.
6
7
7
8
8
9
Secara spesifik, berikut ini beberapa dampak eksploitasi anak yang terkait
dengan kehidupan sehari-hari anak, antara lain:
Anak putus sekolah.
Perkembangan fisik dan mental anak terhambat.
Gangguan kesehatan, terluka/sakit-sakitan.
Menjadi penakut, murung, menarik diri.
Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS.
Terus terjerat pekerjaan dan kehilangan masa depan.
Anak kehilangan kepercayaan diri.
Anak tidak punya waktu bermain.
Anak stres/tertekan hingga depresi atau punya keinginan bunuh diri.
Anak terpisah dari keluarga, dan mungkin dikucilkan dari
masyarakatnya.
Anak terlibat penyalahgunaan narkotika dan perilaku berisiko lainn.
Berhadapan dengan atau berkonflik dengan hukum, walaupun sebagai
“korban” anak kerap mendapat perlakuan buruk pula dalam proses
hukum.
9
10
tempat tinggal yang layak juga tempat tinggal yang aman, serta berhak
mendapatkan nama dan juga kewarganegaraan.
2) Seorang anak mempunyai hak untuk bertumbuh dan berkembang dengan
memperoleh kesempatan mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin, seorang anak mempunyai hak untuk bermain, rekreasi dan
beristirahat yang cukup.
3) Seorang anak mempunyai hak untuk berpartisipasi untuk menyatakan
pendapat atau pandangan maupun ide-ide terutama tentang masalah yang
berkaitan dengan si anak.
4) Seorang anak mempunyai untuk dilindungi dalam hal-hal ;
a. Eksploitasi Ekonomi dan Seksual
b. Kekerasan terhadap fisik maupun psikologi dan dan segala macam
bentuk diskriminasi
5) Seorang anak berhak mendapatkan pendidikan yang harus di realisasikan
oleh setiap orang tua yaitu
a. Seorang anak berhak dan wajib mengikuti pendidikan dan wajib
belajar 9 tahun.
b. Seorang anak yang berprestasi atau unggul wajib diberi kesempatan
ataupun akses untuk memperoleh pendidikan khusus.
c. Seorang anak dalam lingkungan persekolahan wajib dilindungi dari
tindak kekerasan oleh pihak guru atau pihak pengelola sekolah
maupun dari sesama murid.
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
i. Seksualitas
Perubahan kewaspadaan / aktivitas seksual, meliputi masturbasi
kompulsif, permainan seks dewasa sebelum waktunya,
kecenderungan mengulang atau melakukan kembali pengalaman
inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang seks, secara seksual
menganiaya anak lain.
Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa
berlendir.
Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (eksploitasi
seksual)
j. Interaksi Sosial
Menarik diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara
verbal kurang responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung
dan pernyataan kritik, penurunan penghargaan atau pengakuan
verbal, merasa rendah diri. Pencapaian prestasi disekolah rendah atau
prestasi di sekolah menurun.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan Umum
Tingkat kesadaran, tanda vital ( nadi, suhu, respirasi ), status gizi (
BB, TB, IMT )
b. Pemeriksaan Cephalo Caudal
Kulit
Kulit kusam, kebersihan kurang, terdapat, memar, tanda bekas
gigitan, bilur pada kulit, terbakar ( tersiram air panas, rokok), goresan
kulit, jaringan parut, perubahan tonus sfingter,
Kepala
Rambut berwarna kemerahan, rontok, kebersihan kurang
Mata
Mata pasien tampak sembab, conjungtiva anemis, refleks terhadap
cahaya baik, tidak terdapat udem palpebral, tidak ada ikterik.
15
16
Telinga
Bentuk normal dan simetris, terdapat serumen, fungsi pendengaran
pasien baik.
Hidung
Pernapasan cuping hidung tidak ada, posisi septum simetris,
kebersihan kurang
Mulut
Membran mukosa bibir kering, pada gigi terdapat karies.
Leher
Bentuk leher pasien simetris,tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan tambahan. JVP tidak meningkat. Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
Dada ( Paru dan Jantung )
Inspeksi
Dada simetris, tidak ada retraksi, diameter anteroposterior :
lateral 1:1. Saat bernapas pergerakan sama dan tidak ada bagian
yang tertinggal pergerakannya. Tidak ada lesi, ikterik, keloid,
warna kulit merata. Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan. Iktus kordis teraba normal
Perkusi
Suara sonor pada paru kanan dan kiri. Suara IC 4-5 sinistra
redup
Auskultasi
Seluruh lapang dada terdengar suara vesikuler. Tidak ada
murmur dan gallop.
Abdomen
Nyeri perut, nyeri panggul kronis , spastik kolon.
Genetalia
Ruam / gatal di area genital, adanya PMS, vaginitis, kutil genital.
16
17
Eksremitas
Simetris, sering terdapat lesi ataupun kelainan
B. Diagnosa
Diagnosa yang berhubungan dengan anak korban eksploitasi adalah:
C. Intervensi Keperawatan
17
18
18
19
19
20
Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia
Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
relaksasi
Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
Harga Diri Harga Diri Promosi Harga Diri
Rendah Setelah dilakukan Aktivitas :
Kronik b.d tindakan keperawatan Observasi
terpapar selama 3x24 jam Monitor verbalisasi
situasi diharapkan terjadi merendahkan diri
traumatis d.d peningkatan perasaan sendiri
merasa malu positif terhadap diri Monitor tingkat harga
dan bersalah sendiri, dengan kriteria diri di setiap waktu,
hasil : sesuai kebutuhan
Penilaian diri positif teraupetik
20
21
21
22
22
23
dipilih
Aajrkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas
Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu
Risiko Status Perkembangan Promosi Perkembangan
Gangguan Setelah dilakukan Anak
Perkembanga tindakan keperawatan Aktivitas :
n b.d selama 3 x 24 jam Obsevasi
penganiayaan diharapkan status Identifikasi
pada anak, perkembangan kebutuhan khusus
ekonomi membaik dengan anak dan
lemah kriteria hasil: kemampuan
Keterampilan prilaku adaptasi anak
sesuai usia ditingkatkan Terapeutik
dari 2 (cukup menurun) ke Fasilitasi hubungan
4 (cukup meningkat) anak dengan teman
Kemampuan melakukan sebaya
perawtan diri ditingkatkan Dukung anak
23
24
D. Evaluasi Keperawatan
24
25
25
26
26
27
3.1 Kasus
Seorang An. C adalah anak laki-laki usia 7 Tahun yang sehari-harinya bekerja
sebagai tukang angkat di pasar, anak tersebut disuruh bekerja oleh Ibunya yang single
parent dengan mengharuskan anak menghasilkan uang 500 ribu setiap harinya dan
melakuakn kekerasan fisik yang sangat tidak wajar jika tidak mencapai target. Anak
tersebut akhirnya diselamatkan dan sekarang tinggal bersama neneknya. Saat ini anak
dibawa ke rumah sakit oleh neneknya karena mengalami diare dan lesu (anak hanya
menunduk).
Saat dilakukan pengkajian, TD: 125/90 mmHg, RR: 38x/menit, Suhu 36,5℃,
terdapat konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, terdapat banyak ulserasi atau
sariawan, serta berat badan anak turun menjadi 28 kg (sebelumnya 32 kg). Anak
tampak gelisah dan enggan untuk melakukan kontak mata dengan perawat. Pada
bagian tubuh terdapat luka pada bahu dan punggung anak, anak tampak lemah, kurus,
dan juga terdapat beberapa luka lebam pada wajah anak. Nenek An. C mengatakan
bahwa anak tersebut sulit untuk disuruh makan dan Nenek juga mengatakan bahwa
anak sering menyendiri dan merasa cemas berlebihan saat bertemu dengan orang lain,
sulit untuk tidur, sering mengeluh pusing, berkeringat dimalam hari, merasa tidak ada
yang memberikan kasih sayang kepadanya.
3.2 Pengkajian
A. identitas
Nama : An. C Nama
Nenek : Ny. Ani
Umur : 7 Tahun Umur
: 60 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan :
Pedagang
B. Keluhan utama : Anak mengalami diare dan tidak mau bertemu orang lain.
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
27
28
Anak sering mengalami mimpi buruk yang mengakibatkan anak trauma, lalu
anak juga sering mengalami diare, sering pusing, dan demam.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami diare, kecemasan, berkeringat saat tidur, merasa tidak ada
yang sayang kepadanya, anak selalu merasa dirinya tidak berdaya, dan selalu
menunduk serta lesu.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakita apapun, anak adalah korban peceraian dari
kedua orang tua sehingga Ibu melakukan eksploitasi fisik terhadap anak untuk
mencukupi ekonomi keluarga.
4. Riwayat tumbuh kembang
An. C tidak memilki teman serta enggan untuk bertemu dengan orang baru.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
Keasadaran: komposmentis, TD: 125/90 mmHg, RR: 38x/menit, Suhu
36,5℃.
b. Wajah:
Terdapat konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, terdapat banyak
ulserasi atau sariawan pada bibir, luka lebam pada wajah anak.
c. Tubuh:
Pada bagian tubuh terdapat luka pada bahu dan punggung anak, anak
tampak lemah, kurus, dan juga terdapat beberapa
28
29
29
30
1. Defisit nutrisi b.d Faktor Psikologis (keengganan untuk makan) d.d diare,
enggan untuk makan, berat badan anak turun 10% dari berat badan normal,
membrane mukosa pucat dan sariawan.
2. Ansietas b.d Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan dan disfungsi system
keluarga d.d sering mengeluh pusing, sulit tidur, berkeringat dimalam
hari,]takut untuk bertemu dengan orang lain, TD meningkat, frekuensi napas
meningkat, pucat, dan gelisah.
3. Harga diri rendah kronis b.d Terpapar situasi traumatis, kurangnya pengakuan
dari orang lain d.d Anak tampak menunduk, lesu, enggan untuk mencoba hal
baru dan bertemu orang baru, kontak mata kurang, Anak mengungkapkan
keputusasaan (sering berkata dia tidak berdaya), dan sulit tidur.
30
31
31
32
yang dimiliki.
3. Anjurkan mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi dengan
orang lain.
4. Latih cara berfikir dan berperilaku
positif.
32
33
Volume dan Vol. 6, No. 1, Juli 2020, hal 014 - 030, ISSN: 2477-6149
Halaman DOI: http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v6i1.1856
Tahun 2020
Abstrak Abstrak dalam jurnal ini sudah cukup baik, karena didalamnya
sudah terdapat tujuan , metode, hasil penelitian, dan kata kunci.
Abstrak juga sudah menggunakan 2 versi bahasa. Beberapa
aspek tersebut sudah dijelaskan dengan rinci dan jelas. Namun,
didalam abstrak tidak ditulis latar belakang nya sehingga
mengurangi nilai abstrak yang sesungguhnya.
Latar belakang Latar belakang jurnal sudah dijelaskan dengan baik. ndonesia
merupakan negara yang menempatkan kepentingan anak dengan
pemenuhan dan pemberian hak-hak pada anak serta ikut
medeklarasikan “World Fit for Children” pada tanggal 20
Vovember 1989 di Amerika Serikat. Maka dari itu pemerintah
membentuk Kota Layak Anak. Kota Layak Anak merupakan
sistem pembangunan Kabupaten/Kota yang mengintegrasikan
komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
memberikan penghargaan Kabaupaten/Kota Layak Anak kepada
135 Kabupaten/Kota yang meraih predikat Pratama, 86 meraih
predikat Madya, dan 23 meraih predikat Nindya (2019:2).
Hasil penelitian Meskipun kota Kendari sudah menjadi salah satu kota Kota yang
Layak Anak di Indonesia, namun ekploitasi anak tetap terjadi
dalam beberapa kelompok masyarakat tertentu di beberapa
kelompok masyarakat. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara di lapangan yang ditranskrip, “bahwa meskipun kota
Kendari sudah termasuk Kota Layak Anak namun tidak bisa
dihindari masih ada anak yang mengalami eksploitasi, baik yang
dilakukan oleh keluarga/orang tua maupun pihak-pihak yang
35
4.2. Jurnal 2
Judul Pendampingan Anak Korban Kekerasan dan Eksploitasi Seksual
36
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Eksploitasi anak merupakan perbuatan memanfaatkan anak secara sewenang-
wenang yang dilakukan oleh keluarga atau orang lain dan memaksa anak
melakukan sesuatu yang dapat mengganggu tumbuh kembang mental dan
fisiknya. Eksploitasi anak berarti menghilangkan hak-hak anak. Eksploitasi pada
anak dapat terjadi berupa eksploitasi fisik, sosial, dan bahkan seksual. Meskipun
sudah ada peraturan yang mengatur tentang larangan eksploitasi anak, namun
masih banyak kasus yang terjadi mengenai eksploitasi tersebut. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pencegahan eksploitasi pada anak baik oleh orangtua, pemerintah,
tim kesehatan, dan masyarakat. Selain itu, orang tua juga harus dapat memenuhi
hak-hak yang harus didapat oleh seorang anak. Bagi tenaga kesehatan juga dapat
melakukan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan kepada korban eksploitasi
agar nantinya tidak terjadi penyimpangan.
5.2. Saran
Sebagai bagian akhir dari penulisan makala ini, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Memperbanyak sosialisasi kepada masyarakat terutama di lingkungan-
lingkungan yang rawan eksploitasi khususnya terhadap anak yang
mempunyai dampak merugikan.
2. Pemerintah maupun masyarakat diharapkan lebih memperhatikan hak-hak
anak dan juga lebih mengefektifkan aturan-aturan perundang-undangan yang
telah ada.
3. Memberdayakan paratur negara dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat
agar lebih konsisten untuk mengawasi dan mendampingi pelaksanaan hak-
hak anak.
4. Pemerintah diharapkan juga melakukan perbaikan ekonomi sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat mengurangi angka
kemiskinan yang dapat menjadi pemicu persoaln eksploitasi ekonomi
terhadap anak.
40
Daftar Pustaka
Tumengkol, M. R. (2016). Eksploitasi anak pada keluarga miskin di kelurahan tona i
kecamatan tahuna timur kabupaten kepulauan sangihe. HOLISTIK, Journal
Of Social and Culture.
Ghon, M. A. (2021). Tinjauan Yuridis Dan Sosiologis Terhadap Pencegahan
Eksploitasi Anak Menjadi Pengemis (Studi Kasus Peminta-Minta Dari Desa
Sidamulya-Blok Kiliyem Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon)
(Doctoral dissertation, IAIN Syekh Nurjati Cirebon).
SI, M. F., & Muzakir, M. (2020). Eksploitasi Anak dalam Komunikasi Pemasaran
Studi Kasus Iklan McDonald Fillet-O-Fish. Jurnal Bisnis Dan Kajian
Strategi Manajemen, 4(1).
BATOLA, N. (2021). Eksploitasi Anak Ditinjau Dari Undang-undang Perlindungan
Anak Nomor 35 TAHUN 2014 (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Kalimantan MAB).
Monica, M. (2021). Tinjauan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Di Bawah Umur
Menurut Undang-undang Perlindungan Anak Dan Undang-undang
Ketenagakerjaan. Ilmu Hukum Prima (IHP), 4(2).
Machmud, H., Alim, N., & Rasmi, R. (2020). EKSPLOITASI ANAK DI KOTA
LAYAK ANAK (Studi di Kota Kendari). Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 6(1), 74-
96.