“ colitis ”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS 2B
Dosen Pembimbing :
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah tentang “colitis”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu Hj. Defia roza, S.Kep.M.Biomed selaku dosen mata kuliah KMB yang telah
memberikan arahan dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini baik dalam
penulisan dan terutama sistematikanya. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami, mohon kritik dan saran membangun senantiasa kami harapkan mengenai
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................2
C. TUJUAN..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian colitis.................................................................................3
B. Epidemiologi colitis.............................................................................3
C. Epiopatogenesis colitis........................................................................3
D. Manifestasi klinis colitis .....................................................................5
E. Penatalaksanaa colitis.........................................................................11
F. Komplikasi colitis................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Etiologi pasti dari colitis ulseratif masih belum diketahui, tetapi penyakit ini
multifaktorial dan polygenic. Faktor-faktor penyebabnya termasuk faktor lingkungan,
disfungsi imun, dan predisposisi genetik. Ada beberapa sugesti bahwa anak dengan
berat badan lahir di bawah rata-rata yang lahir dari ibu dengan colitis ulseratif
memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya perkembangan penyakit (Basson, 2011).
1
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian colitis
2) Epidemiologi colitis
3) Epiopatogenesis colitis
4) Manifestasi klinis colitis
5) Penatalaksanaa colitis
6) Komplikasi colitis
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian colitis
2) Untuk mengetahui epidemiologi colitis
3) Untuk mengetahui epiopatogenesis colitis
4) Untuk mengetahui manifestasi colitis
5) Untuk mengetahui penatalaksana colitis
6) Untuk mengetahui komplikasi colitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian colitis
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan
saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara
garis besar IBD teridiri dari 3 jenis, yaitu colitis ulseratif, penyakit Crohn, dan bila
sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan dalam kategori indeterminate
colitis. Hal ini untuk secara praktis membedakannya dengan penyakit inflamasi usus
lainnya seperti infeksi, iskemia dan radiasi (Djojoningrat, 2006).
Colitis ulseratif merupakan salah satu dari dua tipe Inflammatory Bowel
Disease (IBD), selain Crohn disease. Tidak seperti Crohn disease, yang dapat
mengenai semua bagian dari traktus gastrointestinal, colitis ulseratif seringnya
mengenai usus besar, dan dapat terlihat dengan colonoscopy (Basson, 2011).
B. Epidemiologi colitis
Di Amerika Serikat, sekitar 1 miliar orang terkena colitis ulseratif. Insidennya
10.4-12 kasus per 100.000 orang per tahunnya. Rata-rata prevalensinya antara 35-100
kasus per 100.000 orang (Basson, 2011). Sementara itu, puncak kejadian penyakit
tersebut adalah antara usia 15 dan 35 tahun, penyakit ini telah dilaporkan terjadi pada
setiap decade kehidupan (Ariestine, 2008).
Colitis ulseratif terjadi 3 kali lebih sering daripada Crohn disease. Colitis
ulseratif terjadi lebih sering pada orang kulit putih daripada orang African American
atau Hispanic. Colitis ulseratif juga lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki
(Basson, 2011).
C. Etiopatogenesis colitis
Etiologi pasti dari colitis ulseratif masih belum diketahui, tetapi penyakit ini
multifaktorial dan polygenic. Faktor-faktor penyebabnya termasuk faktor lingkungan,
disfungsi imun, dan predisposisi genetik. Ada beberapa sugesti bahwa anak dengan
berat badan lahir di bawah rata-rata yang lahir dari ibu dengan colitis ulseratif
memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya perkembangan penyakit (Basson, 2011).
3
Histocompatibility human leukocyte antigen (HLA-B27) merupakan antigen
yang sering teridentifikasi pada pasien-pasien dengan colitis ulseratif, meskipun
penemuan ini tidak berhubungan dengan kondisi pasien, dan adanya HLA-B27 tidak
menunjukkan peningkatan risiko untuk colitis ulseratif. Colitis ulseratif bisa
dipengaruhi oleh makanan, meskipun makanan hanya sebagai faktor sekunder.
Antigen makanan atau bakterial dapat berefek pada mukosa usus yang telah rusak,
sehingga meningkatkan permeabilitasnya (Basson, 2011).
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina. Hal ini menunjukkan bahwa ada predisposisi genetik
terhadap perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus-
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Di samping banyak usaha
menemukan agen bakteri, jamur, atau virus, belum ada yang sedemikian diisolasi.
Laporan awal isolate varian dinding sel Pseudomonas atau agem yang ditularkan
yang menghasilkan efek sitopatik pada kultur jaringan masih dikonfirmasi.
3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep bahwa
manifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini (misalnya arthritis,
perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan bahwa zat terapeutik
tersebut, seperti glukokortikoid atau azatioprin, dapat menunjukkan efek mereka
melalui mekanisme imunosupresif.
4
4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan. Tidak
lazim bahwa penyakit ini pada mula terjadinya, atau berkembang, sehubungan
dengan adanya stress psikologis mayor misalnya kehilangan seorang anggota
keluarganya. Telah dikatakan bahwa pasien penyakit radang usus memiliki
kepribadian yang khas yang membuat mereka menjadi rentan terhadap stress
emosi yang sebaliknya dapat merangsang atau mengeksaserbasi gejalanya.
5. Faktor lingkungan
Ada hubungan terbalik antara operasi apendiktomi dan penyakit colitis
ulseratif berdasarkan analisis bahwa insiden penyakit colitis ulseratif menurun
secara signifikan pada pasien yang menjalani operasi apendiktomi pada decade
ke-3. Ada bukti aktivasi imun pada IBD, dengan infiltrasi lamina propria oleh
limfosit, makrofag, dan sel-sel lain, meskipun antigen pencetusnya belum jelas.
Virus dan bakteri telah diperkirakan sebagai pencetus, namun sedikit yang
mendukung adanya infeksi spesifik yang menjadi penyebab IBD.
Hipotesis yang kedua adalah bahwa dietary antigen atau agen mikroba non
pathogen yang normal mengaktivasi respon imun yang abnormal. Hasilnya suatu
mekanisme penghambat yang gagal. Pada tikus, defek genetik pada fungsi sel T
atau produksi sitokin menghasilkan respon imun yang tidak terkontrol pada flora
normal kolon. Hipotesis ketiga adalah bahwa pencetus IBD adalah suatu
autoantigen yang dihasilkan oleh epitel intestinal.
5
Derajat klinik colitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan
ringan, berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya demam, derajat beratnya
anemia yang terjadi dan laju endap darah (klasifikasi Truelove).
Perjalanan penyakit colitis ulseratif dapat dimulai dengan serangan pertama
yang berat ataupun dimulai ringan yang bertambah berat secara gradual setiap
minggu. Berat ringannya serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon
yang terlibat. Pada colitis ulseratif, terdapat reksi radang yang secara primer
mengenai mukosa kolon. Secara makroskopik,, kolon tampak berulserasi,
hiperemik, dan biasanya hemoragik. Gambaran mencolok dari radang adalah
bahwa sifatnya seragam dan kontinu dengan tidak ada daerah tersisa mukosa
yang normal. Perjalanan klinis colitis ulseratif bervariasi. Mayoritas pasien
akan mendertia relaps dalam waktu 1 tahun dari serangan pertama,
mencerminkan sifat rekuren dari penyakit. Namun demikian, bisa terdapat
periode remisi yang berkepanjangan hanya dengan gejala minimal. Pada
umumnya, beratnya gejala mencerminkan luasnya keterlibatan kolon dan
intensitas radang (Ariestine, 2008).
Gambaran Laboratorium
Temuan laboratorium seringkali nonspesifik dan mencerminkan derajat
dan beratnya perdarahan dan inflamasi. Bisa terdapat anemia yang
mencerminkan penyakit kronik serta defisiensi besi akibat kehilangan darah
kronik. Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dan peningkatan laju endap
darah seringkali terlihat pada pasien demam yang sakit berat. Kelainan
elektrolit, terutama hipokalemia, mencerminkan derajat diare.
Hipoalbuminemia umum terjadi dengan penyakit yang ekstensif dan biasanya
mewakili hilangnya protein lumen melalui mukosa yang ulserasi. Peningkatan
kadar alkali fosfatase dapat menunjukkan penyakit hepatobiliaris yang
berhubungan. Pemeriksaan kultur feses (pathogen usus dan bila diperlukan,
Escherichia coli (O157:H7), ova, parasit dan toksin Clostridium difficile
negative. Pemeriksaan antibody p-ANCA dan ASCA (antibody
Saccharomyces cerevisae mannan) berguna untuk membedakan penyakit
colitis ulseratif dengan penyakit Crohn (Ariestine, 2008).
6
Gambaran radiologi
foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen umumnya perhatian kita cenderung
terfokus pada kolon. Tetapi kelainan lain yang sering menyertai
penyakit ini adalah batu ginjal, sakroilitis, spondilitis ankilosing dan
nekrosis avaskular kaput femur. Gambaran kolon sendiri terlihat
memendek dan struktur haustra menghilang. Sisa feses pada daerah
inflamasi tidak ada, sehingga, apabila seluruh kolon terkena maka
materi feses tidak akan terlihat di dalam abdomen yang disebut dengan
empty abdomen.
Kadangkala usus dapat mengalami dilatasi yang berat (toxic
megacolon) yang sering menyebabkan kematian apabila tidak
dilakukan tindakan emergensi. Apabila terjadi perforasi usus maka
dengan foto polos dapat dideteksi adanya pneumoperitoneum, terutama
pada foto abdomen posisi tegak atau left lateral decubitus (LLD)
maupun pada foto toraks tegak.
Foto polos abdomen juga merupakan pemeriksaan awal untuk
melakukan pemeriksaan barium enema. Apabila pada pemeriksaan foto
polos abdomen ditemukan tanda-tanda perforasi maka pemeriksaan
barium enema merupakan kontra indikasi.
barium enema
Barium enema merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
apabila ada kelainan pada kolon. Sebelum dilakukan pemeriksaan
barium enema maka persiapan saluran cerna merupakan pendahuluan
yang sangat penting. Persiapan dilakukan selama 2 hari berturut-tururt
dengan memakan makanan rendah serat atau rendah residu, tetapi
minum air putih yang banyak. Apabila diperlukan maka dapat
diberikan laksatif peroral. Pemeriksaan barium enema dapat dilakuka
dengan teknik kontras tunggal (single contrast) maupun dengan
kontras ganda (double contrast) yaitu barium sulfat dan udara.
7
ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi sampai saat ini belum merupakan
modalitas pemeriksaan yang diminati untuk kasus-kasus IBD. Kecuali
merupakan pemeriksaan alternatif untuk evaluasi keadaan intralumen
dan ekstralumen. Sebelum dilakukan pemeriksaan USG sebaiknya
pasien dipersiapkan saluran cernanya dengan menyarankan pasien
untuk makan makanan rendah residu dan banyak minum air putih.
8
ct scan
Kelebihan CT Scan dan MRI, yaitu dapat mengevaluasi langsung
keadaan intralumen dan ekstralumen. Serta mengevaluasi sampai
sejauh mana komlikasi ekstralumen kolon yang telah terjadi.
Sedangkan kelebihan MRI terhadap CT Scan adalah mengevaluasi
jaringan lunak karena terdapat perbedaan intensitas (kontras) yang
cukup tinggi antara jaringan lunak satu dengan yang lain.
Gambaran CT Scan pada colitis ulseratif, terlihat dinding usus menebal
secara simetris dan kalau terpotong secara cross-sectional maka
terlihat gambaran target sign. Komplikasi di luar usus dapat terdeteksi
dengan baik, seperti adanya abses atau fistula atau keadaan
abnormalitas yang melibatkan mesenterium. MRI dapat dengan jelas
memperlihatkan fistula dan sinus tract-nya (Ariestine, 2008).
Gambaran endoskopi
Pada dasarnya colitis ulseratif merupakan penyakit yang melibatkan
mukosa kolon secara difus dan kontinu, dimulai dari rectum dan menyebar
/progresif ke proksimal.
9
Gambaran histopastologi
Yang termasuk kriteria histopatologik adalah perubahan arsitektur
mukosa, perubahan epitel dan perubahan lamina propria. Perubahan arsitektur
mukosa, perubahan permukaan, berkurangnya densitas kripta, gambaran
abnormal arsitektur kripta (distorsi, bercabang, memendek). Pada kolon
normal, permukaan datar, kripta tegak, sejajar, bentuknya sama, jarak antar
kripta sama, dan dasar dekat muskularis mukosa. Sel-sel inflamasi,
predominan terletak di bagian atas lamina propria.
Perubahan epitel seperti berkurangnya musin dan metaplasia sel Paneth
serta permukaan viliform juga diperhatikan. Perubahan lamina propria
meliputi penambahan dan perubahan distribusi sel radang. Granuloma dan sel-
sel berinti banyak biasanya ditemukan. Gambaran mikroskopik ini
berhubungan dengan stadium penyakit, apakah stadium akut, resolving atau
kronik/menyembuh (Ariestine, 2008). Gambaran khas untuk colitis ulseratif
adalah adanya abses kripti, distorsi kripti, infiltrasi sel mononuclear dan
polimorfonuklear di lamina propria (Djojoningrat, 2006).
10
Tsang dan Rotterdam (1999), membagi gambaran histologik penyakit colitis
ulseratif menjadi kriteria mayor dan minor. Sekurang-kurangnya dua kriteria
mayor harus dipenuhi untuk diagnosis colitis ulseratif.
E. Penatanalsanaan colitis
Mengingat bahwa etiopatogenesis IBD belum jelas, maka pengobatannya
lebih ditekankan pada penghambatan kaskade proses inflamasi. Dengan dugaan
adanya faktor/agen proinflamasi yang dapat mencetuskan proses inflamasi kronik
pada kelompok rentan, maka diusahakan mengeliminasi hal tersebut dengan cara
pemberian antibiotik, lavase usus, pengikat produk bakteri, mengistirahatkan kerja
usus dan perubahan pola dietetik. Pada prinsipnya, pengobatan IBD ditujukan pada
serangan akut dan terapi pemeliharaan waktu fase remisi.
11
Serat yang soluble sangat baik untuk pasien karena akan dicerna dalam kolon,
menghasilkan feses yang lunak dan pergerakan usus yang bagus, tidak menempel
pada dinding usus dan tidak menyebabkan inflamasi. Contoh serat yang soluble
adalah buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah dikupas, bubur, dan nasi putih
(Collitis UK, 2011).
F. Komplikasi colitis
Dalam perjalanan penyakit ini, dapat terjadi komplikasi : perforasi usus yang
terlibat, terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis, megakolon toksik (terutama
pada colitis ulseratif), perdarahan, dan degenerasi maligna. Diperkirakan risiko
terjadinya kanker pada IBD lebih kurang 13% (Djojoningrat, 2006).
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolitis adalah peradangan akut atau kronik pada kolon yang dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit baik akibat infeksi maupun non-infeksi. Kolitis
ditunjukkan oleh adanya gejala seperti diare, perdarahan rektal, nyeri perut,
tenesmus, dan penurunan berat badan.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti. Kami juga
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini diterima dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arisetine, Dina Aprilia. 2008. Kolitis Ulseratif Ditinjau dari Aspek Etiologi, Klinik dan
Patogenesa. Universitas Sumatera Utara - Fakultas Kedokteran Medan.
www.scribd.com/affannurrochman/d/40473357-Kolitis. Diakses tanggal 17 April 2012. Jam
22.00 WIB.
Fauci, Anthony S., et all. 2009. Inflammatory Bowel Disease. Harrison’s Manual of Medicine
17th Edition. Hal. 836-840. United States of America : Mc.Graw Hill.
Fogel, W.A., et all. 2005. The Role of Histamine in Experimental Ulcerative Colitis in Rats.
Inflammation Research Volume 54.
http://www.springerlink.com/content/h2341286554185w7/. Diakses tanggal 17 April 2012.
Jam 22.00 WIB.