Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK : ENAM ( 6 )

NAMA

1. SITI JAWIA BELASA 19192017


2. ATIKAH 19192018

ISI RESUME

A. Definisi

Stroke adalah gangguan fungsi sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dapat
berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah diotak dan
biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Gejala ini berlangsung cepat
berkembang dalam 24 jam atau lebih yang dapat menyebabkan kematian yang disebabkan
karena gangguan peredaran darah otak non-traumatik (Rizaldy, 2010).

Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada pembuluh
darah otak sehingga suplai darah dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel
atau jaringan otak yang disuplai.

B. Etiologi

Menurut Baughman, C Diane, dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu
tempat kejadian, yaitu:

 Trombosis (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).


 Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian otak atau dari bagian tubuh lain).
 Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah gangguan suplai
darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi
baik sementara atau permanen.

Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :

a) Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak)
yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak,
aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri
(tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan
bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh
darah.

b) Infeksi

Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang


menuju ke otak.

c) Obat-obatan

Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti:
amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.

d) Hipotensi

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya


aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa
terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.

Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane.dkk, 2000):

a. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.


b. Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari jantung).
c. Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark cerebral).
d. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun
dan kadar esterogen yang tinggi
e. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat
menyebabkan iskhemia serebral umum.
f. Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.
g. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah,
merokok kretek dan obesitas

C. Gejala Gejala Stroke


Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga
gejala stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya.
Itulah mengapa gejala atau tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun,
umumnya stroke muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama stroke yang mudah
untuk dikenali, yaitu:

1) Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum karena mulut
atau mata terkulai.
2) Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati rasa.
Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.
3) Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meskipun
penderita terlihat sadar.

Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:

a. Mual dan muntah.


Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing berputar (vertigo).
b. Penurunan kesadaran.

Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.

D. Patafisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paint dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak aterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau
terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008).

Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. (Muttaqin, 2008).

Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur aterosklerosis dan hipertensi.


Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian di
bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskular karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. (Muttaqin,
2008).

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus,
dan pons (Muttaqin, 2008).

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral. Perubahan yang
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.

E. Perawatan paliatif kepada pasien dengan Stroke SNH


Dalam praktik dibidang neurologi, banyak pasien dengan kondisi yang terkait
proses degenerative yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan untuk mendapat
pengobatan yang mana kondisi tersebut merupakan penyebab utama ketidak
nyamanan dan sekaligus penyebab distres pada keluarga (Maddocks, Brew, Weddy &
Williams, 2006).
Stroke merupakan salah satu penyakit dibidang neorologi yang membutuhkan
penanganan paliatif, mengingat stroke outcome sulit untuk diprediksi. Serangan tiba-
tiba pada stroke sering membutuhkan penanganan atau intervensi yang bersifa urgen.
Studi yang dilakukan oleh Eriksson, milberg, Hjeml & Friedricshen (2016)
menemukan bahwa stroke merupakan salah satu tantangan dibidang kesehatan
masyarakat, yang mana kejadiannya berkontribusi sekitar 10% dari seluruh kematian
didunia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wee, Adams & Eva (2010)
menemukan bahwa penderia stroke mengalami distress psikologis yang cukup tinggi,
terutama 6 bulan pasca terkena stroke. Lebih lanjut dijelaskan bahwa skalipun status
fisik merupakan hal yang penting, akan tetapi hal tersebut hanya salah satu dari sistem
fisik, psikologis, dan sosial yang kesemuanya mempengaruhi kualitas pasien pasca
stroke (Wee, Adams & Eva, 2010).
Hanya sekitar 50% para penderita stroke yang mampu bertahan hanya 5
tahun., sehingga perawat maupun dokter harus dapat mengidentifikasi apakah pasien
tersebut memiliki risiko terhadap kematian sehingga pasien mendapat pelayanan
terintegrasi lebih awal yaitu pelayanan paliatif dan pelayanan konvensional (Mead,
Cowey & Murry, 2013), berikut adalah peran perawat paliatif pada pasien stroke :

1) Sebagai perawat tentunya memberikan prilaku caring meliputi rasa


kepekaan,simpati dan iba sebagai bentuk perhatian terhadap pasien pada
semua aspek tidak hanya aspek medis saja
2) Sebagai perawat keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang sangat
mendasar untuk keberhasilan proses perawatan sehingga sangat penting
adanya untuk mengembangkan keterampilan komunikasi seperti hal nya
keterampilan lain dalam keperawatan, tujuan berkomunikasi dalam
keperawatan paliatif yaitu :

 Membantu pasien dalam menerima berita buru


 Mengendalikan emosi pasien
 Memahami prognosis penyakit
 Mengendalikan ketidakpastian disaat mempertahankan harapan
 Membangun kepercayaan.
 Membuat keputusan mengenal pengobatan dan sebagai promosi
kesehatan
3) Sebagai perawat kita perlu adanya membangun tim dalam perawatan paliatif
agar dapat bekerja sama dengan berbagai tim professional dengan
mengedepankan kolaborasi dalam tim dan agar dapat saling bertukar infomarsi
dengan tim.

Anda mungkin juga menyukai