Anda di halaman 1dari 42

5

MAKALAH KMB I SISTEM PERKEMIHAN TENTANG PENYAKIT BATU


GINJAL DAN BATU URETER

Dosen Pengampu : Baiq Ruli Fatmawati, Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. ALDY BRYANSYAH

2. GINA ARISKA HINDARWATI

3. MAYANI

4. NURMALA APRIANA

5. SITI AMINAH

6. L. AFANDI YUSUF

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM


STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG DIIITK. 2/3
MATARAM
2018/2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
2.1Batu Ginjal ………………………………………………….......... 10
2.2 Batu Ureter ………………………………………………….. ..... 25
BAB III PENUTUP ……………………………………………………… ..... 41
3.1 Kesimpulan …………………………………………………… .... 41
3.2 Saran …………………………………………………………. ..... 41
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. ..... 42
7

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah batu ginjal
dan batu ureter.Tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan mempelajari tentang
penyakit batu ginjal dan batu ureter.Dalam penyusunan makalah ini, kami
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
kami dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa
mendatang.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Mataram, 16 November 2019

Penyusun

Kelompok 2
8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

System perkemihan atau system urinaria adalah suatu system tubuh tempat
terjadinya proses piltrasi atau penyaringan darah sehingga darah terbatas dari zat-zat
yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Zat-zata yang sudah tidak pergunakan lagi oleh
tubuh akan larut dalam air dan keluarkan berupa urin (air kemih)

Sistem urinaria pada manusia terdiri atas

1. ginjal, yang mengeluarkan secret urin


2. ureter, yang mengeluarkan urin dari ginjal kekandung kencing
3. kandung kencing,yang bekerja sebagai penampung urine
4. uretra,yang menyalurkan urine dari kandung kencing untuk kemudian
dikeluarakan

ginjal adalah sepasangorgan retroperineal yang integral dengan homeostasis tubuh


dalam mempertahan keseimbangan termasuk,termasuk keseimbanganfisik dan kimia.
Ginjal menyeksresi hormone dan enzim yang membantu pengaturan produksi
eritoksit,tekanan darah, serta metabilisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa
metabolisme dan menyesuaikan ekskresi air dan pelarut. Ginjal mengatur volume
cairan tubuh, asiditas dan elektrolit, sehingga mempertahankan komposisi cairan yang
normal (Baradero etall, 2009)

Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang yang jumblahnya ada dua buah yaitu
disebelah kiri dan kanan.Ginjal kiri memiliki ukuran lebih besar dari ginjal kanan dan
pada umumnya ginjal laki-laki memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
dengan ginjal wanita.
9

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu batu ginjal?


2. Bagaimana tanda dan gejala dari batu ginjal?
3. Apa saja asuhan keperawatan pada batu ginjal?
4. Apa itu batu ureter?
5. Tanda dan gejala dari batu ureter?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu batu ginjal


2. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari batu ginjal
3. Untuk mengetahui bagaimana askep pada batu ginjal
4. Untuk mengetahui apa itu batu ureter
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari batu ureter
10

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batu Ginjal


Batu di ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari zat yang ada di air
kencing. Prosesnya disebut nephrolithiasis.Penyakit batu ginjal atau kencing batu
ini biasanya berukuran sangat kecil atau bisa mencapai sekitar beberapa inci.
Ukuran batu yang lebih besar yang mengisi saluran yang membawa kencing
dari ginjal ke kandung kemih disebut batu staghorn.Penyakit batu ginjal atau
kencing batu umum terjadi, yang biasanya menyerang orang yang berusia di atas
40 tahun.Penyakit batu ginjal atau kencing batu bisa diatasi dengan mengurangi
faktor-faktor yang berisiko untuk kesehatan kita.

A. Tanda-tanda & Gejala Batu Ginjal


Batu pada ginjal bisa menimbulkan masalah, seperti infeksi dan penyumbatan
aliran kencing. Batu yang tersangkut di kandung kemih akan menyebabkan
kencing batu dan memunculkan banyak gejala.
Gejala batu ginjal yang biasanya terjadi adalah sakit luar biasa (urinary colic)
yang datang dan pergi, dan biasanya bergerak dari bagian samping belakang
(flank) ke bagian bawah perut (abdomen). Gejala batu ginjal umum lainnya
termasuk :
1. Sakit pinggang, paha, selangkangan, dan kemaluan
2. Darah dalam urin
3. Mual dan muntah-muntah

Jika kencing batu yang disebabkan oleh batu kristal di ginjal menimbulkan
infeksi, Anda harus segera periksakan ke dokter. Gejala batu ginjal lainnya bisa
berupa meriang, demam, berkeringat, dan buang air kecil yang sering, mendesak,
serta terasa sakit.
11

B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Batu Ginjal


1. Pengertian
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter,
atau kandung kemih yang membentuk kristal, kalsium, okslat, fosfat, kalsium
urat, asam urat dan magnisium.
Batu dapat menyebabkan obstruksi, impeksi atau oedema pada saluran
perkemihan, kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas
kalsium.
Faktor resiko batu ginjal meliputi: statis perkemihan, infeksi saluran
perkemihan, hiperparatiroidisme penyakit infeksi usus, gout, intake kalsium
dan vitamin D berlebih, imobilitas lama dan dehidrasi.

2. Faktor-fakto yang mempengaruhi pembentukan batu


a. Faktor intrinsik
Hereditair (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin laki-laki >
perempuan
b. Faktor ekstrinsik
Geografik, iklim dan temperatur, asupan air, diet (banyak ourin,oksalat
dan kalsium mempermudah terjadinya batu).
3. Penjelasan lain
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi bakteri akan
memecah urium dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
b. Stasis dan obtruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah pembentkan batu
saluran kencing.
c. Jenis kelamin
Pria lebih banyak daripada wanita
12

d. Ras
Pada daerah tertentu angka kejaidan batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain. Daerah batu di afrika selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
e. Keturunan
Diduga diturunkan dari orang tua nya
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urine meningkat
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air
minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengonsumsi protein hewani angka morbiditas
BSK berkurang, penduduk yang vegetarian yng kurang makanan putih
telur lebih sering menderita BSK (buli-buli dan uretra)
4. Patogenesis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik, bersifat simstomatik
ataupun asimtomatik.
13

5. Pathways

Faktor Intrinsik : Faktor Idiopatik : Faktor Ekstrinsik :

- Herediter - Gangguan metabolik - Geografis


- Umur - Infeksi saluran kemih - Iklim dan temperatur
- Jenis Kelamin - Dehidrasi - Asupan air
- Obstruksi dan ….. - Diet
- Pekerjaan

Defisiensi kadar magnesium, sitrat


prifosfor, mukoprotein dan peptide

Resiko kristalisasi mineral

Peningkatan konsistensi larutan urine

Penumpukan kristal

Pengendapan

Batu saluran kemih

Sumbatan saluran kemih Farmakologi

Ketidakpatuhan regimen
Spasme batu saat Batu merusak Kencing tidak tuntas terapeutik
turun dari ureter
dinding setempat
Kurang pengetahuan
Perubahan pola
Nyeri Hematuria eliminasi urin

Hb turun

Anemia

Insufisiensi O2

Intoleransi aktivitas
14

6. Teori Terbentuknya Batu


a. Teori intimatriks
Terbentuknya BSK. Memerlukan adanya substansi organik sebagai inti,
substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang
mempermudah kristalisasi dan argegasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan subtansi pembentuk batu dalam urineseperti; sistin,
santin,asam urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori persipitasi-kristaliasi
Perubahan pH urinakan mempengaruhi solubilitasi substasi dalam urine,
urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam
urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat
poliosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya BSK.
7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Urinalisa; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukan SDM,SDP, Kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), ph
asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali (menigkatkan
magnesium, fosfat), urin 24 jam: kriatinin, asam urat kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan
ISK,BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap; Hb,Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormone parathyroid mungkin meningkatkan bila ada gagal gimjal PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urin.
15

d. Foto rontgen; menujukan adanya kalkuli atau perubahan anatomic pada


area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP; membentuk konfirmasi cepat urolithasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul, menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomic( distensi uriter).
f. Sistoureterokopi; visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, dan lokasi batu.

8. Penatalaksanaan
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi.
c. Menghilang rasa nyeri
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan
terjadinya
e. Rekurensi.

9. Kompikasi
a. Infeksi
b. Obstruksi
c. Hidronephrosis

10. Asuhan Keperawatan


Pengkajian data dasar pada pasien dengan batu saluran kencing
a. Aktivitas/istirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakahnpasien
terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya karena penyakit yang
kronis atau adanya cedera pada medulla spinalis.
b. Sirkulasi
16

Kaji terjadinya peningkatan tekanan darah/nadi, yang disebabkan; nyeri,


ansietas atau gagal ginjal, daerah ferifer aoakah teraba hangat (kulit) merah
atau pucat.
c. Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi, sebelinya (kalkulus).Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat
BAK.Keinginan/dorongan ingin berrkemih terus, oliguria, haematuria, piuri
atau perubahan pola berkemih.
d. Makan/cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggipurin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup
minum, terjadi disertai abdominal, penurunan bising usus.
e. Nyeri / kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, likasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetelia, nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan yang lain, nyeri
tekan atau pada area ginjal pada palpasi.
f. Keamanan
Kaji terhhadap penggunann alcohol perlindungan saat demam atau menggigil.
g. Riwayat penyakit
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginnjal,
hiertensi, good, ISK kronis, riwat penyakt, khusus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperpariotioidsme, penggunaan anti biotic, anti hipertensi,
natrium dikarbonat, alukurional, kosfat, tiazit, pemasukan kelebihan kalsium
atau vitamin D.
17

11. Diagnosa Keperawatan yang Muncul Adalah:


a. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi / dorongan kontaksi uroteral,trauma
jaringan,pembentukan oedema, iskemia seluler
b. Perubahhan eliminasi urine b/d stimulus kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau uretral, inflamasi atau obstruksi mekanik.
c. Risiko tindih terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntah,
biuresis pakaobtruksi.
d. Kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhhan pengobatan b/d tidak
mengenal sumber informasi.

12. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnose Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan yang Diharapkan
Nyeri
1. 1 akut b/d Nyeri hilang 1. Lokasi, 1. Evaluasi tempat
peningkatan
1 dengan spasme lamanya obstruksi dan
frekuensi/dorongan
1 terkontrol. Kriteria: intensitas, kemajuan
kontraksi
1 uretral, - Pasien penyebaran, gerakan
tarauma
1 jaringan, tanpak perhatikan kalkulus.
penbentuksn
1 rileks tanda-tanda 2. Membantu
edema,
1 iskemia - Pasien non verbal, dalam
seluler.
1 mampu misalnya meningkatkan
1 tidur/ merintih, dalam
. istrahat mengadu dan meningkatkan
dengan gelisah kemampuan
tenang ansientas. koping pasien
- Tidak 2. Jelaskan serta
gelisah, penyebab dan menurunkan
tidak perubahan ansientas
merintih karakteristik meningkatkan
18

nyeri. relakssi,
3. Berikan menurunkan
tindakan pegangan otot,
nyaman, mengarahkan
misalnya pijat kembali
punggung, perhatian dan
ciptakan membantu
lingkungan dalam relaksasi
yang tenanng otot.
4. Bantu atau 3. Meningkatkan
dorong lewatnya batu,
penggunaan mencegah statis,
nafas mencegah
brongkus pembentulan
bantu dengan batu.
ambulase 4. Obstruksi
sering s/d lengkap uriner
idikasi. terdapat
5. Tindakan menyebabkan
pemasukan vervorasi, dan
cairab 3-4 L/ ekstravasasi
hari s/d urine kedalam
indikasi. perirenal.
6. Perhatikan 5. Dipakai selama
keluhan episode, akut,
peningkatan/ untuk
menetapkan menurunkan
nyeri kolid ureter dan
abdomen. relaksasi otot.
19

7. Berikan 6. Menurunan
kompres relaksasi
hangat pada spasme
punggung sehingga
mengurangi
KOLABORASI: nyeri dan kolik.
1. Berikan 7. Menurukan
obat edema jaringan
dengan sehingga
indikasi: membatu
- Narkotika gerakan bantu.
- Antisipas 8. Mencegah
modik statisis urine,
- Kortikoste menurunkan
roid resiko
2. Pertahank peningkatan
an patensi ginjal dan
kateter inveksi.
bila
digunakan
.
2 Perubahan Perubahan 1. Awasi 1. Evaluasi fungsi
eliminasi urine b/d eliminasi urine pemasukan ginjal dengan
stimulasi kandung tidak jadi kriteria : dan memperhatikan
kemih oleh batu, -haematuria tidak pengeluaran tanda-tanda
iritasi ginjal, atau ada. serta komflikasi
ureter, obstruksi -piuria tidak terjadi karakteristik misalnya
mekanik atau -rasa terbakar tidak urine. infeksi, atau
inflamasi. ada 2. Tentukan pola perdarahan.
20

-dorongan ingin berkemih 2. Kalkulus dapat


berkemih terus normal. menyebabkan
berkurang 3. Dorong eksitabilitas
meningkatkan saraf, yang
pemasukan menyebabkan
cairan. kebutuhan
4. Catat adanya sensasi
pengeluaran berkemih.
dalam urine 3. Segera
k/p kirim ke membilas
lab untuk bakteri, darah
dianalisa. dan debris,
5. Observasi membantu
keluhan lewatnya batu.
kandung 4. Identifikasi tipe
kemih, palpasi batu dan
dan perhatikan alternative
output, dan terapi.
edema. 5. Retensiurine,
6. Observasi menyebabkan
perubahan distensi
status mental, jaringan,
prilaku atau potensi risiko
tingkat infeksi dan
kesadaran GGK.
7. Kolaborasi : 6. Ketidakseimban
monitoring gan elektrolit
pem. Lab, dapat menjadi
BUN toksik pada
21

kreatinin. SSP.
8. Ambil urine 7. Peninggian
untuk kultur BUN, indikasi
dan disfungsi ginjal.
sensitivitas. 8. Evaluasi adanya
9. Berikan obat ISK atau
sesuai dengan penyebab
program : komplikasi.
- diamox, 9. Meningkatkan
alupuri nol PH. urine
- esidrix, menurunkan
higroton pembentukan
- amonium batu asam.
klorida, 10. Mencegah statis
kalium, atau urine.
natrium, 11. Menurunkan
fosfat. pembentukan
- agen antigon, batu poosfat.
(ziloprim) 12. Menurunkan
- antibiotik produksi asam
- nabic urat.
- asam 13. Adanya ISK
askorbat potensial
- pertahankan pembentukan
patensi batu.
kateter. 14. Mencegah
10. Irigasi dengan pembentukan
asam atau beberapa
larutan alkalin. kalkuli.
22

15. Mencegah
berulangnya
pembentukan
batu alkalin.
16. Mencegah
retensi dan
komplikasi.
17. Mengubah PH.
Urine mencegah
pembentukan
batu.
3 Risiko tinggi Keseimbangan 1. Catat insiden 1. Mengesamping
kekurangan volume cairan adekuat. muntah, kan kejadian
cairan b/d mual, Kriteria : perhatikan abdominal lain.
muntah, diuresis -intake dan output karakteristik 2. Mempertahanka
pasca obstruksi. seimbang dan frekuensi. n keseimbangan
-tanda vital stabil 2. Tingkatkan cairan dan
(TD 120/80 pemasukan homeostasis.
mmHg. Nadi 60- cairan 3-4 3. Penurunan LFG
100, RR 16-20, it/hari dalam merangsang
suhu 36,5-37◦C) toleransi produksi renin,
-membran mukosa jantung. yang bekerja
lembab 3. Awasi tanda meningkatkan
Turgor kulit baik. vital, evaluasi TD.
nnadi, turgor 4. Peningkatan BB
kulit dan yang cepat,
membrane waspada retensi.
mukosa. 5. Mengkaji
4. Timbang berat retensi,
23

badan tiap kebutuhan


hari. intervensi.
5. Kolaborasi : 6. Mempertahanka
a. Awasi Hb, n volume
Ht, elektrolit, sirkulasi.
berikan 7. Mempertahanka
cairan IV, n keseimbangan
berikan diet nutrisi.
tepat, cairan 8. Menurunkan
jernih mual muntah.
makanan
lembut s/d
toleransi.
b. Berikan obat
s/d indikasi
antiemetic,
(missal
compazin).
4 Kurang Pasien dapat 1. Kaji ulang 1. Memberikan
pengetahuan memahami tentang proses pengetahuan
tentang diet, dan diet, dan program penyakit dan dasar,
kebutuhan pengobatan. harapan membuat
pengobatan. Kriteria : masa dating. pilihan
-berpartisipasi 2. Kaji ulang berdasarkan
dalam program program diet, informasi.
pengobatan. sesuai 2. Pemahaman
-menjalankan diet. dengan diet,
indikasi. memberikan
3. Diskusikan kesempatan
24

tentang : untuk memilih


pemberian sesuai dengan
diet rendah informasi,
purin, mencegah
(membatasi kekambuhan.
daging 3. Menurunkan
berlemak, pemasukan oral
kalkun, terhadap
tumbuhan precursor asam
polong, urat.
gandum, 4. Menurunkan
alcohol). risiko
4. Pemberian pembentukan
diet rendah batu kalsium.
Ca,(membata 5. Menurunkan
si susu, keju, pembentukan
sayur hijau, batu oksalat.
yogurt). 6. Obat yag
5. Pemberian diberikan untuk
diet rendah mengasamkan
oksalat urine, atau
membatasi mengalkalikan,
konsumsi menghindari
coklat, produk
minuman kontraindikasi.
kafein, bit,
bayam.
6. Diskusikan
program
25

obat-obatan,
hindari obat
yang dijual
bebas dan
baca
labelnya.
7. Tunjukan
perawatan
yang tepat
terhadap
insisi/kateter
bila ada.

2.4 Batu Ureter

A. Konsep Dasar Medis


Dalam penulisan landasan teori tentang Batu Ureter banyak referensi-
referensi yang dapat diambil untuk dapat memudahkan pemahaman dalam
pemberian asuhan keperawatan, adapun konsep dasar ini terdiri dari: Pengertian,
anatomi fisiologi, Pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi.
Untuk klien dengan Batu Ureter.

1. Anatomi dan Fisiologi


a. Ginjal
Suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebral lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua kiri dan
kanan.

Fungsi ginjal terdiri dari:


26

1) Memegang peranan penting dalam mengeluarkan zat-zat toksis atau


racun..
2) Mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh.
4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein, ureum,
kreatinin amoniak.
b. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal kekandung kemih vesika urinaria panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang ± 0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2) Lapisan tengah lapisan otot polos.
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
tiap 5x/menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam
kandung kemih.

Ureter berjalan hampir pertikal dibawah sepanjang fasia muskulus


psoa dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat
ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. Vesika urinaria (kandung kemih)


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk
kandung kemih seprti kerucut dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikus medius.
27

d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
dan berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya ±
20 cm. uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm (Syafudin,1992).

2. Definisi
Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, batu
yang terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat,
kalium fosfat, dan asam urat meningkat (Sudarth & Brunner, 1997).

Batu ureter adalah suatu keadaan terdapatnya batu disaluran kemih


(Manjoer, 2000).

Batu ureter adalah bentuk deposit mineral paling umum oksalat


kalsium dan oksalat fosfat, namun asam urat dan lainya juga penyebab
pembentukan batu (Doenges,2000)

Definisi operasional; batu ureter adalah terdapat batu disaluran ureter.

3. Etiologi
a) Imobilisasi terlalu lama
b) Dehidrasi
c) Nefrolitiasis
d) Kerusakan efitel ginjal
e) Obstruksi aliran limfe ginjal
f) Hiferkasemia
g) Hiperkalsiura
h) Penyakit mieloproliferatif, yang menyebabkan priliferasi abnornormal sel
darah merah dari sum-sum tulang.
28

i) Perubahan ph urine (Sudarth & Brunner, 1997).


4. Patofisiologi
Batu terbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
memperlaju pembentukan batu mencakup ph urin dan status cairan pasien
(batu cenderung terjadi pada pasien (dehidrasi).

Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandungvkemih,


faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu mencakup infeksi,
statis urine, periode imobilitas.

Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar


biasa, akut dan kolik yang menyebar kepaha dan genetalia. Pasien sering
merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasive batu (kolik uriteral). Umumnya,
pasien akan mengeluarkan batu dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara
spontan. Batu dengan diameter lebih dari cm biasanya harus diangkat atau
dikeluarkan secara spontan (Sudarth & Brunner, 1997)
8

5. Pathway

Dehidrasi Kerusakan efitel Imobilisasi lama Infeksi

Kristalisasi

Formasi batu di ginjal

Batu terjebak di ureter

Batu ureter

Obtruksi
info yang adekuat
Menekan syaraf sekitar Insisi bedah
Refluk diginjal
Kurang haluaran Salah persepsi tentang
urine Nyeri Kerusakan intergritas penyakit
Infeksi
kulit
Gangguan pola kurang imformasi
GGA Gangguan rasa nyaman
eliminasi
9

6. Manifestasi Klinis
1. Gelombang nyeri yang luar biasa, kolik, akut, yang menyebar kepaha dan
genetalia.
2. Rasa panas dan terbakar dipinggang.
3. Nyeri ketok ginjal.
4. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
5. Hematuria (Suddarth & Brunner, 1997).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Terjadi hematuria secara makroskopik atau mikroskopik.
2) Sendimen urine mengandung eritrosit dan leokosit.
3) Proteinuria ringan.
b. Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat batu radiopak, pielografi intravena untuk
melihat batu radiolusen dan menilai sekresi ginjal..

c. Ultrasonografi/ USG (Suddarth & Brunner, 1997).


8. Penatalaksanaan Medis
a. Atasi nyeri, mandi hangat diarea panggul dapat bermanfaat.
b. Terapi nutrisi dan medikasi, masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentukan batu (mis:
Kalsium)
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakarpareal, merupakan prosedur non invasif yang
digunakan untuk menghancurkan batu dan kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah
menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
d. Ureterolitotomi, pembedahan pengangkatan batu.
e. Penyuluhan, karena resiko kambuh yang tinggi, perawat harus memberikan
pelajaran mengenai batu ureter dan mencegah kekambuhan (Suddarth & Brunner,
1997).
10

9. Komplikasi
1. Hidronefrosis
2. Pionefrosis
3. Uremia
4. Gagal ginjal (Mansjoer,2000).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000).

Sumber data diperoleh dari pasien sendiri, dari keluarga dan orang terdekat,
status pasien/catatan kondisi pasien dan informasi dari tim kesehatan yang merawat
pasien (Nursalam, 2001)

Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara wawancara,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan dengan cara membaca ststus kesehatan
klien (Taylor et all, 1996)

Setelah pengumpulan data langkah berikutnya dalam pengkajian adalah


pengelompokan data yang terdiri dari: data fisiologi, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data akan memudahkan perawat dalam pengelompokan masalah
keperawatan klien. Untuk kasus post Op Batu ureter pengkajian yang dilakukan adalah:

a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan jumlah anak.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Kaji mengenai perkembangan penyakit dari tanda dan gejala pertama sampai
sekarang termasuk upaya mencari pertolongan
2) Riwayat penyakit dahulu
11

Kaji riwayat penyakit yang pernah diderita, pengalaman operasi yang pernah
dialami ataupun riwayat cidera yang pernah dialami.

c. Pengkajian fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja
sehubungan dengan efek pembedahan.
2) Sirkulasi
Tanda: takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri). Tekanan darah hipotensi/termasuk Postural.
3) Integritas kulit
Peka terhadap tanda-tanda dan gejala komplikasi.
4) Eliminasi
Gejala: Ketidakmampuan defekasi atau flatus
Tanda: Distensi abdomen, penurunan haluaran urine, penurunan atau tidak
adanya bising usus (ileus), kekacauan abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: Haus
Tanda: : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk
6) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen,
Tanda: nyeri tekan, otot tegang (abdomen),
7) Pernafasan
Tanda: Takipnea.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Urinalisa, warna kuning, coklat gelap, berdarah: secara umum menunjukan
SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat ), sepihan, mineral,
bakteri, pus; ph mungkin asam meningkatkan sistin dan asam urat ) atau alkalin
( meningkatkan magnesium, fosfat, amonium, atau batu kalsium fosfat ).
2) Hb/Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau politemia terjadi (mendorong
prepitasi pemadatan ) atau anemia ( pendarahan, disfungsi/gagal ginjal).
12

3) Foto Rongsent KUB, menunjukan adanya kalkuli dan/perubahan anatomik pada


area ginjal dan sepanjang ureter.
4) Sistoureterokopi, visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan/atau efek obstruksi.
5) Scan CT, mengidentifikasi/mengambarkan kalkuli dan masa lain: ginjal, ureter,
distensi kandung kemih.
6) Ultarasound ginjal, untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu
(Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dari kelompok atau individu dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan atau kesimpulan yang diambil dari


pengkajian tentang status kesehatan klien atau pasien (Effendy Nasrul,1995).

Sedangkan yang dikutif dari Gordon, 1976 (Nursalam, 2001) mendefinisikan


bahwa diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, diagnosa mampu dan mempunyai
wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Pernyataan diagnosa keperawatan
aktual terdiri dari tiga bagian yang meliputi PES (problem, etiologi, dan symptom).

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan kanker
kolon adalah sebagai berikut:

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan insisi bedah


2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas: Penurunan
kekuatan dan ketahanan nyeri / ketidaknyamanan.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) kondisi dan prognosis penyakit dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang imformasi yang adekuat
(Doenges, 2000).
13

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah
menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi perkembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi
(Nursalam, 2001).

Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa


keperawatan, penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan. Dikutip dari iyer, et al, 1996 dalam (Nursalam, 2001).

Terdapat tiga rencana tindakan dalam tahap perencanaan yaitu rencana tindakan
perawat, rencana tindakan pelimpahan (medis dan tim kesehatan lain) dan program
medis untuk klien yang dalam pelaksanaannya dibantu perawat (Capernito, 2000).
Untuk menentukan prioritas kebutuhan dalam intervensi keperawatan, ada dua hirarki
yang ada digunakan, yaitu:

a. Hirarki “ Maslow “ (1960) dalam (Nursalam, 2001) membagi kebutuhan dalam


lima tahap yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial dan harga diri
Contoh hirarki yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas diagnosa
keperawatan adalah:

Aktualisasi
Diri
Harga Diri
Mencintai dan
Dicintai
Rasa aman dan nyaman
Kebutuhan Fisiologis O2, H2O,
Elektrolit, Makanan, Sex
14

Keterangan:

a) Kebutuhan Fisiologis
Contoh: udara segar, air, cairan elektrolit, makanan, dan sex
b) Rasa aman dan nyaman
Contoh: terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum
c) Mencintai dan Dicintai
Contoh: kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima kelompok
d) Harga Diri
Contoh: dihargai, menghargai (respek dan toleransi)
e) Aktualisasi Diri
Contoh: ingin diakui, berhasil dan menonjol.
b. Hirarki “Kalish” (1983), menjelaskan kebutuhan maslow lebih mendalam dengan
membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan
stimulasi. Dikutip dari iyet, et al, 1996 dalam (Nursalam, 2000)
Setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka makalah selanjutnya
adalah penyusunan rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien dengan Batu Ureter adalah sebagai berikut:
15

Diagnosa Tujuan dan


NO Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil

1 Gangguan rasa Tujuan: Mandiri:


nyaman: Nyeri Menyatakan/
1. Kaji skala nyeri, 1. Membantu
berhubungan menunjukan nyeri
misalnya lokasi, mengevaluasi derajat
dengan insisi hilang.
frekwensi, durasi, ketidakanyaman dan
bedah
Kriteria hasil: dan intensitas (skala keefektifan analgesik
0-10) atau menyatakan
- Menunjukan
2. Jelaskan penyebab terjadinya
kenyamanan.
nyeri. komplikasi, (nyeri
- Mampu untuk
3. Dorong pasien abdomen biasanya
tidur/istirahat.
menyatakan masalah, ada secara bertahap
mendengar dengan pada hari ke-3 atau
aktif pada masalah ke-4 pasca operasi
ini dan berikan (Doenges, 2000)
.
dukungan dengan 2. Imformasi
menerima, tinggal memberikan data
dengan pasien dasar untuk
berikan imformasi mengevaluasi
yang tepat. kebutuhan dan
4. Dorong penggunaan keefektifan
tehnik relaksasi, intervensi. (Doenges,
(imajinasi, 2000)
visualisasi, aktivitas 3. Penurunan ansietas
terapeutik). atau takut
5. Berikan tindakan meningkatkan
kenyamanan contoh relaksasi
pijat punggung, kenyamanan.
16
penguatan posisi (Doenges, 2000)
(penggunaan 4. Menurunkan
tindakan dukungan tegangan otot,
sesuai kebutuhan) meningkatkan
Kolaborasi: relaksasi dan dapat
meningkatkan
6. Berikan obat sesuai
kemampuan koping,
indikasi, contoh
menurunkan nyeri
analgesik.
dan
ketidakanyamanan.
(Doenges, 2000)
5. Menghilangkan
nyeri, meningkatkan
kenyamanan dan
meningkatkan
istirahat. membantu
klien dalam
mengatasi kecemasan
terhadap nyeri.
(Doenges, 2000)
6. Menghilangkan
nyeri, meningkatkan
kenyamanan dan
meningkatkan
istirahat. (Doenges,
2000)

2 Gangguan Tujuan: Mandiri:


mobilisasi fisik
Mempertahankan 1. Kaji keterbatasan 1. Mempengaruhi
17
berhubungan mobilitas/fungsi aktivitas, perhatikan pilihan
dengan optimal. adanya/derajat/keterba intervensi.(Doenges.
kelemahan. tasan/ kemampuan. 2000)
Kriteria hasil:
2. Jelaskan penyebab 2. Imformasi dapat
- Menunjukan kelemahan. meningkatkan
peningkatan 3. Ubah posisi setiap 2 perubahan perilaku
kekuatan dan jam bila tirah baring: (Doenges, 2000)
bebas dari dukung bagian tubuh 3. Menurunkan
komplikasi yang sakit/sendi ketidaknyamanan,
(kontraktur, dengan bantal, mempertahankan
dekubitus) gulungan, kulit kekuatan
domba, bantalan otot/mobilitas sendi,
siku/tumit sesuai meningkatkan
indikasi. sirkulasi, dan
4. Bantu dalam latihan mencegah kerusakan
rentang gerak kulit. (Doenges,
aktif/pasif. 2000).
5. Berikan pijatan kulit, 4. Mempertahankan
pertahankan kelenturan sendi,
kebersihan dan mencegah
kekeringan kulit. kontraktur, dan
pertahankan linen membantu dalam
kering dan bebas menurunkan
kerutan. ketegangan otot.
6. Berikan tempat tidur (Doenges, 2000)
busa/kapuk. 5. Merangsang
sirkulasi: mencegah
iritasi kulit.
(Doenges, 2000).
6. Menurunkan tekanan
18
jaringan dan dapat
meningkatkan
sirkulasi, sehingga
menurunkan resiko
iskemia/kerusakan
dermal. (Doenges,
2000)
3 Kurang Tujuan: Mandiri:
perawatan diri
Berpartisipasi pada 1. Kaji kemampuan 1. kondisi dasar akan
berhubungan
aktivitas sehari-hari klien untuk menentukan tingkat
dengan
dalam tingkat berpartisipasi dalam kekurangan /
intoleransi
perawatan diri. aktivitas perawatan kebutuhan. (Doenges,
aktifitas:
diri. 2000).
Penurunan Kriteria hasil:
2. Jelaskan pentingnya
kekuatan dan
- Penampilan rapi. higiene personal.
ketahanan 2. Meningkatkan
Buat tujuan aktivitas
nyeri / - Tidak bau badan kemampuan klien
realitas dengan klien.
kenyamanan. melakukan tugas.
3. Dorong atau gunakan
(Doenges, 2000)
tehnik penghemat
3. Menghemat energi,
energi, contoh duduk,
menurunkan kelehan,
tidak berdiri, mandi
dan meningkatkan
duduk; melakukan
kemampuan pasien
tugas dalam
untuk melakukan
peningkatan
tugas. (Doenges,
bertahap.
2000)
4. Anjurkan untuk
4. Mempertahankan
perawatan mandi
higiene personal.
ditempat tidur.
(Doenges, 2000)
5. Jadwalkan aktivitas
5. Pendekatan yang
19
yang memungkinkan tenang menurunkan
pasien cukup waktu frustasi,
untuk menyelesaikan meningkatkan
tugas pada partisipasi
kemampuan paling pasien,
baik. meningkatkan

harga diri.

(Doenges, 2000)

4 Kurang Tujuan: Mandiri:


pengetahuan Mengutarakan
1. Kaji pengetahuan 1. Memberikan
tentang pemahaman proses
klien tentang pengetahuan dimana
kondisi, penyakit.
penyakit dan harapan klien dapat membuat
prognosis, dan
Kriteria hasil: masa datang. pilihan berdasarkan
kebutuhan
2. Kaji program diet informasi dan
pengobatan - Melakukan
sesuai individual. kesempatan untuk
berhubungan prosedur yang
3. Jelaskan secara menjelaskan
dengan kurang
diperlukan. singkat dan kesalahan konsepsi
imformasi
sederhana mengenai: mengenai situasi
adekuat. - Memulai
a) Pengertian batu individu. (Doenges,
perubahan gaya
ureter 2000)
hidup. b) Penyebab batu
2. Pembilasan sistem
ureter
- Ikut serta dalam ginjal menurunkan
c) Tanda dan gejala
proses kesempatan statis
d) Penanganan batu
ginjal dan
keperawatan. ureter
pembentukan batu.
e) Pencegahan batu
meningkatkan
20
ureter kehilang
4. Diskusikan program cairan/dehidrasi
obat -obatan hindari memerlukan
obat yang dijual bebas pemasukan tambahan
dan membaca semua dalam kebutuhan
label sehari-hari.
produk/kandungan
(Doenges, 2000)
dalam makanan.
5. Diet rendah oksalat, 3. Imformasi yang jelas
contoh pembatasan dapat meningkatkan
coklat, minuman kerjasama klien dan
mengandung kafein, keluarga dalam
bit dan bayam. proses keperawatan
(Doenges, 2000)

4. Obat-obatan diberikan
untuk mengasamkan
atau mengalkaliskan
urine, tergantung pada
penyebab dasar
pembentukan batu,
makanan produk
dikontraindikasikan
. secara individu.
(kalsium dan posfat).

(Doenges, 2000)

5. Menurunkan
pembentukan batu
kalsium oksalat.
21
(Doenges, 2000)
22

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2000).
Implementasi sebaiknya dibuat sesuai dengan situasi klien dan peralatan
rumah sakit

Pelaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi keperawatan oleh


perawat dan klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika akan
melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan
rencana. Setelah dilakukan validitas, pengasahan keterampilan
interpersonal, intelektual, dan psikologi individu. Terakhir melakukan
pendokumentasian keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
(Nursalam, 2001).

Dalam tahap implementasi ini, perawat berperan sebagai pelaksana


keperawatan, memberi support, pendidik, advokasi, dan
pencatatan/penghimpunan data (Carpenito,1999).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan yang intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
(Nursalam,2001).

Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu Formatif dan Sumatif:

a. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka
pendek, atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya
setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.
23

b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif biasanya disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir,
evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi suatu metode dalam
memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk
evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP” (Nursalam, 2001).

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik


rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan
sebelumnya.

Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam tahap evaluasi


ini, yaitu: masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi, dan masalah baru.

6. Perencanaan Pulang
a. Nyeri hilang/terkontrol
b. Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan
c. Komplikasi dicegah/minimal
d. Proses penyakit prognosis dan program terapi dipahami (Doenges,
2000).
24

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batu di ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari zat yang ada di air
kencing.Prosesnya disebut nephrolithiasis.Penyakit batu ginjal atau kencing
batu ini biasanya berukuran sangat kecil atau bisa mencapai sekitar beberapa
inci.
Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, batu
yang terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat,
kalium fosfat, dan asam urat meningkat (Sudarth & Brunner, 1997).
25

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem


Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medikal Bedah.Malang: Universitas
Kedokteran Brawijaya.
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Ed 9.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai