Anda di halaman 1dari 54

HOSPITALISASI

PADA ANAK

Ns.Kurnia Wijayanti, S.Kep,.M.Kep


Nursing Pediatric Department-Unissula
Pendahuluan
• Pengalaman hospitalisasi  berkesan

• 1/3 anak pernah di rawat sebelum dewasa

• Anak dirawat --> stress bagi anak dan


keluarga, Gunakan koping, tidak berhasil --
> krisis

• Anak sakit di bawa IGD --> bukan khusus


anak, staf tdk dilatih hadapi anak -->
stress>>>

• Tenaga kesehatan: perlu mendengarkan


dan mengidentifikasi persepsi perasaan
anak dan keluarga
Pengertian Hospitalisasi
• Hospitalisasi pada anak adalah suatu keadaan krisis
pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah
sakit.

• Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk


beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
stressor bagi anak maupun orang tua dan keluarga
(Wong, 2000).
• Hospitalisasi pada anak :suatu proses karena alasan
berencana atau darurat yang mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi
dan perawatan. Menimbulkan ketakutan, cemas, bagi
anak (Supartini, 2004).

• Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa


perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak
dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999).

• Stress Hospitalisasi dirasakan sebelum masuk, selama


hospitalisasi, setelah pulang.
Stressor yang umum pada hospitalisasi

▫ Perpisahan
▫ Kehilangan kendali
▫ Perubahan gambaran diri
▫ Nyeri
▫ Rasa takut
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
ortu terhadap penyakit anaknya

• Pengalaman dg penyakit/ hospitalisasi


• Prosedur medis --> pengobatan dan diagnosis
• Sistem pendukung yg ada --> efek thd fungsi
• Kekuatan pribadi
• Stres tambahan pada keluarga
• Keyakinan agama dan latar belakang budaya
• Pola komunikasi diantara keluarga
Reaksi ortu thd hospitalisasi anak
Berbagai macam perasaan muncul pd org tua yaitu :
takut, rasa bersalah, stress dan cemas (Halsom and
Elander, 1997)

Rasa takut pd org tua selama anak di RS terutama pd


kondisi sakit anak yg terminal, karena takut kehilangan
anak yg dicintainya dan adanya perasaan berduka
(Brewis, 1995).

Perasaan org tua tdk boleh diabaikan karena apabila org


tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tdk dpt
merawat anaknya dgn baik dan akan menyebabkan anak
menjadi semakin stress (Supartini, 2000).
Reaksi Saudara Kandung, tergantung
pada
• Takut terkena penyakit
• Usia yang lebih muda
• Hubungan yang dekat
• Lamanya tinggal di luar rumah
• Penjelasan yang sedikit ttg saudara yang sakit
• Perubahan pada ortu --> sering marah
Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi
Anak  menunjukan bbg perilaku sbg reaksi thd
pengalaman hospitalisasi

Rx bersifat individu  tgt pd usia perkemb anak,


pengalaman sblmnya thd sakit, sistem pendukung yg
tersedia & kemampuan koping yg dimiliki

Rx umum  kecemasan, kehilangan, perlukaan


tubuh & rasa nyeri
Reaksi Anak akibat
Hospitalisasi berdasarkan Usia
Perkembangannya
INFANT: Trust vs Mistrust
0-1 tahun
• Anak mengembangkan trust mll hub. yang dekat
dengan pengasuh utama, berespon dengan lingk.
eksternal, mulai mengeksplorasi lingkungan
Rasa takut:
▫ Dipindahkan dari rasa
takut ortu
Permasalahan infant
▫ Menangis, iritabilitas Ansietas
▫ Pada bayi yg lebih
Perpisahan: Protes, putus
besar : harapan, menjauh
Menolak/menarik diri
dr pengasuh Usia > 6 bln –stranger
anxiety : cemas dgn org yg
▫ Nyeri
tdk dikenal dan perpisahan
▫ lingkungan
dgn ibunya ditunjukkan dgn
sedih, marah ,menangis,
menjerit, mencari ortu,
menolak org asing, aktifitas
fisik
Permasalahan infant….

• Menarik diri, inaktif, tdk tertarik dg lingkungan


• Pada bayi muda : mudah teralih perhatian
• Membatasi fisik thd restrain & prosedur pd bayi lebih
tua
Permasalahan infant….
Gangguan Citra
Tidak Berdaya
▫ Lethargi dengan
Diri
Distress emosi b.d cedera
ketergantungan tinggi
pada tubuh, khususnya
▫ Distres emosi krn kejadian perdarahan
imobilisasi pada bayi yang lebih tua
▫ Menolak makan dan Protes karena
bermain pengalaman nyeri
▫ Sering menangis dan berulang
mengeluh
▫ Tanpa ekspresi
MANAJEMEN Asuhan Keperawatan (Infant)
• ekspresi wajah mrpkan indikator nyeri/cedera tubuh
• Timbang BB setiap hari, pantau asupan dan haluaran
• Pantau tanda ketidaknyamanan : menangis,
kerutan alis, menegangkan postur tubuh
• Berikan asuhan yang konsisten
• Menyanyi dan berbicara dg bayi
• Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi
selama prosedur
• Anjurkan interaksi dg ortu: rooming in, ortu bicara ke
anak dan ijin saat mau pergi
• Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak
• Soft skill : berbicara lembut, ramah, dan
menenangkan pada orang tua dan anak
• Teknik komunikasi
Usia Toddler (2-3 th)
Pre School (4-5 th)
• Otonomi vs malu-malu dan ragu-ragu
• Inisiatif vs rasa bersalah
• Anak belajar ketrampilan baru mobilisasi dan
komunikasi utk mengembangkan kedekatan dg
keluarga dan pengasuh, eksplorasi lingkungan,
mulai menyempurnakan gerakan motorik halus
Permasalahan Toddler dan Pre School
Ansietas
Rasa Takut
Cemas ttg kejadian yg tdk
▫ memandang penyakit dan
hospitalisasi --. Hukuman dikenal
▫ Takut thd lingkungan dan protes (menangis dan
orang tdk dikenal marah), merengek
▫ Pemahaman yg tdk sempurna putus harapan:
ttg penyakit komunikasi buruk,
▫ Pemikiran sederhana kehilangan
▫ Demonstrasikan: menangis, ketrampilan yg baru,
merengek, mengangkat lengan, tdk berminat
menghisap jempol, menyentuh
bagian tubuh yg sakit berulang- menyendiri thd lingk.
ulang RS
Permasalahan Toddler dan Pre School

Tidak Berdaya
▫ Merasa gagap krn hilangnya
ketrampilan
▫ Mimpi buruk dan takut
kegelapan, orang asing, orang
berseragam dan yg memberi
pengobatan/ perawatan.
▫ Regresi --> toileting, menghisap
jempol
▫ Protes dan ansietas krn restrain
Permasalahan Toddler dan Pre School

• Gangguan Citra Diri


▫ Sedih dengan perubahan
citra diri (perdarahan)
▫ Takut thd prosedur invasif
(nyeri)
▫ Mungkin berpikir: bgn
tubuh akan keluar kalau
selang dicabut
Masa Toddler (2-3 thn)
Respon perilaku ada 3 tahapan :
 Protes  nangis kuat, menjerit panggil ortu, menolak
perhatian yg diberikan org lain
 Putus asa  menangis berkurang, anak tdk aktif, kurang
minat utk bermain & makan, sedih & apatis
 Pengingkaran (denial)  scr samar mulai menerima
perpisahan, membina hub scr dangkal & anak mulai terlihat
menyukai lingkungan
Manajemen Asuhan Keperawatan
Toddler dan Pre School
• Menggunakan magis, fantasi, dan imaginasi
• Menganjurkan ortu berada disamping anak saat
prosedur invasif yang menyakitkan
• Mendekatkan mainan favorit anak
• Mempertahankan kontak maksimal dengan
beberapa perawat.
• Mengenalkan perawat di samping ortu, ijinkan
anak bertemu perawat sebelum prosedur dilakukan.
• Membantu kunjungan saudara kandung.
Lanjutan....
• Biarkan beberapa regresi dan jelaskan ke orang tua.
• Komunikasikan penerimaan regresi ke anak.
• Gunakan restrain minimal.
• Biarkan anak bebas bergerak selama dan setelah
prosedur jika memungkinkan.
• Fasilitas rooming in.
• Bantu anak menyembunyikan
perubahan tubuh (kamuflase).
USIA SEKOLAH (AWAL)
• Industri vs inferioritas
• Anak mempertahankan hubungan baru dengan teman
sebaya dan teman di luar keluarga
• Anak belajar mengkoordinasikan ketrampilan untuk
menyelesaikan “proyek”, aplikasi gerak motorik
halus, kembangkan kemampuan fisik
Permasalahan Usia Sekolah
Ansietas
Rasa Takut Paham alasan dipisahkan
▫ Pahami penyebab tetapi masih butuh
penyakit ---tertular keberadaan orang tua.
orang lain/tertelan Lebih peduli terhadap
bakteri rutinitas sekolah dan teman-
▫ Ekspresi verbal dan teman.
non-verbal (senyum
kecut, menangis,
merengek, marah,
aktifitas >>).
Permasalahan Usia Sekolah
Tidak Berdaya Gangguan Citra Diri
▫ Marah dan frustasi Peduli thd perubahan tubuh,
▫ Lamanya imobilisasi tdk berani melihat insisi/alat-
dihubungkan dg menarik alat
diri, bosan, perasaan Dapat mengatasi nyeri ringan
antipati dengan alih perhatian
▫ Peduli thd kehilangan Takut thd pembedahan pd
kontrol emosi, malu karena daerah genetalia
menangis yg berlebihan Peduli pada pengobatan/
selama pengobatan kondisi yg membatasi
▫ Tergantung dan imobilisasi aktifitas/ bermain
Manajemen Asuhan Keperawatan
Usia Sekolah
• Membatasi aturan dan dorongan pada perilaku
• Menganjurkan ortu merencanakan kunjungan dg anak
• Merencanakan kontak dg guru dan teman
• Merencanakan aktifitas bermain --> bergerak
• Mengijinkan anak memilih dlm batasan yg dapat
diterima
• Memberikan cara-cara anak dpt membantu
pengobatan dan puji atas kerjasama anak
Anak Sekolah 6-12 tahun (Lanjut)
• Industri vs inferior
• Anak mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah, belajar mengendalikan emosi,
mengembangkan ketrampilan gerak motorik dan
sosial lebih baik, belajar bekerjasama dg anggota
kelompok
Permasalahan Usia Sekolah (Lanjut)
Rasa Takut
▫ Paham bahwa penyakit beragam
▫ Menunjukkan sedikit rasa takut tapi bisa ketakutan kalau
pengalaman lalu menyakitkan

Ansietas
Peduli thd perpisahan dari guru dan teman
Cemas terhadap kehilangan PR sekolah dan perubahan
peran dalam kelompok
Permasalahan Usia Sekolah (Lanjut)
Tidak Berdaya
▫ Berusaha Mandiri
▫ Mencoba “berani” selama prosedur
▫ Kasar pada ortu saat berusaha mandiri membuat
stres
▫ Peduli terhadap cara mengekspresikan perasaan
dan malu terhadap perilaku berlebihan
▫ Merasa tidak pasti tentang masa depan karena
penyakit dan hospitalisasi
Manajemen Askep Usia Sekolah (Lanjut)
• Memonitor perilaku untuk menentukan kebutuhan
emosi terutama pada anak yang menarik diri dan tidak
berespon
• Menjelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
• Menganjurkan kunjungan teman sebaya
• Mendiskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit
dan perubahan tubuh
• Memberikan waktu diskusi
• Membiarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
• Mengikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu
Persiapan Masuk RS
• Rencana: Konseling program oleh perawat
• Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien,
petugas perawatan
• Persiapan
• Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit,
penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat
• Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)
• Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan
alat yg dibutuhkan tersedia)
Saat Masuk Rumah Sakit
• Kenalkan tim pada anak dan keluarga
• Orientasi ruangan/ fasilitas
• Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar
• Berikan gelang identitas
• Jelaskan peraturan RS dan jadwalnya
• Ukur VS, TB dan BB
• Lakukan pemeriksaan lab
• Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik
Saat Masuk ke UGD
• tidak tepat memperpanjang prosedur persiapan masuk
dan tidak mungkin pada situasi darurat
• Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja
sama
Fokus pada komponen konseling
dirawat:
• perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang,
tentukan tingkat tumbang, informasi status kesehatan
anak dan keluhan utama anak dan ortu
Saat Masuk ke ICU
• Menyiapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post
operasi jantung)
• Menyiapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak
terduga
• Menyiapkan ortu s.d penampilan anak dan
perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di ICU
• Menemani ortu disisi tempat tidur anak--> support
• Menyiapkan saudara kandung untuk kunjungan dan
monitor reaksi mereka
Stressor di ICU/NICU
• Untuk anak dan keluarga
▫ Stresor fisik • Stresor Lingkungan
 nyeri dan rasa tidak nyaman ▫ Lingk. asing
 imobilisasi ▫ Bunyi yang asing
 kurang tidur ▫ Orang asing
 Tidak mampu makan minum ▫ Bau asing dan tidak
 Perubahan kebiasaan eliminasi enak
▫ Cahaya yg terus
menerus
▫ aktivitas ke pasien lain
▫ kesiagaan petugas
• Stresor Psikologis
▫ kurangnya privacy
▫ Tidak mampu berkomunikasi
▫ Tidak cukup tahu dan paham
tentang situasi • Stresor Sosial
▫ Penyakit yg berat
▫ Hub. yg terputus
▫ Perilaku ortu
▫ peduli thd sekolah atau
lingkungan
▫ Gangguan/ kurang bermain
Asuhan Keperawatan Dasar
1.Personal hygiene (memandikan, perawatan rambut,
oral)
2.Nutrisi
3.Permainan, aktifitas, rekreasi
4.Meningkatkan pekerjaan sekolah dan edukasi
5.Memberikan kebutuhan anggota keluarga (orang tua,
pengasuh, saudara kandung)
6.Penyuluhan untuk keluarga dan anak
7.Mempersiapkan anak dan keluarga untuk pemulangan
(pemeriksaan lanjutan, pedoman kapan hrus ke dokter
lagi, diet, aktifitas, medikasi, nomor penting, dll)
PERAN PERAWAT
• Asuhan Keperawatan meliputi 4 fase :
a.Perkenalan : kontak mata kpd anak dan keluarga sbg
dasar BHSP
b.Bina hubungan saling percaya : mainan favorit,
bahasa yg tepat, libatkan dalam percakapan
c.Pengambilan keputusan : sedikit kontrol utk
mengambil keputusan
d.Kenyamanan serta penenangan : memuji anak,
kesempatan memeluk mainan favoritnya
Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d situasi rumah sakit, ketakutan terhadap
cedera/mutilasi tubuh, perpisahan dari keluarga/teman,
perubahan rutinitas, prosedur, terapi yang menyakitkan,
dan peristiwa serta lingkungan yang tidak familiar yg
dibuktikan dgn menangis, rewel, menarik diri, atau
resistensi
2. Resiko ketidakberdayaan b.d kurangnya kontrol thd
prosedur, terapi, dan perawatan serta perubahan dlm
rutinitas yg dilakukan
3. Gangguan proses keluarga yg b.d perpisahan dari anak
krn hospitalisasi, peningkatan kebutuhan dlm merawat
anak sakit, perubahan fungsi peran, efek hospitalisasi pd
anggota kelg yg lain.
4. Defisiensi aktifitas pengalihan yg b.d terbaring di
tempat tidur, kurangnya stimulasi (mainan/ teman
sebaya), keterbatasan mobilitas, keterbatasan
aktifitas/perlengkapan (verbalisasi bosan, kurang
partisipasi dlm bermain, membaca)
5. Defisit perawatan diri yg b.d imobilitas, keterbatasan
aktifitas, regresi, penggunaan perlengakapan, alat/terapi
yg dprogramkan dihubungkan dgn ketidakmampuan
mandi, makan, berpakaian sendiri, atau aktifitas lain
6. Resiko keterlambatan tumbang b.d stresor hospitalisasi,
kondisi penyakit, perpisahan keluarga.
7. Defisiensi pengetahuan b.d hospitalisasi, pembedahan,
terapi, prosedur, perawatan yg diperlukan, tindak lanjut
INFORMED CONCENT
Pengertian
“Informed Consent” terdiri dari dua kata:
“informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi),
“consent” yang berarti persetujuan atau
memberi izin.

“informed consent” mengandung


pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi
“informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
Informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika
memenuhi minimal 3 (tiga) unsur :

 Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh


dokter.
 Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan.
 Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam
memberikan persetujuan
Kebijakan Pemerintah
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang
“informed consent” melalui SK PB-IDI No.
319/PB/A.4/88 pada tahun 1988.

Kemudian dipertegas lagi dengan PerMenKes


No. 585 tahun 1989 tentang “Persetujuan
Tindakan Medik atau Informed Consent”.
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan
pengguna jasa tindakan medis (pasien) kepada pihak
pelaksana jasa tindakan medis untuk melakukan
tindakan medis dapat dibedakan menjadi 3 bentuk,
yaitu :

1. Persetujuan Tertulis
Diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam
PerMenKes No.585/Men.Kes/Per/ IX/1989 Pasal
3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88
butir 3.
2. Persetujuan Lisan
Diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-
invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang
diberikan oleh pihak pasien.
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien
melalui isyarat
ex: pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan
darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan
terhadap dirinya.
TUJUAN PELAKSANAAN INFORMED CONSENT

Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara


hukum dari segala
• tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya,
• tindakan pelaksana jasa tindakan medis yang sewenang-
wenang
• tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi
pasien dan standar profesi medis
• serta penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya
tinggi atau “over utilization” yang sebenarnya tidak perlu dan
tidak ada alasan medisnya;
FUNGSI INFORMED CONCENT:

1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien


selaku manusia
2.promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
3.mendorong dokter/medis melakukan kehati-hatian dalam
mengobati pasien
4.menghindari penipuan oleh dokter
5.mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
6.mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan
kesehatan
7.sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang
kedokteran dan kesehatan
Urgensi penerapan prinsip informed
Vianta

consent:
1. kasus pembedahan/operasi
2. kasus pengobatan yang memakai teknologi
baru yang sepenuhnya belum dpahami efek
sampingnya.
3. kasus terapi atau obat yang kemungkinan
banyak efek samping, seperti terapi dengan sinar
laser, dll.
4. kasus penolakan pengobatan oleh klien
5. kasus riset dan eksperimen dengan berobjekan
pasien.
ASPEK HUKUM
• Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang
dilakukan oleh pelaksana jasa tindakan medis (dokter)
tanpa adanya persetujuan dari pihak pengguna jasa
tindakan medis (pasien), sedangkan pasien dalam
keadaan sadar penuh dan mampu memberikan
persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan
medis dapat dipersalahkan dan digugat telah melakukan
suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad)
berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPer).
• Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus
dipenuhi dengan adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan.

• Suatu tindakan invasive (misalnya pembedahan, tindakan


radiology invasive) yang dilakukan pelaksana jasa tindakan
medis tanpa adanya izin dari pihak pasien, maka pelaksana
jasa tindakan medis dapat dituntut telah melakukan tindak
pidana penganiayaan yaitu telah melakukan pelanggaran
terhadap Pasal 351 KUHP.

Anda mungkin juga menyukai