PATOFISIOLOGI
“ SISTEM DIGESTIVE”
Disusun Oleh:
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
2.1. Penyakit pada usus ........................................................................................................................ 5
2.1.1. Intususepsi............................................................................................................................. 5
2.1.2. Vascular Disease (Infark Arteri Mesenterica) ....................................................................... 7
2.2. Penyakit pada Sekum dan Apendisitis ........................................................................................ 11
2.2.1. Peritonitis ............................................................................................................................ 11
2.2.2. Adenocarcinoma Caecum ................................................................................................... 14
2.3. Penyakit pada Colon ................................................................................................................... 21
2.3.1. Inflammatory bowel syndrome and Inflammatory bowel disease (IBS and IBD) .............. 21
2.4. Penyakit pada Hati ...................................................................................................................... 31
2.4.1. Perlemakan Hati/Fatty Liver ............................................................................................... 31
2.4.2. Gagal Hati ........................................................................................................................... 35
2.5. Penyakit pada Duktus Choledocus dan Saluran Empedu ........................................................... 37
2.5.1. Cholelithiasis , Choledocholithiasis .................................................................................... 37
2.5.2. Cholangitis .......................................................................................................................... 43
BAB III ....................................................................................................................................................... 47
PENUTUP .................................................................................................................................................. 47
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 48
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan rahmat-Nya
sehingga karya tulis ilmiah system digestive ini dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai
tugas mata kuliah Patofisiologi.
Karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang saya ambil, Selain itu karya
tulis ilmiah ini saya susun dengan agar dapat memberikan manfaat untuk pembaca dalam mempelajari.
Oleh karena itu, saya sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutaman mahasiswa
Rekam Medis.
BAB I
PENDAHULUAN
Etiologi adalah studi yang mempelajari tentang sebab dan asal muasal dari suatu penyakit
atau gangguan kesehatan. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani aitiologia, yang artinya
“menyebabkan”. Ketika suatu etiologi suatu penyakit tidak dapat ditentukan atau diketahui
secara pasti, penyebab penyakit tersebut disebut idiopatik.
Sistem pencernaan atau digestive system Sistem organ manusia yang bertugas menerima
makanan,kemudian mencernanya menjadi energi dan zat-zat yang berguna bagi tubuh, dan
kemudian mengeluarkan sisa-sisa proses tersebut.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami penyakit yang terdapat dalam sistem pencernaan.
2. Memahami penyebab terjadinya gangguan atau penyakit dari sistem pencernaan.
3. Memahami permulaan atau asal dan akibat dari penyakit sistem pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Intususepsi
Intususepsi adalah kondisi di mana sebagian usus terlipat dan menyusup ke dalam
bagian usus lainnya, yang mengakibatkan penyumbatan di dalam usus atau obstruksi
usus. Intususepsi umumnya terjadi pada bagian yang menghubungkan usus halus dan
usus besar.
Kondisi ini dapat menyebabkan terhambatnya proses penyaluran makanan,
sirkulasi darah, dan cairan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani, dapat
mengakibatkan matinya jaringan usus, robeknya dinding usus atau perforasi, hingga
infeksi pada rongga perut atau peritonitis.
a. Etiologi Intususepsi
Penyebab intususepsi pada bayi dan anak-anak masih belum diketahui
secara pasti. Namun, kondisi ini sering dialami oleh anak-anak yang
sedang menderita pilek atau peradangan pada perut dan usus.
b. Symptom Intususepsi
Instususepsi lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak berusia 3 tahun
ke bawah. Meski demikian, orang dewasa juga dapat mengalaminya.
Gejala utama intususepsi adalah nyeri perut yang hilang timbul. Rasa
nyeri ini biasanya muncul tiap 15-20 menit. Seiring waktu, durasi
serangan akan menjadi lebih lama dan frekuensi kemunculannya lebih
sering.
Gejala intususepsi pada bayi atau anak-anak, umumnya lebih
mudah diketahui. Gejala ini berupa perilaku bayi atau anak yang menjadi
rewel atau menangis sambil meringkuk (menarik lutut ke dada) ketika
mengalami sakit perut akibat intususepsi.
Namun, pada penderita intususepsi yang sudah dewasa, gejalanya cukup
sulit untuk dikenali, karena mirip dengan gejala penyakit lainnya.
Berikut ini adalah gejala-gejala instususepsi yang harus diwaspadai:
• Mual
• Muntah
• Lemas
• Konstipasi
• Nyeri di sekitar perut
• Timbulnya benjolan di perut
• Tinja mengandung darah atau lendir.
Intususepsi termasuk kondisi medis darurat yang harus ditangani
secepatnya. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk segera menemui dokter
atau ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejalanya.
c. Patofisiologi Intususepsi
Patofisiologi intususepsi adalah ketika terjadi invaginasi bagian
proksimal segmen usus ke dalam bagian distal segmen yang berdekatan.
Seiring dengan terjadinya peristaltik pada usus intususeptum akan
mendorong usus semakin jauh ke arah distal. Hal ini menyebabkan
kompresi pembuluh mesenterika dan limfatik yang menyebabkan
kongesti vena dan edema jaringan, sehingga akan menghasilkan sekresi
lendir dan perdarahan, nekrosis dinding usus, hingga perforasi.
d. Terapi Intususepsi
Terapi intususepsi pada anak berawal dari terapi operasi segera setelah
diagnosi saat ini reduksi radiologis rutin dilakukan dengan morbiditas
minimal.
Operasi tetap menjadi pilihan pada pasien yang tidak stabil,
ditemukan peritonitis atau perforasi, tidak adaahli radiologi, atau yang
paling sering, jika reduksi enema gagal. Reduksi non-operatif menjadi
pilihan pertama pada anak kecuali jika ditemukan tanda perforasi usus
atau peritonitis.
e. Prognosa
Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal.
Angka kekambuhan pasca reduksi intususepsi dengan enema barium
sekitar 10% dan dengan reduksi bedah sekitar 2-5%, tidak pernah terjadi
setelah dilakukan reseksi bedah . Dengan terapi bedah yang adekuat,
reduksi dengan operasi sangat mengurangi angka mortalitas pada kasus
dini.
Ketika arteri mesenterika menyempit atau tersumbat, maka pasokan oksigen jelas akan
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kematian sel dan kerusakan permanen pada jaringan
usus. Dampak fatalnya, iskemia arteri mesenterika bisa mengakibatkan kematian.
a. Etiologi Vascular Disease
Semua orang di segala usia dapat mengalami iskemia arteri mesenterika. Akan
tetapi, kondisi ini terjadi paling umum pada orang dewasa yang usianya di atas 60
tahun.
Berikut ini berbagai penyebab iskemia arteri mesenterika, yaitu:
1. Penyakit kardiovaskular
Iskemia arteri mesenterika dapat terjadi akibat penyakit kardiovaskular.
Arteri mesenterika yang mengalirkan darah ke usus merupakan
percabangan dari aorta, yaitu arteri utama jantung.
e. Prognosa
Prognosis tergantung pada diagnosis yang tepat (kurang dari 12-24 jam dan
sebelum gangrene) dan penyebab yang mendasari:
• trombosis vena: 32% kematian
• emboli arteri: 54% kematian
• trombosis arteri: 77% kematian
• iskemia non-oklusif : 73% kematian.
Dalam kasus diagnosis dan terapi yang cepat, iskemia mesenterika akut dapat
disembuhkan.
2.2.1.Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang menutupi
rongga abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya). Suatu bentuk penyakit akut,
dan merupakan kasus bedah darurat. Dapat terjadi secara lokal maupun umum,
melalui proses infeksi akibat perforasi usus, misalnya pada ruptur appendiks atau
divertikulum kolon, maupun non infeksi, misalnya akibat keluarnya asam lambung
pada perforasi gaster, keluarnya asam empedu pada perforasi kandung empedu. Pada
wanita peritonitis sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi atau ruptur ovarium.
a. Etiologi Peritonitis
Kelainan dari peritoneum dapat disebabkan oleh bermacam hal, antara lain:
1. Perdarahan, misalnya pada ruptur lien, ruptur hepatoma, kehamilan
ektopik terganggu.
2. Asites, yaitu adanya timbunan cairan dalam rongga peritoneal sebab
obstruksi vena porta pada sirosis hati, malignitas.
3. Adhesi, yaitu adanya perlekatan yang dapat disebabkan oleh corpus
alienum, misalnya kain kassa yang tertinggal saat operasi, perforasi,
radang, trauma.
4. Radang, yaitu pada peritonitis.
b. Symptom Peritonitis
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat
dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat
ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan
saat penderita bergerak.
Gejala lainnya meliputi:
• Demam
Temperatur lebih dari 380C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
• Mual dan muntah
Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi
peritoneum
• Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului
dengan hipovolemik intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi
hipotensi, penurunan output urin dan syok.
• Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak
terdengar bising usus
• Rigiditas abdomen atau sering disebut ’perut papan’, terjadi
akibat kontraksi otot dinding abdomen secara volunter sebagai
respon/antisipasi terhadap penekanan pada dinding abdomen
ataupun involunter sebagai respon terhadap iritasi peritoneum
• Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
• Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
• Tidak dapat BAB/buang angin.
c. Patofisiologi Peritonitis
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-
organ abdomen, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal
peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa,
kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,
tetapi dapat menetap sehingga menimbulkan obstruksi usus.
Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada
peritonitis local dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta
mekanisme pertahanan tubuh dengan melokalisir sumber peritonitis dengan
omentum dan usus. Pada peritonitis yang tidak terlokalisir dapat terjadi
peritonitis difus, kemudian menjadi peritonitis generalisata dan terjadi
perlengketan organ-organ intra abdominal dan lapisan peritoneum viseral dan
parietal. Timbulnya perlengketan ini menyebabkan aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam
usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Pada
keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri masuk ke dalam pembuluh
darah.
d. Terapi Peritonitis
Peritonitis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa, yang memerlukan
pengobatan medis sesegera mungkin. Prinsip utama terapi pada infeksi intra
abdomen adalah:
1. mengkontrol sumber infeksi
2. mengeliminasi bakteri dan toksin
3. mempertahankan fungsi sistem organ
4. mengontrol proses inflamasi
Terapi terbagi menjadi:
o Terapi medis, termasuk di dalamnya antibiotik sistemik untuk
mengontrol infeksi, perawatan intensif mempertahankan
hemodinamik tubuh misalnya pemberian cairan intravena untuk
mencegah dehidrasi, pengawasan nutrisi dan keadaan metabolik,
pengobatan terhadap komplikasi dari peritonitis (misalnya insufisiensi
respiratorik atau ginjal), serta terapi terhadap inflamasi yang terjadi.
o Intervensi non-operatif, termasuk di dalamnya drainase abses
percutaneus dan percutaneus and endoscopic stent placement.
o Terapi operatif, pembedahan sering diperlukan untuk mengatasi
sumber infeksi, misalnya apendisitis, ruptur organ intra-abomen
e. Prognosa
Tergantung dari umur penderita, penyebab, ketepatan dan keefektifan terapi.
Prognosa baik pada peritonitis lokal dan ringan. Prognosa buruk pada
peritonitis general.
2.2.2.Adenocarcinoma Caecum
Kanker usus mungkin dari jenis adenokarsinoma dan biasanya timbul dari epitel yang
melapisi bagian dalam usus besar yang melapisi usus besar.
Usus besar adalah bagian dari usus besar. Usus besar (di sekum) dimulai di ujung
usus kecil (ileum). Sekum memiliki usus buntu. Awal dari usus besar adalah usus
besar yang menaik. Dimana ini naik untuk memenuhi hati (fleksura hati) ini menjadi
usus besar transversal. Usus besar melintang melewati perut bagian atas sampai
menjadi berdekatan dengan limpa (lentur limpa) dan pada titik ini menjadi usus besar
yang turun. Usus besar pada titik ini turun dari perut ke panggul dan kemudian
menjadi kolon sigmoid (karena melengkung dalam bentuk "S", sigma adalah bahasa
Yunani untuk "S"). Kolon sigmoid berakhir di rektum, yang bertindak sebagai
kantong penyimpanan feses sebelum dikeluarkan melalui anus.
Secara keseluruhan, fungsi usus besar adalah menyerap air dari feses. Ketika
ilium memasukkan isinya ke dalam sekum, mereka menjadi sangat cair dan secara
bertahap mengeras seiring perkembangan isinya di sekitar usus besar.
Meski penyebabnya tidak diketahui, ada beberapa gaya hidup yang diduga
dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kanker usus besar,
antara lain:
o Pola makan kurang serat
o Terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan lemak
o Merokok
o Mengonsumsi minuman beralkohol
o Jarang berolahraga
Selain itu, ada beberapa kondisi atau penyakit yang juga membuat seseorang
menderita kanker usus besar, yaitu:
o Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita kanker
usus besar.
o Menderita polip usus.
o Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
o Menderita diabetes.
o Menderita penyakit radang usus.
o Pernah menjalani radioterapi di bagian perut.
o Menderita kelainan genetik yang disebut familial adenomatous
polyposis (FAP) atau sindrom Lynch.
o Berusia di atas 50 tahun.
2.3.1. Inflammatory bowel syndrome and Inflammatory bowel disease (IBS and IBD)
Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan gangguan saluran pencernaan menahun
yang biasanya menyerang usus besar. Penyakit ini ditandai dengan keluhan nyeri perut,
diare dan/ atau sembelit.
IBS umumnya terjadi pada orang bekerja pada usia 20–45 tahun. Setidaknya satu
dari sepuluh pekerja pernah mengalaminya. Perempuan lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki.
Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan
melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan. Dua tipe mayor
daripada penyakit ini adalah Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn Disease (CD). Seperti
namanya, UC terbatas pada kolon, sedangkan CD mencakup semua segmen daripada
traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus.
BAB berdarah akibat radang usus juga dapat menimbulkan anemia atau
kurang darah, yang menimbulkan keluhan mudah lelah dan pucat.
e. Prognosa
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-gejala
pasien IBS biasanya akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50%
kasus dan hanya <5% yang akan memburuk dan sisanya dengan gejala yang
menetap. Tidak ada perkembangan menjadi keganasan dan penyakit
imflamasi.
UC dan CD memiliki angka mortalitas yang hampir sama. Walaupun
mortalitas UC menurun dalam 40-50 tahun terakhir ini, namun kebanyakan
studi menyatakan bahwa adanya peningkatan mortalitas yang berhubungan
dengan IBD. Penyebab tersering kematian pada pasien IBD adalah penyakit
primer, yang diikuti dengan keganasan, penyakit tromboemboli, peritonitis
dengan sepsis, dan komplikasi pembedahan. Pasien dengan IBD akan lebih
mudah menuju ke arah keganasan. Pasien dengan CD memiliki angka yang
lebih tinggi untuk terjadinya keganasan pada usus halus. Pasien dengan
pancolitis, khususnya UC, akan beresiko lebih tinggi berkembang menjadi
malignansi kolon setelah 8-10 tahun. Standar terkini untuk screening adalah
mendeteksi dengan colonoscopy dalam interval 2 tahun saat pasien mengidap
penyakit tersebut. Morbiditas jangka panjang dapat terjadi akibat dari
komplikasi terapi obat-obatan, khususnya penggunaan steroid jangka panjang.
Selain alkohol, perlemakan hati juga dapat disebabkan oleh kondisi lain yang
tidak terkait dengan konsumsi alkohol. Penyebab timbunan lemak dalam
jaringan hati yang tidak berhubungan dengan alkohol ini tidak dapat
diketahui, namun diduga diakibatkan oleh gen tertentu dalam tubuh.
Beberapa kondisi lain yang juga dapat memicu terjadinya perlemakan hati
tidak terkait alkohol, di antaranya:
1. Efek samping obat-obatan, misalnya kortikosteroid, estrogen sintetik,
methotrexate, dan tamoxifen.
2. Zat racun (toksin).
3. Memiliki kondisi medis tertentu, seperti kadar gula darah tinggi
(hiperglikemia), diabetes tipe 2, hipertensi, atau hepatitis C.
4. Malnutrisi.
5. Berat badan yang turun secara drastis.
6. Memiliki berat badan berlebih.
7. Resisten terhadap insulin.
8. Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida tinggi.
Perlemakan hati tidak terkait alkohol dapat terbagi menjadi perlemakan
hati sederhana di mana lemak dalam hati tidak mengalami peradangan, dan
steatohepatitis nonalkohol di mana hati mengalami peradangan yang dapat
menyebabkan kerusakan sel hati. Peradangan ini dapat menyebabkan fibrosis,
sirosis, atau kanker hati yang membahayakan.
b. Symptom Fatty Liver
Seseorang dinyatakan mengalami perlemakan hati saat berat organ hati lebih
banyak 5-10 persen dari berat hati normal. Umumnya perlemakan hati tidak
menimbulkan gejala. Namun, sebagian penderita bisa merasa tidak nyaman
pada perut atau kelelahan. Organ hati juga terlihat membesar, meski hal ini
hanya bisa terlihat saat dokter melakukan pemeriksaan fisik.
Gejala yang lebih jelas muncul saat hati mulai mengalami peradangan.
Kondisi tersebut ditunjukkan dengan:
1. Hilang nafsu makan
2. Berat badan berkurang
3. Tubuh terasa lelah dan lemah
4. Bingung
Saat peradangan berkembang menjadi sirosis, maka gejala yang dapat dialami
penderita adalah:
1. Kulit dan mata berwarna kekuningan
2. Asites
3. Cenderung lebih mudah berdarah
4. Merasa bingung
5. Telapak tangan berwarna merah
6. Ginekomastia
7. Pembuluh darah membesar di bawah permukaan kulit
Sementara itu, perlemakan hati yang terjadi saat hamil merupakan komplikasi
kehamilan yang membahayakan. Gejala biasanya muncul pada trimester
ketiga, berupa rasa mual dan muntah yang terus menerus, nyeri pada perut
bagian atas, kulit kuning, dan tubuh lesu.
e. Prognosa
Prognosis gagal hati tergantung pada tingkat kerusakan hati yang terjadi dan
kegagalan multiorgan yang terlibat. Penatalaksanaan komplikasi harus
diupayakan untuk mencegah kerusakan multiorgan yang lebih parah.
2.5.2. Cholangitis
Cholangitis adalah kondisi di mana terjadinya peradangan pada saluran empedu, yaitu
saluran yang mengedarkan cairan empedu dari hati ke usus dan kandung empedu.
Peradangan tersebut dapat menyebabkan pembengkakan yang akhirnya mengganggu
sistem peredaran cairan empedu, cairan yang dibutuhkan tubuh untuk membantu proses
pencernaan. Sistem peredaran cairan empedu yang terganggu dapat menimbulkan gejala
berupa demam, mual-mual, dan nyeri pada perut.
Penanganan cholangitis akan lebih baik dilakukan dengan segera. Cholangitis yang
diabaikan dan tidak mendapatkan penanganan secara tepat dapat menimbulkan
komplikasi, seperti gagal ginjal bahkan kematian.
a. Etiologi Cholangitis
Peradangan saluran empedu yang dialami penderita cholangitis dapat disebabkan
oleh banyak faktor, namun yang paling sering adalah infeksi bakteri.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan cholangitis meliputi:
• Gumpalan darah.
• Tumor.
• Infeksi parasit.
• Pembengkakan pada pankreas.
• Efek samping prosedur medis, seperti endoskopi.
• Infeksi dari darah (bakteremia).
• Seseorang akan berisiko lebih tinggi menderita cholangitis jika berusia di
atas 55 tahun atau memiliki riwayat batu empedu.
b. Symptom Cholangitis
Gejala yang dapat dirasakan pasien cholangitis adalah nyeri pada perut. Nyeri itu
sendiri memiliki karakter dan dapat muncul di lokasi yang berbeda-beda. Nyeri
yang timbul biasanya akan terasa seperti kram atau tertusuk.
Selain nyeri, penderita cholangitis juga dapat merasakan gejala lain, seperti:
• Demam.
• Mual.
• Muntah.
• Jaundice (penyakit kuning).
c. Patofisiologi Cholangitis
Dalam keadaan normal sistem bilier steril dan aliran cairan empedu tidak
mengalami hambatan sehingga tidak terdapat aliran balik ke sistem bilier.
Kolangitis terjadi akibat adanya stasis atau obstruksi di sistem bilier yang disertai
oleh bakteria yang mengalami multiplikasi. Obstruksi terutama disebabkan oleh
batu common bile duct (CBD), striktur, stenosis, atau tumor, serta manipulasi
endoskopik CBD. Dengan demikian aliran empedu menjadi lambat sehingga
bakteri dapat berkembang biak setelah mengalami migrasi ke sistem bilier melalui
vena porta, sistem limfatik porta ataupun langsung dari duodenum. Oleh karena
itu akan terjadi infeksi secara ascenden menuju duktus hepatikus, yang pada
akhirnya akan menyebabkan tekanan intrabilier yang tinggi dan melampaui batas
250 mmH20. Oleh karena itu akan terdapat aliran balik empedu yang berakibat
terjadinya infeksi pada kanalikuli biliaris, vena hepatica dan limfatik perihepatik,
sehingga akan terjadi bakteriemia yang bisa berlanjut menjadi sepsis (25-40%).
Apa bila pada keadaan tersebut disertai dengan pembentukan pus maka terjadilah
kolangitis supuratif. Terdapat berbagai bentuk patologis dan klinis kolangitis,
yaitu:
1. Kolangitis dengan kolesistitis
Pada keadaan ini tidak ditemukan obstruksi pada sistem bilier, maupun
pelebaran dari duktus intra maupun ekstra hepatal. Keadaan ini sering
disebabkan oleh batu CBD yang kecil, kompresi oleh vesica felea
/kelenjar getah bening/inflamasi pankreas, edema/spasme sfinkter Oddi,
edema mukosa CBD, atau hepatitis.
2. Kolangitis non-supuratif akut
Terdapat bakterobilia tanpa pus pada sistem bilier yang biasanya
disebabkan oleh obstruksi parsial.
3. Kolangitis supuratif akut
Pada CBD berisi pus dan terdapat bakteria, namuntidak terdapat obstruksi
total sehingga pasien tidak dalam keadaan sepsis.
4. Kolangitis supuratif akut dengan obstruksi
Di sini terjadi obstruksi total sistem bilier sehingga melampaui tekanan
normal pada sistem bilier yaitu melebihi 250mm H20 sehingga terjadi
bakterimia akibat reflluk cairan empedu yang disertaidengan influx
bakteri ke dalam sistem limfatik dan vena hepatika.
5. Syok sepsis
Apabila bakteriemia berlanjut maka akan timbul berbagai komplikasi
yaitu sepsis berlarut, syok septik, gagal organ ganda yang biasanya
didahului oleh gagal ginjal yang disebabkan oleh sindroma hepatorenal,
abses hati piogenik (sering multipel) dan bahkan peritonitis. Jika sudah
terdapat komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
d. Terapi Cholangitis
Pada semua pasien kolangitis akut, hidrasi agresif harus diberikan segera setelah
akses vena didapatkan untuk koreksi kekurangan volume/dehidrasi dan
menormalkan tekanan darah. Terapi kolangitis akut terdiri dari pemberian
antibiotik dan drainase bilier. Beratnya kolangitis akut menetukan perlu tidaknya
pasien dirawat di rumah sakit. Bila klinis penyakitnya ringan, dapat berobat jalan,
teruma jika kolangitis akut ringan yang kambuh/berulang (misalnya pada pasien
dengan batu intrahepatik). Namun demikian umumnya dokter menyarankan
perawatan rumah sakit pada kasus kolangitis akut. Kolangitis ringan sampai
sedang dapat ditatalaksana di ruangan umum, akan tetapi pada kolangitis berat
sebaiknya dirawat di ICU (Intensive Care Unit).
e. Prognosa
Terlepas dari etiologi, kolangitis adalah kondisi hati-empedu yang mengancam
jiwa. Sistem penilaian berdasarkan empat parameter, termasuk demam, hiper
bilirubinemia, dilatasi saluran empedu dan adanya batu saluran empedu, telah
diusulkan untuk memprediksi tingkat keparahan kolangitis.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem pencernaan atau digestive system Sistem organ manusia yang bertugas menerima
makanan,kemudian mencernanya menjadi energi dan zat-zat yang berguna bagi tubuh, dan
kemudian mengeluarkan sisa-sisa proses tersebut.
Intususepsi adalah kondisi di mana sebagian usus terlipat dan menyusup ke dalam bagian
usus lainnya, yang mengakibatkan penyumbatan di dalam usus atau obstruksi usus. Intususepsi
umumnya lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak berusia 3 tahun ke bawah. Meski
demikian, orang dewasa juga dapat mengalaminya.
Iskemia arteri mesenterika (MAI) adalah kondisi ketika aliran darah ke usus berkurang.
Biasanya disebabkan oleh sumbatan pada satu atau lebih arteri mesenterika, yaitu arteri utama
yang memasok darah ke usus halus dan usus besar.
Kanker usus besar disebabkan oleh perubahan atau mutasi gen pada jaringan usus besar.
Akan tetapi, penyebab mutasi gen tersebut belum diketahui dengan pasti.
Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan gangguan saluran pencernaan menahun yang
biasanya menyerang usus besar. Penyakit ini ditandai dengan keluhan nyeri perut, diare dan/ atau
sembelit. Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan
melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan.
Perlemakan hati disebabkan oleh 2 faktor yaitu alcoholic dan non-alcoholic.
Penyebab gagal hati sangat beragam, namun penyebab paling sering adalah infeksi virus
hepatitis, konsumsi minuman beralkohol berlebihan, dan overdosis obat paracetamol.
Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di
dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Choledocholithiasis adalah adanya batu dalam saluran
empedu dan merupakan suatu kondisi umum dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi.
kolangitis adalah kondisi hati-empedu yang mengancam jiwa. Sistem penilaian berdasarkan
empat parameter, termasuk demam, hiper bilirubinemia, dilatasi saluran empedu dan adanya batu
saluran empedu, telah diusulkan untuk memprediksi tingkat keparahan kolangitis.
DAFTAR PUSTAKA
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/PERITONITIS-DAN-ILUES.pdf
https://www.webmd.com/cancer/what-is-adenocarcinoma
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/30539/29406
Manan, Chudahma & Ari Fahrial Syam. Irritable Bowel Syndrome (IBS). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
The National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). Colorectal cancer: the
diagnosis and management of colorectal cancer. NICE, 2011; p.1-185
https://www.alodokter.com/perlemakan-hati
https://docplayer.info/67580279-Bab-i-pendahuluan-intususepsi-merupakan-salah-satu-penyebab-
tersering-dari-obstruksi-usus-dan.html
https://media.neliti.com/media/publications/147693-ID-mesenterial-infark.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/intususepsi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5719198/
https://dokumen.tips/documents/choledocholithiasis-55c8057acc56e.html