Anda di halaman 1dari 12

1

TUGAS PERBAIKAN NILAI

MATA KULIAH ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER 1

TOPIK PENYAKIT PENCERNAAN

( Dr.drh. I Wayan Batan,MS)

“PENYAKIT COLITIS PADA ANJING”

Disusun Oleh :

Makrina Weni Misa 1609511125

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena atas berkat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan paper mata kulia Ilmu Penyakit Dalam Veteriner 1
dengan judul Penyakit Kolitis pada Anjing di topik penyakit pencernaan sebagai bahan
pertimbangan dosen pengampuh mata kulia Ilmu Penyakit Dalam Veteriner dan kesempatan luar
biasa yang berikan kepada penulis untuk memperbaiki nilai mata kulia

Akhir kata Penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada Dosen koordinator matakulia
yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan paper ini

Penulis menyadari paper ini jauh dari sempurna maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari Koordinator dan dosen pengampuh mata kulia Ilmu Penyakit Dalam
Veteriner 1 untuk menilai kelayakan paper ini

Denpasar,2 September 2021

Penulis

2
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
DARTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG ............................................................................................. 4
1.2.RUMUS MASALA ................................................................................................. 4
1.3.TUJUAN PENULISAN........................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KOLITIS PADA ANJING ........................................................... 6
2.2.ETIOLOGI KOLITIS PADA ANJING .................................................................. 6
2.3.PATOFISIOLOGI ................................................................................................. 7
2.4.GEJALA KLINIS ................................................................................................... 8
2.5.DIAGNOSA PENGOBATAN................................................................................. 9
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
3.2.Saran........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12

3
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kolon memainkan peran penting dalam konservasi air dan elektrolit dan merupakan tempat
utama penyimpanan feses. Flora bakteri kolon memainkan peran penting dalam fermentasi
karbohidrat yang belum dicerna dengan serat makanan substrat primer. Gangguan homeostasis
normal usus besar dapat menyebabkan perubahan pada penyerapan dan motilitas. Secara klinis hal
ini sering dimanifestasikan sebagai diare usus besar.

Epitel usus yang normal tidak meradang meskipun kontak dekat dengan kepadatan
organisme komensal yang tinggi. Sel-sel epitel usus tidak hanya menjadi penghalang antara tubuh
dan virus, bakteri, dan parasit yang ada dalam lumen usus, tetapi juga aktif secara imunologis
melalui pemrosesan dan penyajian antigen, sekresi sitokin, dan perekrutan sel-sel radang sebagai
respons terhadap patogen. Kolitis terjadi saat epitel mengalami peradangan.

Anjing yang mengalami colitis biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas pada
pemeriksaan fisik,Sehingga untuk mengetahui secara detail apakah anjing terinffeksi colitis atau
tidak sebagai praktisi dokter hewan harus terlebi dahulu melakukan pengkajian pemeriksaan
diagnostik penyakit colitis terdiri atas pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan endoskopik
sehingga dapat memberikan terapi pengobatan sesuai dengan berat atau ringanya gangguan colitis
pada pasien anjing.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksudkan Dengan kolitis?
2. Apa Penyebab Kolitis?
3. Bagaimana Gejala Dari Penyakit Kolitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Kolitis?
5. Bagaimana Cara Mendiagnosa Penyakit Kolitis?
6. Bagaimana Cara Mengobati Kolitis ?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian colitis.
2. Untuk Mengetahui Penyebab Kolitis.
3. Untuk mengetahui Gejala Dari Penyakit Kolitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Kolitis.
4
5

5. Untuk mengetahui Cara Mendiagnosa Penyakit Kolitis.


6. Untuk mengetahui Bagaimana Cara Mengobati Kolitis.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KOLITIS

Kolitis adalah radang usus besar (colon). Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk
mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan
kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses. Kolon memainkan peran penting dalam
konservasi air dan elektrolit dan merupakan tempat utama penyimpanan feses. Flora bakteri kolon
memainkan peran penting dalam fermentasi karbohidrat yang belum dicerna dengan serat makanan
substrat primer. Gangguan homeostasis normal usus besar dapat menyebabkan perubahan pada
penyerapan dan motilitas. Secara klinis hal ini sering dimanifestasikan sebagai diare usus besar
(Maddu et al, 2013).

2.2. ETIOLOGI

Colitis merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyebab
(multifactoral disease). Pada kucing, penyakit ini lebih jarang terjadi dibandingkan pada anjing
(Zoran, 2008). Pada anjing, colitis dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu colitis akut, colitis kronis,
dan ulcerative colitis (Robinson, 2013).

Secara umum penyebab terjadinya colitis adalah terdapat agen infeksius (parasit, virus,
bakteri) pada saluran pencernaan, terdapat Inflammatory Bowel Disease (IBD). Selain itu, Irritable
Bowel Syndrome (IBS), pankreatitis, hemorrhagic gastroenteritis, serta kanker colon juga dapat
menyebabkan munculnya colitis (Robinson, 2013).

Colitis akut dapat disebabkan oleh makan yang berlebihan, pemberian pakan yang basi,
infeksi bakteri dan virus, stress, dan alergi makanan. Sedangkan colitis kronis dapat disebabkan
oleh gangguan absorpsi makanan, penyakit pankreas, infeksi parasit, peningkatan jumlah bakteri
normal di usus, dan adanya Inflammatory Bowel Disease (IBD) (Robinson, 2013).

6
7

Jenis ketiga dari colitis pada anjing adalah ulcerative colitis. Penyakit ini biasanya terjadi
karena penyebab yang tidak diketahui secara pasti. Biasanya terjadi pada anjing jenis Boxer dan
Bulldog. Penurunan sistem imun pada tubuh anjing menyebabkan mudahnya terjadi reaksi
peradangan pada dinding usus besar. Gejala dari ulcerative colitis biasanya sama seperti penyakit
colitis lainnya namun bersifat lebih parah (Robinson, 2013).

2.3. PATOFIOLOGI

Epitel usus yang normal tidak meradang meskipun kontak dekat dengan kepadatan
organisme komensal yang tinggi. Sel-sel epitel usus tidak hanya menjadi penghalang antara tubuh
dan virus, bakteri, dan parasit yang ada dalam lumen usus, tetapi juga aktif secara imunologis
melalui pemrosesan dan penyajian antigen, sekresi sitokin, dan perekrutan sel-sel radang sebagai
respons terhadap patogen (Burgener, 2011).

Kolitis terjadi saat epitel mengalami peradangan. Peradangan tersebut menekan kontraksi
kolon normal yang sedang melakukan proses pencernaan dan stimulates giant migrating
contractions (GMCs). GMC adalah kontraksi yang lebih kuat yang dengan cepat mendorong isi
usus. Kontraksi ini hanya terjadi sekali hingga dua kali sehari, tetapi peradangan kolon
meningkatkan jumlah GMC setiap hari. Diyakini bahwa mereka adalah faktor utama dalam
menghasilkan diare, kram perut, dan peningkatan urgensi terkait dengan kolitis. Sel goblet
merespon peradangan dengan menghasilkan peningkatan jumlah lendir (Burgener, 2011).

7
8

Gambar 1. Colitis yang bersifat kronis

2.4.GEJALA KLINIS

Anjing tersebut terlihat normal namun tanda yang paling umum terjadi adalah diare. Diare
yang disebabkan oleh colitis biasanya ditandai dengan adanya darah dan lendir pada feses, serta
terjadi diare yang berlendir dan berair (Burgener, 2011).

Gejala lain yang terjadi adalah tenesmus, nyeri saat buang air besar, peningkatan urgensi
dan frekuensi buang air besar, tidak terjadi penurunan nafsu makan, serta tidak mengalami
penurunan berat badan. Anjing yang mengalami colitis kronis dan disertai dengan kanker atau IBD
biasanya menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan hingga terjadi anoreksia (Zoran,
2006).

2.5. DIAGNOSA
Menurut Zoran (2006) pengkajian pemeriksaan diagnostik penyakit colitis terdiri atas
pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan endoskopik.
1. Pemeriksaan laboratorium.

Pada pasien dengan diagnosa kolitis ulseratif, pemeriksaan yang penting adalah
pemeriksaan tinja untuk melihat parasit, telur parasit, dan kultur tinja untuk mengeliminas i
penyebab lain yang bisa menyebabkan diare kronik. Terdapat juga beberapa tes yang
mendukung adanya inflamasi sistemik, seperti erythrocyte sedimentation rate dan C-
Reactive protein yang mungkin meningkat. Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan
adanya anemia dari kehilangan darah kronik. Pemeriksaan basic metabolic profile (BMP)
dapat menunjukkan adanya abnormalitas kadar elektrolit seperti hipokalemia karena diare
yang persisten (Zoran, 2006).
2. Pemeriksaan radiografik
a. Foto polos abdomen
Sinar rontgen mungkin menunjukkan dilatasi kolon, dalam kasus yang parah bisa
didapatkan megakolon toksik. Selain itu, bukti perforasi, obstruksi, atau ileum juga dapat
diamati.
b. Studi kontras barium (Colon in loop)

8
9

Barium enema dapat dilakukan dengan aman dalam kasus ringan. Dengan barium
enema dapat dilihat adanya megakolon toksik, kondisi ulkus, dan penyempitan kolon. Selain
itu, barium enema akan menunjukkan iregularitas mukosal, pemendekan kolon, dan dilatasi
lengkap usus.
c. CT Scan
Secara umum CT scan menunjukkan peran yang kecil dalam diagnosis kolitis ulseratif.
CT scan dapat menunjukkan penebalan dinding kolon dan dilatasi bilier primer kolangit is
sklerosis.

3. Prosedur endoskopi
Endoskopi dapat menunjukkan mukosa yang rapuh, mukosa terinflamasi dengan
eksudat dan ulserasi. Temuan di sigmoidoskopi fleksibel dapat memberikan diagnosis
kolitis. Tujuan lain dari pemeriksaan ini adalah untuk mendokumentasikan sejauh mana
progresivitas penyakit, untuk memantau aktivitas penyakit, dan sebagai surveilans untuk
displasia atau kanker. Namun, perlu berhati-hati dalam upaya kolonoskopi dengan biopsi
pada pasien dengan penyakit parah karena terdapat risiko terjadinya perforasi atau
komplikasi lainnya (Cerilli dan Joel, 2012).

2.6.PENGOBATAN
1. Terapi farmakologi

Tujuan terapi farmakologi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah
komplikasi. Terapi farmakologi diberikan dengan pertimbangan terapi berikut ini:

a. Antibiotik

Antibiotik belum terbukti memberikan keuntungan yang konsisten dari beberapa uji
coba terkontrol untuk pengobatan kolitis ulseratif aktif. Akan tetapi, biasanya diberikan pada
dasar empiris pada pasien dengan kolitis yang parah dan dapat membantu menghindari suatu
infeksi yang mengancam jiwa (Zoran, 2006).
• Ampicillin: 10–20 mg/kg PO q8h.
• Metronidazole: 5–15 mg/kg PO q12h.
• Clindamycin: 5 mg/kg PO q12h.

9
10

b. Kortikosteroid
Digunakan dalam kasus sedang hingga berat untuk induksi remisi. Agen ini tidak
memiliki manfaat dalam mencegah remisi; serta penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan efek samping.
c. Obat Cacing
• Fenbendazole: 50 mg/kg PO q24h for 3–5 days.
• Praziquantel–pyrantel pamoate–febantel tablets (Drontal Plus)

3. Terapi bedah
Bedah atau operasi memainkan peran integral dalam pengobatan kolitis ulseratif untuk
mengontrol dan mengobati gejala komplikasi. Pembedahan dilakukan sesuai dengan kondisi
klinik pasien. Beberapa jenis pembedahan pada kolitis ulseratif, meliputi: Subtotal
Colectomy with Ileostomy and Hartmann’s Pouch, Total Proctocolectomy with Ileostomy,
Total Abdominal Colectomy with Ileal Rectal Anastomosis, Total Proctocolectomy with
Continent (Kock) Pouch, Total Proctocolectomy with Ileal Pouch Anal Anastomosis, Anal
Transition Zone Preservation, dan Doverting Ileostomy (Zoran, 2006).
Pertimbangan untuk total kolektomi adalah sebagai berikut.
a. Refraktori penyakit dengan kegagalan terapi medis.
b. Terdapat bukti karsinoma atau dysplasia.
c. Pendarahan parah.
d. Kolitis fulminan tidak responsif terhadap pengobatan.
e. Megakolon toksik.
f. Perforasi.
g. Obstruksi dan striktur dengan kecurigaan untuk kanker.
h. Sistemik komplikasi dari obat, khususnya steroid (Zoran, 2006).

10
11

BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Colitis merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyebab
(multifactoral disease). Anjing yang mengalami colitis biasanya tidak menunjukkan gejala yang
khas pada pemeriksaan fisik, Secara umum penyebab terjadinya colitis adalah terdapat agen
infeksius (parasit, virus, bakteri).

3.2.SARAN
Harus selalu menjaga kesehatan anjing kesayangan kita dengan tidak memberikan makan
yang berlebihan, pemberian pakan yang basi sehingga tidak terjadi infeksi bakteri dan virus,
stress, dan alergi makanan, dan jika terdapat tanda colitis pada anjing kesayangan kita di
segerakan bawa ke dokter hewan terdekat untuk penganan lebi lanjut dan lebi baik

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Burgener, Iwan. 2011. Approach to Canine and Feline Colitis. Journal of Veterinary Internal
Medicine Vol. 1: 1-4.

Cerilli, Lisa dan Joel Greenson. 2012. The Differential Diagnosis of Colitis in Endoscopic Biopsy
Specimens. Arch. Pathological Laboratorium Medicine Vol. 136 (1): 854-865.

Maddu, K. K., Mittal, P., Shuaib W., Tewari, A., Ibraheem, O., Khosa, F. 2013. Colorectal
Emergencies and Related Complications: A Comprehensive Imaging Review-Imaging of
Colitis and Complication. AJR Vol. 203: 1205-1216.

Robinson, Wyatt. 2013. Colitis In Dogs: Causes, Symptoms, Types, And Diagnosis.
http://dogsaholic.com/care/colitis-in-dogs.html.

Zoran, Debra. 2006. Colitis and Large Bowel Diarrhea. Journal of Small Animal Internal Medicine
Vol. 8 (2): 9-11.

Zoran, Debra. 2008. Management Of Difficult Cases Of Canine And Feline Colon Disease. Top.
Companion Animal Medicine Vol. 23 (4): 200-206.

12

Anda mungkin juga menyukai