DI SUSUN OLEH
KELONPOK 4
1. Wahyuni padu
2. Heybi waani
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan kolesititis pada mata kuliah Keperawatan medical
bedah dengan lancar dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita
semua. Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat
berterima kasih apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran
pada makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... iii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………... 1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………... 1
C. TUJUAN…………………………………………………………… 1
BAB II : TINJAUAN TEORI ……………………………………………. 2
A. DEFINISI ………………………………………………………….. 2
B. FAKTOR USIA …………………………………………………… 3
C. ETIOLOGI………………………………………………………… .3
D. MANIFESTASI KLINIS…………...……………………………… 4
E. PATOFISIOLOGI …………………………………………………. 5
F. KOMPLIKASI……………………………………………………... 5
G. PENATALAKSANAAN MEDIS………………………………….. 6
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN………………………………….. 8
A. PENGKAJIAN……………………………………………………... 8
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK………………………………… 10
C. DIAGNOSTIK KEPERAWATAN……………………………….. 11
D. INTERVENSI ………………………………………….………… 11
BAB IV : PENUTUPAN………………………………………………… 12
A. KESIMPULAN…………………………………………………… 12
B. SARAN …………………………………....................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa yang di maksud dengan kolesititis ?
2. apa saja etiologi pada kolesititis?
3. bagaimana patofisisologi kolesititis?
4. bagaimana asuhan keperawatan pada kolesititis?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kolesititis hingga penyebab
sanpai dengan asuhan keperawatan pada pasien kolesititis.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
Klasifikasi :
a. Kolesistitis Kalkulus
Adalah batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu akan
menimbulkan suatu reaksi kimia, terjadi otolisis serta edema dan pembuluh darah
dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya terrganggu.
Sebagai konsekwensinya dapat terjadi gangren pada kandung empedu disertai
perforasi.
b. Kolesistitis Akalkulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu
empedu. Kolesistitis Akalkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor, trauma berat
atau luka bakar. Faktor lain yang berkaitan dengan tipe ini mencakup : obstruksi
duktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bakterial pada kandung empedu, dan
transfusi darah yang dilakukan berkali-kali. Kolesistitis akalkukus terjadi akibat
perubahan cairan dan elektrolit serta aliran darah regional dalam sirkulasi viceral.
(Bruner & Suddarth, 1996).
2
B. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko utama untuk kolesistitis, memiliki peningkatan prevalensi di kalangan
orang-orang keturunan Skandinavia, Pima India, dan populasi Hispanik, cholelithiasis
sedangkan kurang umum di antara orang dari sub-Sahara Afrika dan Asia. Beberapa
faktor resiko yang lain sebagai berikut:
1. adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya
2. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
3. Usia lebih dari 40 tahun .
4. Kegemukan (obesitas).
5. Faktor keturunan
6. Aktivitas fisik
7. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
8. Hiperlipidemia
9. Diet tinggi lemak dan rendah serat
10. Pengosongan lambung yang memanjang
11. Nutrisi intravena jangka lama
12. Dismotilitas kandung empedu
13. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
14. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan
kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
C. ETIOLOGI
1. Statis cairan empedu
2. Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
3. Iskemik dinding kandung empedu.
4. Kepekatan cairan empedu.
5. Kolesterol.
6. Lisolesitin.
7. Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti
reaksi supurasi dan inflamasi.
3
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan
berlemak / yang digoreng.
4
E. PATOFISIOLOGI
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yag dapat terjadi pada pasien kolesistitis:
Empiema, terjadi akibat proliferasi bakteri pada kandung empedu yang tersumbat.
Pasien dengan empiema mungkin menunjukkan reaksi toksin dan ditandai dengan
lebih tingginya demam dan leukositosis. Adanya empiema kadang harus mengubah
metode pembedahan dari secara laparoskopik menjadi kolesistektomi terbuka.
Ileus batu kandung empedu, jarang terjadi, namun dapat terjadi pada batu
berukuran besar yang keluar dari kandung empedu dan menyumbat di ileum
terminal atau di duodenum dan atau di pilorus.
Kolesistitis emfisematous, terjadi ± pada 1% kasus dan ditandai dengan adanya
udara di dinding kandung empedu akibat invasi organisme penghasil gas seperti
Escherichia coli, Clostridia perfringens, dan Klebsiella sp. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada pasien dengan diabetes, lebih sering pada laki-laki, dan pada
kolesistitis akalkulus (28%). Karena tingginya insidensi terbentuknya gangren dan
perforasi, diperlukan kolesitektomi darurat. Perforasi dapat terjadi pada lebih dari
15% pasien.
Komplikasi lain diantaranya sepsis dan pankreatitis
5
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet )
a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,
analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim,
daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang
berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek
sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek
yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada
dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah
pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 – 12 bulan untuk melarutkan batu.
d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu
bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung
empedu. Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam
kandung empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk
melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui
endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal.
e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan
gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah
fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan
listrik yaitu piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan
kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu
pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak perlahan secara
spontan dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui
endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu peroral.
6
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan
getah empedu kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien/pasien
2. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan.
Tanda : Gelisah.
3. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urin dan feses.
Tanda : Distensi abdomen, Teraba massa pada kuadran kanan atas, Urine
gelao, pekat, Feses warna tanah liat, steatorea.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah, Tidak toleran terhadap lemak dan makanan
“pembuat gas”; regurgitas berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat
makan, flatus, dyspepsia.
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu
kanan.
Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Nyeri mulai tiba – tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan ;
tanda Murphy positif.
7. Pernapasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan.
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.
8
8. Keamanan
Tanda : Demam,menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).
Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).
9. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi bata empedu.
Adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi
usus, diskrasias darah.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rata – rata lama dirawat 3 – 4 hari.
Rencana pemulangan : Memerlukan dukungandalam perubahan diet/ penurunan
berat badan.
9
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi
transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium
Darah lengkap : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum meningkat,
enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali fosfat
dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorbsi vitamin K.
2) USG
Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan atau duktus empedu.
10
Menunjukkan obstruksi perrcabangan bilier.
8) Foto abdomen (multiposisi)
Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikassi dinding atau
pembesaran kandung empedu.
9) Foto Dada :
Menunjukkan pernafasan yang menyebabkan nyeri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia
jaringan/nekrosis
b. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penghisapan gaster
berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
obstruksi aliran empedu, mual, muntah
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan informasi yang tidak adekuat
D. INTERVENSI
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia
jaringan/nekrosis
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan
aktivitas distraksi, skala nyeri mengalami penurunan, tanda vital dalam batas normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
Observasi dan catat Membedakan penyebab nyeri dan
lokasi, beratnya (skala1- memberikan informassi tentang
10) dan karakteristik kemajuan/perbaikan penyakit,
nyeri (menetap, hilang terjadinya komplikasi dan
timbul, kolik) keefektifan intervensi.
Catat respon terhadap Nyeri berat yang tidak hilang
obat dan laporkan pada dengan tindakan rutin dapat menun
dokter bila nyeri hilang jukkan terjadinya komplikasi/
kebutuhan terhadap intervensi lebih
lanjut
Tingkatkan tirah baring, Tirah baring pada posisi fowler
11
biarkan pasien rendah menurunkan tekanan
melakukan posisi yang intraabdomen : namun pasien akan
nyaman melakukan posisi yang
menghilangkan nyeri secara alamiah
Dorong penggunaan Meningkatkan istirahat,
teknik relaksasi,contoh memusatkan kembali perhatian dan
bimbingan imajinasi, dapat meningkatkan koping
visualisasi, latihan nafas
dalam
Kolaborasi :
Pertahankan status Membuang sekret gaster yang
puasa, pasang NGT dan merangsang pengeluaran
penghisapan NG sesuai kolesistokinin dan erangsang
dengan indikasi kontraksi kandung empedu
Endoskopi papilotomi
(pengangkatan batu
duktus)
Syok gelombang
ekstrakorporeal litotripsi
Penobatan dengan dengan
(ESWL)
gelombang syok diindikasikan bila
pasien mengalami gejala ringan atau
sedang, batu kolesterrol pada
kandung empedu 0,5 mm atau lebih
besar dan tak ada obstruksi traktus
bilier. Tergantung pada mesin yang
Endoscopi sfingterotomi
digunakan, pasien akan duduk pada
tangki air atau tidur tengkurap pada
tempat yang berisi air. Pengobatan
memerlukan waktu 1-2 jam dan
75%-95% berhasil
12
Prosedur dilakukan untuk
memperlebar mulut duktus
koledukus dimana bagian ini
Intervensi bedah
mengosongkan duodenum. Prosedur
ini dapat juga termasuk
pengambilan batu manual dari
duktus dengan keranjang kecil atau
balon pada akhir endoscopi. Batu
harus lebih kecil dari 15mm.
b. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penghisapan gaster
berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
Tujuan : Keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas normal, mukosa membran lembab, turgor kulit
baik, pengisian kapiler baik, produksi urine cukup, tidak ada muntah.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Observasi intake dan Memberikan informasi tentang
output, kaji menbran status cairan/volume sirkulasi dan
mukosa, observasi tanda- kebutuhan penggantian
tanda vital
2 Observasi tanda-tanda Muntah berkepanjangan, aspirasi
berlanjutnya mual dan gaster, dan pembatasan pemasukan
miuntah, kram abdomen, oral dapat menimbulkan defisit
kelemahan, kejang natrium, kalium dan klorida
ringan, tacikardi,
hipoaktif, bising usus
lemah atau tidak ada,
depresi pernafasan
3 Ciptakan lingkungan Menurunkan ragsangan pada pusat
yang bersih dan nyaman syaraf
dan tidak berbau
4 Oral hygiene Menurunkan kekeringan membran
mukosa dan menurunkan resiko
perdarahan
13
5 Kaji perdarahan yang Protombim darah menurun dan
tidak biasanya seperti waktu koagulasi memanjang bila
perdarahan terus aliran empedu terhambat,
menerus pada lokasi meningkatkan resiko perdarahan
injeksi, epitaksis,
perdarahan gusi, ptekie,
hematemesis, melena
6
Kolaborasi :
a. Pasang NGT, hubungkan Menurunkan sekresi dan motilitas
ke penghisapan dan gaster
pertahankan patensi
sesuai indikasi
b. Antiemetik
c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi
aliran empedu, mual, muntah
Tujuan : Masalah nutrisi tidak menjadi aktual
Kriteria hasil : Mual dan muntah hilang, berat badan tidak turun
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji distensi abdomen, Tanda non verbal ketidaknyamanan
sering bertahak, berhati- berhubungan dengan gangguan
hati, menolak bergerak pencernaan, nyeri gas
2 Hitung intake kalori Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan nutrisi
3 Timbang BB Mengawasi keefektifan rencana diet
4 Kaji makanan kesukaan, Melibatkan pasien dalam
14
makanan yang perencanaan, memampukan pasien
menyebabkan distres, memiliki rasa kontrol dan
dan jadwal makan yang mendorong untuk makan
disukai
5 Oral hygiene sebelum Mulut yang bersih meningkatkan
makan nafsu makan
15
Memberi informasi kekurangan
nutrisi /keefektifan terapi
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat
Tujuan :Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan
Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Beri penjelasan/alasan Informasi dapat menurunkan cemas
pemeriksaan dan dan rangsang simpatis
persiapannya
2 Kaji ulang program Batu empedu sering berulang, perlu
terapi dan kemungkinan terapi jangka panjang terjadinya
efek samping diare/kram selama terapi senidiol
dapat dihubungkan dengan
dosis/dapat diperbaiki. Catatan :
wanita yang melahirkan harus
dikonsultasikan tentang KB untuk
mencegahkehamilandan resiko
kerusakan hepatik fetal
3 Kaji ulang proses Memberi dasar pengetahuan dimana
penyakit/prognosis. pasien dapat membuat pilihan
Diskusikan perawatan berdasarkan informasi. Komunikasi
dan pengobatan. Dorong efektif dan dukungan turunkan
pertanyaan, ekspresi cemas dan tingkatkan penyembuhan
masalah
4 Diskusikan penurunan Kegemukan adalah faktor resiko
berat badan bila yang berhubungan dengan
diindikasikan kolelitiasis, dan penurunan BB
menguntungkan dalam manajemen
medik terhadaap kondisi kronik
16
BAB IV
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1. Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
2. Kolesititis di klasifasikan menjadi Kolesistitis Kalkulus dan Kolesistitis
Akalkulus
3. Etiologi dari kolesititis yaitu Statis cairan empedu Infeksi kuman (E.Coli,
klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium). Iskemik dinding kandung
empedu.Kepekatan cairan empedu. Kolesterol. Lisolesitin. Prostaglandin yang
merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti reaksi supurasi dan
inflamasi.
4. Penatalaksanaan terdiri dari : Non Pembedahan (farmakoterapi, diet ),
pembedahan dan pendididikan pasca operasi
17
B. SARAN
Dengan adanya materi ini semoga dapat menambahkan wawasan kepada teman-
teman dan semoga ilmu yang dipaparkan dapat membawa manfaat bagi pembaca
dan pembuat matteri
18
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M., & Nancy r R. Ahern. (2013). BUKU SAKU DIAGNOSA
KEPERAWATAN DIAGNOSA NANDA, INTERVENSI NIC, KRITERIA HASIL NOC,
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://bodong20.blogspot.com/2013/04/kolesistitis.html
http://prezi.com/slrw_xlxag65/askep-kolesistitis/
http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-kolesistitis.html
http://efristikesekaharap.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html
http://nieszvirgo.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-kolesistitis.html
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/kolesistitis.html
http://herodessolutiontheogeu.blogspot.com/2010/11/askep-kolesistitis.html
http://www.kerjanya.net/faq/4541-kolesistitis.html
http://cholesistitis.blogspot.com/