Kelompok 1 :
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan.................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................5
KONSEP MEDIS.........................................................................................................5
2.1 Definisi..........................................................................................................5
2.2 Etiologi..........................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................7
2.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................8
BAB III.........................................................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS..................................................................8
3.1 Pengkajian..........................................................................................................9
3.2 Diagnosis keperawatan (PES) berdasarkan teori penyakit ulkus pemtikum.
.................................................................................................................................11
3.3 Intervensi..........................................................................................................16
3.4 Implementasi...................................................................................................17
3.5 Evaluasi...........................................................................................................18
BAB IV.......................................................................................................................18
PENUTUP..................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ulkus peptikum merupakan suatu keadaan yang dikarenakan
ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan
mukosa. Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang
berlainan dan pola pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang
hidup seseorang. Sehingga hampir 1 diantara 10 orang akan terbentuk
ulkus peptikum. Kira- kira 5% dari semua tukak akan mengalami
perforasi, dan komplikasi ini akan mengakibatkan 65% terjadi kematian
akibat tukak peptikum. Insidensi yang lain, tukak duodenum menyusun
sekitar 80% dari semua tukak peptikum, dan menyerang sekitar 10-12%
populasi. Individu dengan golongan darah O 35% lebih rentan terjadi
Ulkus, dibandingkan dengan orang yang bergolongan darah A, B, atau
AB. Hal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya
Ulkus peptikum lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun. Pria 3
kali lebih sering daripada perempuan, karena diduga bahwa laki-laki
mempunyai kecenderungan gaya hidup yang mengakibatkan rusaknya
salah satu sawar pelindung lambung, misalnya merokok, kafein, aspirin,
alkohol dan penggunaan kronis obat anti inflamasi non steroid seperti
penggunaan NSAID.
1.3 Tujuan
a.
b. Definisi
c. Etiologi
d. Manifestasi klinis
e. Pemeriksaaan penunjang
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa
yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa,
sub-mukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cema yang
langsung berhubungan dengan cairan lambung asam/pepsin (Sanusi,
2011).
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa dibagian mam
saja disaluran gastrointestinal, tetapi biasanya di lambung atau
duodenum (Corwin, 2009).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa
lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa
yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi,
walaupun sering dianggap sebagai "ulkus" (misalnya ulkus karem
stress). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga
jejenum. (Sylvia A. Price, 2006).
2.2 Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah
ketidakseimbangan antara sekresi cairan lambung dan derajat
perlindungan yang diberikan mukosa gastroduodenal dan netralisasi
asam lambung oleh cairan duodenum. (Arif Mutaqqin 2011). Ada
dua penyebab utama ulkus (tukak):
a) Penurunan produksi mukus sebagai penyebab ulkus.
Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak
menghasilkan produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan
terhadap asam lambang. Penyebab penurunan produksi mukus dapat
termasuk segala hal yang menurunkan aliran darah ke usus,
menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan cedera atau kematian
sel-sel penghasil mukus.
Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan
dengan infeksi bacterium H. pylori membuat kolon pada sel-sel
penghasil mukus di lambung dan duodenum, sehingga menurunkan
kemampuan sel memproduksi mukus.
b) Kelebihan asam sebagai penyebab ulkus.
Pembentukan asam di lambung penting untuk mengaktifkan
enzim pencernaan lambung. Asam hidroklorda (HCI) dihasilkan
oleh sel-sel parietal sebagai respons terhadap makanan tertentu,
obat, hormon. Makanan dan obat seperti kafein dan alkohol
menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan asam sebagai
individu memperlihatkan reaksi berlebihan pada sel-sel perictalnya
terhadap makanan atau zat tersebut atau mungkin mereka memiliki
jumlah sel parietal.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat
pekerjaan, pendikakan, kelas perawatan, tahun masuk rumah
sakit, nomor masuk medical record, diagnosa medis .
b. Riwayat kesehatan :
Keluhan utama: Pasien biasannya datang dengan keluhan nyeri
kepala, pusing, gelisah, mudah lelah dan
penglihatan kabur.
Genogram :
c. Pengkajian 11 pola Gordon kesehatan fungsional
1. Pola manajemen persepsi
Faktor-faktor risiko sehubungan dengan kesehatan, seperti
riwayat keluarga, gaya hidup, kemiskinan, Meliputi data-
data mengenai riwayat penyakit keluarga, makanan yang
disukai dan aktivitas sehari-hari.
3. Pola eliminasi
Gejalah dan tanda meliputih riwayat
pendarahan,perubahan pola defekasi,perubahan karakteristik
feses,nyeri tekan abdomen,distensi,bising otot
meningkat,karakteristik feses (terdapat darah,berbusah,bau
busuk),konstipasi (perubahan diet dan penggunaan antasida).
Terapeutik
Berikan
teknik
nonfarmako
logis untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis.
TENS,
hipnosis,
akupresur,
terapi
musik,
biofeedbac
k, terapi
pijat,
aromaterapi
, teknik
imajinasi
terbimbing.
kompres
hangat/ding
in, terapi
bermain)
Kontrol
lingkungan
yang
memperber
at rasa
nyeri (mis.
suhu
ruangan,
pencahayaa
n,
kebisingan)
Fasilitasi
istirahat
dan tidur
Pertimbang
kan jenis
dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan
penyebab,
periode,
dan
pemicu
nyeri
Jelaskan
strategi
meredaka
n nyeri
Anjurkan
memonito
r nyeri
secara
mandiri
Anjurkan
mengguna
kan
analgetik
secara
tepat
Ajarkan
teknik
nonfarmak
ologis
untuk
menguran
gi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
3.3 Intervensi
1) Kaji secara komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi Rasional: untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah Tindakan yang dilakukan untuk menilai Tindakan
keperawatan yang telah ditentukan,dan untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.Dengan hasil Nyeri Akut Teratasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Ulkus Peptikum meliputi erosi pada dinding mukosa
lambung,pylorus,duodenum,atau esophagus. Area yang terkikis mempunyai
batas dan hanya terjadi pada area salurn gastrointestinal yang terpanjang pada
asam hidroklorida dan pepsin. Ulkus duodenum biasanya disebabkan oleh
hipersekresi asam lambung dan kerusakan barrier mukosa lambung. Asuhan
keperawatan ulkus peptikum meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi yang pada intinya
mengurangi nyeri pasien sehingga masalah nyeri akut pasien dapat diatasi
perawat dengan optimal. Untuk mengatasi terulangnya Kembali Ulkus
peptikum pada pasien,perlu mendapatkan informasi tentang proses
penyakit,perawatam dirumah,dan pencegahan Ulkus peptikum.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/297620257/ASKEP-ULKUS-PEPTIKUM