PADA ANAK
▫ Perpisahan
▫ Kehilangan kendali
▫ Perubahan gambaran diri
▫ Nyeri
▫ Rasa takut
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
ortu terhadap penyakit anaknya
Tidak Berdaya
▫ Merasa gagap krn hilangnya
ketrampilan
▫ Mimpi buruk dan takut
kegelapan, orang asing, orang
berseragam dan yg memberi
pengobatan/ perawatan.
▫ Regresi --> toileting, menghisap
jempol
▫ Protes dan ansietas krn restrain
Permasalahan Toddler dan Pre School
Ansietas
Peduli thd perpisahan dari guru dan teman
Cemas terhadap kehilangan PR sekolah dan perubahan
peran dalam kelompok
Permasalahan Usia Sekolah (Lanjut)
Tidak Berdaya
▫ Berusaha Mandiri
▫ Mencoba “berani” selama prosedur
▫ Kasar pada ortu saat berusaha mandiri membuat
stres
▫ Peduli terhadap cara mengekspresikan perasaan
dan malu terhadap perilaku berlebihan
▫ Merasa tidak pasti tentang masa depan karena
penyakit dan hospitalisasi
Manajemen Askep Usia Sekolah (Lanjut)
• Memonitor perilaku untuk menentukan kebutuhan
emosi terutama pada anak yang menarik diri dan tidak
berespon
• Menjelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
• Menganjurkan kunjungan teman sebaya
• Mendiskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit
dan perubahan tubuh
• Memberikan waktu diskusi
• Membiarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
• Mengikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu
Persiapan Masuk RS
• Rencana: Konseling program oleh perawat
• Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien,
petugas perawatan
• Persiapan
• Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit,
penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat
• Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)
• Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan
alat yg dibutuhkan tersedia)
Saat Masuk Rumah Sakit
• Kenalkan tim pada anak dan keluarga
• Orientasi ruangan/ fasilitas
• Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar
• Berikan gelang identitas
• Jelaskan peraturan RS dan jadwalnya
• Ukur VS, TB dan BB
• Lakukan pemeriksaan lab
• Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik
Saat Masuk ke UGD
• tidak tepat memperpanjang prosedur persiapan masuk
dan tidak mungkin pada situasi darurat
• Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja
sama
Fokus pada komponen konseling
dirawat:
• perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang,
tentukan tingkat tumbang, informasi status kesehatan
anak dan keluhan utama anak dan ortu
Saat Masuk ke ICU
• Menyiapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post
operasi jantung)
• Menyiapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak
terduga
• Menyiapkan ortu s.d penampilan anak dan
perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di ICU
• Menemani ortu disisi tempat tidur anak--> support
• Menyiapkan saudara kandung untuk kunjungan dan
monitor reaksi mereka
Stressor di ICU/NICU
• Untuk anak dan keluarga
▫ Stresor fisik • Stresor Lingkungan
nyeri dan rasa tidak nyaman ▫ Lingk. asing
imobilisasi ▫ Bunyi yang asing
kurang tidur ▫ Orang asing
Tidak mampu makan minum ▫ Bau asing dan tidak
Perubahan kebiasaan eliminasi enak
▫ Cahaya yg terus
menerus
▫ aktivitas ke pasien lain
▫ kesiagaan petugas
• Stresor Psikologis
▫ kurangnya privacy
▫ Tidak mampu berkomunikasi
▫ Tidak cukup tahu dan paham
tentang situasi • Stresor Sosial
▫ Penyakit yg berat
▫ Hub. yg terputus
▫ Perilaku ortu
▫ peduli thd sekolah atau
lingkungan
▫ Gangguan/ kurang bermain
Asuhan Keperawatan Dasar
1.Personal hygiene (memandikan, perawatan rambut,
oral)
2.Nutrisi
3.Permainan, aktifitas, rekreasi
4.Meningkatkan pekerjaan sekolah dan edukasi
5.Memberikan kebutuhan anggota keluarga (orang tua,
pengasuh, saudara kandung)
6.Penyuluhan untuk keluarga dan anak
7.Mempersiapkan anak dan keluarga untuk pemulangan
(pemeriksaan lanjutan, pedoman kapan hrus ke dokter
lagi, diet, aktifitas, medikasi, nomor penting, dll)
PERAN PERAWAT
• Asuhan Keperawatan meliputi 4 fase :
a.Perkenalan : kontak mata kpd anak dan keluarga sbg
dasar BHSP
b.Bina hubungan saling percaya : mainan favorit,
bahasa yg tepat, libatkan dalam percakapan
c.Pengambilan keputusan : sedikit kontrol utk
mengambil keputusan
d.Kenyamanan serta penenangan : memuji anak,
kesempatan memeluk mainan favoritnya
Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d situasi rumah sakit, ketakutan terhadap
cedera/mutilasi tubuh, perpisahan dari keluarga/teman,
perubahan rutinitas, prosedur, terapi yang menyakitkan,
dan peristiwa serta lingkungan yang tidak familiar yg
dibuktikan dgn menangis, rewel, menarik diri, atau
resistensi
2. Resiko ketidakberdayaan b.d kurangnya kontrol thd
prosedur, terapi, dan perawatan serta perubahan dlm
rutinitas yg dilakukan
3. Gangguan proses keluarga yg b.d perpisahan dari anak
krn hospitalisasi, peningkatan kebutuhan dlm merawat
anak sakit, perubahan fungsi peran, efek hospitalisasi pd
anggota kelg yg lain.
4. Defisiensi aktifitas pengalihan yg b.d terbaring di
tempat tidur, kurangnya stimulasi (mainan/ teman
sebaya), keterbatasan mobilitas, keterbatasan
aktifitas/perlengkapan (verbalisasi bosan, kurang
partisipasi dlm bermain, membaca)
5. Defisit perawatan diri yg b.d imobilitas, keterbatasan
aktifitas, regresi, penggunaan perlengakapan, alat/terapi
yg dprogramkan dihubungkan dgn ketidakmampuan
mandi, makan, berpakaian sendiri, atau aktifitas lain
6. Resiko keterlambatan tumbang b.d stresor hospitalisasi,
kondisi penyakit, perpisahan keluarga.
7. Defisiensi pengetahuan b.d hospitalisasi, pembedahan,
terapi, prosedur, perawatan yg diperlukan, tindak lanjut
INFORMED CONCENT
Pengertian
“Informed Consent” terdiri dari dua kata:
“informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi),
“consent” yang berarti persetujuan atau
memberi izin.
1. Persetujuan Tertulis
Diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam
PerMenKes No.585/Men.Kes/Per/ IX/1989 Pasal
3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88
butir 3.
2. Persetujuan Lisan
Diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-
invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang
diberikan oleh pihak pasien.
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien
melalui isyarat
ex: pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan
darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan
terhadap dirinya.
TUJUAN PELAKSANAAN INFORMED CONSENT
consent:
1. kasus pembedahan/operasi
2. kasus pengobatan yang memakai teknologi
baru yang sepenuhnya belum dpahami efek
sampingnya.
3. kasus terapi atau obat yang kemungkinan
banyak efek samping, seperti terapi dengan sinar
laser, dll.
4. kasus penolakan pengobatan oleh klien
5. kasus riset dan eksperimen dengan berobjekan
pasien.
ASPEK HUKUM
• Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang
dilakukan oleh pelaksana jasa tindakan medis (dokter)
tanpa adanya persetujuan dari pihak pengguna jasa
tindakan medis (pasien), sedangkan pasien dalam
keadaan sadar penuh dan mampu memberikan
persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan
medis dapat dipersalahkan dan digugat telah melakukan
suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad)
berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPer).
• Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus
dipenuhi dengan adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan.