Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN JIWA

RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

“UPAYA MINUM OBAT UNTUK MENGONTROL HALUSINASI PADA


PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN”

Disusun Oleh :

DWI YULIANTI
200104019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2021
ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN JIWA

A. JURNAL KEPERAWATAN JIWA


1. Judul Jurnal
UPAYA MINUM OBAT UNTUK MENGONTROL
HALUSINASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN.
2. Tujuan Penelitian
Menyusun resume asuhan keperawatan jiwa pada pasien gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran di rumah sakit jiwa dr. Arif
Zainudin Surakarta dan mengetahui manfaat strategi pelaksanaan
upaya minum obat teratur untuk mengontrol halusinasi pada pasien
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3. Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan aktivitas terjadwal minum obat secara teratur
pada kedua pasien (dari tiga pasien) muncul tanda dan gejala
halusinasi pendengaran, pasien tidak bisa mengotrol hausinasi. Setelah
dilakukan aktivitas terjadwal minum obat, ketiga pasien mampu
melakukan aktifitas terjadwal minum obat secara teratur, pasien
mampu memahami prinsip 6 benar obat, mampu paham tentang obat,
mampu paham tentang obat apa yang akan diminum.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
Terapi utama dalam mengobati skizofrenia adalah terapi
psikososial dan psikofarmakologi. Psikofarmakologi yang diberikan
pada pasien skizofrenia adalah antipsikotik. Antipsikotik merupakan
obat-obatan pertama yang efektif mengobati skizofrenia, bekerja
dengan mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang
terjadi. Ketidakakpatuhan minum obat secara teratur ini merupakan
alasan pasien kembali dirawat di rumah sakit. Sehingga pasien harus
dilath untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi
dokter.
Pada penelitian ini intervensi yang dilakukan yaitu berdiskusi
dengan pasien tentang dosis, frekuensi, manfaat dari obat yang telah
pasien minum, bantu pasien menggunakan obat dengan pinsip 6 benar
(benar jenis, waktu, dosis, nama, cara, dan waktu) dan memberi
dukungan kepada pasien untuk meminum obat secara teratur.
Dilakukannya teknik pengontrolan halusinasi dengan minum obat
secara teratur pada pasien halusinasi agar pasien dengan gangguan jiwa
yang dirawat di rumah tidak mengalami putus obat sehingga pasien
tidak mengalami kekamabuhan. karena jika kekambuhan terjadi, maka
untuk mencapai kosndisi seperti semula membutuhkan waktu yang
cukup lama.
5. Kesimpulan
Upaya minum obat secara teratur pada pasien halusinasi
pendengaran sangat bermanfaat untuk mengontrol halusinasi. sehingga
diharapkan pasien tidak mengalami kekambuhan dan balik ke rumah
sakit jiwa lagi.

B. PEMBAHASAN
1. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi di RSJ
Pasien yang masuk RSJ Magelang kebanyakan mempunyai faktor
presipitasinya yaitu putus minum obat, sehingga akan muncul
halusinasi pendengaran yang tidak bisa dikontrol. Putusnya minum
obat ini merupakan salah satu alasan pasien kembali dirawat di rumah
sakit. Tindakan minum obat (5 benar obat) sudah diterapkan di RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang pada pasien yang mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pada SP ke dua.
2. Kesesuaian antara hasil penelitian dengan kondisi RSJ
Pasien yang masuk ke RSJ magelang akan diberikan standar
asuhan keperawatan jiwa. Sama dengan jurnal bahwa pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran akan diberikan SP 1 yaitu
Membina hubungan saling percaya, pasien mempu mengenal
halusinasi dan latihan mengontrol halusinasi dengan menghardik, SP 2
yaitu latihan megontrol halusinasi dengan minum obat teratur, SP 3
yaitu latihan menghardik dengan bercakap-cakap dengan orang lain,
SP 4 yaitu melakukan kegiatan yang terstruktur. Pada jurnal ini lebih
ditekankan mengenai minum obat secara benar dan teratur, agar pasien
dapat mengerti fungsi dari obat yang diminum dan manfaatnya.
3. Ketidaksesuaian antara hasil penelitian dengan kondisi RSJ
Tidak ada ketidaksesuaian pada jurnal ini dengan kondisi RSJ
magelang. Hanya di jurnal dengan tempat penelitian di RSJ dr. Arif
Zainudin Surakarta menerapkan 6 benar obat yaitu benar jenis, waktu,
dosis, nama, cara, dan waktu. Sedangkan di RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang menerapkan 5 benar minum obat disingkat dengan OODWC
(benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara).
4. Kelebihan dan keterbatasan dari hasil penelitian.
Kelebihan pada penelitian ini adalah meggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu dengan cara observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Menggunakan
instrumen dari studi kasus dengan format pengkajian asuhan
keperawatan jiwa, SOP Strategi Pelaksanaan Jiwa dan lembar
observasi pasien halusinasi pendengaran. Peneliti melakukan observasi
dan wawancara secara langsung, dan juga melakukan intervensi secara
langsung. Sehingga data yang dihasilkan lengkap dan sesuai dengan
keinginan peneliti.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah jumlah responden yang
sedikit yaitu 3 orang. Seharusnya keluarga dari pasien diberikan
pendidikan kesehatan mengenai minum obat yang benar. Sehingga
keluarga dapat memberi dukungan kepada pasien berupa
mengingatkan pasien untuk minum obat, membujuk pasien jika tidak
mau minum obat, menemani pasien untuk kontrol jika obatnya sudah
habis.
C. IMPIKASI KEPERAWATAN
1. Kemungkinan penerapan hasil penelitian pada penatalaksanaan pasien
gangguan jiwa di klinik.
SP mengenai benar minum obat sudah diterapkan di standar asuhan
keperawatan jiwa di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Kemungkinan
penerapan hasil penelitian pada penatalaksanaan pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran sangat tepat, karena
dengan melakukan strategi pelaksanaan 6 benar obat akan
meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat sehingga
halusinasi pasien bisa terkontrol.
2. Rekomendasi atau rencana tindak lanjut baik untuk rumah sakit,
institusi pendidikan perawat, pasien dan keluarga terkait hasil
penelitian.
a. Rumah Sakit
Untuk rumah sakit hasil penelitian ini sangat direkomendasikan
untuk penatalaksanaan keperawatan dalam merawat pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
b. Institusi Pendidikan Keperawatan
Srategi pelaksanaan terhadap masalah keperawatan jiwa ini dapat
diberikan untuk mahasiswa keperawatan saat mempelajari masalah
keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
sebagai salah satu terapi psikofarmakologi. Terutama mahasiswa
bisa mengenal obat-obat apa saja yang biasanya diberikan pada
pasien halusinasi, tujuan diberikan obat, indikasi, kontraindikasi,
dan juga efek samping minum obat. Sehingga saat mahasiwa
bertemu pasien gangguan jiwa secara langsung bisa menjelaskan
mengenai minum obat secara benar.
c. Pasien dan Keluarga
Keluarga diharapkan memberikan dukungan kepada pasien seperti
mengingatkan untuk minum obat, mengantar pasien untuk control
ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan sehingga pasien dapat
minum obat seacara teratur dan benar. Karena dukungan keluarga
sangat penting dalam proses kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail W. (2017) Buku  Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :


EGC
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiono, Wiwing. 2013. Laporan Pendahuluan gangguan persepsi.
Diunduh dari http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-
pendahuluan-gangguan-persepsi.html pada hari sabtu 27 September
2014.

Perubahan sensoro Persepsi : Halusinasi. Dibuka pada website


http://www.nersgun.multiply.multiply content.com /27 September
2014.

Izzudin. (2016). Analisis Pengaruh Faktor Personality terhadap Asuhan


Keperawatan pada Perawat Rawat Inap RSJ dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Diambil pada tanggal 27 September 2014 dari
http://eprints.undip.ac.id/

Maramis W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Press; 2015. p. 63-9.

Anda mungkin juga menyukai