Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KOLELITHIASIS DAN KOLESITITIS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2
Dosen Pengampu : Laily Isro’in, S.Kep.Ns.,M.Kep

Oleh Kelompok 3 :
Wiend Ashiva Utari (21632021)
Nova Ardhita Putri (21632038)
Risma Widyawati (21632039)
Anita Sofiyatul Anba (21632043)
Fuad Bagus Pebryutomo (21632045)
Rizki Kurnia Salsabila (21632055)
Resha Oktapriani (21632064)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2023

i
KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah Swt, atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Kolelithiasis dan Kolelistitis” ini dengan tepat waktu. Makalah ini salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.
Untuk itu tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Laily
Isro’in S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami
mohon kritik dan saran serta bimbingannya demi kemajuan makalah selanjutnya. Tidak
lupa kami mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah
ini.

Wassallamu’alaikum Wr.Wb

Ponorogo, 20 Oktober 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Konsep Penyakit Kolelithiasis dan Kolelistitis.............................................................3
1. Definisi Kolelithiasis dan Kolesistitis...........................................................................3
2. Etiologi Kolilithiasis dan Kolesistitis...........................................................................3
3. Klasifikasi Kolelithiasis dan Kolesistitis......................................................................4
4. Manifestasi Kolelithiasis dan Kolesistitis.....................................................................5
5. Patofisiologi Kolelithiasis dan Kolesistitis...................................................................6
6. Pemeriksaan penunjang Kolelithiasis dan Kolesistitis..................................................7
7. Penatalaksanaan Kolelithiasis dan Kolesistitis.............................................................8
8. Pathway Kolelithiasis dan Kolesistitis..........................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kolelithiasis dan Kolelistitis.....9
C. Hasil Analisis EBN.......................................................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolelitiasis merupakan pembentukan batu di dalam kandung empedu, batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang kemudian
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.
Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol, pigmen empedu,
kalsium dan atriksinorganik.
Kolesistitis merupakan inflamasi kandung empedu yang disebabkan oleh
obstruksi ductus sistikus akibat adanya kolelitiasis. 90% kasus kolesistitis terjadi
akibat adanya kolelitiasis yang berlanjut.
Prevalensi terjadinya kasus kolelitiasis di negara-negara Asia berkisar antara 3%
sampai dengan 10%, dan rata-rata 20% pasien kolelitiasis juga menderita
kolesistitis akut. Di Amerika Serikat kasus batu empedu pada wanita meningkat
1% per-tahun dan 0,5% per-tahun pada pria. Tercatat 1 juta pasien baru
terdiagnosis batu empedu per-tahun di Indonesia, beberapa diantaranya tidak
menunjukkan gejala.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep penyakit Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
a. Apa definisi Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
b. Apa saja etiologi Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
c. Apa saja klasisifikasi Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
d. Apa saja manifestasi klinis Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
e. Bagaimana patofisiologi Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
g. Apa saja penatalaksanaan Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
h. Bagaiamana pathway Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Kolelithiasis dan
Kolelistitis ?
3. Bagaimana hasil analisis EBN pada pasien Kolelithiasis dan Kolelistitis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit Kolelithiasis dan Kolelistitis.

1
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Kolelithiasis dan Kolelistitis.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
Kolelithiasis dan Kolelistitis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Kolelithiasis dan Kolelistitis


1. Definisi Kolelithiasis dan Kolesistitis
Kolelithiasis adalah penyakit batu empedu yang ditemukan di dalam
kandung empedu atau di saluran empedu. Sebagian besar batu empedu
terbentuk di dalam kandung empedu (Wibowo, 2010). Kolelithiasis terbentuk
karena endapan beberapa komponen seperti empedu kolesterol, bilirubin,
garam, empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid. Batu empedu
terbentuk di dalam kandung empedu dengan beberapa unsur padat yang
membentuk cairan empedu, dengan bentuk, ukuran, dan komponen yang
bervariasi.
Kolesistitis merupakan inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan
terbagi menjadi akut dan kronis. Kolesistitis akut terjadi akibat adanya
penyumbatan saluran sistikus oleh batu empedu, diikuti dengan distensi dan
peradangan pada kandung empedu. 20% penderita kolesistitis didapatkan pada
pasien dengan koletiatis atau batu empedu.
Kandung empedu merupakan sebuah kantung yang terletak di bawah hati
yang menyiman cairan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus.
Penyumbatan saluran empedu oleh batu empedu berisiko menimbulkan infeksi
yang dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian
tubuh lainnya.
2. Etiologi Kolilithiasis dan Kolesistitis
Secara umum, etiologi dari pembentukan batu empedu belum diketahui secara
pasti. Namun beberapa faktor dinilai memungkinkan menjadi faktor
pembentuk batu empedu, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor usia lebih dari 60 tahun.
b. Genetika.
c. Jenis kelamin, diperkirakan akibat hormone esterogen pada wanita
berpengaruh pada saturasi kolesterol dalam kandung empedu.

3
d. Kegemukan, berat badan berpengaruh pada kadar kolesterol dalam
kandung empedu.
e. Infeksi saluran pencernaan, beberapa kondisi klinis terkait yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya batu empedu adalah diabetes sirosis hati,
pankreatitis, kanker kandung empedu.
f. Penurunan fungsi empedu, kontraksi kandung empedu yang lemah akan
menyebabkan statis empedu dan membuat musin yang diproduksi
terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam
kandung empedu.
Sedangkan etiologi pada kolesistitis diantaranya adalah :
a. Statis cairan empedu akibat adanya sumbatan batu empedu di ductus
sistikus.
b. Kerusakan mukosa dinding kandung empedu akibat reaksi kolesterol,
lisolesitin, dan prostaglandin.
c. Reaksi inflamasi dan supurasi.
3. Klasifikasi Kolelithiasis dan Kolesistitis
Klasifikasi Kolelithiasis menurut Suratun (2010) adalah sebagai berikut :
a. Batu kolesterol
Biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna
kuning pucat dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol
yang merupakan unsur normal dalam pembentuk empedu bersifat tidak
larut air. Kelarutanya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Pada klien yang cenderung menderita batu
empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan
sintesis kolesterol dalam hati.
b. Batu pigmen
Batu pigmen biasanya terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion
(bilirubin, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Cenderung
berukuran kecil, multiple, dan berwarna kecoklatan. Warna coklat pada
batu pigmen berhubungan dengan infeksi empedu kronis. Batu pigmen
akan terbentuk bila pigmne tidak terkonjugasi dalam empedu dan terjadi
proses pengendapan.

4
c. Batu campuran
Batu campuran merupakan campuran antara batu kolesterol dan batu
pigmen dimana mengandung 20-50% kolesterol.
Klasifikasi kolesistitis
Berdasarkan etiologinya, kolesistitis dapat dibagi menjadi:
a. Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang disebabkan batu kandung
empedu yang berada di duktus sistikus.
b. Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistits tanpa adanya batu empedu.
Berdasarkan onsetnya, kolesistitis dibagi menjadi kolesistitis akut dan
kolesistitis kronik. Pembagian ini juga berhubungan dengan gejala yang
timbul pada kolesistitis akut dan kronik. Pada kolesistitis akut, terjadi
inflamasi akut pada kandung empedu dengan gejala yang lebih nyata
seperti nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Sedangkan,
kolesistitis kronik merupakan inflamasi pada kandung empedu yang timbul
secara perlahan-lahan dan sangat erat hubugannya dengan litiasis dan
gejala yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol.
4. Manifestasi Kolelithiasis dan Kolesistitis
Manifestasi kolelitiasis menurut Nurafif & Kusuma (2013) adalah :
a. Sebagian bersifat asimtomatik.
b. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau mid epigastric samar yang menjalar
ke punggung atau region bahu kanan.
c. Nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten.
d. Mual dan muntah serta demam.
e. Icterus obstruksi
f. Perubahan warna urine dan feses menjadi tampak kelabu dan pekat atau
disebut dengan “clay colored”.
g. Regurgitas gas (flatus dan sendawa).
h. Defisiensi vitamin.
Manifestasi kolesistitis diantaranya adalah :
a. Nyeri kuadran kanan atas berlanjut.
b. Anoreksia.
c. Mual, muntah, dan demam.

5
d. Nyeri perut bertambah bila mengkonsumsi makanan berlemak.
e. Pembentukan abses atau fistula.
f. Hipoalbuminea ringan.
5. Patofisiologi Kolelithiasis dan Kolesistitis
Patofisiologi kolelithiasis
Batu empedu terjadi karena adanya zat tertentu dalam empedu yang hadir
dalam konsentrasi. Bila empedu terkosentrasi di kandung empedu, larutan
akan menjadi jenuh dengan bahan-bahan tersebut, kemudian endapan dari
larutan akan membentuk kristal mikroskopis terperangkap dalam mukosa
bilier, akan menghasilkan suatu endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan
batu kolesterol menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu. Pada kondisi
normal kolesterol tidak mengendap di empedu karena mengandung garam
empedu terkonjugasi dan fosfatidikolin (lesitin) dalam jumlah cukup agar
kolesterol berada di dalam larutan misel, jika rasio konsetrasi kolesterol
berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi
sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati
memproduksi kolestrol dalam bentuk konsentrasi tinggi. Zat ini kemudian
mengendap pada lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. Kristal ini
merupakan prekursor batu empedu.
Patofisiologi kolesistitis
Tersumbatnya duktus sistikus atau tidak berfungsinya mekanisme
pengosongan kandung empedu merupakan patofisiologi penyakit ini. Kasus
kolesistitis akut yang tidak diobati dapat menyebabkan perforasi kandung
empedu, sepsis, dan kematian. Batu empedu terbentuk dari berbagai bahan
seperti bilirubinat atau kolesterol. Bahan-bahan ini meningkatkan
kemungkinan terjadinya kolesistitis dan kolelitiasis pada kondisi seperti
penyakit sel sabit di mana sel darah merah dipecah membentuk bilirubin
berlebih dan membentuk batu berpigmen. Penderita dengan kalsium berlebih
seperti pada hiperparatiroidisme dapat membentuk batu kalsium. Penderita
kolesterol berlebih dapat membentuk batu kolesterol. Penyumbatan saluran
empedu seperti pada neoplasma atau striktur juga dapat menyebabkan stasis
aliran empedu yang menyebabkan pembentukan batu empedu

6
6. Pemeriksaan penunjang Kolelithiasis dan Kolesistitis
a. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut,
dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan
ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus
koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin
disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali
serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang
setiap setiap kali terjadi serangan akut.
b. Pemeriksaan radiologis
c. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas
karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat
radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu
berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan
akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung
empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan
atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat
dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang
diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada
duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara
di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu
kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
e. Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen
sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan

7
gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2
mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan
tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral
lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.
7. Penatalaksanaan Kolelithiasis dan Kolesistitis
Penatalaksanaan Kolelithiasis
a. Penanganan non bedah
1) Disolusi medis
Oral dissolution therapy adalah cara penghancuran batu dengan
pemberian obat-obatan oral. Disolusi medis sebelumnya harus
memenuhi kriteria terapi non operatif diantaranya batu kolestrol
diameternya <20mm dan batu <4 batu, fungsi kandung empedu baik,
dan duktus sistik paten.
2) ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basketkawat atau
balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen
duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu besar,
batu yang terjepit di saluran empedu atau batu yang terletak di atas
saluran empedu yang sempit diperlukan prosedur endoskopik
tambahan sesudah sfingerotomi seperti pemecahan batu dengan
litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
3) ESWL (Extracorporeal Schock Wave Lithotripsy)
Litotripsi Gelombang Elektro syok (ESWL) adalah pemecahan batu
dengan gelombang suara.
b. Penanganan Bedah
1) Kolesistektomi laparaskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau kandung
empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2cm. kelebihan yang
diperoleh klien luka operasi kecil (2-10mm) sehingga nyeri pasca
bedah minimal.
2) Kolesistektomi terbuka

8
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka
dinding perut (Sahputra, 2016). Operasi ini merupakan standar terbaik
untuk penanganan klien dengan kolelitiasis sitomatik.
Penatalaksanaan kolesistitis
a. Kolesistektomi untuk mengangankat kandung empedu yang mengalami
inflamasi lewat pembedahan.
b. Koledokostomi untuk membuat lubang lewat pembedahan pada duktus
koledokus drainase.
c. Kolesistostomi transhepatik perkutaneus.
d. Litotripsi untuk mengahancurkan batu empedu
e. Pemberian obat oral asam kenodeoksikolat atau ursodeoksikolat untuk
melarutkan batu empedu
f. Diet rendah lemat untuk mencegah serangan
g. Pemberian vitamin K untuk mengurangi keluhan gatal-gatal,ikterus, dan
kecendurangan perdarahan yang di sebabkan oleh defisiensi vitamin K
h. Pemberian antibiotik selama serangan akut mengatasi infeksi
i. Pemasangan pipa nasogastrik selama serangan akut untuk dekompresi
abdomen.

9
8. Pathway Kolelithiasis dan Kolesistitis

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kolelithiasis dan


Kolelistitis
1. Pengkajian
a. Identitas
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin, agama, tanggal masuk rumah

10
sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari pengobatan,
penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan. Data umur diperlukan
karena salah satu faktor resiko terjadinya Kolelithiasis dan kolesititis
adalah usia yang lebih dari 60 tahun, selain itu jenis kelamin juga
diperlukan karena wanita lebih berisiko terkena batu empedu.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas menyebar hingga ke punggung, dan
mual muntah.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan informasi terkait keluhan
pasien dimulai saat timbulnya gejala nyeri pada satu lokasi hingga
nyeri semakin meningkat sampai timbulnya keluhan lain seperti mual
dan muntah.
Pengkajia nyeri disertakan faktor yang
memperberat/memperingan nyeri, kulaitas nyeri seperti apa, intensitas
muncunya nyeri, lokasi nyeri dan penyebarannya, skala nyeri, dan
kapan keluhan nyeri timbul (PQRST).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Perlu dikaji apakah pasien
memiliki riwayat seperti obesitas, penyakit diabetes melitus, hipertensi
dan hiperlipidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi kolesterol
hepatika merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan batu
empedu kolesterol. Perlu juga dikaji apakah pasien pernah dirawat di
rumah sakit karena keluhan yang sama atau tidak.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena

11
penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola
makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat
keluarga mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa
riwayat keluarga.
d. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Data frekuensi makan dan minum/hari, adakah keluhan mual & muntah
saat makan, waktu pemberian makanan, jumlah dan jenis makanan
untuk mengetahui kandungan dalam makanan yang dikonsumsi,
adakah kesulitan menelan/mengunyah.
2) Eliminasi
Pola BAB & BAK, warna feses & urine (adakah perubahan warna
menjadi pucat dan terang “clay colored feces”), bau feses & urine,
konsistensi feses.
3) Istirahat
Frekuensi atau lama tidur, waktu tidur, adakah gangguan selama tidur.
4) Personal hygiene
Kebersihan tubuh, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kuku.
5) Aktivitas
Uraian aktivitas sehari-hari, adakah kesulitan dalam melakukan
aktivitas.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien nampak lemah, lemas, gelisah, meringis menahan nyeri, dengan
kesadaran composmentis.
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
b) Suhu : 36,5℃
c) RR : 20 x/menit
d) Nadi : 80 x/menit
3) Pemeriksaan head to toe
a) Wajah : wajah pucat.

12
b) Mata : Inspeksi sklera mata pada pasien kolelithiasis &
kolelistitis biasanya berwarna kekuningan akibat hiperbiirubin
c) Mulut : inspeksi mulut nampak pucat, mukosa bibir
kering
d) Kulit : inspeksi kulit pada pasien biasanya berwarna
kekuningan akibat hiperbilirubin
e) Paru-paru : inspeksi (perubahan frekuensi pernapasan akibat
nyeri), palpasi (ekspansi paru bisa jadi tidak siimetris), perkusi,
auskultasi
f) Abdomen : inspeksi (adakah luka di bagian abdomen),
auskultasi (terdengar suara bising usus), perkusi (terdengar bunyi
timpani), palpasi (terdapat pembesaran di area hepar, adakah
distensi, terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan atas).
g) Kekuatan otot : terjadi kelemahan otot karena hepar tidak
berfungsi baik dalam mengemulsi lemak sehingga terjadi
kekurangan energi pada pasien kolelithiasis & kolelistitis.
3 3
3 3

f. Pemeriksaan penunjang
1) Lab darah :
- Billirubin : untuk mengukur total bilirubin dalam darah dan untuk
mengevaluasi fungsi hati.
g. Analisa data
1. Nyeri akut
a.) Data subjektif : pasien mengeluh nyeri
b.) Data objektif : pasien tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), tampak
gelisah, dan sulit tidur.
2. Defisit nutrisi
a.) Data subjektif : pasien mengatakan cepat kenyang setelah
makan, dan nafsu makan menurun.

13
b.) Data objektif : berat badan pasien menurun,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, serum albumin
turun, dan diare.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi (infeksi pada kantung empedu)
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Luaran Intervensi
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Ekspektasi : Menurun. (I.08238)
Kriteria Hasil : Observasi :
 Kemampuan  Identifikasi lokasi,
menuntaskan aktivitas karakteristik, durasi,
meningkat frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif menurun  Identifikasi respon
 Gelisah menurun nyeri non verbal

 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi faktor

 Menarik diri menurun yang memperberat dan

 Berfokus pada diri memperingan nyeri

sendiri menurun  Identifikasi

 Diaforesis menurun pengetahuan dan


keyakinan tentang
 Perasaan depresi
nyeri
(tertekan) menurun
 Identifikasi pengaruh
 Perasaan takut
budaya terhadap
mengalami cedera
respon nyeri
berulang menurun
 Identifikasi nyeri pada
 Anoreksia menurun
kualitas hidup
 Perineum terasa tertekan
 Monitor keberhasilan
menurun
terapi komplementer

14
 Uterus terasa membulat yang sudah diberikan
menurun  Monitor penggunaan
 Ketegangan otot analgetik
menurun Terapeutik :
 Pupil dilatasi menurun  Berikan teknik
 Muntah menurun nonfarmakologis
 Mual menurun untuk mengurangi
 Frekuensi nadi membaik nyeri (TENS,

 Pola napas membaik hypnosis, terapi musik,

 Tekanan darah membaik terapi pijat, kompres


hangat/ dingin)
 Proses berpikir
membaik  Kontrol lingkungan
 Fokus membaik yang memperberat

 Fungsi berkemih rasa nyeri

membaik  Fasilitasi istirahat tidur

 Perilaku membaik  Pertimbangkan jenis

 Nafsu makan membaik dan sumber nyeri

Pola tidur dalam pemilihan


strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
 Ajarkan teknik

15
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi
b.d Ekspetasi : membaik (I.03119)
ketidakmampua Kriteria hasil : Observasi :
n mencerna  Porsi makanan yang  Identifikasi status
makanan dihabiskan meningkat nutrisi
 Kekuatan otot  Identitifikasi alergi
pengunyah meningkat dan intoleransi
 Kekuatan otot menelan makanan
meningkat  Identifikasi makanan
 Serum albumin yang disukai
meningkat  Identifikasi kebutuhan
 Verbalisasi keinginan kalori dan jenis
untuk meningkatkan nutrient
nutrisi meningkat  Identifikasi perlunya
 Pengetahuan tentang penggunaan selang
pilihan makanan yang nasogastric
sehat meningkat  Monitor asupan
 Pengetahuan tentang makana
standard asupan nutrisi  Monitor berat badan
yang tepat meningkat  Monitor hasil
 Penyiapan dan pemeriksaan
penyimpanan makanan laboratorium
yang aman meningkat Terapeutik :
 Penyiapan dan  Lakukan oral hygiene
penyimpanan minuman sebelum makan, jika
yang aman meningkat

16
 Sikap terhadap perlu
makanan/minuman  Fasilitasi menentukan
sesuai dengan tujuan pedoman diet (mis.
kesehatan Piramida makanan)
 Perasaan cepat kenyang  Sajikan makanan
menurun secara menarik dan
 Nyeri abdomen suhu yang sesuai
menurun  Berikan makanan yang
 Sariawan menurun tinggi serat untuk
 Rambut rontok menurun mencegah konstipasi

 Diare menurun  Berikan makanan

 Berat badan membaik tinggi kalori dan tinggi

 Indeks massa tubuh protein

(IMT) membaik  Berikan suplemen

 Frekuensi makanan makanan, jika perlu

membaik  Hentikan pemnerian

 Nafsu makan membaik makanan melalui


selang nasogastric jika
 Bising usus membaik
asupan oral dapat
 Tebal lipatan kulit trisep
ditoleransi
membaik
Edukasi :
 Membrane mukosa
 Anjurkan posisi
membaik
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri,antiemetic), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli

17
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

C. Hasil Analisis EBN


No Jurnal Analisis Pico
1. “Effect of clinical Problem Patient Population :
nursing pathway Problem : penerapan jalur keperawatan klinis
guided by Omaha berorientasi sistem Omaha pada pasien kolesistitis
system in patient’s akut.
with calculous Patient : Penilitian ini memilih 104 pasien dengan
cholecystitis serangan akut kolesistitis.
undergoing Population : Pasien dibagi secara acak menjadi
laparascopic kelompok rutin (52 kasus) dan kelompok observasi
cholecystectomy” (52 kasus). Ada 33 laki-laki dan 19 perempuan
Volume : dalam kelompok rutin, dengan rentan usia antara
Minerva Pediatrics 39-69 tahun (rata-rata 49,58,68 tahun), perjalanan
2023 penyakit 1-13 tahun, waktu timbul penyakit akut
Februari:75(1):152- hingga masuk rumah sakit adalah 5-42 jam.
5 Pada kelompok observasi ada 31 laki-laki dan 21
Penulis : perempuan, rentan umur sekitar 40-70 tahun,
Xiadong Wang, perjalanan penyakit 2-12 tahun, dan waktu dari
Departemen Bedah timbul hingga masuk rumah sakit adalah 4-43 jam
Vaskular
Intervention or issue of interest :
Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorsi nilai
penerapan jalur keperawatan klinis berorientasi
sistem Omaha pada pasien Kolesistitis akut.

Comparison intervention or issue of interest


Status keperawatan pasien yang menjalani

18
kolesistektomi laparoskopi pada serangan akut
kolesistitis meliputi
1. Bangun dari temoat tidur lebih awal.
2. Memulihkan pola makan sesegera munkin
untuk mendorong pemulihan fungsi saluran
cerna.
3. Komplikasi pasca operasi ditemukan tepat
waktu dan pasien secara bertahap pulih ke
pola makan normal.
Pasien dengan mode keperawatan konvensional
pulih dengan lambat.
Sistem Omaha menggambarkan masalah pasien
dengan menggunakan skala klasifikasi masalah dan
skala efektivitas skor masalah, yang secara objektif
dapat mengetahui kebutuhan perawatan pasien dan
prioritas perawatan, dan mendorong pemulihan
kesehatan melalui interaksi antara perawat dan
pasien

Outcome :
Tingkat kepatuhan anjuran dokter pada kelompok
observasi selama keperawatan lebih tinggi
dibandingkan pada kelompok rutin (P<0,05).
Sebelum keperawatan, tidak terdapat perbedaan
skor QLQ-30 yang signifikan antara kedua
kelompok (P>0,0). Setelah keperawatan, skor
QLQ-30 Kualitas hidup pada kedua kelompok
meningkat, dan skor QLQ-30 pada kelompok
observasi lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok rutin (P<0,05). Setelah keperawatan,
skor kepuasan keperawatan kedua kelompok lebih
tinggi, dan kepuasan keperawatan kelompok

19
observasi lebih tinggi dibandingkan kelompok rutin
(P<0,05).
Skor KBS pada kedua kelompok meningkat setelah
perawatan, dan skor KBS pada kelompok observasi
lebih tinggi dibandingkan kelompok rutin,
menunjukkan bahwa keperawatan klinis
berorientasi sistem Omaha dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien dan kognisi, perilaku, dan
kondisi mereka. Penelitian telah menunjukkan5
bahwa skema keperawatan dengan layanan
keperawatan yang diperluas dapat memotivasi
pasien, meningkatkan kepatuhan dan kerjasama
dalam pengobatan, meningkatkan kualitas
keperawatan dan memastikan efek intervensI.
2. “Clinical Problem, Patient, Population :
application Problem :
analysis of comfort beberapa pasien juga mengalami gejala seperti
nursing in the care mual, muntah, demam, dan takut kedinginan
of patients with setelah timbulnya penyakit. Perawatan yang
acute nyaman menganjurkan perawatan yang berpusat
cholecystitis” pada pasien, memberikan pasien tindakan
Volume : perawatan ilmiah dan personal untuk
Minerva mempertahankan keadaan psikologis dan fisiologis
Gastroenterology yang baik, untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
2023 Jul 27 rasa sakit mereka, dan meningkatkan kualitas hidup
Penulis : mereka
Qi Guo, Yu Wang, Patient :
Lijun Huo, Di Penelitian ini menggunakan 88 pasien dengan
Shen, Linlin Shi, kolesistitis akut yang dirawat di rumah sakit sejak
Hua Ling, Peifang Januari 2021 hingga januari 2022.
Wu, Yan Lagu Population :
88 pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

20
kelompok control dan kelompok observasi dengan
setiap kelompok berjumlah 44 pasien. pada
kelompok kontrol berjumlah 28 laki-laki dan 16
perempuan, berusia 27-59 tahun, dengan rata-rata
usia (39,75±5,63) tahun; waktu dari awal hingga
pembedahan adalah 5-13 jam, dengan rata-rata
(5,47±1,28) jam; pada kelompok observasi
berjumlah 26 laki-laki dan 18 perempuan, berumur
28-61 tahun, dengan rata-rata umur (40,58±5,66)
tahun; waktu dari awal hingga pembedahan adalah
6-12 jam, dengan rata-rata (5,72±1,39) jam.

Intervention or issue of interest :


penelitian ini terutama mengeksplorasi efek
aplikasi klinis dari perawat yang nyaman dalam
perawatan kolesistitis aku

Comparison intervention or issue of interest :


kelompok kontrol menerima asuhan keperawatan
rutin, menjelaskan prosedur bedah dasar dan
tindakan pencegahan terkait kepada pasien sebelum
operasi, dan berpuasa 12 jam sebelum operasi
untuk pasien sekolah menengah dan berpuasa 4 jam
sebelum operasi; pantau secara ketat tanda-tanda
vital pasien selama operasi; setelah operasi, pantau
dengan ketat tanda-tanda vital pasien dan
perhatikan penyesuaian postur tubuh untuk
memastikan kelancaran saluran pernapasan.
Sedangkan untuk kelompok observasi menerapkan
perawatan kenyamanan berdasarkan kelompok
control dengan metode tertentu. Sedangkan untuk
kenyamanan reoperatif dengan menyesuaikan

21
posisi pasien atau memijat pasien untuk
mengurangi nyeri,
menjelaskan pengetahuan kolesistitis akut, metode
perawatan diri, kerjasama perioperati, menjelaskan
tingkat medis rumah sakit dan pengalaman
pengobatan dokter yang merawat kepada pasien.
Mengenai perawatan kenyamanan intraoperatif: 1)
memeriksa apakah instrumen bedah dalam kondisi
baik dan mempersiapkan desinfeksi instrumen
terkait; 2) memantau secara ketat perubahan tanda-
tanda vital pasien dan memperhatikan manifestasi
klinisnya

Outcomes :
Dalam penelitian ini, kelompok observasi memiliki
indikator bedah yang lebih baik dibandingkan
kelompok kontrol, dengan skor kualitas hidup yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol
(P<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa efek
keperawatan dari keperawatan kenyamanan pada
kolesistitis akut lebih baik dibandingkan dengan
keperawatan rutin, Hal ini karena konseling
psikologis pra operasi dan mempopulerkan
pengetahuan kesehatan menghilangkan kecemasan
dan kebingungan pasien dan meningkatkan
kepatuhan pengobatan mereka.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolelithiasis adalah penyakit batu empedu yang ditemukan di dalam kandung
empedu atau di saluran empedu. Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam

22
kandung empedu. Kolesistitis merupakan inflamasi yang terjadi pada kandung
empedu dan terbagi menjadi akut dan kronis. Kolesistitis akut terjadi akibat adanya
penyumbatan saluran sistikus oleh batu empedu, diikuti dengan distensi dan
peradangan pada kandung empedu. 20% penderita kolesistitis didapatkan pada
pasien dengan koletiatis atau batu empedu.
Faktor yang mengakibatkan terbentuknya batu empedu adalah obesitas, usia
yang lebih dari 60 tahun, genetika, jenis kelamin, infeksi saluran pencernaan,
beberapa kondisi klinis terkait yang dapat meningkatkan risiko terjadinya batu
empedu adalah diabetes sirosis hati, pankreatitis, kanker kandung empedu. Dan
penurunan fungsi empedu, kontraksi kandung empedu yang lemah akan
menyebabkan statis empedu dan membuat musin yang diproduksi terakumulasi
seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam kandung empedu.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambahkan keluasan ilmu khususnya untuk
penulis dalam melakukan asuhan keperawatann dan menjadi dasar pembelajaran
untuk kasus-kasus selanjutny.

DAFTAR PUSTAKA

Alessandra, A.P. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan Pemenuhan Kebutuhan


Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien Post OP Kolelitiasis Di RSUD DR
M.Yunus Kota Bengkulu. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

23
Guo, Qi, dkk. (2023). Clinical application analysis of comfort nursing in the care
of patients with acutecholecystitis. Edizon Minerva Medica:2023 july 27
Meylinda, E. (2020). Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre
dan Post Operasi Cholelitiasis Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Poltekes
Kemenkes Samarinda : Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan
Nabu, M. (2019). Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Nn. E.S Dengan
Kolelitiasis Di Ruang Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Drs. Titus Ully
Kupang. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Ni, Xiaolong, dkk. (2022). Effect of clinical nursing pathway guided by Omaha
system in patients with calculous cholecystitis undergoing laparascopic
cholecystectomy. Edizoni Minerva Medica : 2023 February;75(1):152-5
Prihat, Y.A. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Cholelitiasis Di
Ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang. Universitas Islam
Sultan Agung Semarang

24

Anda mungkin juga menyukai