KONSEP HOSPITALISASI
PADA ANAK
Disusun Oleh:
Diana Papilaya
B. Tinjauan Pustaka
1. Anak
a. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku
sosial.
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama
akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya
perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama.
Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya
perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar
belakang anak.
Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum
terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan
pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper
sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga
sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis.
Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti
bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya.
Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk
mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti
bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan
keceriaan.
Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang
seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah
sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain
dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang
terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga
secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman
yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai
dunia. Awitan penyakit bagi mereka seringkali mendadak, dan penurunan dapat
berlangsung dengan cepat.
Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular yang
belum matang, yang memiliki cadangan lebih sedikit dibandingkan orang dewasa,
serta memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang memerlukan curah
jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar dan asupan cairan serta
asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat badan dibandingkan orang
dewasa. Kerentanan terhadap ketidakseimbangan cairan pada anak adalah akibat
jumlah dan distribusi cairan tubuh.
Tubuh anak terdiri dari 70-75% cairan, dibandingkan dengan 57-60% cairan
pada orang dewasa. Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini berada di
kompartemen cairan ekstrasel dan oleh karena itu cairan ini lebih dapat diakses.
Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang dapat mengurangi volume
darah, menyebabkan syok, asidosis dan kematian (Slepin, 2006).
d. Peran Perawat
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku,
nilai dan tujuan yang diharapkan diri seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat (Hidayat, 2006). Sedangkan menurut Kozier dan Barbara (1995) yang
dikutip dari Mubarak (2006), mendefinisikan peran adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam
suatu system.
Peran dipengaruhi oleh keadaan social dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang
pada situasi social tertentu (Mubarak, 2006). Peran perawat adalah cara untuk
mengatasi aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidiksan
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan
tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode
etik profesionalnya.
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk
kejelasan (Mubarak, 2006).Sedangkan menurut supartini (2004) Perawat adalah
salah satu tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran
penting seorang perawat anak, yaitu: sebagai pembela, pendidik, konselor,
kordinator, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, dan peneliti Sebagai
pembela, perawat dituntut sebagai pembela bagi keluarganya pada saat mereka
membutuhkan pertolongan tidak dapat mengambil keputusan/ menentukan pilihan,
dan menyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersendiri,
pengobatan/ dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga.
Sebagai pendidik, perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung
dengan memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan pada orangtua anak
maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua/ anak memahami
pengobatan dan perawatan anaknya. Sebagai konselor, perawat dapat member
konseling keperawatan ketika anak dan orangtuanya membutuhkan. Sebagai
kordinator, perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi kordinator pelayanan
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien
Sebagai pembuat keputusan etik, perawat dituntut untuk dapat berperan
sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini
dengan menekankan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghadapi hal-
hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai perencana kesehatan, perawat
harus bias merumuskan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan
(Supartini, 2004).
2. Hospitalisasi
a. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama
proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah,
sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut dapat timbul
karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya,
rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa
dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan. Apabila anak stress
selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan
membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2000).