Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

COLITIS

Oleh :

KELAS II A

SITI AISYAH

BT 1901029

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayahNya sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Terima kasih diucapkan kepada dosen
yang telah membimbing menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini.

Asuhan keperawatan yang berjudul” asuhan keperawatan pada klien yang mengalami colitis”. askep
ini dibuat dengan sebaik mungkin, namun apabila ada kekurangan penulis bersedia menerima kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan penulisan askep di masa mendatang.

            Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat untuk semua pihak. Mohon maaf apabila ada
kesalahan.

Waalaikumsalam wr.wb

Watampone ,25 januari 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................................1

1.4. Manfaat ................................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. konsep dasar medis................................................................................................................1

2.1.1. Definisi..................................................................................................................1

2.1.2. Etiologi..................................................................................................................1

2.1. 3. Patofisiologi..........................................................................................................1

2.1. 4. Manifestasi klinis .................................................................................................1

2.1. 5. Komplikasi...........................................................................................................1

2.1. 6. Pemeriksaan diagnostik .......................................................................................1

2.1. 7. Pemeriksaan penunjang.........................................................................................1

2.1. 8. Penatalaksanaan medis ........................................................................................1

2.2. konsep asuhan keperawatan...................................................................................................1

2.2.1. pengkajian..............................................................................................................1

2.2.2. diagnosa.................................................................................................................1

2.2.3. intervensi ..............................................................................................................1

2.2.4. implementasi..........................................................................................................1

2.2.5. evaluasi..................................................................................................................1
3.1 PENUTUP

3.1.1 Kesimpulan.............................................................................................................1

3.1.2 Saran.......................................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA

                                      
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.Namun
hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu gangguan sistem
pencernaan yaitu kolitis ulseratif.

Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama
disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan rektum
merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah
subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi mukosa.
Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan.

Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-orang
keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat,
atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun
kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini
dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan (Sylvia A. Price & Lorraine M.
Wilson, 2006).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien yang mengalami colitis
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien mengalami colitis
2. Tujuan khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien colitis
b) Mampu menegakkan diagnosis keperawatan klien colitis
c) Mampu menyusun perencanaan keperawatan klien colitis
d) Mampu melakukan implementasi keperawatan klien colitis
e) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien colitis

1.4 MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi khususnya di bidang keperawatan dimasa yang
akan.
2. Manfaat peneliti
a. Perawat
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan
dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gastroenteritis .
b. Rumah sakit
Sebagian acuan dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dapat menjadi
masukkan jadi pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan
penerapan asuhan keperawatan
c. Institusi
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa demi meningkatkan IPTEK
keperawatan atau kualitas proses pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gastroenteritis
d. Klien dan keluarga
Dapat pengetahuan keluarga tentang bagaimana memperoleh perawatan dengan penuh
perhatian dan dilaksanakan secara bertahap
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR MEDIK

2.1.1 DEFINISI

Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut
borok, di lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradagan dan telah membunuh sel-
sel yang biasanya garis usus besar, kemudian pendarahan dan menghasilkan nanah..
peradangan dalam usus besar juga menyebabakan usussering kosong, menyebabkan diare.
Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif
proktis. Jika seluruh kolon terkena disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena
disebut terbatas atau kolotis distal.
Kolitis ulseratif adalaah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit–
penyakit yang menyebabkan peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk
mendiagnosis karena gejala yang mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD
disebut penyakit Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih
dalam di dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari sistem pencernaan termasuk usus
kecil, mulut, kerongkongaan, dan perut.
Kolitis ulseratif adalah merupakan penyakit primer yang di dapat kan pada kolon, yang
merupakan perluasan dari rektum.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa super ficial kolon dan dikaakteristikkan dengan
adanya ulserasi multiple, infamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan ephitelium
kolonik. Awitan pucuk penyakit ini adalah antara usia 15 sampai 40 tahun, dan menyerang
kedua jenis kelamin sama banyak.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi secara bergiian,
satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhhirnya usus
menyempit, memendek, dan menebal akibat hiperatrofi muskuler dan deposit lemak.

2.1.2 ETIOLOGI
Beberapa faktor penyebab terjadinya kolitis ulseratif :
a. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi karena hubungan familial yang
jelas antara colitis ulseratif, enterit ragional dan spoindilitis ankilosa
b. Ligkungan, seperti pestisida adiktif makanan, tembakau, dan radiasi
c. Imunologi penelitian mennunjukkan abnormalisasi dalam imunitas seluler dan
humoral pada orang dengan ganguan ini..
d. Mikobakterium
e. Alergi
f. Diet.
2.1.3 PATOFISIOLOGI
Suatua serangan bisa mendadak dan besar, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut, dan peritonis (radang selaput perut). Selama serangannya di mulai bertahap, di mana
penderita memiliki keinginana untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut
bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektumdan kolon sgmoid, tinja mungkin normal atau keras
dan kering. Tetapi selama atau di waktu buang air besar, dari rektum keluar rendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejalaa umum berupa demam bisa
ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan
penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengaami kram perut yang berat, keram pada rektum yang terasa nyeri,
disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang.
Tinja tampaak encer dan mengandung nanah, darah, dan lendir. Yang palingsering
ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Pendeita bisa demama, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang. Kolitis
ulseratif adalaah penyakit penyakit ulseratif dan inflaamasi berulang dari lapisan mukosa
kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan
yahudi. Puncak insidens pda usia 30-50 tahun. Kolotis ulseratif adalah penyakit serius,disertai
dengan komplikasi sistematik dan angka mobilitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien
mengalami karsinoma kolon.
Kolotis ulseratif mempengaruhi mukosa superfissisal kolon dan dikarakteristikan dengan
adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, deskuamasi atau pengelupasan epitelium
kolorik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut yang terjadi secara
bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lain. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
2.1.4 MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan gejala colotis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang
lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolotis ulseratif adalah sakit perut dan diare
berdarah, adapun gejala lainnya yaitu :
a. Nyeri abdomen
b. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali/hari)
c. Tenesmus internitten
d. Perdarahan rektum
e. Anoreksia
f. Demam
g. Nausea
h. Muntah
i. Terdapat nanah dan darah pada kotoran.
j. Fatigue/ kelelahan
k. Kram perut
l. Rasa sakit hilang timbul pada rectum
m. Hipokalsemia
n. Sakit pada persendian
o. Mendadak perut terasa mulas
p. Rasa tidak enak pada bagian perut
q. Hilangnya nafsu makan
r. Lesi mata (uveitis)
s. Lesi kulit (eritoma nodosum)
Kolotis ukseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak
bagian tubuhh, kadang- kadang terkait ekstra- gejala usus adalah tanda- tanda awal penyakit
seperti, skit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat
dikonfirmasi namun sampai awal manisfasestasi usus.
2.1.5 KOMPLIKASI
Komplikasi pada kolitis ulseratif yaitu :
a. Penyempitan lumen usus
b. Pioderma gangrenosa
c. Episkleritis
d. Uveitis
e. Arthritis
f. Spondilitis ankilosa
g. Gangguan fungsi haati
h. Karsinoma kolon
i. Retinitis
j. Hemoragi
k. Perforasi
l. Neoplasma malignan
m. Nefrolitiasi
n. Eritoma nodosum
o. Batu ginjal
p. Batu empedu
2.1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah. Dokter dapat menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan darah
guna melihat adanya anemia (kondisi di mana tidak terdapat sel darah merah yang
dapat menghantarkan oksigen dengan cukup ke jaringan), atau tanda-tanda infeksi.
b. Sampel feses. Pemeriksaan sampel feses dapat membantu menyingkirkan
kemungkinan diagnosis lain, seperti infeksi akibat bakteri, virus, atau parasit.
c. Kolonoskopi. Pemeriksaan ini menggunakan tuba yang tipis dan fleksibel yang
disertai kamera untuk dimasukkan ke dalam anus. Saat dilakukan prosedur ini, dokter
dapat mengambil sampel jaringan atau biopsi untuk dievaluasi lebih lanjut di
laboratorium.
d. Pemeriksaan sinar X. Seseorang dengan gejala yang berat dapat disarankan untuk
melakukan pemeriksaan sinar X pada area abdomen untuk menyingkirkan komplikasi
serius, seperti perforasi usus.
e. Computerized tomography (CT). Pemeriksaan CT abdomen atau pelvis dapat
dilakukan bila dokter mencurigai adanya komplikasi dari kolitis ulseratif. Selain itu,
pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan seberapa besar area dari usus yang
mengalami inflamasi.
2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Gambaran radiologi
a) Foto polos abdomen
b) Barium enema
c) Ultrasonografi
d) Pemeriksaan MRI
b. Pemeriksaan endoscopi
2.1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan medis untuk colitis ulseratif ditunjukan untuk mengurangi inflamasi, menekan
respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit. Sehingga penyembuhan dapat terjadi,
1. Penatalaksanaan secara umum
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
b. Menghindari makanan yang mengekserbasi diare.
c. Menghindari makanan dingin, dan merokok karena meningkatkan mobilitas usus.
d. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi lactose.
2. Terapi obat
Obat- obatan sedatife dan antidiare/antiperistaltik digunakaan untuk mengurangi peristaltic
sampai minimum untuk mengistirahaatkaan usus yang terinflamasi.
a. Menangani inflamasi : sulfsalasin (azulfidine) atau sulfisoxazal (gantrisisn)
b. Antibiotic : digunakan untuk infeksi
c. Azulfidin : membantu mencegah kekambuhan
d. Menguraangi peradangan : kortikosteroid ( bila kortikosteroid dikurangii/dihentikan
gejala penyakit dapaat terulang.. bila kostikosteroid dilanjutkan gajala sisa merugikan
seperti hipertensi retensi cairan, kataaraak, hirsutisme (pertumbuhan rambut yang
abnormal)
3. psikoterapi : ditujukan untuk menentukan factor yang menyebabkan stres pada pasien,
kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga
mereka tidak berkabung karena kondisi mereka.
 Gangguan fungsi hati
 Karsinoma kolon
 Retinis
 Hemoragi
 Perforasi
 Neoplasma malignan
 Nefrolitiatis
 Eritma nodosum
 Batu ginjal
 Batu empedu

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis dan
berkelanjutan mengenai klien. pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data dan menempatkan data
ke dalam format yang terorganisir. selama pengkajian mengumpulkan data, perawat mulai menerima
dan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang ada ( rosdahl, 2017).
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misalnya tanda vital,
wawancara pasien atau keluarga, pemeriksaan fisik) dan meninjauan informasi riwayat pasien pada
rekam medik. Perawat juga mengumpulkan informasi tentang kekuatan (untuk mengidentifikasi
peluang promosi kesehatan) dan 17 resiko (area perawat dapat mencegah atau potensi masalah yang
dapat ditunda (Herdman & Shigemi Kamitsuru, 2015).

1. Identitas
2. Riwayat kesehatan klien : klien tidak tahu apa yang menyebabkan penyakitnya tersebut dan
sering keram dan mengeluarkan faces cair apabila melakukan aktivitas akan bertambah sakit
dan berkurang bila istirahat. Nyeri dirasakan apabila klien berjalan dan duduk dan terasa
sangat sakit sekali, gejala dirasakan pada daerah abdomen dan pusing hebat terasa pada
abdomen bagian bawah dan sedikit meredah bila didefikasi, nyeri dirasakan sampai
menganggu aktivitas sehari-hari, keluhan dirasakan setiap hari dan secara bertahap dan sejak
sebulan yang lalu klien sering nyeri pada daerah abdomen bagian bawah.
3. Riwayat kesehatan masa lalu :klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya,dan klien mengatakan tidak ada anggota klien yang mengalami penyakit yang
sama dengan klien.
4. Kebutuhan dasar
a. Pola eliminasi : tidak mengalami perubahan
b. Pola nutrisi : di awali dengan susah beraktivitas dan nyeri abdomen pada bagian
bawah, menyebabkan penurunan berat badan klien.
c. Pola tidur dan istirahat : terganggu karena adanya nyeri yang di rasakan pada
abdomen dan sering terjaga
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya
e. Aktivitas : terganggu karena klien sering gelisah dan adanya nyeri pada abdomen
bagian bawah dan klien melakukan aktivitas dengan bantuan dari keluarga
5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak gelisah tentang keadaanya
dan suhu tubuh normal,nadi normal,pernafasan juga normal
b. Pemeriksaan sistematik :
1. Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
2. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3. Perkusi : adanya distensi abdomen.
4. Palpasi : turgor kulit kurang elastic
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang Pada klien akan mengalami gangguan
sehingga berat badan menurun.
d. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum
intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dalam buku SDKI Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Pada penelitian ini penulis menjabarkan diagnosis
keperawatan colitis yaitu :
1. Diare
a. Pengertian Diare
Diare adalah pengeluaran fases yang sering,lunak dan tidak berbentuk.
b. Penyebab
Fisiologis:
1.Inflamasi Gastrointestinal
2.Iritasi Gastrointestinal
3.Proses infeksi
4.Malabsorpsi
Psikologis:
1.Kecemasan
2.Tingkat stress tinggi
Situasional:
1.Terrpapan kontaminan
2.Terpapan toksin
3.Penyelahgunaan laksatif
4.Penyelahgunaan zat
5. Program pengobatan(Agen tiroid,analgesic,pelunak
feses,ferosulfat,antasida,cimetidine dan antibiotic)
6.Perubahan air dan makanan
7.Bakteri pada air
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1.Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
2.fases lembek atau cair
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1.Urgency
2.nyeri/kram abdomen
Objektif :
1.Frekuensi peristaltic
2.Bising usus hiperaktif
2. Kekurangan volume cairan
a. Pengertian hipovelemia
Hipovelemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau
intraseluler
b. Penyebab
1. kehilangan cairan aktif
2. kegagalan mekanisme regulasi
3. peningkatan permeabilitas kapiler
4. kekurangan intake cairan
5. evaporasi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif :
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba – tiba
3. Intoleransi aktivitas
a. Pengertian intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Objektif :
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Subjektif :
1. Mengeluh lelah
d. Gejala dan minor
Objektif :
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Subjektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
3. Merasa lemah
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.

a. Dalam buku SLKI (standar luaran keperawatan indonesia) akan menjadi acuan bagi perawat
dalam menetapkan kondisi atau status kesehatan seoptimal mungkin yang diharapkan dapat
dicapai oleh klien setelah pemberian intervensi keperawatan.

Kemampuan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


menuntaskan aktivitas menigkat menurun
Pembatasan aktivitas 1 2 3 4 5
Nyeri saat berjalan 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Lesu 1 2 3 4 5
Aktifitas sehari-hari 1 2 3 4 5
Adapun kriteria hasil yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami colitis dengan
gangguan intoleransi aktivitas : terapi aktivitas
1. Pembatasan aktivitas meningkat
2. Nyeri saat berjalan membaik
3. Gelisah membaik
4. Lesu membaik
5. Aktifitas sehari-hari membaik
b. Dalam SIKI (standar intervensi keperawatan indonesial ) ini mencakup intervensi keperawatan
secara komprehensif yang meliputi intervensi pada berbagai level praktik (generalis dan
spesialis), berbagai kategori (fisilogis dan psikososial), berbagai upaya kesehatan (kuratif,
preventif dan promotif), berbagai jenis klien (individu, keluarga, komunitas), jenis intervensi
(mandiri dan kolaborasi) serta intervensi komplementer dan alternatif (PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah intoleransi aktivitas yaitu terapi
aktivitas.
Intervensi terapi aktivitas yaitu :
1. Observasi
a. identifikasi defisit tingkat aktivitas
b. identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktifitas tertentu
2. Terapeutik
a. fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
b. jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
3. Edukasi
a. anjurkan melakukan aktivitas fisik ,sosial,spiritual,dan kognitif dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Kolaborasi
a. kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitori program
aktivitas, jika sesuai
b. rujuk pada pusat atau program aktifitas, jika perlu

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implemenasi adalah frase tindakan yang dilakukan, informasikan, dan tuliskan.
Menginformasikan hasil dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan
lain, secara individual dan dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi dengaan cara
mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan selanjutnya dapat melakukan tindakan
dengan tujuan dan pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikais dan dokumentasi yang adekuat akan
memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl, 2017).
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan yang khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi atau rencana
keperawatan. Perawat melaksanakan dan mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap dalam implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan respon pasien terhadap tindakan
keperawatan tersebut (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010)
Adapun implementasi yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami colitis dengan
intoleransi aktifitas : terapi aktivitas.
TERAPI AKTIVITAS :
a. Definisi terapi aktivitas
Terapi aktivitas merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan sama . aktifitas digunakan sebagai
terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan menggunakan aktivitas
fisik,kognitif,sosial,dan spiritual tertentu untuk memulihkan keterlibatan ,frekuensi,atau durasi
aktivitas indivudu atau kelompok.
b. Tujuan
Terapi aktivitas mengembangkan stimulasi kongnitif, mengembangkan stimulasi sensoris,
mengembangkan orientasi realitas, mengembangkan sosialisasi
c. Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan, yaitu;
1. identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktifitas tertentu
3. fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
4. jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
5. anjurkan melakukan aktivitas fisik ,sosial,spiritual,dan kognitif dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
6. kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitori program
aktivitas, jika sesuai
7. rujuk pada pusat atau program aktifitas, jika perlu

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan
implementasi. langkah langkah dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon
klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan
perencanaan untuk asuhan di masa depan (rosdahl, 2017).

Tujuan evaluasi keperawatan yaitu untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana
keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variable-variabel yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana keperawatan diteruskan, dimodifikasi,
atau dihentikan (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010)
Hasil yang diharapkan Terapi Aktivitas
1. Pembatasan aktivitas meningkat
2. Nyeri saat berjalan membaik
3. Gelisah membaik
4. Lesu membaik
5. Aktifitas sehari-hari membaik
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1) Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung
lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor
yang berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun
dalam tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan
dalam dinding usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat
makanan dan menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus,
dan perdarahan rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-
obatan dan dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan
cairan dan psikoterapi

2) Diagnosis keperawatan atau masalah keperawatan utama yaitu intoleransi aktivitas berhubungan
dengan terapi aktivitas
3) Rencana Keperawatan yang dilakukan penulis
a. identifikasi defisit tingkat aktivitas
b. identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktifitas tertentu
2. Terapeutik
a. fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
b. jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
3. Edukasi
a. anjurkan melakukan aktivitas fisik ,sosial,spiritual,dan kognitif dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Kolaborasi
a. kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitori program
aktivitas, jika sesuai
b. rujuk pada pusat atau program aktifitas, jika perlu

4) Implementasi Keperawatan yang diilakukan penulis sesuai dengan intervensi keperawatan

5) Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi didapatkan catatan perkembangan terhadap
pencapaian tindakan keperawatan pada klien efektif sesuai dengan kriteria hasil

3.2 SARAN

Diharapkan penulis dapat memanfaatkan waktu lebih efektif sehingga dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dapat dilakukan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J. Ladwig, G.B.,& Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-


Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis :Elsevier
Bostic, J. E., Riggs, C. J., & Rantz, M. J. (2003). Quality Measurement in Nursing: An Update of
Where We are Now. J Nurs Care Qual. 18(2):94-104
Berman , G. C., Star, S. & Spasser, M. (2001). Classifying Nursing Work. OJIN: Online Jurnal of
Issues in Nursing,6(2).
Kripps, B. (2008). Toward standardized nursing terminology: the next steps. CARING Newsletter,
23(3), 4-8.
International Council of Nurses (2009). Nursing sensitive outcome indicators. Geveva : ICN.
Fesler-Birch, D. M. (2005). Critical thingking and patient outcome. a review. Nursing outlock, 53, 59-
65.

Anda mungkin juga menyukai