Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEGAWATDARURATAN KOLIK GINJAL

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis 2
dosen pengampu N. Nina Putri Calisanie, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :

Andalis Munawaroh Aisyah 217093


Auliya Ulul Azmi 217098
Dimas Said Abdulah 217104
Indah Reni Stiyani 217112
Maulidifah Amanda Cahyani 217118
Nora Agustine 217123
Siti Mardiah 161061
Triessa Riandani 217134

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN 3-C


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allat SWT atas berkah dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Kegawatdaruratan Kolik
Ginjal” dengan baik dan benar.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar
mata kuliah Gadar Kritis 2 yang telah memberikan tanggung jawab kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk pemenuhan tugas yang diberikan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik serta saran dari
dosen dan para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, 16 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
1.4 Manfaat........................................................................................................................................4
BAB II
TINJAU PUSTAKA........................................................................................................................6
2.1 Definisi........................................................................................................................................6
2.2 Etologi.........................................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi.................................................................................................................................7
2.4 Manifestasi klinis.........................................................................................................................8
2.5 Klasifikasi Komposisi Batu.........................................................................................................9
2.6 Komplikasi................................................................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................................12
2.8 Penatalaksanaan Medis.............................................................................................................13
2.9 Pencegahan................................................................................................................................13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK................................................15
BAB IV
PENUTUP..........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolik ginjal atau batu ginjal merupakan salah satu gangguan eliminasi urine.
Batu ginjal ini telah menjadi masalah perkemihan yang cukup serius di Indonesia.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang, sedangkan jumlah pasien yang
dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378
orang. Data-data tersebut membuktikan bahwa batu ginjal merupakan masalah
kesehatan yang harus mendapat perhatian khusus bagi semua individu terutama
perawat sebagai salah satu dari tim kesehatan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
keperawatan seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang batu ginjal yang
mencakup definisi, patogenesis, timbulnya tanda dan gejala, serta asuhan
keperawatan yang sesuai pada klien yang mengalami batu ginjal. Dengan
pengetahuan tersebut, diharapkan ketika nantinya menjadi perawat, mahasiswa
keperawatan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada klien sehingga dapat
mengurangi masalah umum batu ginjal di Indonesia maupun di dunia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep penyakit kolik ginjal?
2. Bagaimana asukan kegawatdaruratan pada penyakit kolik ginjal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui bagaimana konsep penyakit kolik ginjal
2. Untuk menganalisa bagaimana asuhan kegawatdaruratan pada penyakit kolik ginjal

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Merupakan latihan dalam makala dan upaya untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
penelitian ini memberikan informasi tentang penyakit kolik ginjal

2. Bagi Kalangan Medis


Mengetahui prevalensi hidronefrosis pada kasus batu saluran kemih sehingga dapat
dilakukan deteksi dini.

3. Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang penyakit kolik ginjal sehingga dapat
meminimalkan dampak negatif pada pasien nefrolitiasis dan vesicolitiasis.

4. Bagi Mahasiswa
i. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi batu ginjal.
ii. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis batu ginjal.
iii. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
nyeri pada batu ginjal.
iv. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
kencing berpasir pada batu ginjal.
v. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbunya
urine bercampur darah pada batu ginjal.
vi. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya
nokturia pada batu ginjal.
vii. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami batu ginjal.
BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1 Definisi
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yangterbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalamginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Batu salurankemih adalah adanya batu di traktus
urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih,uretra) yang membentuk kristal; kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat danmagnesium.(Brunner & Suddath,2002)

2.2 Etologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,tetapi
ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal danakan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecahureum
dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah
pembentukan batu saluran kemih.
3. RasPada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripadadaerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit
batusaluran kemih.
4. Keturunan
5. Kegemukan
6. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akanmengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minummenyebabkan kadar semua
substansi dalam urine meningkat
7. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinanterbentuknya
batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
8. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringatsedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air
minummeningkatkan insiden batu saluran kemih
9. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani
angkamorbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang
kurangmakan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan
Urethra).

Nyeri kolik ginjal muncul ketika sebuah batu bersarang di saluran kemih Anda, pada
kebanyakan kasus, nyeri kolik ginjal berasal dari dalam ureter (saluran kemih dari
ginjal menuju kandung kemih). Batu yang tersangkut melebarkan ureter sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang hebat.

2.3 Patofisiologi
Batu saluran kemih biasanya timbul akibat rusaknya keseimbangan antara
kelarutan dan pengendapan garam. Ginjal berfungsi untuk mempertahankan air,
namun ginjal juga harus mengeluarkan bahan yang mempunyai kelarutan rendah.
Kedua keadaan yang berlawanan ini haruslah seimbang dalam proses adaptasi
terhadap diet, iklim, dan aktivitas. Sesungguhnya tubuh mempunyai pertahanan dalam
mengatasi terbentuknya batu saluran kemih, di dalam urin mengandung substansi
yang dapat mencegah terjadinya kristalisasi, tetapi mekanisme tersebut tidaklah
sepenuhnya sempurna. Ketika urin mengalami supersaturasi dengan bahan yang
mempunyai kelarutan yang rendah karena ekskresi berlebih ataupun kebutuhan air
yang ekstrim, kristal mulai tumbuh dan beragregasi membentuk batu (Asplin, 2008).
2.4 Manifestasi klinis
1. Nyeri

Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non kolik.
Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi
resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar (Brooker, 2009). Nyeri non kolik terjadi
akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal
(Purnomo, 2012) sehingga menyebabkan nyeri hebat dengan peningkatan produksi
prostglandin E2 ginjal (O’Callaghan, 2009).
2. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow)
mengalami penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan.
3. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami
desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan
menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan
bercampur dengan darah (hematuria) (Brunner & Suddart, 2015).
4. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada
pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stress yang tinggi
dan memacu sekresi HCl pada lambung (Brooker, 2009).
5. Demam

Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda
demam yang disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di kulit
merupakan tanda terjadinya urosepsis.

6. Distensi vesika urinaria


Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan
menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba
bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada regio vesika (Brooker,
2009).

2.5 Klasifikasi Komposisi Batu


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih
dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui
adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan
sistin (Lina, 2008). Tidak hanya itu Sayer (2010) menyebutkan bahwa ada jenis
batu ginjal yang jarang ditemukan yaitu batu xantine, batu yang diinduksi oleh
obat-obatan (indinavir dan triamterene), dan batu 2,8 dihidroksiadenin (2,8-DHA).
1. Batu kalsium oksalat
Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu
saluran kemih (70-75%). Laki-laki 2 kali lebih sering terkena batu ini dari pada wanita.
Angka kejadian tertinggi usia 30- 50 tahun. Batu kalsium oksalat terjadi karena proses
multifaktor. Kongenital dan gangguan metabolik sering dikatakan sebagai faktor penyebab.
Dua bentuk yang berbeda yaitu:
a) Whewellite (Ca Ox Monohidrate):
Batu ini berbentuk padat, cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air
kemih.
b) Weddllite (Ca Ox Dihidrat):
Batu ini merupakan kombinasi dari kalsium dan magnesium, berwarna kuning, lebih mudah
hancur dibandingka batu whewellite, namun tipe ini memiliki angka residif yang tinggi. Batu
kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Pembentukan batu ini mungkin
disebabkan oleh tingginya ekskresi
kalsium dan oksalat pada urin (NKUDIC, 2013). Pembentukan batu ini sering dihubungkan
dengan gangguan metabolisme kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau
keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolisme urat juga merupakan tanda
pembentukan batu kalsium oksalat, sehingga perlu
diperhatikan bila kadar asam urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi
pada 20-50% pasien dengan batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan
pembentukan batu rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan substansi penting yang dapat
menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendahdari sitrat akan meningkatkan risiko
pembentukan batu kalsium oksalat (Lina, 2008).

2. Batu kalsium fosfat


Menurut The National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse
(NKUDIC) (2013), batu kalsium fosfat disebabkan oleh kombinasi dari tingginya kalsium
dalam urin dan urin yang bersifat alkali (pH tinggi). Terdapat dua macam batu kalsium fosfat
yang terbentuk sesuai dengan suasana pH air kemih. Karbonat apatite (dahllite) terbentuk
pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan sitrat yang rendah. Brushite
(kalsium hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium
dan fosfat yang tinggi. Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah dengan
lithotripsydan mempunyai angka kekambuhan yang tinggi. Analisa darah dan air kemih
menunjukkan hiperkalsemia(>2-2,5 mmol/l) dan dan pH air kemih>6,8 (Lina, 2008).
3. Batu asam urat
Lebih dari 15% batu saluran kemih merupakan batu asam urat. Batu asam urat
terbentuk ketika urin bersifat asam. Pasien biasanya berusia 60 tahun dan bisa terjadi pada
pasien muda yang menderita kegemukan. Laki-laki lebih sering terkena batu ini dibandingkan
dengan wanita. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi
protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH
air kemih menjadi rendah. Sebanyak 20-40% pasien gout akan mengalami batu asam urat
dikarenakan kadar asam urat yang tinggi berakibat pada hiperurikosuria. Tidak hanya pasien
gout, pasien yang mengalami sindrom myeloproliveratif, kemoterapi tumor ganas, dan
sindrom Lesch-Nyhan juga bisa beresiko mengalami batu asam
urat (Asplin, 2008).
Batu asam urat ini merupakan tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak
90% akan berhasil dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat
menunjukan kadar asam urat >380 μmol/dl (6,4 mg/100 ml) dan pH air kemih = 5,8 (Lina,
2008).
4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit terbentuk karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi
urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Infeksi saluran kemih terjadi karena
tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat
menurun dan berakibat pada terjadinya batu struvit dan kristalisasi karbon apatite, sehingga
batu struvit sering terjadi bersamaan dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume
air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi
dari fosfat. Di samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi
asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Pada analisis darah
dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, infeksi pada saluran kemih, dan kadar ammonium
dan fosfat air kemih
yang meningkat
5. Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan ornithine
berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi paling banyak terjadi
pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan dengan kromosom autosomal resesif, terjadi
gangguan transport amino cystine, lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan
seumur hidup. Diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang
rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih.
Penting
apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan
pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi cystine dengan tiopron dan
asam askorbat. Analisis darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas normal,
cystine air kemih =0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.
2.6 Komplikasi
Batu mungkin dapat memenuhi seluruh pelvis renalis sehingga dapat menyebabkan
obstruksi total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap ini dapat mengalami retensi urin
sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika terus
berlanjut maka dapat menyebabkan gagal ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala gagal
ginjal seperti sesak, hipertensi, dan anemia (Colella, et al., 2005; Purnomo, 2012). Selain itu
stagnansi batu pada saluran kemih juga dapat menyebabkan infeksi ginjal yang akan berlanjut
menjadi urosepsis dan merupakan kedaruratan urologi, keseimbangan asam basa, bahkan
mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh (Colella, et al.,
2005; Portis & Sundaram, 2001; Prabowo & Pranata, 2014).
1. Obstruksi
2. Hidronephrosis.
3. Gagal ginjal
4. Perdarahan.
5. Pada laki-laki dapat terjadi impoten.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis dapat
ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:
1. Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH dan volume total (Portis & Sundaram, 2001).
2. Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
3. Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin (bacteriuria)
(Portis & Sundaram, 2001).
4. Foto polos abdomen Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen) (Purnomo, 2012).
5. Intra Vena Pielografi (IVP) merupakan prosedur standar dalam menggambarkan adanya
batu pada saluran kemih. Pyelogram intravena yang disuntikkan dapat memberikan
informasi tentang baru (ukuran, lokasi dan kepadatan batu), dan lingkungannya (anatomi
dan derajat obstruksi) serta dapat melihat fungsi dan anomali (Portis & Sundaram, 2001).
2.8 Penatalaksanaan Medis
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk menyingkirkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan
mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi (Brunner & Suddart, 2015; Rahardjo & Hamid,
2004). Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan
infeksi. Beberapa tindakan untuk mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan melakukan
observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi),
agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan batu), mengurangi obstruksi (DJ stent
dan nefrostomi), terapi non invasif Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), terapi
invasif minimal: ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy, Cystolithotripsi/
ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi, pyelolithotomi,
uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015; Gamal, et al., 2010; Purnomo,
2012; Rahardjo & Hamid, 2004)

2.9 Pencegahan
Tindakan selanjutnya yang tidak kala penting setelah batu dikeluarkan dari saluran
kemih adalah pencegahan atau menghindari terjadinya kekambuhan. Angka kekambuhan
batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% tahun dalam 10 tahun
(Purnomo, 2012). Pencegahan dilakukan berdasarkan kandungan dan unsur yang menyusun
batu saluran kemih dimana hasil ini didapat dari analisis batu (Lotan, et al., 2013). Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet makanan, cairan dan aktivitas serta
perawatan pasca operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi. Beberapa
tindakan gaya hidup yang dapat dimodifikasi dalam upaya pencegahan kekambuhan
urolithiasis adalah:
1. Cairan
Strategi pengobatan yang umum digunakan pada urolithiasis yang bukan disebabkan
karena infeksi bakteri adalah dengan meningkatkan konsumsi air. Peningkatan konsumsi
air setiap hari dapat mengencerkan urin dan membuat konsentrasi pembentuk urolithiasis
berkurang.
2. Makanan
a. Konsumsi makanan seperti ikan dan kurangi konsumsi oksalat (seperti daging) untuk
menurunkan oksalat dalam urin dan resiko pembentukan batu oksalat (Maalouf, et al.,
2010).
b. Mengurangi diet protein hewani dan purin lainnya untuk menurunkan kadar asam urat
dalam urin dan resiko pembentukan batu asam urat (Maalouf, et al., 2010).
c. Mengurangi makanan yang mengandung tinggi kadar garam karena dapat
meningkatkan rasa haus, selain itu garam akan mengambil banyak air dari dalam tubuh
sehingga tubuh akan mengalami dehidrasi tanpa disadari. Disarankan jika terlalu
banyak mengkonsumsi garam hendaknya anda imbangi dengan mengkonsumsi banyak
air yang berfungsi untuk melarutkan garam yang ada di dalam tubuh (Maalouf, et al.,
2010).
d. Meningkatkan diet kalsium untuk mengikat oksalat di usus dan dengan demikian akan
menurunkan kadar oksalat dalam urin
3. Aktivitas

Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya urolithiasis. Tingginya


aktivitas yang dilakukan dengan diimbangi asupan cairan yang seimbang maka ada
kemungkinan akan memperkecil resiko terjadinya pembentukan batu, latihan fisik seperti
treadmill atau aerobic ini dapat dilakukan selama 1 jam/ hari selama 5 hari atau anda dapat
melakukan olahraga lari selama 20 meter/ menit selama 5 hari (Shamsuddeen, et al.,
2013).
4. Dukungan sosial
Rahman, et al., (2013) dalam penelitiannya tentang hubungan antara adekuasi
hemodialisa terhadap kualitas hidup pasien menyatakan bahwa dukungan sosial
merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Dukungan sosial dapat diberikan dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat meningkatkan
keoptimisan pada diri sendiri untuk sembuh dari penyakit dan memiliki kehidupan yang
lebih baik..
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK

1. Pengkajian
1. Pengkjian Primer
a. Airway
1) Jalan napas bersih
2) Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
3) Tidak ada jejas badan daerah dada
b. Breathing
1) Peningkatan frekunsi napas
2) Napas dangkal
3) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi
4) Menggunakan otot-otot pernapasan
5) Kesulitan bernapas : sianosis
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardi
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : composmentis
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada pengkajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis. Untuk pengkajian identitas
penanggung jawab data yang didapatkan yakni meliputi nama, umur,
pekerjaan, hubungan dengan penderita.
b. Keluhan utama
Klien dengan kolik ginjal mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, nyeri pada bagian abdomen
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2) Riwayat infeksi saluran kemih.
3) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4) Keturunan.
5) Alkoholik, merokok
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien
sebelumnya.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat :
Gejala :
a) Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak
duduk
b) Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
c) Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
2) Sirkulasi
Tanda :
a) Penurunan TD, HR (nyeri, asidosis, gagal ginjal)
b) Kulit dingin atau pucat
3) Eliminasi
Gejala :
a) Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
b) Penurunan volume urine
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih
d) Diare

Tanda :
a) Oliguria, hematuria, piouria
b) Perubahan pola berkemih
4) Makanan dan cairan
Gejala :
a) Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
b) Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
c) Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air yang dengan cukup
Tanda :
a) Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
b) Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik) lokasi nyeri tergantung
lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda :
a) Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
b) Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6) Keamanan
Gejala :
a) Pengguna alkohol
b) Demam/menggigil
7) Penyuluhan
Gejala :
a) Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis
b) Riwayat penyakit usus halus, beda abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
c) Pengguna antibiotika, antihipertensi, natrium biakrbonat, fosfat tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
c. Pemeriksaan Penunjang
Urinalisa : warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada
ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
d. Discharge planning
a. Mengubah pola berkemih; hindari menahan BAK.
b. Mengubah pola minum:
1) Minum banyak > 2000 cc/hari.
2) Hindari minuman yang mengandung tinggi kalsium( susu, air yang
mengandung kapur).
c. Mengubah pola makan: mengurangi makanan yang menyebabkan batu:
1) Tinggi kalsium ( keju, coklat).
2) Tinggi purin (ikan,unggas, daging).
3) Tinggi oksalat (bayem, sledri, kopi).
d. Mengurangi konsumsi obat-obatan bebas yang dapat menimbulkan batu
saluran kemih.
e. Memberitahu tentang tanda dan gejala komplikasi yaitu demam.
Pengeluaran urin yang sedikit, nyeri pada saat BAK.
f. Jelaskan teknik higiene personal yang benar.
g. Libatkan keluarga dalam pengelolaan diet dan pola makan.

Diagnonsa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Defisien Volume Cairan
3. Nyeri Akut

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Ketidakefektifan pola n NOC : NIC :
afas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk mem
dengan Hiperventilasi keperawatan selama 3x24 aksimalkan ventilasi
DS : jam dapat menunjukkan : 2. Posisikan untuk meringanka
 Mengatakan 1. Status pernafasan n sesak nafas
kesulitan ber 2. Keparahan respirasi a 3. Monitor pola nafas (misalny
nafas sidosis akut a, bradipneu, takipneu, hiper
DO : dengan kriteria hasil : ventilasi, dll.)
 Dispnea 1. Frekuensi pernapasan 4. Periksa kecenderungan hub
 Takipnea normal ketika ungan serum pH dengan kec
beraktivitas enderungan PaCO2 dan HC
2. Gangguan kesadaran O3 untuk menentukan apaka
tidak ada h asidosis atau alkalosis terk
3. Penurunan pH plasm ompensasi atau tidak terkom
a darah menjadi norm pensasi
al 5. Monitor kadar serum dan el
4. Peningkatan tekanan ektrolit urin
parsial serum karbon
dioksida arteri menja 1.
di normal
2. Defisien volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya tanda-tanda
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 dehidrasi (misalnya, turgor
dengan jam pasien dapat kulit buruk, capillary refill
 Kehilangan menunjukkan terlambat, nadi lemah, sangat
cairan aktif 1. Keseimbangan haus, membrane mukosa
 Gangguan ya cairan kering, dan penurunan urin
ng memengar 2. Hidrasi output)
uhi absorpsi dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya sumber-
cairna 1. Tekanan darah sumber kehilangan cairan
 Kehilangan c normal (misalnya, perdarahan,
airan hebat m 2. Denyut nadi radial muntah, diare, keringat yang
elalui rute no normal berlebihan, dan takipnea).
rmal 3. Keseimbangan 3. Monitor asupan dan

 Asupan caira intake dan output pengeluaran

n kurang dalam waktu 24 jam 4. Dukung asupan cairan oral

DS : 4. Turgor kulit (misalnya, berikan cairan

 Haus 5. Kelembapan lebih dari 24 jam dan berikan

 Kelemahan membrane mukosa cairan dengan makanan), jika


6. Haus berkurang tidak ada kontraindikasi
DO :
5. Berikan cairan hipotonik IV
 Membran
yang diresepkan untuk
mukosa kering
rehidrasi intraseluler pada
 Peningkatan
tetesan aliran yang tepat,
frekuensi nadi
dengan tepat
 Penurunan
6. Pantau kadar serum elektrolit
tekanan darah
yang abnormal, seperti yang
 Penurunan turgor
tersedia
kulit
7. Monitor hasil laboratorium
yang relevan dengan
keseimbangan cairan
(misalnya, hematokrit, BUN,
albumin, dll.)
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 komprehensif yang meliputi
 Agens cedera jam pasien dapat lokasi, karakteristik
biologis (mis., menunjukkan kontrol nyeri onset/durasi, frekuensi,
infeksi, iskemia, dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas/beratnya
neoplasama) 1) Mengenali kapan nyeri dan faktor pencetus
nyeri terjadi 2. Tentukan akibat dari
DS :
2) Menggambarkan pengalaman nyeri terhadap
1) Keluhan tentang
factor penyebab kualitas hidup pasien (mis.,
karakteristik nyeri
3) Menggunakan jurnal tidur, nafsu makan,
dengan
harian untuk pengertian, perasaan,
menggunakan
memonitor gejala hubungan, performa kerja,
standar instrumen
dari waktu ke waktu dan tanggung jawab peran)
nyeri (mis., McGill
4) Menggunakan gali bersama pasien factor –
Pain Questionnaire,
tindakan pencegahan factor yang dapat
Brief Pain
5) Menggunakan menurunkan atau
Inventory)
tindakan memperberat nyeri
2) Laporan tentang
pengurangan [nyeri] 3. Berikan informasi
perilaku
tanpa analgesik mengenai nyeri, seperti
nyeri/perubahan
6) Menggunakan penyebab nyeri, berapa
aktivitas (mis.,
analgesic yang di lama nyeri akan dirasakan,
anggota keluarga,
rekomendasikan dan antisipasi dari
pemberi asuhan)
7) Melaporkan ketidaknyamanan akibat
DO : perubahan terhadap prosedur
1) Ekspresi wajah nyeri gejala nyeri pada 4. Kurangi atau eliminasi
(mis., mata kurang professional factor – factor yang dapat
bercahaya, tampak kesehatan mencentuskan atau
kacau, gerakan mata 8) Melaporkan gejala meningkatkan nyeri (mis.,
berpencar atau tetap yang tidak terkontrol ke-takutan, kelelahan,
pada satu fokus, pada professional keaadaan monoton, dan
meringis) kesehatan kurang pengetahuan
2) Mengekspresikan 9) Menggunakan 5. Pilih dan implementasikan
perilaku (mis., sumber daya yang tindakan yang beragam
gelisah, merengek, tersedia (mis., farmakologi, non-
menangis, waspada) 10) Mengenali apa yang farmakologi, interpersonal)
3) Perubahan pada terkait dengan gejala untuk memfasilitasi
parameter fisiologis nyeri penurunan nyeri, sesuai
(mis., tekanan darah, 11) Melaporkan nyeri dengan kebutuhan
frekuensi jantung, yang terkontrol 6. Ajarkan pasien prinsip –
frekuensi prinsip manajemen nyeri
pernapasan, saturasi 7. Dorong pasien untuk
oksigen, dan memonitor nyeri dan
endtidal karbon menangani nyerinya dengan
dioksida [CO2]) tepat
4) Perubahan posisi 8. Ajarkan penggunaan teknik
untuk menghindari non farmakologi (seperti,
nyeri biofeedback, TENS,
5) Putus asa hypnosis, relaksasi,
Sikap melindungi bimbingan antisipasif,
area nyeri terapi music, terapi
bermain, terapi aktivitas,
akupressur, aplikasi
panas/dinged dan pijatan,
sebelum, sesudah, dan jika
memungkinkan, ketika
melakukan aktivas yang
menimbulkan nyeri
sebelum nyeri terjadi atau
meningkatkan dan
bersamaan dengan tindakan
penurunan rasa nyeri
lainnya)
BAB IV

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai