Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN


PEMENUHAN NUTRISI(COLITIS)

DOSEN PEMBIMBING :

Rosiah S.Kep. Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :

REZA NANDA LESMANA

10401024

POLITEKNIK NEGERI SUBANG

PRODI KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Keperawaan Medikal Bedah dengan judul :”ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KEBUTUHAN PEMENUHAN NUTRISI (COLITIS) ”.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen


pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga
hendak saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga Makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1


1.2. Tujuan..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................ 3
2.2. Konsep Penyakit..................................................................... 3
a. Definisi....................................................................... 3
b. Etiologi....................................................................... 5
c. Patofisiologi................................................................ 6
d. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)....................... 7
e. Tes Diagnostik............................................................ 9
f. Komplikasi.................................................................. 13
g. Penatalaksanaan Medis............................................... 14
h. Program pemerintah dalam penanggulangan penyakit
tersebut........................................................................ 17
2.1. Konsep Asuhan Keperawatan................................................. 17
a. Pengkajian.................................................................. 17
b. Dignosa Keperawatan................................................. 19
c. Intervensi Keperawatan.............................................. 19
d. Implementasi Keperawatan........................................ 27
e. Evaluasi...................................................................... 28
2.3. Konsep Kebutuhan................................................................. 28
a. Definisi........................................................................ 28
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi............................. 29
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan............................... 32
d. Penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan............... 33
e. Tindakan Keperawatan pemenuhan Kebutuhan ........ 34

BAB III PENUTUP.......................................................................... 36


3.1 Simpulan................................................................................. 36

ii
3.2 Saran....................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Colitis Ulceratif (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit


radang usus, khususnya usus besar, yang meliputi karakteristik bisul atau
luka terbuka di dalam usus. Gejala utama penyakit aktif biasanya konstan
diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif biasanya diyakini
memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus.
Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar (IBS),
yang merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki
kemiripan dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif
adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan
periode yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-
kadang dapat berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya
membutuhkan perawatan untuk masuk ke (remisi.

Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di


Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini
cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulserativa tidak
diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit
ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan.
Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi ketidaknyamanan seseorang
dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan oleh faktor-
faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu
merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti
itu. Pengobatannya dengan obat anti-peradangan, kekebalan, dan terapi
biologis penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan. Colectomy
(parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar) yang
kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.

1.2. Tujuan

1
1. Agar mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi, anatomi dan
fisiologi, patofisiologi dan woc, tanda dan gejala, penatalaksanaan,
manifestasi klinis, dan komplikasi pada colitis ulseratif.

2. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan asuhan


keperawatan pada klien dengan colitis ulseratif :

a. Mengkaji masalah klien dengan mengumpulkan data


dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data
yang diperoleh

b. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan


prioritas masalah

c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan


apa yang telah direncanakan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Penyakit


a. Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan
peradangan dan luka, yang disebut borok, di lapisan rektum
dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh
sel-sel yang biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan

2
dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam usus besar juga
menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare.
Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus
besar ini disebut ulseratif proktitis. Jika seluruh kolon terkena
disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut
terbatas atau kolitis distal.
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama
umum untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk
mendiagnosis karena gejala yang mirip dengan gangguan
usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit Crohn.
Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan
lebih dalam dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari
sistem pencernaan termasuk usus kecil, mulut,
kerongkongan, dan perut.

Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala


usia, tapi biasanya dimulai antara usia 15 dan 30, dan kurang
sering antara 50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki
dan perempuan sama-sama dan tampaknya berjalan dalam
keluarga, dengan laporan sampai dengan 20 persen orang
dengan kolitis ulserativa memiliki anggota keluarga atau
kerabat dengan kolitis ulserativa atau penyakit Crohn.
Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam
Putih dan orang-orang keturunan Yahudi.

Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk


penyakit radang usus (IBD). Ulcerative colitis adalah suatu
bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus,
khususnya usus besar atau usus besar, yang meliputi
karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus. Gejala
utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur

3
darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif ,biasanya diyakini
memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala
di luar usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan
sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang merepotkan, tapi
kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan
dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis
ulseratif adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala
diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas.
Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-kadang dapat
berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya
membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi.

Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap


100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari
populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara.
Meskipun kolitis ulserativa tidak diketahui penyebabnya,
diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini dapat
dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan.
Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi
ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit, kolitis
ulserativa tidak diduga disebabkan oleh faktor-faktor diet.
Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu
merupakan penyakit autoimun, tidak ada konsensus bahwa
itu adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-
peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan
komponen spesifik dari respon kekebalan. Colectomy
(parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus
besar) yang kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai
obat untuk penyakit.
b. Etiologi
Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor
genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat

4
hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa
autoimunnita berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa.
Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita
penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita
kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi
penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah :
hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan,
interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal
dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan
pembuluh darah, dan stress.
c. Patofisiologi

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare


hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput
perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap,
dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang
sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan
berlendir.

Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja
mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara
waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung
banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa
demam, bisa ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan
penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada
rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar
yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang.

5
Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang
paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi
darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat
badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan
inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit
ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan
Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis
ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik
dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien
mengalami karsinoma kolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan


dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi
menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang
terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya.
Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai
seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
d. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya
adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang
paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare
berdarah. Pasien juga dapat mengalami:

1.Anemia
2.Fatigue/ Kelelahan
3.Berat badan menurun
4.Hilangnya nafsu makan
5.Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi

6
6.Lesi kulit (eritoma nodosum)
7.Lesi mata (uveitis)
8.Nyeri sendi
9.Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10.Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali
sehari)
11.Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12.Perdarahan rektum (anus).
13.Rasa tidak enak di bagian perut.
14.Mendadak perut terasa mulas.
15.Kram perut.
16.Sakit pada persendian.
17.Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18.Anoreksia
19.Dorongan untuk defekasi
20.Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis
ulserativa memiliki gejala-gejala ringan. Lain sering
menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah.
Kolitis ulserativa juga dapat menyebabkan masalah seperti
radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis.
Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus.
Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari
peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh.
Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.

Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh


mana proses penyakit. Pasien biasanya hadir dengan diare
bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari
ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.

7
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan
umum yang mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-
kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal
penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja.
Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi, namun,
sampai awal manifestasi usus.
e. Tes Diagnostik

a) Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
- Perkusi
b) Pemeriksaan Laboratorium / Data Penunjang

- Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa


anemia; Trombositosis, tinggi platelet count, kadang-kadang
terlihat
- Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai
kronis diare dapat berhubungan dengan hipokalemia,
hypomagnesemia dan pra-gagal ginjal.
- Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan
saluran empedu: kolangitis sclerosing utama.
- X-ray
- Urine
- Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan
menyebabkan infeksi.
- Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat
sedimentasi yang tinggi menunjukkan bahwa proses
peradangan hadir.

8
- C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih
tinggi menjadi indikasi lain peradangan.
- Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe
berat/setelah proses inflamasi panjang.
- Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol
serumdan hipoproteinemia, menunjukkan gangguan fungsi
hati (kolangitis, sirosis)
- Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein
plasma/gangguan fungsi hati.
- Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada
penyakit berat.
- Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
- ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
- Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
Endoskopi
Biopsi sampel (H & E noda) yang menunjukkan ditandai
limfositik infiltrasi (biru /ungu) dari mukosa usus dan
arsitektur distorsi dari kriptus.

Tes terbaik untuk diagnosis kolitis ulserativa tetap


endoskopi. Penuh kolonoskopi ke sekum dan masuk ke
terminal ileum yang dicoba hanya jika diagnosis UC tidak
jelas. Jika tidak, sigmoidoskopi yang fleksibel sudah cukup
untuk mendukung diagnosis. Dokter dapat memilih untuk
membatasi sejauh mana ujian jika kolitis parah dijumpai
untuk meminimalkan risiko perforasi dari usus besar.
Endoskopi temuan di kolitis ulserativa meliputi:

- Hilangnya penampilan vaskular kolon

9
- Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari
mukosa
- Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
Pseudopolyps.
Sebuah kolonoskopi atau sigmoidoskopi adalah metode
yang paling akurat untuk membuat diagnosis kolitis ulseratif
dan penguasa-out kondisi lain yang mungkin, seperti
penyakit Crohn, penyakit divertikular, atau kanker. Untuk
kedua tes, dokter memasukkan sebuah endoskopi-panjang,
fleksibel, tabung bercahaya terhubung ke komputer dan
monitor TV-ke dalam anus untuk melihat bagian dalam
kolon dan rektum. Dokter akan dapat melihat peradangan,
perdarahan, atau borok pada dinding usus besar. Selama
ujian, dokter akan melakukan biopsi, yang melibatkan
mengambil sampel jaringan dari lapisan usus besar untuk
melihat dengan sebuah mikroskop.

Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang


dapat menunjukkan perdarahan di kolon atau rektum, atau
mereka dapat mengungkap tinggi jumlah sel darah putih,
yang merupakan tanda-tanda peradangan di suatu tempat
di dalam tubuh.

Sebuah sampel tinja juga dapat menunjukkan sel-sel darah


putih, yang kehadirannya menunjukkan kolitis ulserativa
atau penyakit radang. Di samping itu, sampel tinja
memungkinkan dokter untuk mendeteksi perdarahan atau
infeksi di usus atau dubur yang disebabkan oleh bakteri,
virus, atau parasit.

10
Kadang-kadang x sinar seperti barium enema atau CT scan
juga digunakan untuk mendiagnosis kolitis ulserativa atau
komplikasinya.
f. Komplikasi

Jika tidak ditangani secepatnya, kolitis ulseratif dapat


memicu berbagai kondisi lain yang berbahaya. Beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

- Penyumbatan pembuluh darah.

- Megakolon toksik atau pembesaran usus besar.

- Usus besar robek.

- Peradangan pada mata, kulit, dan sendi.

- Pengeroposan tulang atau osteoporosis.

- Penyakit liver.

- Perdarahan hebat.

- Dehidrasi parah.

- Meningkatnya risiko kanker kolorektal.

Agar kanker usus besar dapat terdeteksi secara dini, penderita


kolitis ulseratif disarankan untuk melakukan skrining kanker
usus besar setiap 1-2 tahun.

g. Penatalaksanaan Medis

Intervensi dilakukan , meliputi hal-hal berikut (Wu,


2009)

1. Terapi farmakologi

11
Tujuan terapi farmakologi adalah untuk
mengurangi morbiditas dan untuk mencegah
komplikasi, dengan pertimbangan terapi berikut ini.

a. Tumor necrosis factor (TNF) inhibitor. Agen


ini mencegah sitokin endogen dari mengikat ke
respetor permukaan sel dan mengerahkan aktivitas
biologis

b. Immunomodulators. Agen ini mengatur faktor


faktor kunci dari system kekebalan tubuh

c. Antibiotic, antibiotic belum belum terbukti


memberikan keuntungan yang konsisten dari
beberapa uji coba terkontrol untuk pengobatan colitis
ulseratif aktif. Akan tetapi biasanya diberikan pada
dasar empiris pada pasien dengan colitis yang parah
dan dapat membantu menghindari suatu infeksi yang
mengancam jiwa.

d. Kortikosteroid. Digunakan dalam moderat


hingga berat kasus aktif untuk induksi remisi. Agen
ini tidak memiliki manfaat dalam mencegah remisi;
pengunaan jangka panjang dapat menyebakan efek
samping.

2. Terapi bedah

Bedah memainkan peran integral dalam


pengobatan colitis ulseratif untuk mengontrol dan
mengobati gejala komplikasi. Pembedahan dilakukan
sesuai dengan kondisi klinik individu. Bebrapa jenis
pembedahan pada colitis ulseratif, meliputi : subtotal
colectomy with ileotomy and harmann’s pouch, total
proctocolectomy with litomy, total abdominal

12
colectomy with ideal rectal anastomosi , total
proctocoltomy with continent (Kock) pouch, total
proctocolectomy with ileal pouch anal anastomosis,
anal transitions zone preservation, dan diverting
ileostomy.

Pertimbangan untuk total kolektomi adalah sebagai


berikut (Becker, 1999)

a. Refraktori penyakit dengan kegagalan terapi


medis.

b. Terdapat bukti karsinoma atau displasia.

c. Pendarahan parah.

d. Kolitis fulminan tidak responsive terhadap


pengobatan.

e. Megakolon toksik.

f. Perforasi

g. Obstruksi dan striktur dengan kecurigaan untuk


kanker.

h. Sistemik komplikasi dari obat khususnya


steroid.

i. Gagal tumbuh pada anak-anak.

F. Diagnosis keperawatan

1. Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram


abdomen, respons pembedahan.

2. Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d.


keluar cairan tubuh dari muntah.

13
3. Actual / risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan
yang kurang adekuat.

4. Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi


diagnostic, rencana pembedahan, dan rencana
perawatan rumah.

5. Ganguan aktivitas sehari-hari b.d. kelemahan


fisik umum, keletihan pasca nyeri dan diare.

6. Risiko injuri b.d. pasca prosedur bedah


kolektomy atau ilestomy.

7. Actual / risiko ketidakefektifan kebersihan jalan


nafas b.d. kemapuan batuk menurun, nyeri pasca
bedah.

8. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entrée


luka pascabedah.

9. Kecemasan b.d prognosis


penyakit,misinterprestasi informasi, rencana
pembedahan.

h. Program Pemerintah dalam Penanggulangan Penyakit


kolitis

Crohn dan kolitis disebabkan oleh gen yang diwarisi


seseorang, ditambah reaksi abnormal sistem kekebalan
terhadap bakteri tertentu di usus, mungkin dipicu oleh
sesuatu di lingkungan

Menurut penelitian, pemicu lingkungan ini termasuk diet dan


stres. Di sisi lain, hipotesis faktor kebersihan berpendapat
bahwa hidup di lingkungan yang terjaga kebersihannya tidak
memungkinkan sistem kekebalan berkembang dengan baik.

14
Baik gen dan faktor lingkungan dapat mengganggu usus
dengan cara yang sama, menurut Gilaad Kaplan, dosen di
University of Calgary dan penulis beberapa studi yang
meneliti hubungan antara usus dan polusi udara

peran pemerintah dalam hal ini menghimbau masyarakat agar


mengurangi polusi udara dan pencemaran lingkungan

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
1.1. Nama
2.1. Jenis kelamin
3.1. Umur
4.1.  tinggal
5.1. Status
2. Riwayat Kesehatan
1.1. Keluhan utama : penyebab utama klien
sampai dibawa ke rumah sakit.
2.1. Riwayat penyakit sekarang : kondisi ringan
karena colitis ulseratif adalah penyakit mukosa
yang terbatas pada kolon, gejala yang paling
umum adalah pendarahan anus, diare, dan sakit
perut. Pada kondisi colitis ulseratif berat terjadi
pada sekitar 10 % dari pasien, didapat keluhan
lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu
tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah,
dan penurunan nafsu makan. Pasien dengan
colitis yang parah dapart mengalami komplikasi
yang yang mengancam nyawa, termasuk
pendarahan darah, megakolon toksik atau
perforasi usus.
3.1. Riwayat penyakit dahulu : Pengkajian
predisposisi seperti genetic, lingkungan, infeksi,

15
imunitas, makanan dan merokok perlu di
dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik ,
seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian
proferatif
4.1. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit
yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien
sekarang

b. Diagnose Keperawatan

a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi,


iritasi atau malabsopsi .

b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah


berhubungan dengan iritasi pada colon.

c) Feses berlendir dan bercampur darah


berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi
pada kolon

d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan


rasa mual.

e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan


peningkatan peristatik dan inflamasi.

f) Kurang volume cairan dan elektrolit


berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare.

g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan pembatasan diet dan mual.

16
c. Intervensi Keperawatan

Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respons pembedahan
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pascabedah, nyeri berkurang atau teradaptasi.
kriteria evaluasi:

Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi


Skala nyeri 0-1 (0-4).
TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan,
meliputi:
 Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Pendekatan PQRST dapat secara
komprehensif menggali kondisi nyeri pasien.
P : penyebab nyeri dapat diakibatkan oleh
respons diare, kram abdomen, dan sembelit
atau kerusakan jaringan pascabedah.
Q : kualitas nyeri seperti tumpul, kram, dan
mulas.
R : area nyeri pada abdomen bawah kiri.
S : pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4).
T : nyeri bertambah bila tidak bisa melakukan
BAB.

 Beri oksigen nasal apabila skala nyeri Pemberian oksigen dilakukan untuk

17
≥ 3 (0-4). memenuhi kebutuhan oksigen pada saat
pasien mengalami nyeri pascabedah yang
dapat mengganggu kondisi hemodinamik.

 Istirahatkan pasien pada saat nyeri Istirahat diperlukan untuk menurunkan


muncul. peristaltic usus.
Biasakan pasien untuk BAB di tempat tidur. Istirahat secara fisiologis dan melakukan BAB
di tempat tidur akan menurunkan kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal pada aktivitas
dan menurunkan keletihan pascanyeri.
 Atur posisi fisiologis.
Pengaturan posisi semipowler dapat
membantu merelaksasi otot-otot abdomen
pascabedah sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri dari luka pascabedah.
 Beri kompres hangat pada abdomen.
Member respons vasodilatasi. Kompres ini
hanya dilakukan pada pasien tanpa
pembedahan.
Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respons pembedahan.

Intervensi Rasional
· Ajarkan teknik relaksasi pernafasan Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
dalam pada saat nyeri muncul. menurunkan sekunder dari iskemia spina.

 Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


nyeri. menurunkan stimulus internal.

 Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa


sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.

18
Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri mengurangi nyerinya dan dapat membantu
akan berlangsung. mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian: Analgenik diberikan untuk membantu
 Analgenik via intravena. menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi
nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.

Penurunan respons diare dapat menurunkan


 Antidiare. stimulus nyeri.

Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat.
Tujuan : setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah intake
nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria evaluasi :

Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.


Keluhan mual dan muntah berkurang.
Secara subjektif melaporkan peningkatan nafsu makan.
Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.

Intervensi Rasional
Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat Pemberian nutrisi pada pasien dengan enteritis
toleransi individu. regional bervariasi sesuai dengan kondisi
klinik dan tingkat toleransi individu.
Sajikan makanan dengan cara yang menarik. Membantu merangsang nafsu makan. Hal ini
dapat diberikan bila toleransi oral tidak
menjadi masalah pada pasien.
Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah Diet diberikan pada pasien dengan gejala

19
lemak. malabsorpsi akibat hilangnya fungsi
penyerapan permukaan mukosa, khususnya
penyerapan lemak, keterlibatan ileum terminal
dapat mengakibatkan steatorrhea ( buang air
besar dengan feses bercampur lemak).
Fasilitasi pasien memperoleh diet dengan Suplemen serat dikatakan bermanfaat bagi
kandungan serat tinggi. pasien dengan penyakit kolon karena fakta
bahwa serat makanan dapat diubah menjadi
rantai pendek asam lemak, yang menyediakan
bahan bakar untuk penyembuhan mukosa
kolon.
Fasilitasi pasie memperoleh diet rendah serat Diet rendah serat biasanya diindikasikan
pada gejala obsrtuksi. untuk pasien dengan gejala obstruksi.

Resiko tinggi nutrisi kurang kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat.

Intervensi Rasional
Fasilitasi untuk pemberian nutrisi parenteral Nutrisi peranteral total (TPN ) digunakan bila
total. gejala penyakit usus inflamasi bertambah
berat. Dengan TPN, perawat dapat
mempertahankan catatan actual tentang intake
dan output cairan, serta berat basdan pasien
setiap hari. Berat badan pasien harus
meningkat 0,5 kg setiap hari selama terapi.
Urine diuji setiap hari terhadap adanya
glukosa, aseton dan berat jenis bila TPN
digunakan. Pemberian makan yang tinggi
protein, rendah lemak, dan residu dilakukan
setelah terapi TPN karena makanan ini dicerna
terutama pada jejunum, tidak merangsan
sekresi usus, dan memungkinkan usus
beristirahat. Intoleransi dicatat bila pasien

20
menunjukkan mual, muntah, diare, atau
distensi abdomen.
Pantau intake dan output, anjurkan untuk Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi
timbang berat badan secara periodik ( sekali dan dukungan cairan.
seminggu ).
Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan resiko
infeksi oral.
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
nutrisi yang akan digunakan pasien. komposisi dan jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.

Actual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. diare, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, ganggguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria :

Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT > 3 detik.
Laboratorium : nilai elektrolit normal, analisis gas darah normal.

Intervensi Rasional
Kaji terhadap adanya tanda kekurangan
volume cairan : kulit dan membrane mukosa
kering, penuruna turgor kulit, oliguria,
kelelahan, penurunan suhu, peningkatan
hematokrit, peningkatan berat jenis urine, dan
hipotensi.
Intervensi pemenuhan cairan :
 Identifikasi faktor penyebab, awitan Parameter dalam menentukan intervensi
(onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan
penyakit lain. usia anak atau lanjut usia membeerikan
tingkat keparahan dari kondisi

21
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

 Lakukan pemasangan IVFD Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut,


maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian
cairan intravena disesuaikan dengan derajat
dehidrasi.
Pemberian 1-2 L cairan Ringer laktat dengan
tetesan cepat sebagai kompensasi awal hidrasi
cairan di berikan untuk mencegah syok
hipovolemik (lihat intervensi kedaruratan
syok hipovolemik).

 Dokumentasi dengan akurat tentang Sebagai evaluasi penting dari intervensi


asupan dan haluaran cairan. hidrasi dan mencegah terjadinya over hidrasi.

Actual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. diare, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, gangguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.

Intervensi Rasional
 Bantu pasien apabila muntah Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada
usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak
untuk membantu menurunkan respons nyeri
dari muntah.
Intervensi pada penurunan kadar elektrolit.
 Evaluasi kadar elektrolit serum Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi
dan hipokalemi sekunder dari hilangnya
elektrolit dari plasma.

 Dokumentasikan perubahan klinik dan Perubahan klinik seperti penurunan urine


laporkan dengan tim medis. output secara akut perlu diberitahu kepada tim

22
medis untuk mendapatkan intervensi
selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya
asidosis metabolik.

 Monitor khusus ketidakseimbangan Individu lansia dapat dengan cepat mengalami


elektrolit pada lansia. dehidrasi dan menderita kadar kalium rendah
(hipokalemia) sebagai akibat diare. Individu
lansia yang menggunakan digitalis harus
waspada terhadap cepatnya dehidrasi dan
hipokalemia pada diare. Individu ini juga
diinstruksikan untuk mengenali tanda-tanda
hipokalemia karena kadar kalium rendah
dapat memperberat kerja digitalis, yang dapat
menimbulkan toksisitas digitalis.
Kolaborasi dengan tim medis terapi Antimikroba diberikan sesuai dengan
farmakologis : pemeriksaan feses agar pemberian
 Antimikroba. antimikroba dapat rasional diberikan dan
mencegah terjadinya resistensi obat.

Agen ini digunakan untuk menurunkan


frekuensi diare. Salah satu obat yang lazim
 Antidiare/antimotilitas. diberikan adalah loperamide (Imodium).

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pascabedah, kecemasan berkurang atau teratasi.


Criteria evaluasi:

Mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus untuk menerimannya.


Berpatisipasi dalam program pengobatan
Melakukan perubahan pla hidup tertentu

Intervensi Rasional

23
Lakukan manajemen nyeri keperawatan,
meliputi:
 Membuat pengetahuan dasar dan
 Tentukan persepsi pasien tentang memberikan kesadaran kebutuhan belajar
Penyakit individu
 Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi,  Meningkatkan pemahaman dan dapat
dosisi, dan kemungkinan efek samping meningkatkan kerjasama dalam program

d. Implementasi Keperawatan

Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya


nyeri abdomen, dan keram, mencegah kekurangan volume cairan,
mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal, menghindari keletihan,
penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan pengetahuan
dan pembahasan tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak
adanya komplikasi.

e. Evaluasi

Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan
untuk membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus
umum, khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap darah. Tes
laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan hemoglobin yang rendah,
peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan ketidakseimbangna
elektrorit.

Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit


kolon yang lain dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan
iregularitas mukosal, pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
2.3. Konsep Kebutuhan

a. Definisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat-zat lain yang diperoleh manusia
dari lingkungan hidup dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk

24
aktivitas penting dalam tubuh manusia untuk mempertahankan
kesehatan tubuh dan juga mempercepat proses penyembuhan saat
sakit. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan
tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga,
serta melindungi tubuh dari serangan penyakit. Nutrisi adalah zat-zat
yang memberikn energy bagi tubuh untuk beraktivitas, membentuk
struktur kerangka dan jaringan, serta mengatur berbagai proses kimia
dalam tubuh.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengarui pemenuhan kebutuhan
nutrisi
a. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan
bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi makan, hal
tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga
dapat terjadi kesalahan pemenuhan kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi
seseorang. Misalnya, di beberapa darah, tempe yang
merupakan sumber protein yang baik dan murah, tidak
digunakan dalam makanans ehari-hari, karena masyarakat
menganggap bahwa mengosumsi tempe dapat merendahkan
derajat mereka.
c. Pola diet
Adanya kebiasaan buruk atau pantangan terhadap
makanan tertentu dapat juga memengaruhi status gizi.
Misalnaya, di beberapa daerah ,terdapat larangan makan
pisang, papaya, bagi para gadis remaja. Padahal, makanan itu
merupakan sumber vitamin yang baik. Ada pula larangan
makan ikan bagi anak-anak, karena ikan dianggap

25
mengakibatkan cacingan. Padahal ikan merupakan sumber
protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan
dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehigga
tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang di butuhkan secara
cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus
malnutrisi pada remaja karena asupan gizinya tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan tubuh.

e. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi,
penyediaan makanan bergizi, membutuhkan dana yang tidak
sedikit karena perubahan status gizi dipengaruhi oleh status
ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam menyadiakan makanan
bergizi. Sebaliknya orang dengan satus ekonomi cukup lebih
mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi
f. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme tubuh biasa
bertambah dengan cepat hal ini sehubungan dengan faktor
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia
tersebut. Setelah usia 20 tahun energi basal relative konstan.
Sedangkan pada usia lanjut akan terjadi penurunan fungsi
dari organ-organ tubuh salah satunya organ pencernaan hal
ini berdampak pada proses reabsorbsi nutrient dari bahan
makanan yang dikonsumsi yang akan berlangsung lebih lama
sehingga akan berpengaruh pada berat tubuh dan indeks
massa tubuh seorang lansia. selain itu pada usia lanjut, tidak
semua bahan makan dapat di terima oleh tubuh lansia untuk
itu ada pembatasan khusus. Contohnya seperti makanan
penyebab asam urat.

26
g. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia
(kurag nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena
efek samping obat.
h. Penyakit (Diabetes Melitus)
Dalam keadaan normal selama proses pencernaan, tubuh
mengolah makanan menjadi gula. Gula memasuki aliran
darah kemudian pancreas melepaskan insulin yang berperan
membantu semua sel dari tubuh untuk mengambil gula dari
darah untuk mengubahnya menjadi energy sebagai bahan
bakar untuk setiap aktivitas. Namun pada penderita diabetes,
sel-sel tubuhnya tidak dapat memanfaatkan gula untuk
energy. Lalu sel mengirimkan sinyal ke otak bahwa mereka
mebutuhkan lebih banyak bahan bakar. otak kemudian
menstimulus rasa lapar karena sel kekurangan energy
(polyfagia). Namun tanpa disadari gula yang di konsumsi
akan menumpuk dalam aliran darah dan tidak diserap oleh
sel-sel yang membutuhkan. Selain itu akibat tidak adanya
insulin untuk membantu glukosa memasuki sel akhirnya otak
memberri perintah tubuh untuk memecah protein dan lemak
dari jaringan otot untuk menyediakan energy untuk sel
(glukoneogenesis). Karena proses glikonegenesis yang
terjadi secara terus-menerus hal ini mengakibatkan
penurunan bobot tubuh.
Glukoneogenesis itu adalah mekanisme tubuh mengubah
bahan lain selain glukosa, yaitu asam amino dan asam lemak
untuk dijadikan sumber energi. Tapi energi yang dihasilkan
hanya dapat digunakan oleh sel-sel tubuh sedangkan otak
hanya mau energy dari glukosa aja. Proses glukoneogenesis
terjadi dominan di hepar. Asam amino dan asam lemak
tersebut didapat dari katabolisme jaringan lemak dan
katabolisme protein dari otot/matriks tulang/kulit..

27
c. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

a. Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)


Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya
kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai
berikut :
- PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
- PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80
% BB Normal.
- PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
b. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak
adekuat pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan asi. Defisiensi
dapat berakibat: retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis,
edema, otot-otot tidak tumbuh, depigmentasi kulit, dermatitis.
c. Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi
kalori berkibat : kelaparan, hilangnya jaringan-jaringn tubuh, BB
kurang dari normal, diare. PCM juga dapat terjadi akibat kurang
baiknya penanganan klien selama menjalani proses perawatan di
berbagai fasilitas kesehatan

d. Penyebab Gangguan Pemenuhan Kebutuhan


Manifestasi atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
menurut buku saku diagnosa keperawat NIC-NOC antara lain:
1. Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
d. Melaporkan perubahan sensasi rasa
e. Melaporkan kurangnya makanan
f. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
2. Objektif

28
a. Tidak tertarik untuk makan
b. Diare
c. Adanya bukti kekeurangan makanan
d. Kehilangan rambut yang berlebihan
e. Bising usus hiperaktif
f. Kurangnya minat pada makanan
g. Luka rongga mulut inflamasi
e. Tindakan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Intervensi yang dapat dlakukan perawat dalam mengatasi gangguan nutrisi


pada klien menurut Potter & Perry antara lain :

1. Tujuan secara umum pada pasien dengan masalah nutrisi rencana


tindakan keperawatannya adalah:

a. Mempertahankan nutrisi yang sudah baik

b. Mencegah masalah nutrisi

c. Memperbaiki status nutrisi

d. Menciptakan suasuana makan yang menyenangkan dan nyaman

2. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah nutrisi,


seorang perawat perlu mempelajari kebutuhan nutrisi klien tersebut.
Rencana tindakan tersebut meliputi:

a. Merangsang selera makan klien

b. Penyuluhan tentang nutrisi

c. Pengajaran tentang diet khusus seperti untuk pengobatan atau


persiapan pemeriksaan atau pembedahan yang akan dilakukan

d. Memberikan support kepada pasien yang makan sendirian

e. Mengatur posisi yang menyenangkan

f. Mengatur ruangan agar nyaman

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan
rektum yang berlangsung lama yang menyebabkan luka atau lesi.
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang berperan
dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem
imun dalam tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan
terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus. Faktor
lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat
makanan dan menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare,
nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan rektal. Tindakan medis
yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-obatan dan
dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan
diet dan cairan dan psikoterapi.

3.2 Saran
Baik sebagai Perawat, Tenaga Medis, Mahasiswa, dan
Institut Pendidikan dapat mengetahui apa itu Kolitis
Perawat harus bisa memberikan Asuhan Keperawatan
dengan baik dan benar agar bisa mencegah penyakit kolitia dan bisa
memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi

30
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC
https://www.slideshare.net/mobile/aminudinharahap/laporan-
pendahuluan-kolitis
https://www.alodokter.com/kolitis-ulseratif
https://www.scribd.com/doc/52568798/Makalah-Kolitis

31

Anda mungkin juga menyukai