Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PENYAKIT BATU GINJAL PADA Tn. A


DI RUANGAN LONTARA 4 (UROLOGI)
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TANGGAL 16 - 21 APRIL 2022

sdd

OLEH :

BAU SANTI NUR


NIM : 70900121027

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Nyeri dan Nutrisi dengan lancar. Tak lupa pula
saya kirimkan salam dan sholawat kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kejahiliaan menuju
alam yang penuh dengan peradaban dan ilmu.
Laporan pendahuluan ini berisi defenisi, fisiologi, faktor yang
mempengaruhi dan penyimpangan KDM. Pada Asuhan Keperawatan
terdapat pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
Di dalam penulisan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
ini tentunya masih ada kekurangan di dalamnya, sehingga penulis
memerlukan masukan dan saran yang membangun dari pembaca agar
segala kesalahan dapat diperbaiki. Sesungguhnya kesempurnaan hanya
milik Allah swt.
Sekian.

Samata, 16 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi......................................................................................1
B. Etiologi ......................................................................................3
C. Klasifikasi...................................................................................6
D. Patofisiologi................................................................................6
E. Manifestasi Klinis.......................................................................7
F. Penatalaksanaan..........................................................................9
G. Pemeriksaan penunjang..............................................................11
H. Komplikasi.................................................................................12
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian..................................................................................13
B. Klasifikasi Data..........................................................................14
C. Kategorisasi Data.......................................................................14
D. Analisa Data...............................................................................14
E. Diagnosis....................................................................................15
F. Intervensi ...................................................................................18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian..................................................................................21
B. Klasifikasi Data..........................................................................32
C. Kategorisasi Data.......................................................................33
D. Analisa Data...............................................................................35
E. Diagnosis....................................................................................36
F. Intervensi ...................................................................................37
G. Implementasi .............................................................................39
H. Evaluasi......................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nefrolitiasis mengacu pada adanya batu kristal (batu) dalam sistem
kemih (ginjal dan ureter). Batu ginjal tersebut tersusun dari berbagai jumlah
kristaloid dan matriks organik. Batu ureter hampir selalu berasal dari ginjal
tetapi kemudian diturunkan ke ureter (Stoller, 2013). Batu ginjal atau
nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di
dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan batu
ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi
geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, dan
pekerjaan.

Gambar 2. 5 Nefrolitiasis

B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik

3
yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
1. Faktor intrinsik
a. Faktor genetik
Faktor genetik berperan penting dalam terjadinya batu ginjal pasa
seseorang. Menurut Mange K.C (1999), seseorang yang mempunyai
keluarga penderita batu ginjal mempunyai risiko mengalami penyakit
batu ginjal sebesar 25 kali dibandingkan dengan seseorang yang tidak
mempunyai garis keturunan penyakit batu ginjal. Hiperkalsiuria
idiopatik (penyebanya tidak diketahui) bersifat familial atau genetik.
Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa 50% pasien dengan
hiperkalsiura idiopatik bersifat diturunkan.
b. Riwayat sakit batu ginjal sebelumnya
Penyakit batu ginjal bersifat kumat-kumatan. Artinya, pasien yang
pernah menderita batu ginjal sekalipun batunya pernah keluar secara
spontan atau dikeluarkan oleh dokter, suatu saat nanti dapat
mengalami kekambuhan.
c. Usia
Usia yang paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. semakin
bertambah usia, tubuh pun mengalami risiko kerusakan lebih besar,
tak terkecuali ginjal.
d. Jenis kelamin
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Karena saluran kemih pria yang lebih sempit. Juga karena aktivitas
pria yang cenderung lebih padat dari wanita.
e. Kelainan anatomi ginjal dan salurannya
Insidensi batu ginjal lebih sering terjadi pada seseorang yang
mengalami kelainan anatomi ginjal. Hal ini berhubungan dengan
terlambatnya aliran air kemih. Misalnya pada ginjal tapal kuda
(horseshoe kidney), penyempitan ureter, penyempitan dikaliks, dan
sebagainya.

4
2. Faktor Ekstrinsik
a. Jumlah minum sedikit
Kurang minum, aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat, dan
cuaca/iklim panas menyebabkan volume cairan tubuh berkurang.
Akibatnya, jumlah air kemih yang terbentuk juga lebih sedikit.
Keadaan ini juga menciptakan supersaturasi atau kejunuhan ginjal.
b. Meningkatnya konsentrasi mineral pembentuk batu dalam air kemih.
Pengeluaran mineral yang berlebihan melalui air kemih menciptakan
kejenuhan air kemih dan berpotensi menyebabkan terbentuknya batu
ginjal. Misalnya :hiperkalsiura (pengeluaran kalsium yang berlebihan
bersama air kemih), hiperoksaluria (pengeluaran oksalat yang
berlebihan bersamaan air kemih), dan hiperuricosuria (pengeluaran
asam urat yang berlebuhan bersamaan air kemih).
c. Jenis pekerjaan dan hobi yang memicu dehidrasi
Seseorang dengan pekerjaan sehari0hari lebih banyak menggunakan
kekuatan fisik dan yang terlebih lagi tinggal di daerah yang beriklim
panas serta terpapar matahari memiliki peluang lebih besar untuk
mendapatkan batu ginjal. Mereka yang mempunyai hobi berolah raga
tanpa diimbangi dengan jumlah minum yang memadai yang termasuk
golongan yang berpotensi menderita batu ginjal.
d. Penyakit dan gangguan metabolik
Kelainan metabolik tertentu menyebabkan pembuangan mineral tubuh
meningkatkan misalnya penyakit hiperparateriodisme (terjadi
hiperkalsiura, penyakit rematik asam urat/gout artritis (terjadi
hiperuricosuria), penyakit usus (menurunnya kadar sitrat), dan
penyakit asidosis tubuler ginjal (kehilangan sitrat melalui air kemih).
e. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu).

5
f. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
Menurut Brunner dan Suddath (2012), ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan batu ginjal, yaitu :
1. Infeksi
2. Stasis urin
3. Periode imobilitas (drainase renal yang lambat dari perubahan
metabolism kalsium)
4. Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsuira (kalsium urin
tinggi).
C. Klasifikasi
Klaisifkasi nefrolitiasis diantaranya adalah (Pak CY, 2013) :
1. Kalsium oksalat: 80% dari batu kalsium, faktor risiko termasuk volume
urin rendah, hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hiperoksaluria dan
hipositraturia.
2. Kalsium fosfat : 20% dari batu kalsium. Faktor risiko termasuk pH urin
tinggi dan asidosis tubulus ginjal. Batu asam urat: 10% hingga 20% pada
batu ginjal disebabkan oleh hiperurisemia.
3. Batu sistin: 1% dari batu ginjal, biasanya disebabkan oleh kesalahan
metabolisme bawaan yang menghasilkan reabsorpsi yang abnormal pada
tubulus ginjal yaitu asam amino cystine, ornithine, lysine, dan arginine.
4. Batu struvite: 1% hingga 5% batu ginjal, juga dikenal sebagai batu
infeksi. Terdiri dari magnesium, amonium, dan fosfat.
D. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian
bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu
saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis.
Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi,

6
abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal
ginjal) (Muttaqin, 2012).
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana
apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
2. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,
dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
3. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme.
Supersaturasi yang berlebihanadalah penyebab terbentuknya batu asam urat
atau batu sistin, sementara batu infeksi disebabkan olehmetabolism bakteri.
Sementara batu yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium,
masih belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya. Terbentuk atau tidaknya
batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan antra zat pembentukan batu
dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain ion magnesium yang dapat
menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan okslat,
membentuk garam magnesium okslat sehingga jumlah okslat yang akan
berikatan dengan kalsium akan menurun.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Purnomo (2014) dan Brunner & Suddarth (2012) beberapa tanda
dan gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
1. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi akrena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
2. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.

7
3. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena
batu.
4. Demam
5. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Salah satu fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin) ,apabila ginjal
manusia mengalami gangguan,maka akan terjadi lah gangguan pada
pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya. Akibat dari
gangguan ini,maka terjadilah perubahan dalam frekuensi buang air
kecil.mungkin  buang air kecil lebih sering dan lebih banyak dari pada
biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan mungkin buang air kecil
dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin yang berwarna gelap.
6. Tubuh  mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan
cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh  akan dipenuhi cairan yang
mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh,
diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.
7. Tubuh  cepat  lelah / kelelahan
Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut dengan
erythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan tubuh
untuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah. Ketika tubuh 
mengalami gagal ginjal, maka ginjal  hanya memproduksi sedikit. Dengan
demikian karena sel-sel darah merah pembawa oksigen tadi berkurang
sehingga otot dan otak tubuh  menjadi cepat lelah. Kondisi ini disebut
juga sebagai anemia. Oleh karena itu, apabila  mengalami anemia yang
berkelanjutan, hati-hati karena hal tersebut bisa saja merupakan gejala
penyakit ginjal.
8. Bau Mulut / ammonia breath
Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia)  karena
adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam makanan dan
bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak berhenti menyukai daging dan

8
kehilangan berat badan drastis. Di beberapa kasus ada juga yang merasa
bau mulutnya seperti meminum cairan besi.
9. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah
Gejala penyakit ginjal yang lainnya adalah rasa mual berkelanjutan dan
selalu ingin muntah. Gejala ini muncul disebabkan karena uremia tadi
(penumpukan limbah dalam darah). Gejala ini berhubungan dengan gejala
penyakit ginjal sebelumnya yakni bau mulut. Karena bau mulut,akan
mengalami mual yang berakibat sulit makan dan kehilangan berat badan
yang sangat drastis.
F. Penatalaksanaan
Menurut Purnomo (2014) beberapa penataaan pada batu ginjal yaitu :
1. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna
diharapkan batudapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi nyeri,memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapatmendorong batu keluar dari
saluran kemih.
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli- buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang
terdiri atasmemecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yangdimasukkan langsung kedalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui uretra ataumelalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secaramekanik,

9
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan
energilaser. Beberapa tindakan endourologi yaitu :
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan
caramemasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada
kulit. Batukemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmenkecil.
b. Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
c. Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter
atausistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu
yang berada didalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntutanuteroskopi/uterorenoskopi ini.
d. Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjangDormia.
4. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter.
5. Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau
nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnyasudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks sudah sangat tipis,
ataumengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
obstruksi dan infeksiyang menahun.

10
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purnomo (2014) pemeriksaan penunjang untuk mengetahui batu
ginjal dapaat dilaksanakan melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :
1. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering
dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non
opak (radio-lusen)
2. Pielografi Intra Vena (IVU)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal.
Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograde.
3. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan
ginjal.
Diagnosis dapat juga ditegaakan dengan uji kimia darah dan urin
24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium,
pH, dan volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat
diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga
didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu pada pasien (Brunner & Suddarth, 2002).

11
H. Komplikasi
Menurut Mange K.C (1999) untuk mengetahui komplikasi batu ginjal
terdapat beberapa yaitu :
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
atau pengangkatan batu ginjal.
4. Obstruksi
5. Hidronephrosis
I. Penyimpangan KDM

12
Konsentasi Ca oksalat meningkat, Ca fosfat menurun, asam urat meningkat,
absorpsi oksalat berlebih, defisiensi sitrat, infeksi, status urine, immobilisasi

Terbentuk batu pada Gangguan fungsi ginjal


ginjal (nefrolitiasis)

Perubahan status
Obstruksi saluran pada kesehatan
Distensi abdomen tubulus ginjal

Kurang informasi
Tekanan hidrostatik
Penekanan gaster
meningkat
Misinterpretasi
informasi
Refleks vagus Distensi pada piala ginjal
serta ureter proksimal
Kurang pengetahuan
Stimulasi trigger zone tentang penyakit
Frekuensi kontraksi
ureter meningkat
Mual/muntah

Trauma ginjal Terbentuk batu pada


Resiko kekurangan
volume cairan ginjal (nefrolitiasis)

Pelepasan bradikinin,
serotonin, histamine Terbentuk batu pada
ginjal (nefrolitiasis)

Menstimulasi nosiseptor
Terbentuk batu pada
ginjal (nefrolitiasis)

Dipersepsikan Saraf effernt

Terbentuk batu pada


Nyeri Thalamus ginjal (nefrolitiasis)

13
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik
yang menyebar ke paha dan genetelia. Yang dimana keluhan yang paling
dirasakan oleh oasien itu sendiri adalahterjadi penurunan produksi miksi.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat ginjal.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari,
kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaaan Umum: Klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian
punggung bawah hingga pangkal paha dan gangguan dalam
berkomunikasi.
b. Kesadaran : Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas
keadaan klien.
c. Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi.
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala Inspeksi : Mengkaji bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi
rambut baik, warna rambut hitam
2) Mata Inspeksi: strabismus, konjungtiva tidak anemis
3) Telinga Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen,
tidak ada lesi
4) Hidung Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.

14
5) Mulut Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi,
terkadang timbul stomatitis.
6) Leher Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid
dan vena jugularis.
7) Dada Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat
inspirasi dan ekspirasi.Perkusi : suara resonan.Auskultasi : tidak
ada bunyi wheezing.
8) Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi, Auskultasi : terdengar bising
usus, Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : sedikit mengeras dan adanya nyeri tekan pada perut
bagian bawah
9) Ekstremitas atas Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik,
ROM baik.
10) Ekstremitas bawahInspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri
baik, ROM aktif.
11) Genetalia Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan
baik.
B. Diagnosis Keperawatan
Menurut PPNI (2017), diagnosis yang mungkin muncul pada pasien
dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik yaitu risiko jatuh
berhubungan dengan kekuatan otot menurun, risiko gangguan integritas kulit
atau jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas, berdasarkan buku
SDKI tersebut, pembahasan diagnosis yang dapat muncul secara terperinci
dijelaskan sebagai berikut:
1. Diagnosis 1: Nyeri Akut D.0077
a. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.

15
b. Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia ) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
c. Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaucoma
2. Diagnosis 2: Gangguan Eliminasi Urine
a. Definisi : Disfungsi elimnasi urine
b. Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Desakan berkemih (Urgensi) 1. Distensi kandung kemih
2. Urin Menetes (Dribbling) 2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3. Sering Buang air kecil 3. Volume residu urin meningkat
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia ) (tidak tersedia )

16
c. Kondisi Klinis Terkait
1) Infeksi ginjal dan saluran kemih
2) Hiperglikemi
3) Trauma
4) Kanker
5) Cedera /tumor/infeksi medula spinalis
6) Neuropati diabetikum
7) Neuropati alkoholik
8) Stroke
9) Parkinson
10) Skeloris multiple
11) Obat alpha adrenergik
3. Diagnosis 3: Resiko Ketidakseimbangan Cairan
a. Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan percepatan
perpindahan cairan dan intravaskuler, intertisial atau intraseluler.
b. Faktor Resiko:
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma /perdarahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Asites
6) Obstruksi intestinal
7) Peradangan pankreas
8) Penyakit ginjal dan kelenjar
9) Disfungsi intestinal
c. Kondisi Klinis terkait
1) Proedur pembedahan mayor
2) Penyakit ginjal dan kelenjar
3) Perdarahan
4) Luka bakar

17
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis 1 : Nyeri Akut
a. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….x24
jam maka, tingkat nyeri menurun.
Dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Sikap protektif menurun
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Nyeri
Observasi Agar mengetahui lokasi, derajat dan
Identifikas lokasi, tingkat nyeri yang dialami dan untuk
karakteristik,durasi, frekuensi, dapat melakukan intervensi selanjutnya
kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri Untuk menentukan derajat nyeri


Identifikasi faktor yang Untuk mengetahui apa penyebab nyeri
memperberat dan memperingan
nyeri

Identifikasi pengetahuan dan Untuk mengetahui bagaimana


keyakinan tentang nyeri pengetahuan klien tentang nyeri yang di
alami
Monitor keberhasilan terapi Untuk melihat apakah terapi yang
komplementer yang sudah diberikan berhasil atau tidak
diberikan

Monitor efek samping pemberian Untuk memantau efek samping dari


anal getik pemberian obat pereda nyeri

Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis Untuk menurunkan atau mengalihkan
untuk mengurangi rasa nyeri perhatian klien dari nyerinya

Kontrol lingkungan yang Untuk mengontrol kondisi lingkungan


memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu sehingga bisa menurunkan nyeri
ruangan , pencahayaan , kebisingan
Edukasi Agar klien mengetahui strategi yang
Jelaskan strategi meredakan nyeri diberikan

18
Ajarkan teknik non farmakologisAgar klien mandiri dalam memantau
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri yang timbul
Anjurkan memonitor nyeri secaraAgar klien tidak berfokus pada terapi
mandiri farmakologi untuk mengurangi nyeri
yang muncul
Kolaborasi : Untuk membantu meringankan nyeri
Kolaborasi pemberian pemberian pada klien
analgetik, jika perlu

2. Diagnosis 2 : Gangguan Eliminasi Urine


a. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….x24
jam maka, eliminasi urine membaik.
Dengan kriteria hasil:
1) Sensasi berkemih meningkat
2) Distensi kandung kemih menurun
3) Berkemih tidak tuntas (Hesistansi) menurun
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Eliminasi Urine
Observasi Agar mengetahui apa tanda dan gejala
Identifikasi tanda dan gejala retensi retensi atau inkontenensia urine.
atau inkontenensia urine
Monitor eliminasi urine (mis. Untuk memantau frekuensi, konsistens,
Frekuensi, konsistensi, volume, dan volume dan warna urine
warna)
Terapeutik
Catat waktu-waktu dan haluaran Untuk mengetahui waktu saat berkemih
berkemih
Batasi asupan cairan, jika perlu Untuk mengontrol asupan cairan yang
masuk.
Edukasi Agar klien mengetahui apa tanda dan
Ajarkan tanda dan gejala infeksi gejala dari infeksi saluran berkemih
saluran berkemih
Ajarkan mengukur asupan cairan Agar klien mandiri dalam memantau
dan haluaran urine haluaran urine
Ajarkan mengenali tanda berkemih Agar klien mengetahui tanda saat
dan waktu yang tepat untuk berkemih.
berkemih.
Kolaborasi : Untuk membantu meringankan klien
Kolaborasi pemberian obat saat berkemih.
supositoria uretra, jika perlu

19
3. Diagnosis 3 : Resiko Ketidakseimbangan Cairan
a. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….x24
jam maka, keseimbangan cairan meningkat.
Dengan kriteria hasil:
1) Asupan cairan meningkat
2) Haluaran urine meningkat
3) Kelembapan membran mukosa meningkat
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Cairan
Observasi
Monitor status hidrasi (mis. Agar memantau status hidrasi (mis.
Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan pengisian kapiler, tekanan darah)
mukosa, tekanan darah).
Monitor hasil pemeriksaan Untuk hasil laboratorium (mis.
laboratorium (mis. Hematokrit, Na, Hematokrit, Na, K, CI, berat jenis
K, CI, berat jenis urine, BUN) urine, BUN)
Terapeutik
Catat intake-output dan hitung Untuk mengetahui intake-output dan
balans cairan 24 jam hitung balans cairan
Batasi asupan cairan, sesuai Untuk mengontrol asupan cairan yang
kebutuhan masuk.
Berikan cairan intravena, jika perluUntuk membantu dalam pemberian
cairan
Kolaborasi : Untuk membantu meringankan dalam
Kolaborasi pemberian diuretik, jika pemberian cairan.
perlu

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
HARI/TANGGAL : SENIN, 16 Mei 2022
JAM PENGKAJIAN : 09.00 WITA
PENGKAJI : BAU SANTI NUR
RUANG : RUANG LONTARA 4 (UROLOGI)
1. IDENTITAS
a. PASIEN
Nama : Tn. AT
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Pangkep
No. CM : 977193
Diagnostik Medis : Batu ginjal
Tgl masuk RS : 14 mei 2022
b. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. N
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Gorontalo
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a) Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri kedua pinggang.
2) Kronologi penyakit saat ini
Klien mengatakan nyeri kedua pinggang terutama pinggang kiri
yang dialami sejak satu tahun yang lalu dan memberat sejak satu
bulan terakhir. Riwayat buang air kecil keluar batu lima bulan
yang lalu.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Klien mengatakan bahwa sakit pinggang dirasakan mengganggu
aktivitas sehari-harinya.
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Klien mengatakan bahwa dengan pelayanan kesehatan kondisinya
bisa membaik sehingga mampu melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasa.

21
b) Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Penyakit masa anak – anak
Klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit yang diderita selama
masa anak-anak.
2) Imunisasi
Klien mengatakan tidak tahu jika dirinya pernah diimunisasi atau
tidak.
3) Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan.
4) Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya
Klien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah dirawat di
rumah sakit lain.

2. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

X X X X

G1 : Klien mengatakan bahwa neneknya tidak memiliki penyakit menular dan menurun.
G2 : Klien mengatakan bahwa orang tuanya tidak memiliki penyakit menular dan menurun.
G3 : Klien mengatakan bahwa saudaranya tidak memiliki penyakit menular dan menurun.
Keterangan:

: Pasien : Garis keturunan

: Laki-laki : Garis Penikahan

: Perempuan : Tinggal serumah

X : Meninggal

3. PENGKAJIAN BIOLOGIS

22
a) RASA AMAN DAN NYAMAN
1) Apakah ada rasa nyeri?
Klien mengatakan bahwa nyeri kedua pinggang terutama
pinggang kiri sejak satu bulan terakhir
Klien tampak meringis
Gambraan nyeri (Numeric Scale Rate/NRS):
P : Nyeri bertambah ketika bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : punggung kiri dan kanan
S : Skala 3
T : ± 2-3 menit hilang timbul
2) Apakah mengganggu aktifitas?
Klien mengatakan nyeri mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan
nyeri?
Klien mengatakan bahwa rasa nyeri didiamkan sejak satu tahun
yang lalu dan memberat sejak satu bulan terakhir baru keuadian
dibawa ke rumah sakit untuk prngobatan.
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Klien mengatakan dengan berobat ke rumah sakit maka nyeri
yang dirasakan perlahan-lahan menurun.
b) AKTIFITAS ISTIRAHAT – TIDUR
1) AKTIFITAS
a. Apakah klien selalu berolah raga?
Klien mengatakan bahwa dia setiap hari berolahraga di kebun.
b. Apakah klien mengguanakan alat bantu dalam beraktifitas?
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam
beraktivitas.
c. Apakah ada gangguan aktifitas?
Pasien mengatakan bahwa nyeri punggung yang dirasakan
mengganggu aktivitasnya.
d. Berapa lama melakukan kegiatan perhari?
Klien mengatakan bahwa akan berangkat ke kebun sekitar jam
7 atau 8 dan pulang sekita jam 5.
e. Apakah klien mampunyai ketrampilan khusus?
Klien mengatakan bahwa tidak ada keterampilan khusus yang
dilikinya.
f. Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Apakah perlu
bantuan?
Klien mengatakan bahwa dia masih bisa berjalan ke wc dan
makan sendiri tanpa dibantu.
2) ISTIRAHAT
a. Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
klien mengatakan tidur siang sekitar 2 jam dan tidur malam
sekitar 8 jam.
b. Apa kegiatan untuk mengisis waktu luang?

23
Klien mengatakan bahwa dia akan berkebun atau sekedar
berkumpul dengan keluarga.
c. Apakah klien manyediakan waktu khusus untuk istirahat?
Klien mengatakan bahwa dia akan tidur siang sekitar jam 1 dan
tidur malam sekitar jam 9.
d. Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?
Klien mengatakan tentu saja sesuai dengan hobinya.
e. Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Klien mengatakan istirahatnya masih seperti biasa, tidur siang
dan malam.
3) TIDUR
a. Bagaimana pola tidur klien?
Klien mengatakan selama dirawat tidurnya sama seperti dulu
yaitu tidur siang kurang lebih 2 jam dan malam kurang lebih 8
jam.
b. Apakah kondisi saat ini menganggu klien?
Klien mengatakan bahwa kondisinya mengganggu namun tetap
bisa tidur.
c. Apakah klien terbiasa mengguanakan obat penenang sebelum
tidur?
Klien mengatakan bahwa tidak menggunakan obat penenang
sebelum tidur.
d. Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Klien mengatakan akan menonton TV bersama istri.
e. Bagaimana kebiasaan tidur?
Klien mengatakan kebiasaan tidurnya bagus.
f. Berapa jam klien tidur? Bagaimana kualitas tidurnya ?
Klien mengatakan tidur siang sekitar 3 jam dan malam sekitar
8 jam dengan nyenyak.
g. Apakah klien sering terjaga saat tidur?
Klien mengatkan tidak terjaga saat tidur.
h. Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenis nya?
Klien megatakan tidak pernah mengalami gangguan tidur.
c) CAIRAN
1) Berapa banyak klien minum perhari?
Klien mengatakan bahwa dia minum kurang lebih 8 gelas perhari.
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Klien mengatakan bahwa dia menyukai kopi.
3) Apakah ada minuman yang disukai/ dipantang?
Klien mengatakan semenjak bahwa tidak ada minuman yang
dipantang.
4) Apakan klien terbiasa minum alkohol?
Klien mengatakan tidak mengonsumsi alkohol.
5) Bagainama pola pemenuhan cairan perhari?
Klien mengatakan minum dengan air puth.
6) Ada program pembatasan cairan?

24
Ada program pembatasan cairan bagi klien.
7) Balance cairan selama 24 jam
Input cairan = 2.200 cc
Oral = 1.600 cc
Parenteral = 600 cc
Output cairan = 2.530
Urine = 1.900 cc
IWL = 630
BC = Input cairan – Output Cairan = 2.200 – 2.530 = -330
d) NUTRISI
1) Apa yang biasa di makan klien tiap hari?
Klien mengatakan bahwa dia mengonsumsi nasi, lauk pauk dan
sayuran.
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kli perhari?
Klien mengatakan makan ±3 kali per hari.
3) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Klien mengatakan bahwa tidak ada makanan yang dipantang.
4) Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan.
5) Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam mengunyah atau
menelan makanan.
6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.
Tampak terpasang infus tapi tidak terpasang sonde.
7) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Klien mengatakan tidak ada gangguan pencernaan yang dialami.
8) Bagainama kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu?
Klien mengatakan giginya sudah ada beberapa yang tanggal dan
tidak menggunakan gigi palsu.
9) Kekuatan gigi?
Klien mengatakan masih bisa mengonsumsi makanan yang keras.
10) Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaiatan
dengan sistem pencernaan?
Klien mengatakan tidak ada riwayat pembedahan sebelumnya.
11) Adakah program DIET bagi klien ?
Klien mengatakan tidak ada program diet.
e) ELIMINASI: URINE DAN FESES
1) Eliminasi feses:
a. Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan
karakteristik feses?
Klien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari.
b. Apakah terbiasa menggunakan obat pelancar?
Klien mengatakan tidak menggunakan obat pelancar BAB.
c. Apakah ada kesulitan?
Klien mengatakan tidak menggunakan obat pelancar.
d. Apakah klien mengguankan alat bantu untuk defeksi?

25
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu BAB.
2) Eliminasi Urine:
a. Apakah BAK klien teratur?
Klien mengatakan jika sudah minum maka akan BAK.
b. Bagaimana pola BAK klen sehari?
Klien mengatakan BAK 3-4 kali sehari, urine klien tampak
kuning pekat.
c. Apakah ada riwayat pembedahan?
Klien mengatakan tidak ada riwayat pembedahan sebelumnya
dan saat ini klien menggunakan kateter urine.
d. Bila menggunakan alat bantu sudah berapa lama?
Klien menggunakan kateter urine sejak selesai operasi pada
tanggal 17 mei 2022.
f) KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA
1) PERNAFASAN.
a. Apakah ada kesulitan dalam bernafas?
Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam bernapas.
b. Apakah klien mengguanakan alat bantu pernafasan? (Ya,
jelaskan apa jenisnya)
Klien tidak menggunakan alat bantu dalam pernapasan.
c. Posisi yang nyaman bagi klien?
Klien mengatakan posisi setengah duduk (semi fowler) dan
berbaring terlentang (fowler).
d. Apakah klien terbiasa merokok?
Klien mengatakan pernah merokok.
e. Apakah ada alergi terhadap debu, obat- obatan dll?
Klien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan.
f. Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dengan gangguan
pernapasan.
2) KARDIOVASKULER
a. Apakah klien cepat lelah?
Klien mengatakan tidak mudah lelah jika beraktivitas karena
aktivitas yang dilakukan adalah kebiasaannya sejak dulu.
b. Apakah ada keluhan berdebar – debar? Nyeri dada yang
menyebar? Pusing? Rasa berat didada?
Klien mengatakan tidak ada rasa berdebar-debar dan nyeri
dada yang dirasakan.
c. Apakah klien mengguankaan alat pacu jantung?
Klien tidak menggunakan alat pacu jantung.
d. Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gangguan
kardiovaskuler?
Klien tidak mempunyai riwayat dengan gangguan
kardiovaskuler.

26
g) PERSONAL HYGIENE
1) Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok
gigi dll?
Klien mengatakan selama dirawat klien hanya diwashlap dan
gosok gigi 1 kali dalam sehari.
2) Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
Klien mengatakan 1 kali dalam sehari.
3) Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal
hygiene?
Klien mengatakan dibantu dalam washlap oleh anak dan
istrinya.
h) SEX
1) Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Klien mengatakan dulu tidak ada kesulitan hubungan seksual.
2) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi/mengguangggu
fungsi seksual?
Klien mengatakan karena sudah usia lanjut sehingga sudah tidak
melakukan hubungan seksual.
4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a) Psikologi.
1) Status Emosi.
a. Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?
Klien mampu mengepresikan perasaannya, seperti
mengungkapkan rasa nyeri yang dialami.
b. Bagaimana suasana hati klien?
Klien mengatakan suasana hatinya baik-baik saja karena ada
istrinya, anaknya, dan keluarganya yang mendampingi di saat
keadaannya sedang sakit.
c. Bagaimana perasaan klien saat ini?
Klien mengatakan bahwa dia cemas dengan penyakitnya tapi
selalu diberikan semangat oleh keluarganya sehingga
kecemasannya dapat diatasi.
d. Apa yang dilakukan bila suasana hati sedih, marah, gembira?
Klien mengatakan bahwa dia senantiasa mengingat Allah swt
dan mengungkapkan suasana hatinya pada istrinya.
2) Konsep diri:
a. Bagaimana klien memandang dirinya?
Klien mengatakan bahwa dia mampu menjalani semua hal
yang terjadi dihidup ini.
b. Hal – hal apa yang disukai klien?
Klien mengatakan bahwa dia suka keramaian dan berkumpul
bersama keluarga.
c. Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan
yang ada pada dirinya?
Klien mengatakan bahwa dia mampu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

27
b) Hubungan sosial:
1) Apakah klien mempunyai teman dekat?
Klien mengatakan bahwa dia mempunyai banyak teman dekat.
2) Siapa yang dipercaya klien?
Klien mengatakan percaya kepada istri dan keluarganya.
3) Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?
Klien mengatakan bahwa dulu dia sering ikut dalam kegiatan
masyarakat.
4) Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan?
Klien mengatakan masih bekerja di kebun.
c) Spiritual.
1) Apakah klien menganut satu agama?
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam.
2) Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan
ibadah?
Klien mengatakan bahwa dia tetap bisa beribadah meskipun
sedang sakit.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
1) Kesadaran: GCS: E4, V5, M6
2) Kondisi klien secara umum: lemah
3) Tanda – tanda vital
TD: 110/80 mmHg RR: 20 x/I SpO2: 99%
Nadi: 82 x/I Suhu: 36,7oc
4) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh
TB : 155 cm
BB : 43 kg
IMT : 17,8 kg/m2
Resiko defisit nutrisi
5) Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
Warna kulit sawo matang, tekstur kulit normal, tidak ada kelainan
kulit.
b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
1) Kepala
1) Bentuk kepala klien simestris, tidak ada benjolan, kulit
kepala tampak bersih, rambut tampak beruban.
2) Mata tampak bersih, penglihatan agak kabur, pupil isokor,
sklera tampak putih, kongjungtiva merah muda.
3) Bentuk telinga simestris, telinga tampak bersih, klien masih
mampu mendengar dan menjawab pertanyaan yang
ditanyakan.
4) Hidung tampak simestris, tidak ada benjolan, tidak sektret
dan tidak ada nyeri tekan.
5) Klien mampu berbicara dengan baik, bibir simestris, mukosa
bibir agak kering, lidah merah muda, tidak ada bau napas,
tidak ada suara parau.

28
2) Leher
Bentuk leher tampak simestris, tidak ada pembesaran thyroid,
tidak ada defekasi trakea, tidak ada distensi vena jugularis, dan
nyeri telan tidak ada.
3) Dada
a) Inspeksi: Bentuk dada simestris, retraksi otot dada tidak
ada, pernapasan reguler.
b) Auskultasi: Suara napas vesikuler, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
c) Perkusi: Jantung dan paru dalam batas normal.
d) Palpasi: Dada simestris dan tidak ada nyeri tekan,
pernapasan reguler.
4) Abdomen
a) Inspeksi: Abdomen simestris, warna sawo matang, tidak
ada nyeri tekan.
b) Auskultasi: Peristaltik usus 20 x per menit.
c) Perkusi: Cairan, udara, massa tidak ada.
d) Palpasi: Tonus otot baik, kenyal, tidak ada massa.
5) Genetalia, Anus dan rektum
a) Inspeksi: Terpasang kateter urine.
b) Palpasi: Tidak teraba adanya penumpukan urine.
6) Ekstremitas:
a) Atas: Lengkap ekstremitas atas kanan dan kiri, tidak ada
kelainan jari, kekuatan otot baik, gerakan bahu dan siku
baik, peregerakan simestris.
b) Bawah: Ektremitas bawah kanan dan kiri lengkap dan
simestris, kekuatan otot baik, gerakan otot baik, jari-jari
kaki lengkap.
c) Kekuatan otot
5 5
5 5
6. Pemeriksaan penunjang
Tanggal Test Hasil Hasil Normal Alasan untuk
nilai abnormal
09/04/22 HEMATOLOGI

WBC 10,3 10^3/ul 4,00 – 10,0 10^3/ul


RBC 4,68 10^6/ul 4,00 – 6,00 10^6/ul
HGB 13,2 gr/dl 12,6 – 16,0 gr/dl
HCT 39 % 37,0 – 48,0 %
MCV 83 Fl 80.0 – 97,0 Fl
MCHC 28 pg 26,5 – 33,5 pg
PLT 34 gr/dl 31,5 – 35,0 grdl
RDW-SD 401 10^3/ul 150 – 400 10^3/ul
RDW-CV 37,0 – 54,0 Fl
PDW 12,6 Fl 10,0 – 15,0 Fl

29
MPV 8,1 Fl 10,0 – 18,0 Fl
P-LCR 8,6 % 6,50 – 11,0 %
PCT 13,0 – 43,0 %
NEUT 0, 00 % 0,15 – 0,50 %
LYNPH 66,3 % 52,0 – 75,0 %
MONO 20,0 – 40,0 %
EO 2,00 – 8,00 10^3/ul
BASO 1,00 – 3,00 10^3/ul
RET 0,00- 0,10 10^3/ul
LED I 0,00 – 0,10 10^3/ul
LED Jam II L < 10, P <20 mm
URINALISA

Warna Kuning tua Kuning muda


pH 6,0 4,5 – 8,0
Bj 1,003 1,005 – 1,0035
Protein +1 mg/dl Negatif
Glukosa Negaif Negatif
Bilirubine Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Blood 3+ RBC/ul Negatif
Leukosit 3+ WBC/ul Negatif
Vit. C Negatif
Sedimen leukosit 75 lpb <5
Sedimen eritrosit
21 lpb <5
Sedimen torak
3 lpk
Sedimen kristal
0 lpk
Sedimen epitel sel
183 lpk
Sedimen lain-lain
BAC=92 ul

KOAGULASI
PT 10,6 detik 10 – 14 detik
INR 1,02 -
APTT 26,7 detik 22,0 – 30,0 detik
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 113 mg/dl 140 mg/dl

Fungsi ginjal
Ueum 33 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 1,50 mg/dl L <1,3 mg/dl
Fungsi hati
SGOT 31 U/L <38 U/L
SGPT 27 U/L < 41 U/L
ELEKTROLIT

30
Natrium 142 mmol/l 136 – 145 mmol/l
Kalium 3,6 mmol/l 3,5 – 5,1 mmol/l
Ureum 109 mmol/l 97 – 111 mmoll
a. Foto polos abdomen (10 mei 2022)
1) Batu staghorn kidney bilateral yang dicurigai disertai
horseshoe kidney.
b. USG Abdomen atas + bawah (whole abdomen) (10 mei 2022)
1) Multiple nephrolith disertai severe hidronephrosis bilateral
2) Organ-organ intraabdominal lainnya kesan normal.
c. Laopran operasi (17 mei 2022)
1) Diagnosis: Hidronefrosis kanan
2) Indikasi operasi: obstruksi
3) Nama operasi: URS + Insersi double DJ Stent kanan
4) URS 9,5 french lensa 0 derajat
5) DJ Stent ureter kanan
d. Laporan operasi
1) Diagnosis: Hidronefrosis kiri
2) Indikasi operasi: obstruksi
3) Nama operasi: URS + Insersi double DJ Stent kiri
4) URS 9,5 french lensa 0 derajat
5) DJ Stent ureter kiri
7. Teraphi yang diberikan

Nama obat Dosis Waktu Jalur


Metamizole 1 gram /8 jam IV
Amolidipin 10 mg /24 jam Oral
Ceftriaxone 1 gr /12 jam IV
Ranitidin 50 mg /12 jam IV

B. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri kedua 1. Klien tampak meringis
pinggang kiri dan kanan terutama 2. Foto polos abdomen: Batu staghorn kidney
pinggang kiri yang dialami sejak satu bilateral yang dicurigai disertai horseshoe
tahun yang lalu dan memberat sejak kidney.
satu bulan terakhir. 3. USG abdomen: Multiple nephrolith
2. Riwayat buang air kecil keluar batu disertai severe hidronephrosis bilateral
lima bulan yang lalu. 4. Keadaan umum klien tampak lemah
3. Gambraan nyeri: TD: 110/80 mmHg
P : Nyeri bertambah ketika bergerak RR: 20 x/I
Q : Tertusuk-tusuk Nadi: 82 x/I
R : pinggang kiri dan kanan Suhu: 36,7oc
S : Skala 3 SpO2: 99%
T : ± 2-3 menit hilang timbul 5. Prosedur invasif yaitu URS + Insersi
double DJ Stent kanan.
6. Prosedur invasif yaitu URS + Insersi

31
double DJ Stent kiri.
7. Skala morse post operasi hari pertama 35

C. Kategorisasi Data
Kategorisasi dan Sub Kategorisasi Data Subjektif dan Objektif

Data objektif
Respirasi - RR : 20 x/i
- SpO2 : 99 %
Data objektif
- Keadaan umum klien tampak lemah
Sirkulasi TD: 110/80 mmHg
RR: 20 x/I
Nadi: 82 x/I
Suhu: 36,7oc
Nutrisi dan Cairan -

Fisiologis - Input cairan = 2.200 cc


Oral = 1.600 cc
Parenteral = 600 cc
Eliminasi - Output cairan = 2.530
Urine = 1.900 cc
IWL = 630
- BC (24 jam) = Input cairan – Output
Cairan = 2.200 – 2.530 = -330
Aktivitas dan Istirahat -

Neurosensory -

Reproduksi dan Seksualitas -

Psikologis Nyeri dan Kenyamanan Data subjektif


- Klien mengatakan nyeri kedua
pinggang kanan dan kiri terutama
pinggang kiri yang dialami sejak satu
tahun yang lalu dan memberat sejak
satu bulan terakhir.
- Riwayat buang air kecil keluar batu
lima bulan yang lalu.
- Gambraan nyeri:
P : Nyeri bertambah ketika bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : pinggang kiri dan kanan
S : Skala 3
T : ± 2-3 menit hilang timbul
Data objektif

32
- Klien tampak meringis
- Foto polos abdomen: Batu staghorn
kidney bilateral yang dicurigai disertai
horseshoe kidney.
- USG abdomen: Multiple nephrolith
disertai severe hidronephrosis bilateral
Integritas Ego -

Pertumbuhan dan Perkembangan -

Kebersihan Diri -
Perilaku
Penyuluhan dan Pembelajaran -

Relasional Interaksi Sosial -

Data objektif:
- Prosedur invasif yaitu URS + Insersi
Lingkungan Keamanan dan Proteksi double DJ Stent kanan.
- Prosedur invasif yaitu URS + Insersi
double DJ Stent kiri.

D. Analisa Data
NO. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data subjektif Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri kedua
pinggang kiri dan kanan
terutama pinggang kiri yang
dialami sejak satu tahun yang
lalu dan memberat sejak satu
bulan terakhir.
- Riwayat buang air kecil keluar
batu lima bulan yang lalu.
- Gambraan nyeri:
P : Nyeri bertambah ketika
bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : pinggang kiri dan kanan
S : Skala 3
T : ± 2-3 menit hilang timbul
Data objektif
- Klien tampak meringis
- Foto polos abdomen: Batu
staghorn kidney bilateral yang
dicurigai disertai horseshoe
kidney.

33
- USG abdomen: Multiple
nephrolith disertai severe
hidronephrosis bilateral
2. Faktor risiko: Resiko infeksi
- Prosedur invasif yaitu URS +
Insersi double DJ Stent kanan.
- Prosedur invasif yaitu URS +
Insersi double DJ Stent kiri.

E. Diagnosis Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi):
Data subjektif
- Klien mengatakan nyeri kedua pinggang kiri dan kanan terutama pinggang kiri
yang dialami sejak satu tahun yang lalu dan memberat sejak satu bulan terakhir.
- Riwayat buang air kecil keluar batu lima bulan yang lalu.
- Gambraan nyeri:
P : Nyeri bertambah ketika bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : pinggang kiri dan kanan
S : Skala 3
T : ± 2-3 menit hilang timbul
Data objektif
- Klien tampak meringis
- Foto polos abdomen: Batu staghorn kidney bilateral yang dicurigai disertai
horseshoe kidney.
- USG abdomen: Multiple nephrolith disertai severe hidronephrosis bilateral
2. Risiko infeksi berhubungan dengan proses invasif, dibuktikan dengan:
Faktor risiko:
- Prosedur invasif yaitu URS + Insersi double DJ Stent kanan.
- Prosedur invasif yaitu URS + Insersi double DJ Stent kiri.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan efek agen farmakologis (anastesi umum), dibuktikan
dengan
Faktor risiko:
- Post operasi URS + Insersi double DJ Stent kanan.
- Post operasi yaitu URS + Insersi double DJ Stent kiri.
- Skala morse post operasi hari pertama 35

34
F. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Tingkat nyeri Manajemen nyeri Observasi
agen pencedera fisiologis Setelah Observasi - Mengetahui lokasi, karakteristik,
(inflamasi): dilakukan - Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
Data subjektif intervensi durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dari pasien
- Klien mengatakan nyeri selama 2x24 intensitas nyeri. - Mengetahui tingkat nyeri yang
kedua pinggang kiri dan jam maka dirasakan pasien
- Identifikasi skala nyeri
kanan terutama pinggang nyeri - Mengetahaui hal-hal yang dapat
berkurang, - Identifikasi factor yang memperberat ataupun memperingan
kiri yang dialami sejak satu
tahun yang lalu dan kenyamanan memperberat dan memperingan nyeri yang dirasakan pasien
memberat sejak satu bulan meningkat. nyeri - mengetahui seberapa besar rasa
terakhir. Kriteria Hasil: - Identifikasi pengaruh nyeri pada nyeri mempengarui kualitas hidup
- Riwayat buang air kecil - Keluhan kualitas hidup pasien
keluar batu lima bulan yang nyeri Terapeutik
Terapeutik
lalu. menurun - Mengurangi tingkat nyeri
- Meringis - Berikan teknik nonfarmakologis
- Gambraan nyeri: pasien/ mengalihkan pasien dari rasa
dapat untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
P : Nyeri bertambah ketika nyerinya
menurun Terapi pijat, kompres
bergerak - Mengurangi resiko factor yang dapat
hangat/dingin, hypnosis, relaksasi
Q : Tertusuk-tusuk memperberat nyeri/menimbulkan
napas dalam, terapi murattal)
R : pinggang kiri dan kanan nyeri
- Kontrol lingkungan yang dapat Edukasi
S : Skala 3
mempengaruhi nyeri Memberikan informasi terkait nyeri
T : ± 2-3 menit hilang -
Edukasi yang dirasakan pasien
timbul
Data objektif - Jelaskan penyebab, periode dan - Membantu pasien mengatasi saat
- Klien tampak meringis pemicu nyeri. rasa nyeri muncul

35
- Foto polos abdomen: Batu - Jelaskan strategi mengatasi - Pasien dapat mengetahui
staghorn kidney bilateral nyeri sendiri
yang dicurigai disertai - Anjurkan untuk memonitor karakteristik, penyebak, lokasi saat
horseshoe kidney. nyeri secara mandiri nyeri muncul
- USG abdomen: Multiple Kolaborasi - Memudahkan pasien untuk
nephrolith disertai severe - Kolaborasi pemberian analgetik, mengotrol nyeri dengan cara
hidronephrosis bilateral jika perlu. sederhana
Kolaborasi
- Mengurangi/ menghilangkan rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
2. Risiko infeksi berhubungan Tingkat infeksi Pencegahan infeksi Observasi
dengan proses invasif, Setelah dilakukan Observasi - Mengidentifikasi tanda dan gejala
dibuktikan dengan: intervensi selama - Monitor tanda dan gejala lokal lokal dan sistemik
Data objektif: dan sistemik Terapeutik
2x24 jam maka
- Prosedur invasif yaitu URS - Mencegah terjadinya infeksi silang
tingkat infeksi Terapeutik
+ Insersi double DJ Stent - Mencegah terjadinya infeksi pada
menurun, dengan - Batasi jumlah pengunjung kulit
kanan.
- Prosedur invasif yaitu URS kriteria hasil: - Berikan perawatan kulit pada area - Mencegah terjadinya infeksi dengan
+ Insersi double DJ Stent - Kebersihan edema cuci tangan
kiri. badan meningkat - Cuci tangan sebelum dan - Menjaga kebersihan pasien melalui
- Kultur urine sesuadah kontak dengan pasien tekhnik aseptik
dan lingkungan pasien Edukasi
membaik
- Pertahankan tekhnik aseptik pada - Mencegah dan menangani terjadinya
pasien besresiko tinggi infeksi
Edukasi - Mencegah terjadinya infeksi
- Jelaskan tanda dan gejala infkeksi - Mecegah penularan infeksi
- Mengidentifikasi adanya infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan

36
dengan benar - Mempercepat proses penyembuhan
- Ajarkan etika batuk luka dengan memenuhi asupan
- Ajarkan cara memeriksa kondisi nutrisi
luka atau luka operasi - Mempercepat proses penyembuhan
luka dengan memenuhi asupan
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
nutrisi
Kolaborasi
- Anjurkan meningkatkan asupan - Mencegah infeksi melalui imunisasi
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
3. Risiko jatuh berhubungan Tingkat jatuh Pencegahan jatuh Observasi
dengan efek agen farmakologis Setelah dilakukan Observasi - Mengetahui faktor risiko jatuh
(anastesi umum), dibuktikan intervensi 1x24 jam - Identifikasi faktor risiko jatuh - Mencegah terjadinya jatuh
dengan - Mencegah terjadinya jatuh yang
maka tingkat jatuh - Identifikasi risiko jatuh setidaknya
Faktor risiko: disebabkan oleh lingkungan
klien menurun, sekali setiap shift
- Post operasi URS + Insersi - Mengidentifikasi skala jatuh
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor lingkungan yag Terapeutik
double DJ Stent kanan.
- Jatuh dari tempat meningkatkan risiko jatuh Klien dan keluarga bisa
- Post operasi yaitu URS + -

Insersi double DJ Stent kiri. tidur menurun - Hitung skala jatuh dengan mnegorientasikan ruangan
- Skala morse post operasi - Jatuh saat duduk menggunakan skala seperti skala - Mencegah terjadinya jatuh akibat
hari pertama 35 morse tempat tidur yang tidak terkunci
menurun
Terapeutik - Pencegahan jatuh dengan memantau
- Orientasikan ruangan pada pasien lingkungan sekitar
dan keluarga Edukasi
- Pastikan roda tempat tidur dan - Mencegah jatuh dengan meminta

37
kursi roda selalu terkunci bantuan pada perawat
- Pasang handrall tempat tidur - Berkonsentrasi dapat mencegah diri
- Atur tempat tidur mekanis pada dari jatuh
posisi terendah
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
- Ajarkan cara menggunakan bel
untuk memanggil perawat

G. Implementasi Keperawatan
NO DIAGNOSIS HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI NAMA JELAS
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Senin, 16 Mei Manajemen nyeri Observasi Bau Santi Nur
pencedera fisiologis (inflamasi): 2022 - Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Data subjektif kualitas dan intensitas nyeri.
- Klien mengatakan nyeri kedua 08.00 WITA Hasil: nyeri seperti tertusuk-tusuk di pinggang kiri
pinggang kiri dan kanan terutama dan kanan, dengan durasi hilang timbul kurang lebih
punggung kiri yang dialami sejak
2-3 menit.
satu tahun yang lalu dan memberat
sejak satu bulan terakhir. - Identifikasi skala nyeri
- Riwayat buang air kecil keluar Hasil: Skala nyeri 3
batu lima bulan yang lalu. - Identifikasi factor yang memperberat dan

38
- Gambraan nyeri: memperingan nyeri
P : Nyeri bertambah ketika Hasil: nyeri diperberat ketika bergerak
bergerak
Q : Tertusuk-tusuk - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
R : pinggang kiri dan kanan Hasil: klien tidak mampu melakukan aktivitasnya
S : Skala 3 seperti berkebun
T : ± 2-3 menit hilang timbul 08.20 WITA Terapeutik
Data objektif - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Klien tampak meringis rasa nyeri (mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin,
- Foto polos abdomen: Batu hypnosis, relaksasi napas dalam, terapi murattal)
staghorn kidney bilateral yang Hasil: relaksasi napas dalam dan kompres hang
dicurigai disertai horseshoe 08.35 WITA Edukasi
kidney. - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- USG abdomen: Multiple
Hasil: klien dan keluarga klien mengerti penyebab
nephrolith disertai severe
nyeri
hidronephrosis bilateral
- Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Hasil: klien dan keluarga klien mengerti strategi
nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri seperti
relaksasi napas dalam, terapi murottal, kompreas
hangat atau kompres dingin
Rabu, 18 Mei 2022 Manajemen nyeri Observasi Bau Santi Nur
08.30 WITA - Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri.
Hasil: nyeri seperti tertusuk-tusuk di punggung kiri
dan kanan, dengan durasi hilang timbul kurang lebih
2-3 menit.

39
- Identifikasi skala nyeri
Hasil: Skala nyeri 3
- Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil: nyeri diperberat karena penyakit yang dialami
(hidronefrosis kanan dan kiri)
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Hasil: klien tidak mampu melakukan aktivitasnya
seperti berkebun
08.15 WITA Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin,
hypnosis, relaksasi napas dalam, terapi murattal)
Hasil: relaksasi napas dalam dan kompres hang
08.30 WITA Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Hasil: klien dan keluarga klien mengerti penyebab
nyeri
- Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Hasil: klien dan keluarga klien mengerti strategi
nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri seperti
relaksasi napas dalam, terapi murottal, kompreas
hangat atau kompres dingin
2. Risiko infeksi berhubungan dengan Rabu, 18 Mei 2022 Pencegahan infeksi Bau Santi Nur
proses invasif, dibuktikan dengan: Observasi
09.00 WITA

40
Faktor risiko: - Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik
- Prosedur invasif yaitu URS + Hasil: tidak ada tanda dan gejela lokal dan sistemik
Insersi double DJ Stent kanan. Terapeutik
- Prosedur invasif yaitu URS + 09.10 WITA
- Cuci tangan sebelum dan sesuadah kontak dengan
Insersi double DJ Stent kiri.
pasien dan lingkungan pasien
Hasil: mencuci tangan sebelum dan sesuadh kontak
dengan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infkeksi
Hasil: klien mengetahui tanda dan gejela infeksi
seperti munculnya demam
09.30 WITA
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Hasil: klien dan keluarga klien bersiap untuk
meningkatkan asupan nurisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Hasil: klien dan keluarga klien bersiap meningkatkan
asupan cairan.
Kamis, 19 Mei 2022 Pencegahan infeksi Bau Santi Nur
08.30 WITA Observasi
- Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik
Hasil: tidak ada tanda dan gejela lokal dan sistemik
08.40 WITA Terapeutik
- Cuci tangan sebelum dan sesuadah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Hasil: mencuci tangan sebelum dan sesuadh kontak

41
dengan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infkeksi
Hasil: klien mengetahui tanda dan gejela infeksi
08.50 WITA seperti keuarnya munculnya demam.
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Hasil: klien dan keluarga klien bersiap untuk
meningkatkan asupan nurisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Hasil: klien dan keluarga klien bersiap meningkatkan
asupan cairan.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan efek Rabu, 18 Mei 2022 Pencegahan jatuh Bau Santi Nur
agen farmakologis (anastesi umum), 08.30 WITA Observasi
dibuktikan dengan - Mengidentifikasi faktor risiko jatuh
Faktor risiko: Hasil: klien post operasi hari pertama URS + Insersi
- Post operasi URS + Insersi double double DJ Stent kanan
DJ Stent kanan.
- Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
- Post operasi yaitu URS + Insersi
meningkatkan risiko jatuh
double DJ Stent kiri.
- Skala morse post operasi hari Hasil: tempat tidur klien terkunci dan handrall
pertama 35 terpasang
- Menghitung skala jatuh dengan menggunakan skala
seperti skala morse
Hasil: skala jatuh pasien post operasi hari pertama
yaitu 35.

42
Terapeutik
- Memaastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu
terkunci
Hasil: roda tempat tidur terkunci
- Pasang handrall tempat tidur
Hasil: handrall terpasang
H. Evaluasi Keperawatan
NO DIAGNOSIS HARI/TGL/JAM EVALUASI (SOAP) NAMA JELAS

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Kamis, 19 Mei 2022 S : Pasien masih mengeluh nyeri Bau Santi Nur
pencedera fisiologis (inflamasi): 13.00 WITA O:
Data subjektif - Gambraan nyeri:
- Klien mengatakan nyeri kedua P : Nyeri bertambah ketika bergerak
pinggang terutama pinggang kiri Q : Tertusuk-tusuk
yang dialami sejak satu tahun yang R : pinggang kiri dan kanan
lalu dan memberat sejak satu bulan S : Skala 2
terakhir. T : ± 10 menit hilang timbul
- Riwayat buang air kecil keluar A: masalah nyeri belum teratasi
batu lima bulan yang lalu. P: Intervensi lanjutkan
- Gambraan nyeri: Manajemen nyeri Observasi
P : Nyeri bertambah ketika - Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
bergerak kualitas dan intensitas nyeri.
Q : Tertusuk-tusuk - Identifikasi skala nyeri
R : pinggang kiri dan kanan - Identifikasi factor yang memperberat dan
S : Skala 3
memperingan nyeri
T : ± 2-3 menit hilang timbul

43
Data objektif - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Klien tampak meringis Terapeutik
- Foto polos abdomen: Batu - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
staghorn kidney bilateral yang mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi pijat, kompres
dicurigai disertai horseshoe hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas dalam,
kidney. terapi murattal)
- USG abdomen: Multiple - Kontrol lingkungan yang dapat
nephrolith disertai severe mempengaruhi nyeri
hidronephrosis bilateral Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi mengatasi nyeri
- Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
2. Risiko infeksi berhubungan dengan Kamis, 19 Mei 2022 S: Bau Santi Nur
proses invasif, dibuktikan dengan: 13.30 WITA O: post operasi URS + Insersi double DJ Stent kiri ginjal
Data objektif: dan kanan ginjal
- Prosedur invasif yaitu URS + A: masalah resiko infeksi
Insersi double DJ Stent kanan. P: Intervensi dilanjutkan
- Prosedur invasif yaitu URS + Pencegahan infeksi
Insersi double DJ Stent kiri. Observasi
- Monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik
Terapeutik
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesuadah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien besresiko
tinggi

44
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infkeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
3. Risiko jatuh berhubungan dengan efek Kamis, 19 Mei 2022 S : klien mengatakan sudah sadar penuh
agen farmakologis (anastesi umum), 08.00 WITA O:
dibuktikan dengan - post operasi hari kedua URS + Insersi double DJ
Faktor risiko: Stent kiri ginjal dan kanan ginjal
- Post operasi URS + Insersi double - keadaan klien tampak stabil
DJ Stent kanan. TD: 120/70 mmHg
- Post operasi yaitu URS + Insersi N: 82 x/i
double DJ Stent kiri. P: 18 x/i
- Skala morse post operasi hari S: 36,5 OC
pertama 35 A: masalah risiko jatuh teratasi
P: Intervensi dihentikan

45
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Basuki. 2014. Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto. Jakarta

Stoller, Marshall L. (2013). Urinary Stone Disease dalam Smith’s general


Urology. Edisi ke-17. USA: Mc Graw Hill. Hlm. 254-7
McCloskey & Gloria M Bulechek. 2013. Nursing Intervention Clasification.

Mosby. USA

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcame Clasification.

Mosby. Philadelphia.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

46

Anda mungkin juga menyukai