Anda di halaman 1dari 43

1

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP EKSPOITASI PADA ANAK

DISUSUN

OLEH:
KELOMPOK 9
Nama Anggota : Fuja Rahimna (1911311001)
Sarah Assyifa Candera (1911311040)
Salshabilla (1911312037)
Shindy Rahmadeswita (1911313030)
Kelas : A1 2019
Dosen Pengampu : Dr. Ns. Meri Neherta, S.Kep., M. Biomed.

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2021
ii

Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Terhadap Eksploitasi Pada
Anak” ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dan dukungan dari banyak
pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya bagi pembaca.

Padang, 01 Oktober 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih di dalam kandungan. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak menjelaskan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi
muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan
mempunyai potensi menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan. Untuk anak dan remaja perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan berakhlaq mulia.
Terdapat beberapa jenis kekerasan terhadap anak menurut kantor pusat
pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) di antaranya
kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan seksual, pengabaian dan
penelantaran, dan kekerasan ekonomi atau eksploitasi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), eksploitasi berarti pengusahaan, pendayagunaan.
Eksploitasi juga berarti pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan;
pemerasan (tentang tenaga orang) atas diri orang lain dan merupakan tindakan
yang tidak terpuji.
Berdasarkan penelitian pada 2928 anak usia antara 8 sampai 18 tahun,
30% anak perempuan dan 48% anak laki-laki terbukti menjadi korban eksploitasi
anak di Indonesia. Sedangkan berdasarkan survei angkatan kerja nasional tahun
2012-2016, didapatkan hasil bawah tahun 2012 persentase anak yang menjadi
korban eksploitasi sebanyak 9, 43%, tahun 2013 sebanyak 8,56%, tahun 2014
sebanyak 7,06%, tahun 2015 sebanyak 5,99%, dan pada tahun 2016 sebanyak
6,99% (InfoDATIN, 2018).
Dari data yang sudah diperoleh pemerintah mencanangkan program
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap anak pada sektor kesehatan
terpadu dalam program penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak
(KtP/A). Program ini memiliki standar pelayanan kesehatan bagi korban
kekerasan terhadap perempuan dan anak dari segi promotif dan preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan tunjukkan. Dimana pada program tersebut perawat juga berperan
dalam melakukan pencegahan terhadap eksploitasi pada anak.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang sudah dibuat, didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep eksploitasi pada anak
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan eksploitasi pada anak
c. Bagaimana tata laksana asuhan keperawatan pada kasus eksploitasi pada anak
d. Bagaimana review kasus eksploitasi terhadap anak pada jurnal

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari pemulisan makalah ini adalah:
a.Mampu mengetahui dan memahami konsep eksploitasi pada anak
b. Mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan eksploitasi
pada anak
c. Mampu mengetahui dan memahami tata laksana asuhan keperawatan pada
kasus eksploitasi pada anak
d.Mampu melakukan review kasus eksploitasi terhadap anak pada jurnal

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
a. Bagi Penulis
Penulis lebih memahami bagaimana asuhan keperawatan terhadap
ekspoitasi pada anak, dimana nantinya mampu mengaplikasikan hal tersebut
dalam dunia kerja dan terciptanya asuhan keperawatan yang terstandar sesuai
dengan SOP. Sehingga kasus kekerasan terhadap eksploitasi pada anak dapat
berkurang.
b. Bagi Pembaca
Bagi orang tua bisa mengetahui bagaimana bertindak dan mendidik anak secara
benar. Bagi perawat mampu menambah wawasan terhadap asuhan keperawatan
terbaru terhadap kasus eksploitasi pada anak
3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1. Pengertian Eksploitasi Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksploitasi adalah
pengusahaan, pendayagunaan, atau pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
atau pemerasan tenaga atas diri orang lain merupakan tindakan yg tidak
terpuji. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
pasal 13 ayat (1) huruf b tentang perlindungan anak menyebutkan tentang
perlakuan eksploitasi merupakan tindakan atau perbuatan yang memperalat
memanfaatkan, atau memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi,
keluarga, ataupun goIongan.
Adapun yang dimaksud dengan eksploitasi anak oleh orang tua atau
pihak lainnya, yaitu menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi ekonomi atau seksual
terhadap anak. Dengan demikian, jelaslah bahwa eksploitasi anak merupakan
tindakan yang tidak terpuji, karena eksploitasi anak telah merampas hak-hak
anak, seperti mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua, pendidikan
yang layak, dan sarana bermain yang sesuai dengan usianya. Selain itu,
eksploitasi pada anak dapat berdampak pada gangguan fisik maupun
psikologis anak. Gangguan pada anak juga dapat berdampak panjang pada
masa depan anak yang kurang bisa membedakan antara benar dengan yang
salah karena rendahnya tingkat pendidikan pada anak yang dieksploitasi.
Menurut pasal 13 UU no. 23 tahun 2002 menyatakan setiap anak yang
dalam pengasuhan orang tua atau wali, maupun pihak lain yang bertanggung
jawab alas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan, a)
Diskriminasi, b) Penelantaran, c) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, d)
Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, e. Ketidakadilan dan f) Perlakuan
salah lainnya.
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :
a) Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan
b) Penyalahgunaan dalam kegiatan politik
c) Pelibatan dalam kerusuhan sosial

3
4

d) Pelibatan dalam sengketa bersenjata


e) Pelibatan dalam peperangan.

2.2. Bentuk-bentuk Eksploitasi Anak


a. Eksploitasi Fisik
Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan
demi keuntungan orangtuanya atau orang lain seperti menyuruh anak
bekerja dan menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya
belum pantas untuk dijalaninya. Dalam hal ini, anak-anak dipaksa untuk
bekerja dengan segenap tenaganya dan juga mengancam jiwanya, dengan
adanya tekanan fisik yang berat dapat menghambat pertumbuhan fisik
anak-anak sehingga mencapai 30% dikarenakan mereka mengeluarkan
tenaga ekstra besar yang merupakan cadangan stamina yang hunts
dipertahankan hingga dewasa. Oleh sebab itu, anak-anak pada umumnya
mengalami cedera fisik yang diakibatkan oleh pukulan, cambukan, luka
lecet dan goresan ataupun memar yang membutuhkan waktu bagi upaya
penyembuhannya untuk setiap cedera fisik.
b. Eksploitasi sosial
Eksploitasi sosial adalah segala bentuk penyalahgunaan ketidak-mampuan
seorang anak yang dapat menyebabkan terham-batnya perkembangan
emosional anak, seperti kata-kata yang ancaman kepada anak atau
menakut-nakuti anak, penghinaan kepada anak, penolakan terhadap anak,
perlakuan negatif pada anak, mengeluarkan kata-kata tidak senonoh untuk
perkembangan emosi anak, memberi hukuman yang kejam pada anak-anak
seperti memasukkan anak pada kamar gelap, mengurung anak dalam
kamar mandi, dan mengikat anak. Pada sektor jasa, khususnya hotel dan
obyek wisata, anak-anak direkrut berdasarkan penampilan dan
kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka harus
melayani para pelanggan yang pada umumnya orang dewasa, sehingga

4
5

besar terjadinya peluang mengalami tekanan batin karena mengalami


rayuan-rayuan seksual.
c. Eksploitasi Seksual
Eksploitasi seksual adalah melibatkan seorang anak dalam kegiatan
seksual yang tidak dipahaminya. Eksploitasi seksual tersebut dalam bentuk
perlakuan tidak senonoh dari orang lain yang menjurus pada sifat
pomografi, perkataan-perkataan porno, sehingga membuat anak menjadi
malu, menelanjangi anak-anak, menjerumuskan anak-anak pada prostitusi,
memanfaatkan anak-anak untuk produk pornografi. Akibat dari eksploitasi
seksual akan menularkan penyakit kelamin ataupun HIV/AIDS ataupun
penyakit seksual lainnya kepada anak-anak, karena anak-anak biasanya
"dijual" pada saat masih perawan. Bukan hanya itu, Ayom (dalam
Nachrowi, 2004) menyebutkan dampak secara umum yaitu merusak fisik
dan psikososial. Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri
dari ayah dan ibu (merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang
sah) yang membentuk sebuah keluarga.
Orang tua berkewajiban untuk bertanggungjawab pada pendidikan
anak, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya dalam mencapai tahap
yang tertentu untuk menghantarkan anak-anaknya dalam kehidupan yang
lebih baik dalam masyarakat, jika orangtua tidak mampu memenuhi
kebutuhan dan hak-hak anak maka anak tersebut dapat diasuh atau
diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun
1979 tentang kesejahteraan anak dan UU Nomor : 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak. Pada umumnya alasan para orang tua yang memaksa
anaknya bekerja untuk mem-peroleh penghasilan lebih untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi-nya sehari-hari, hal ini disebabkan oleh
perkembangan zaman yang semakin maju serta kebutuhan hidup yang
terus meningkat.

5
6

2.3. Kriteria Eksploitasi Anak


UNICEF menetapkan beberapa kriteria pekerja anak yang dieksploitasi,
yaitu bila menyangkut:
1) Kerja penuh waktu (fulltime) pada umur yang terlalu dini
2) Terlalu banyak waktu yang digunakan untuk bekerja
3) Pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik, sosial dan psikologis yang tak
patut terjadi
4) Upah yang tidak mencukupi
5) Tanggung jawab yang terlalu banyak
6) Pekerjaan yang menghambat pendidikan
7) Pekerjaan yang mengurangi martabat dan harga diri anak, seperti perbudakan
atau pekerjaan kontrak paksa dan eksploitasi anak.

Eksploitasi terhadap anak akan berdampak buruk terhadap anak,


menurut Baquale dan Myers dalam buku yang ditulis oleh Hardius dan
Nachrowi, dampak tersebut akan mengganggu tumbuh kembang anak yaitu:

1) Pertumbuhan fisik
2) Pertumbuhan Kognitif
3) Pertumbuhan Emosional
4) Pertumbuhan Sosial dan Moral termasuk rasa identitas kelompok,
kemauan untuk bekerja sama dengan orang lain, dan kemauan untuk
membedakan yang benar dan yang salah.

2.4. Dasar Hukum Larangan Eksploitasi Anak


Pelaksanaan perlindungan terhadap anak menjadi kewajiban dan tanggung
jawab bagi manusia, karena perlindungan terhadap anak dijamin dalam
berbagai landasan hukum seperti berikut:
1) Pancasila ke-2 (dua) yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Adapun butir-butirnya:

6
7

● Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat,


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
● Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya
● Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
● Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira
● Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
● Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
● Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
● Berani membela kebenaran dan keadilan
● Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia
● Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain.
2) Undang-undang Dasar 1945 Pasal yang menjamin perlindungan terhadap
hak anak dalam Undang-undang 1945 adalah Pasal 28B ayat (2) yang
berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Lebih ditegaskan lagi dalam Undang-undang Dasar 1945
bahwa menegakkan dan melindungi hak asasi manusia (termasuk hak-hak
anak) sesuai dengan prinsip Negara hukum yang demokratis, hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tetang Kesejahteraan Anak.
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak, jaminan terhadap hak-hak anak ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (3)
dan (4). “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa
dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan”. “Anak berhak atas

7
8

perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau


menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar”.
4) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) Pasal 58 disebutkan:
● Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari
segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan
buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua
atau walinya, atau pihak lain maupun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak tersebut.
● Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala
bentuk penganiayaan fisik atau mental, penelantaran perlakuan buruk,
dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuh
terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan
pemberatan hukuman.
5) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
Pasal 13 ayat (1), yang berbunyi: “tanggung jawab dan pengasuhan orang
tua kepada anak untuk melindungi dari perlakuan:
● Diskriminasi
● Eksploitasi
● Penelantaran
● Kekejaman, kekerasan
● Perlakuan salah lainnya.

2.5. Akibat Eksploitasi Pada Anak


1) Eksploitasi ekonomi dan seksual pada dasarnya membuat anak “tercabut
dari kehidupan dan alam normalnya sebagai anak” serta harus menerima
beban dan tekanan terus menerus melampaui kemampuan fisik dan
mental/psikisnya. Akibatnya jelas membahayakan kelangsungan dan
kualitas tumbuh-kembangnya.

8
9

Secara spesifik, berikut ini beberapa dampak eksploitasi anak yang terkait
dengan kehidupan sehari-hari anak, antara lain:
 Anak putus sekolah.
 Perkembangan fisik dan mental anak terhambat.
 Gangguan kesehatan, terluka/sakit-sakitan.
 Menjadi penakut, murung, menarik diri.
 Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS.
 Terus terjerat pekerjaan dan kehilangan masa depan.
 Anak kehilangan kepercayaan diri.
 Anak tidak punya waktu bermain.
 Anak stres/tertekan hingga depresi atau punya keinginan bunuh diri.
 Anak terpisah dari keluarga, dan mungkin dikucilkan dari
masyarakatnya.
 Anak terlibat penyalahgunaan narkotika dan perilaku berisiko lainn.
 Berhadapan dengan atau berkonflik dengan hukum, walaupun sebagai
“korban” anak kerap mendapat perlakuan buruk pula dalam proses
hukum.

2.6. Hak Anak


Hak anak sering diabaikan oleh banyak pihak, terutama oleh pihak
keluarga. padahal mereka sangat membutuhkan informasi dan dalam keluarga
untuk pengembangan diri dan kepribadian demi masa depan mereka. Dalam
konvensi hak-hak anak menegaskan tentang hak seorang anak harus
dilaksanakan oleh setiap orang tua yaitu memberikan terhadap anaknya,
karena hak anak adalah kebutuhan dari seorang anak yang harus dijamin dan
dilindungi serta dipenuhi oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Hak-hak dasar seorang anak meliputi :
1) Hak untuk hidup
Yaitu memperoleh akses dan pelayanan kesehatan serta menikmati hidup
yang memenuhi standard yang layak seperti makanan, air bersih dan

9
10

tempat tinggal yang layak juga tempat tinggal yang aman, serta berhak
mendapatkan nama dan juga kewarganegaraan.
2) Seorang anak mempunyai hak untuk bertumbuh dan berkembang dengan
memperoleh kesempatan mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin, seorang anak mempunyai hak untuk bermain, rekreasi dan
beristirahat yang cukup.
3) Seorang anak mempunyai hak untuk berpartisipasi untuk menyatakan
pendapat atau pandangan maupun ide-ide terutama tentang masalah yang
berkaitan dengan si anak.
4) Seorang anak mempunyai untuk dilindungi dalam hal-hal ;
a. Eksploitasi Ekonomi dan Seksual
b. Kekerasan terhadap fisik maupun psikologi dan dan segala macam
bentuk diskriminasi
5) Seorang anak berhak mendapatkan pendidikan yang harus di realisasikan
oleh setiap orang tua yaitu
a. Seorang anak berhak dan wajib mengikuti pendidikan dan wajib
belajar 9 tahun.
b. Seorang anak yang berprestasi atau unggul wajib diberi kesempatan
ataupun akses untuk memperoleh pendidikan khusus.
c. Seorang anak dalam lingkungan persekolahan wajib dilindungi dari
tindak kekerasan oleh pihak guru atau pihak pengelola sekolah
maupun dari sesama murid.

2.7. Pencegahan Eksploitasi Pada Anak


Para orang tua dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
eksploitasi
terhadap anak, yaitu:
● Menyadari bahwa anak bekerja bukan hanya pelanggaran hak anak, tetapi
juga merupakan pelanggaran Undang-Undang serta ada ketentuan sanksi
pidananya, sebagaimana di UU Ketenagakerjaan, UU Perlindungan Anak,
bahkan di KUHPidana.

10
11

 Mengupayakan anak tetap sekolah setidaknya hingga SMA/SMK.


 Tidak menyuruh bekerja, apalagi yang mengganggu kualitas dan
kelangsungan pendidikan serta yang bersifat merugikan kesehatan,
keamanan dan kualitas tumbuh-kembangnya.
 Mengurangi faktor risiko bagi anak, misalnya dengan:
 Memfasilitasi anak belajar norma sosial dan nilai moral serta
keterampilan hidup.
 Dukung anak untuk aktif terlibat dalam kegiatan positif di sekolah
maupun lingkungan sekitarnya (ikut Forum Anak, Remaja Masjid,
kelompok seni budaya, dll) serta memastikan pengawasan kegiatan
tersebut.
 Tidak membiarkan anak dengan orang dewasa tanpa pengawasan.
 Memastikan jalur yang dilalui anak (keluar rumah) aman.
 Kenali teman-teman mereka, guru sekolah atau guru ngaji, serta
orang-orang dewasa di sekitar mereka dan pastikan anak bersama
orang yang dikenal dan dipercaya.
 Kenali kebiasaan, minat, dan bakat anak.
 Melatih/ mengajarkan anak untuk tidak melayani orang yang tidak
dikenal, dan tidak mudah mempercayai janji-janji orang lain.
 Memberitahu anak agar waspada pada iming-iming pekerjaan & gaji
besar.
 Tidak menikahkan anak di usia sebelum 19 tahun.
 Tidak membiarkan anak bermain dengan gawai (HP)/internet tanpa
pengawasan.
 Menanyakan kepada anak tentang kegiatan yang dia lakukan dan dia
alami.
 Dengarkan baik-baik permasalahan yang disampaikan utamanya jika anak
mengalami gangguan dari teman-teman (bullying) atau mengalami
kekerasan.
 Luangkan waktu untuk bercengkrama/bercerita dengan anak.

11
12

 Tidak menjaminkan anak untuk hutang.


 Menghindari perlakuan kekerasan pada anak.
 Memberikan kesempatan anak untuk beristirahat .
 Memberikan waktu bermain untuk anak.
 Advokasi untuk pembentukan komite perlindungan anak dan mekanisme
pelaporan dan rujukan di sekolah atau desa / lingkungan kasyarakat
sekitar. Membuatkan akta kelahiran anak dan memastikan anak tercatat
dalam kartu keluarga.

2.8. Asuhan Keperawatan Teoritis


A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
     Pengumpulan data bertujuan untuk menilai status kesehatan klien dan
kemungkinan masalah keperawatan yang memerlukan intervensi dari perawat.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data
objektif adalah data yang ditemukan secara nyata, data ini didapatkan secara
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data
yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga , data ini didapat melalui
wawancara kepada klien dan keluarga, pengumpulan data ini mencakup :
a) Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomer medrek, ruang rawat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,  pendidikan,
pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.

b. Status Mental dan biopsikososial


a. Aktivitas atau Istirahat
Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur berlebihan,
mimpi buruk, tidur di tempat yang asing, keletihan)
b. Integritas Ego

12
13

 Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri / meminta


ampun karena tindakannya terhadap orang tua.
 Harga diri rendah
 Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan tidak
berdaya
 Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku ( mekanisme
pertahanan yang paling dominan / menonjol )
 Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap
menunduk, takut
 Melaporkan faktor stres ( misalnya keluarga tidak bekerja,
perubahan finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan )
 Permusuhan terhadap /objek / tidak percaya pada orang lain.
c. Eliminasi
 Enuresisi, enkopresis
 Infeksi saluran kemih yang berulang
 Perubahan tonus sfingter.
d. Makan Dan Minum
Badan kurus, rambut berwarna kemerahan, perubahan selera
makan ( anoreksia ), makan berlebihan, kegagalan memperoleh berat
badan yang sesuai .
e. Higiene
 Mengenakan pakaian tidak terurus, system integumen klien tampak
kotor, kulit lengket dan kusam di karenakan kurang perhatian
terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan kondisi
klien (eksploitasi fisik/kekerasan ekonomj)
 Mandi berlebihan / ansietas ( eksploitasi seksual ), penampilan
kotor/tidak terpelihara.
f. Neurosensori

13
14

 Perilaku ekstrem ( tingkah laku sangat agresif / menuntut ),


sangat amuk atau pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak
sesuai dengan usia
 Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan
adanya pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi,
kesulitan konsentrasi / membuat keputusan. Afek tidak sesuai,
mungkin sangat waspada, cemas dan depresi.
 Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan
dan penyesalan yang dalam pada eksploitasi seksual
 Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk,
ketrampilan koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
 Cenderung gelisah
 Manifestasi psikiatrik ( misal : fenomena disosiatif meliputi
kepribadian ganda ( eksploitasi seksual ), gangguan kepribadian
ambang ( koebaninses dewasa ). Adanya defisit neurologis /
kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera eksternal
g. Nyeri atau Ketidaknyamanana
Bergantung pada cedera / bentuk eksploitasi yang terjadi pada
anak. Berbagai keluhan somatik ( misalnya nyeri perut, nyeri panggul
kronis, spastik kolon, sakit kepala )
h. Keamanan
 Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar ( tersiram
air panas ,rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan
yang tidak wajar, ruam / gatal di area genital, fisura anal, goresan
kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus sfingter.
 Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera
internal.
 Perilaku mencederai diri sendiri ( bunuh diri : pada eksploitasi
seksual), keterlibatan dalam aktivitas dengan risiko tinggi.
Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang
dapat menghindari bahaya di dalam rumah

14
15

i. Seksualitas
 Perubahan kewaspadaan / aktivitas seksual, meliputi masturbasi
kompulsif, permainan seks dewasa sebelum waktunya,
kecenderungan mengulang atau melakukan kembali pengalaman
 inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang seks, secara seksual
menganiaya anak lain.
 Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa
berlendir.
 Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (eksploitasi
seksual)
j. Interaksi Sosial
Menarik diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara
verbal kurang responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung
dan pernyataan kritik, penurunan penghargaan atau pengakuan
verbal, merasa rendah diri. Pencapaian prestasi disekolah rendah atau
prestasi di sekolah menurun.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan Umum
Tingkat kesadaran, tanda vital ( nadi, suhu, respirasi ), status gizi (
BB, TB, IMT )
b. Pemeriksaan Cephalo Caudal
 Kulit
Kulit kusam, kebersihan kurang, terdapat, memar, tanda bekas
gigitan, bilur pada kulit, terbakar ( tersiram air panas, rokok), goresan
kulit, jaringan parut, perubahan tonus sfingter,
 Kepala
Rambut berwarna kemerahan, rontok, kebersihan kurang
 Mata
Mata pasien tampak sembab, conjungtiva anemis, refleks terhadap
cahaya baik, tidak terdapat udem palpebral, tidak ada ikterik.

15
16

 Telinga
Bentuk normal dan simetris, terdapat serumen, fungsi pendengaran
pasien baik.
 Hidung
Pernapasan cuping hidung tidak ada, posisi septum simetris,
kebersihan kurang
 Mulut
Membran mukosa bibir kering, pada gigi terdapat karies.
 Leher
Bentuk leher pasien simetris,tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan tambahan. JVP tidak meningkat. Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
 Dada ( Paru dan Jantung )
 Inspeksi
Dada simetris, tidak ada retraksi, diameter anteroposterior :
lateral 1:1. Saat bernapas pergerakan sama dan tidak ada bagian
yang tertinggal pergerakannya. Tidak ada lesi, ikterik, keloid,
warna kulit merata. Iktus kordis tidak terlihat.
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan. Iktus kordis teraba normal
 Perkusi
Suara sonor pada paru kanan dan kiri. Suara IC 4-5 sinistra
redup
 Auskultasi
Seluruh lapang dada terdengar suara vesikuler. Tidak ada
murmur dan gallop.
 Abdomen
Nyeri perut, nyeri panggul kronis , spastik kolon.
 Genetalia
Ruam / gatal di area genital, adanya PMS, vaginitis, kutil genital.

16
17

 Eksremitas
Simetris, sering terdapat lesi ataupun kelainan

B. Diagnosa
Diagnosa yang berhubungan dengan anak korban eksploitasi adalah:

1. Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis, penurunan motivasi/minat


d.d minat melakukan perawatan diri kurang
2. Isolasi Sosial b.d perubahan status mental, ketidaksesuaian perilaku
sosial/ nilai- nilai dengan norma d.d menarik diri
3. Harga Diri Rendah Kronik b.d terpapar situasi traumatis d.d merasa malu
dan bersalah
4. Risiko Gangguan Perkembangan b.d penganiayaan pada anak, ekonomi
lemah
5. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri, hubungan orang tua-anak
tidak memuaskan d.d merasa gelisah dan tidak berdaya

C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA SLKI SIKI


Defisit Perawatan Diri Dukungan perawatan
perawatan diri Setelah dilakukan tindakan diri
b.d gangguan keperawatan selama 3x24 jam Aktivitas :
psikologis, diharapkan perawatan diri Observasi
penurunan pasien meningkat, dengan  Identifikasi kebiasaan
motivasi/mina kriteria hasil : aktivitas perawatn diri
t d.d minat  Kemampuan mandi sesuai usia
melakukan ditingkatkan dari 2 (cukup  Monitor tingkat

17
18

perawatan diri menurun) ke 4 (cukup kemandirian


kurang membaik)  Identifikasi kebutuhan
 Verbalisasi keinginan alat bantu kebersihan
melakukan perawatan diri diri, berpakaian,
ditingkatkan dari 2 (cukup berhias, dan makan
menurun) ke 4 (cukup Teraupetik
membaik)  Sediakan lingkungan
 Mempertahankan yang teraupetik
kebersihan diri  Siapkan keperluan
ditingkatkan dari 2 (cukup pribadi
menurun) ke 4 (cukup  Dampingi dalam
membaik) melakukan perawatan
 Mempertahankan diri hingga mandiri
kebersihan mulut  Jadwalkan rutinitas
ditingkatkan dari 2 (cukup perawatan diri
menurun) ke 4 (cukup Edukasi
membaik)  Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
Ansietas b.d Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi
ancaman Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
terhadap keperawatan selama 3x24 jam  Identifikasi
konsep diri, diharapkan Tingkat Ansietas penurunan tingkat
hubungan pasien Menurun, dengan energi,
orang tua- kriteria hasil : ketidakmampuan
anak tidak  Menurun : berkonsentrasi,
memuaskan  Verbalisasi khawatir atau gejala lain
d.d merasa akibat kondisi yang yang mengganggu
gelisah dan dihadapi ditingkatkan kemampuan
tidak berdaya dari 2 ke 4 kognitif

18
19

 Perilaku gelisah  Identifikasi


ditingkatkan dari 2 ke 4 kesediaan,
 Perilaku tegang kemampuan, dan
ditingkatkan dari 2 ke 4 penggunaan teknik
 Frekuensi pernapasan sebelumnya
ditingkatkan dari 2 ke 4  Monitor respon
 Frekuensi Nadi terapi relaksasi
ditingkatkan dari 2 ke 4 Terapeutik
 Tekanan darah  Ciptakan
ditingkatkan dari 2 ke 4 lingkungan tenang
 Pucat ditingkatkan dari dantanpa gangguan
2 ke 4 dengan
 Membaik : pencahayaan dan
 Konsentrasi suhu ruang nyaman
ditingkatkan dari 2 ke 4  Berikan informasi
 Pola tidur ditingkatkan tertulis tentang
dari 2 ke 4 persiapan dan
 Perasaan keberdayaan prosedur teknik
ditingkatkan dari 2 ke 4 relaksasi
 Gunakan nada
suara lembut,
dengan irama
lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain
jika sesuai
Edukasi

19
20

 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia
 Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
 Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
relaksasi
 Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
Harga Diri Harga Diri Promosi Harga Diri
Rendah Setelah dilakukan Aktivitas :
Kronik b.d tindakan keperawatan Observasi
terpapar selama 3x24 jam  Monitor verbalisasi
situasi diharapkan terjadi merendahkan diri
traumatis d.d peningkatan perasaan sendiri
merasa malu positif terhadap diri  Monitor tingkat harga
dan bersalah sendiri, dengan kriteria diri di setiap waktu,
hasil : sesuai kebutuhan
 Penilaian diri positif teraupetik

20
21

ditingkatkan dari 2 (cukup Teraupetik


menurun ) ke 4 (cukup  Motivasi terlibat
meningkat) dalam verbaisasi
 Perasaan memiliki positif untuk diri
kemampuan positif sendiri
ditingkatkan dari 2 (cukup  Diskusikan persepsi
menurun ) ke 4 (cukup negatif diri
meningkat) Edukasi
 Gairah aktivitas  Jelaskan kepada
ditingkatkan dari 2 (cukup keluarga pentingnya
menurun ) ke 4 (cukup dukungan dalam
meningkat) perkembangan positif
 Perasaan malu diri pasien
ditingkatkan dari 2 (cukup  Latih cara berpikir dan
meningkat) ke 4 (cukup berprilaku positif
menurun)
 Perasaan bersalah
ditingkatkan dari 2 (cukup
meningkat) ke 4 (cukup
menurun)
Isolasi Sosial Keterlibatan Sosial Terapi Aktivitas
b.d perubahan Setelah dilakukan Obsevasi
status mental, tindakan keperawatan  Identifikasi defisit
ketidaksesuaia selama 3x24 jam tingkat aktivitas
n perilaku diharapkan terjadi  Identifikasi
sosial/ nilai - peningkatan dalam kemampuan
nilai dengan keterlibatan sosial, berpartisipasi
norma d.d dengan kriteria hasil : dalam aktivitas
menarik diri  Minat interaksi tertentu
ditingkatkan dari 2 (cukup  Monitor respon
menurun ) ke 4 (cukup emosional, fisik,

21
22

meningkat) sosial, danspiritual


 Verbalisasi isolasi terhadap aktivitas
ditingkatkan dari 2 (cukup Terapeutik
meningkat) ke 4 (cukup  Fasilitasi fokus
menurun) pada kemampuan,
 Verbalisasi ketidakamanan bukan defisit yang
di tempat umum dialami
ditingkatkan dari 2 (cukup  Koordinasikan
meningkat) ke 4 (cukup pemilihan aktivitas
menurun) sesuai aktivitas
 Perilaku menarik diri  Fasilitasi makna
ditingkatkan dari 2 (cukup aktivitas yang
meningkat) ke 4 (cukup dipilih
menurun)  Fasilitasi pasien
 Afek murung/ sedih dan keluarga dalam
ditingkatkan dari 2 (cukup menyesuaikan
meningkat) ke 4 (cukup lingkungan untuk
menurun) mengakomodasi
 Kontak mata ditingkatkan aktivitas yang
dari 2 (cukup memburuk) dipilih
ke 4 (cukup membaik)  Berikan penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
 Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari
 Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang

22
23

dipilih
 Aajrkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas
 Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu
Risiko Status Perkembangan Promosi Perkembangan
Gangguan Setelah dilakukan Anak
Perkembanga tindakan keperawatan Aktivitas :
n b.d selama 3 x 24 jam Obsevasi
penganiayaan diharapkan status  Identifikasi
pada anak, perkembangan kebutuhan khusus
ekonomi membaik dengan anak dan
lemah kriteria hasil: kemampuan
 Keterampilan prilaku adaptasi anak
sesuai usia ditingkatkan Terapeutik
dari 2 (cukup menurun) ke  Fasilitasi hubungan
4 (cukup meningkat) anak dengan teman
 Kemampuan melakukan sebaya
perawtan diri ditingkatkan  Dukung anak

23
24

dari 2 (cukup menurun) ke berinteraksi dengan


4 (cukup meningkat) anak lain
 Respon sosial ditingkatkan  Dukung anak
dari 2 (cukup menurun) ke mengekspresikan
4 (cukup meningkat) perasaannya secara
positif
 Dukung anak
dalam bermimpi
atau berfantasi
sewajarnya
 Diskusikan
bersama remaja
tujuan dan
harapannya
 Berikan mainan
sesuai dengan usia
anak
Edukasi
 Ajarkan teknik
asertif pada anak
dan remaja
 Demonstrasikan
kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan
pada pengasuh
Kolaborasi
 Rujuk untuk
konseling jika perlu

D. Evaluasi Keperawatan

24
25

No Diagnosa keperawatan Evaluasi


1 Defisit perawatan diri S: Anak mengatakan sudah membiasakan
b.d gangguan mandi secara teratur yaitu dua kali dalam
psikologis, penurunan sehari
motivasi/minat d.d O: anak memiliki keinginan untuk mandi
minat melakukan dan merawat diri
perawatan diri kurang A: anak bersedia untuk mandi tetapi harus
diarahkan, masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2. Ansietas b.d ancaman S : Anak mengatakan tidak cemas lagi
terhadap konsep diri, O : Anak tampak tenang, terlihat sudah
hubungan orang tua- bisa berkonsentrasi, tidak gelisah.
anak tidak memuaskan A : Masalah ansietas teratasi
d.d merasa gelisah dan P : Intervensi Diberhentikan
tidak berdaya
3 Harga Diri Rendah S : Anak mengatakan tidak percaya diri
Kronik b.d terpapar dengan hasil karyanya
situasi traumatis d.d O : Kontak mata anak masih kurang
merasa malu dan A: Masalah belum teratasi
bersalah P: intervensi dilanjutkan
4 Isolasi Sosial b.d S : Anak mengatakan sudah mau
perubahan status berbicara dengan teman dan perawat
mental, O : Anak terlihat mulai berinteraksi
ketidaksesuaian dengan teman-temannya
perilaku sosial/ nilai - A : Anak terkadang masih suka
nilai dengan norma d.d menyendiri, masalah belum teratasi
menarik diri P : intervensi dilanjutkan
5 Risiko Gangguan S : Keluarga klien mengatakan anaknya
Perkembangan b.d sudah mulai mengalami perkembangan
penganiayaan pada yang baik
anak, ekonomi lemah O : Klien sudah mulai terlihat tumbuh dan

25
26

berkembang seperti anak seusianya


A : Masalah Risiko Gangguan
Perkembangan teratasi
P : Intervensi Diberhentikan

26
27

BAB III KASUS

3.1 Kasus
Seorang An. C adalah anak laki-laki usia 7 Tahun yang sehari-harinya bekerja
sebagai tukang angkat di pasar, anak tersebut disuruh bekerja oleh Ibunya yang single
parent dengan mengharuskan anak menghasilkan uang 500 ribu setiap harinya dan
melakuakn kekerasan fisik yang sangat tidak wajar jika tidak mencapai target. Anak
tersebut akhirnya diselamatkan dan sekarang tinggal bersama neneknya. Saat ini anak
dibawa ke rumah sakit oleh neneknya karena mengalami diare dan lesu (anak hanya
menunduk).
Saat dilakukan pengkajian, TD: 125/90 mmHg, RR: 38x/menit, Suhu 36,5℃,
terdapat konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, terdapat banyak ulserasi atau
sariawan, serta berat badan anak turun menjadi 28 kg (sebelumnya 32 kg). Anak
tampak gelisah dan enggan untuk melakukan kontak mata dengan perawat. Pada
bagian tubuh terdapat luka pada bahu dan punggung anak, anak tampak lemah, kurus,
dan juga terdapat beberapa luka lebam pada wajah anak. Nenek An. C mengatakan
bahwa anak tersebut sulit untuk disuruh makan dan Nenek juga mengatakan bahwa
anak sering menyendiri dan merasa cemas berlebihan saat bertemu dengan orang lain,
sulit untuk tidur, sering mengeluh pusing, berkeringat dimalam hari, merasa tidak ada
yang memberikan kasih sayang kepadanya.
3.2 Pengkajian
A. identitas
Nama : An. C Nama
Nenek : Ny. Ani
Umur : 7 Tahun Umur
: 60 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan :
Pedagang

B. Keluhan utama : Anak mengalami diare dan tidak mau bertemu orang lain.
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu

27
28

Anak sering mengalami mimpi buruk yang mengakibatkan anak trauma, lalu
anak juga sering mengalami diare, sering pusing, dan demam.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami diare, kecemasan, berkeringat saat tidur, merasa tidak ada
yang sayang kepadanya, anak selalu merasa dirinya tidak berdaya, dan selalu
menunduk serta lesu.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakita apapun, anak adalah korban peceraian dari
kedua orang tua sehingga Ibu melakukan eksploitasi fisik terhadap anak untuk
mencukupi ekonomi keluarga.
4. Riwayat tumbuh kembang
An. C tidak memilki teman serta enggan untuk bertemu dengan orang baru.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
Keasadaran: komposmentis, TD: 125/90 mmHg, RR: 38x/menit, Suhu
36,5℃.
b. Wajah:
Terdapat konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, terdapat banyak
ulserasi atau sariawan pada bibir, luka lebam pada wajah anak.
c. Tubuh:
Pada bagian tubuh terdapat luka pada bahu dan punggung anak, anak
tampak lemah, kurus, dan juga terdapat beberapa

3.3 Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


.
1. DS : Faktor Psikologis Defisit Nutrisi
 Anak mengalami diare (keengganan untuk
 anak enggan untuk makan makan)
DO :
 Berat badan anak turun
10% dari berat badan
normal.

28
29

 Membrane mukosa pucat


dan sariawan.

2. DS : Hubungan orang tua- Ansietas


 Anak sering mengeluh anak tidak memuaskan,
pusing. disfungsi system
 Nenek mengatakan bahwa keluarga.
anak sulit tidur
 Nenek juga mengatakan
bahwa anak sering
mengalami mimpi buruk
dan berkeringat.
 Anak takut untuk bertemu
dengan orang lain.
DO :
 Tekanan darah meningkat,
 Frekuensi napas
meningkat
 Muka tampak pucat.
 Anak tampak gelisah.
3. DS: Terpapar situasi Harga diri rendah kronis
 Anak mengungkapkan traumatis, kurangnya
keputusasaan (sering pengakuan dari orang
berkata dia tidak berdaya). lain.
 Sulit tidur.
DO:
 Anak tampak menunduk.
 Anak lesu.
 Enggan untuk mencoba
hal baru dan bertemu
orang baru.
 Kontak mata kurang.

3.4 Diagnosa Keperawatan

29
30

1. Defisit nutrisi b.d Faktor Psikologis (keengganan untuk makan) d.d diare,
enggan untuk makan, berat badan anak turun 10% dari berat badan normal,
membrane mukosa pucat dan sariawan.
2. Ansietas b.d Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan dan disfungsi system
keluarga d.d sering mengeluh pusing, sulit tidur, berkeringat dimalam
hari,]takut untuk bertemu dengan orang lain, TD meningkat, frekuensi napas
meningkat, pucat, dan gelisah.
3. Harga diri rendah kronis b.d Terpapar situasi traumatis, kurangnya pengakuan
dari orang lain d.d Anak tampak menunduk, lesu, enggan untuk mencoba hal
baru dan bertemu orang baru, kontak mata kurang, Anak mengungkapkan
keputusasaan (sering berkata dia tidak berdaya), dan sulit tidur.

3.5 Outcome dan Intervensi


No. Diagnosa Luaran Intervensi
1. Defisit Nutrisi Status Nutrisi Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
1. Diare Menurun 2. Identifikasi makanan yang disukai
2. Nafsu Makan Meningkat 3. Monitor berat badan
3. Frekuensi Makan Meningkat Kolaborasi
4. Membran mukosa membaik 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
2. Ansietas Tingkat Ansietas Observasi
Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
1. Perilaku gelisah menurun dan nonverbal)
2. Keluhan pusing menurun 2. Identifikasi saat tingkat ansietas
3. Frekuensi nadi, pernapasan, meningkat.
dan TD menurun Terapeutik
4. Pucat menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
5. Pola tidur meningkat menumbuhkan kepercayaan.
6. Kontak mata meningkat 2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan.
3. Pahami situasi yang membuat ansietas.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.

30
31

5. Gunakan pendekatan yang tenang dan


meyakinkan.
6. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang.
7. Terapi bermain dan music pada anak.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami.
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi.
3. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
4. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
5. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu.
3. Harga Diri Harga Diri Observasi
Rendah kronis Kriteria Hasil: 1. Monitor verbalisasi yang
1. Penilaian diri positif merendahkan diri sendiri.
meningkat. 2. Monitor tingkat harga diri setiap
2. Minat mencoba hal baru waktu.
meningkat. Terapeutik
3. Postur tubuh menampakan 1. Motivasi menerima hal baru.
wajah 2. Diskusikan pengalaman yang
4. Kontak mata meningkat. meningkatkan harga diri.
5. Perasaan tidak mampu 3. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas
melakukan apapun menurun yang meningkatkan harga diri.
6. Percaya diri berbicara Edukasi
meningkat. 1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan
konsep positif diri klien.
2. Anjurkan mengidentifikasi kekuatan

31
32

yang dimiliki.
3. Anjurkan mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi dengan
orang lain.
4. Latih cara berfikir dan berperilaku
positif.

32
33

BAB IV TELAAH JURNAL


4.1. Jurnal 1
Judul Eksploitasi Anak Di Kota Layak Anak (Studi Di Kota Kendari)

Jurnal Jurnal Pemikiran Islam

Volume dan Vol. 6, No. 1, Juli 2020, hal 014 - 030, ISSN: 2477-6149
Halaman DOI: http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v6i1.1856

Tahun 2020

Penulis Hadi Machmud, Nur Alim, Rasmi

Tujuan Untuk mengurai ketimpangan sosial dan tuntutan kebutuhan


penelitian ekonomi yang terjadi di kota Kendari sehingga memicu
munculnya eksploitasi pada anak.

Abstrak Abstrak dalam jurnal ini sudah cukup baik, karena didalamnya
sudah terdapat tujuan , metode, hasil penelitian, dan kata kunci.
Abstrak juga sudah menggunakan 2 versi bahasa. Beberapa
aspek tersebut sudah dijelaskan dengan rinci dan jelas. Namun,
didalam abstrak tidak ditulis latar belakang nya sehingga
mengurangi nilai abstrak yang sesungguhnya.
Latar belakang Latar belakang jurnal sudah dijelaskan dengan baik. ndonesia
merupakan negara yang menempatkan kepentingan anak dengan
pemenuhan dan pemberian hak-hak pada anak serta ikut
medeklarasikan “World Fit for Children” pada tanggal 20
Vovember 1989 di Amerika Serikat. Maka dari itu pemerintah
membentuk Kota Layak Anak. Kota Layak Anak merupakan
sistem pembangunan Kabupaten/Kota yang mengintegrasikan
komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
memberikan penghargaan Kabaupaten/Kota Layak Anak kepada
135 Kabupaten/Kota yang meraih predikat Pratama, 86 meraih
predikat Madya, dan 23 meraih predikat Nindya (2019:2).

Kota Kendari merupakan salah satu Kota Layak Anak (KLA)


34

yang ditetapkan pemerintah dan telah mendaptkan penghargaan


sebagai kota Layak Anak kategori Tingkat Madya. Penerapan dan
penetapan Kota Kendari sebagai kota ramah anak merupakan
realisasi program pemerintah dan amanah undang-undang, dimana
tujuan dan sasaran mengutamakan kepentingan anak, resfek dan
berafiliasi pada kebutuhan dan kesejahteraan anak. Keberhasilan
pemerintah Kota Kendari meraih berbagai penghargaan, ternyata
tidak sepenuhnya dirasakan oleh anak-anak, hal ini dikarenakan
masih ditemukan beberapa kasus eksploitasi pada anak-anak,
terutama anak yang tidak mampu secara ekonomi dan sosial.

Sampel Anak-anak di Kota Kedari (Kota Layak Anak) yang masih di


penelitian eksploitasi baik oleh orang lain maupun orang tuanya sendiri.

Jenis dan Pemilihan metode penelitian mengacu pada data kualitatif


Metode berdasarkan perspektif relasi kehidupan sosial dan ekonomi anak
penelitian dari kelurga yang terteliti. Pengumpulan dan pengelohan data
dilakuan dengan teknik berjenjang dan berkelanjutan (multistage
dan multilevel). Teknik yang dipakai meliputi; (1) wawancara
dilakukan secara tidak formal, kunjungan ke rumah, ketempat
sumber data, dan ditempat anak-anak bekerja, berdialog dengan
subjek atau tempat lain dimana keterlibatan peneliti bisa
dikembangkan, (2) observasi dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang eksploitasi anak, pekerjaan yang dilakukan
setiap anak, hubungan sosial, dan kegiatan sehari-hari dalam
keluarga dan masyarakat dengan mengamati secara langsung
dengan dukungan data dokumentasi.

Hasil penelitian Meskipun kota Kendari sudah menjadi salah satu kota Kota yang
Layak Anak di Indonesia, namun ekploitasi anak tetap terjadi
dalam beberapa kelompok masyarakat tertentu di beberapa
kelompok masyarakat. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara di lapangan yang ditranskrip, “bahwa meskipun kota
Kendari sudah termasuk Kota Layak Anak namun tidak bisa
dihindari masih ada anak yang mengalami eksploitasi, baik yang
dilakukan oleh keluarga/orang tua maupun pihak-pihak yang
35

mengambil keuntungan dengan memanfaatkan keberadaan anak-


anak dengan melakukan mobilsasi dengan menyuruh anak
meminta uang dilampu merah, menjadi tukang pikul,
mengelap/menyapu mobil, menjual tissu dan meminta
sumbangan”.

Anak-anak terpaksa harus berkerja meskipun usia mereka


sebenarnya merupakan usia sekolah yang seharusnya duduk di
bangku sekolah namun masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi
anak-anak menambah kemiskinan kultural yang tidak memiliki
skill dan keterampilan mengakibatkan anak-anak hanya mampu
melakukan pekerjaan yang instan untuk memperoleh uang.
Mereka terpaksa harus bekerja karena sudah tidak sekolah jadi
mereka membantu orang tua mencari uang untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Keterbatasan ekonomi memaksa anak bekerja
membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup dan
mengakibatkan sebahagian kecil anak harus putus atau berhenti
sekolah. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak,
baik masyarakat, lembaga pemerhati terutama pemerintah, bahwa
kenyataannyata kota kendari sebagai kota Metropolitan yang sarat
dengan berbagai program mensejahtrakan rakyat ternyata masih
ada segelintir orang terutama anak-anak yang hidup dalam serba
kekurang dan ketertinggalan.

Kelebihan  Pembahasan pada jurnal dikemas dengan singkat, padat, dan


penelitian jelas
 Penulisan jurnal sudah sesuai dengan kaidah penulisan
 Sumber bahan bacaan sudah diatas 2010 walaupun ada
beberapa yang dibawah 2010
Kekurangan  Abstrak yang kurang lengkap
penelitian  Beberapa referensi yang digunakan telah lewat dari 5 tahun
 Tidak mencantumkan saran untuk kedepannya

4.2. Jurnal 2
Judul Pendampingan Anak Korban Kekerasan dan Eksploitasi Seksual
36

Melalui Trauma Healing dengan Media Teater di Kota Surakarta


Jurnal Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Volume dan Volume 04, Number. 01, May, 2020, hal 014 - 030, ISSN: 2579-
Halaman 8391
http://engagement.fkdp.or.id/index.php/engagement/article/view/71
Tahun Mei 2020
Penulis Nining Sholikhah
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penelitian pemberian intervensi trauma healing dengan terapi bermain media
teater pada anak korban kekerasan dan eksploitasi seksual di kota
Surakarta
Abstrak Abstrak dalam jurnal ini sudah cukup baik, karena didalamnya
sudah terdapat latar belakang, metode, hasil penelitian,
kesimpulan, dan kata kunci. Beberapa aspek tersebut sudah
dijelaskan dengan rinci dan jelas. Namun, abstrak tidak ditulis
dalam bentuk bahasa indonesia dan juga tidak dituliskan tujuan
penelitian sehingga mengurangi nilai abstrak yang sesungguhnya.
Latar belakang Latar belakang jurnal sudah dijelaskan dengan baik. Kekerasan dan
eksploitasi seksual pada anak berimplikasi munculnya trauma fisik
dan psikis. Hasil pemeriksaan medis (Yayasan KAKAK, 2000),
sebagian besar anak korban eksploitasi seksual menderita penyakit
menular seksual. Sedangkan trauma psikis yang ditimbulkan
berupa korban mengalami tekanan jiwa yang amat berat,
mengalami rasa percaya diri yang hilang dan timbul perasaan
dikucilkan dari masyarakat/teman karena merasa diri mereka telah
“kotor”. Trauma yang dialami korban kekerasan dan eksploitasi
seksual adalah situasi kritis dan harus segera memperoleh
penanganan untuk pemulihan. Trauma yang dialami anak korban
kekerasan dan eksploitasi seksual yang tidak terpulihkan dapat
melahirkan pendendam dan berkecenderungan menjadi pelaku
kekerasan seksual. Akhirnya akan mewujud menjadi kekerasan
turunan atau budaya kekerasan pada anak.
Sampel Anak korban kekerasan dan eksploitasi seksual di Kota Surakarta
penelitian
Jenis dan Kegiatan pendampingan trauma healing pada anak korban
Metode kekerasan dan eksploitasi seksual Yayasan KAKAK Surakarta
37

penelitian menggunakan metode partisipatif melalui media teater. Untuk


mengukur tingkat partisipasi, dapat menggunakan model tangga
partisipasi Roger Hart, yang terdiri dari 8 level, meliputi :
Manipulasi, Dekorasi, Tokenisme, Assigned but informed,
Consulted and informed Adult initiated – shared dicisions with
children, Child – initiated and directed, Child – initiated shared
dicisions with adult.
Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian didapatkan:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teater sudah mampu menjadi
penawar/ katarsis trauma (trauma healing) bagi anak-anak korban
kekerasan dan eksploitasi seksual. Bahkan beberapa anak telah
mencapai hasil yang lebih dibandingkan trauma, karena telah
menunjukkan partisipasi aktif dan keberanian untuk mampu
menjadi mentor (pelatih teater) bagi kelompok anak yang lain.
Pembahasan Pada program pendampingan anak ini, teater menjadi media atau
alat trauma healing bagi anak-anak. Pentas teater dilakukan di
tempat terbuka/publik. Teater yang dikembangkan oleh Yayasan
KAKAK merupakan bagian dari terapi bermain, yakni bermain
peran. Dalam program yang dijalankan oleh Yayasan KAKAK,
telah dilakukan 6 (enam) kali pementasan teater kelompok anak.
Dua pentas diawal, pembuatan skenario pentas masih dibantu oleh
pelatih teater. Pada pentas yang ketiga sampai keenam, skenario
cerita sudah dibuat oleh anak korban dengan berkonsultasi kepada
pelatih teater. Bahkan, diantara anak korban kekerasan dan
eksploitasi seksual ini sudah berani menjadi pelatih teater di tempat
lain.
Tahapan pemulihan yang dilakukan dengan menggunakan media
teater ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Anak-anak diberi kesempatan untuk menceritakan
pengalamannya dengan dikemas menjadi skenario cerita
(lakon teater)
2. Anak-anak diberi kesempatan untuk meluapkan tekanan
emosinya, melalui gerakan dan vokal teater. Di dalam teater
ini, anak-anak bisa berteriak, tertawa lepas bahkan berlari-lari.
38

Yang ungkapan ini dikemas dalam sebuah adegan lakon teater


3. Anak-anak diberi kesempatan untuk menyampaikan
kekecewaan, harapan dan cita-cita mereka, yang dikemas
dalam cerita teater
4. Anak-anak diberi kesempatan untuk berekspresi dihadapan
orang banyak, dengan tanpa rasa takut dan malu. Dalam
beberapa pementasan, anak-anak menggunakan kostum
tertutup, dengan menggunakan topeng. Hal ini untuk
mendukung anak-anak yang masih belum punya keberanian.
Namun, dalam beberapa pentas kemudian, mereka sudah
berani tampil apa adanya tanpa rasa malu dan takut.
Kelebihan Pembahasan pada jurnal dikemas dengan singkat, padat, dan jelas,
penelitian penulisan jurnal sudah sesuai dengan kaidah penulisan
Kekurangan Penggunaan bahasa yang sulit dipahami pembaca
penelitian Beberapa referensi yang digunakan telah lewat dari 5 tahun
39

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Eksploitasi anak merupakan perbuatan memanfaatkan anak secara sewenang-
wenang yang dilakukan oleh keluarga atau orang lain dan memaksa anak
melakukan sesuatu yang dapat mengganggu tumbuh kembang mental dan
fisiknya. Eksploitasi anak berarti menghilangkan hak-hak anak. Eksploitasi pada
anak dapat terjadi berupa eksploitasi fisik, sosial, dan bahkan seksual. Meskipun
sudah ada peraturan yang mengatur tentang larangan eksploitasi anak, namun
masih banyak kasus yang terjadi mengenai eksploitasi tersebut. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pencegahan eksploitasi pada anak baik oleh orangtua, pemerintah,
tim kesehatan, dan masyarakat. Selain itu, orang tua juga harus dapat memenuhi
hak-hak yang harus didapat oleh seorang anak. Bagi tenaga kesehatan juga dapat
melakukan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan kepada korban eksploitasi
agar nantinya tidak terjadi penyimpangan.

5.2. Saran
Sebagai bagian akhir dari penulisan makala ini, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Memperbanyak sosialisasi kepada masyarakat terutama di lingkungan-
lingkungan yang rawan eksploitasi khususnya terhadap anak yang
mempunyai dampak merugikan.
2. Pemerintah maupun masyarakat diharapkan lebih memperhatikan hak-hak
anak dan juga lebih mengefektifkan aturan-aturan perundang-undangan yang
telah ada.
3. Memberdayakan paratur negara dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat
agar lebih konsisten untuk mengawasi dan mendampingi pelaksanaan hak-
hak anak.
4. Pemerintah diharapkan juga melakukan perbaikan ekonomi sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat mengurangi angka
kemiskinan yang dapat menjadi pemicu persoaln eksploitasi ekonomi
terhadap anak.
40

Daftar Pustaka
Tumengkol, M. R. (2016). Eksploitasi anak pada keluarga miskin di kelurahan tona i
kecamatan tahuna timur kabupaten kepulauan sangihe. HOLISTIK, Journal
Of Social and Culture.
Ghon, M. A. (2021). Tinjauan Yuridis Dan Sosiologis Terhadap Pencegahan
Eksploitasi Anak Menjadi Pengemis (Studi Kasus Peminta-Minta Dari Desa
Sidamulya-Blok Kiliyem Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon)
(Doctoral dissertation, IAIN Syekh Nurjati Cirebon).
SI, M. F., & Muzakir, M. (2020). Eksploitasi Anak dalam Komunikasi Pemasaran
Studi Kasus Iklan McDonald Fillet-O-Fish. Jurnal Bisnis Dan Kajian
Strategi Manajemen, 4(1).
BATOLA, N. (2021). Eksploitasi Anak Ditinjau Dari Undang-undang Perlindungan
Anak Nomor 35 TAHUN 2014 (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Kalimantan MAB).
Monica, M. (2021). Tinjauan Hukum Terhadap Eksploitasi Anak Di Bawah Umur
Menurut Undang-undang Perlindungan Anak Dan Undang-undang
Ketenagakerjaan. Ilmu Hukum Prima (IHP), 4(2).
Machmud, H., Alim, N., & Rasmi, R. (2020). EKSPLOITASI ANAK DI KOTA
LAYAK ANAK (Studi di Kota Kendari). Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 6(1), 74-
96.

Anda mungkin juga menyukai