STROKE
Zumrotus Sholikah
P07220219124
Dosen Pembimbing
Ns. Sandra Ekha Diergantara, STr. Kep
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan juga ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi dan Transportasi” yang
sederhana ini dengan tepat waktu. Semoga laporan ini dapat menjadi pemenuh
tanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh Bapak Ns. Sandra Ekha
Diergantara, STr. Kep. selaku Dosen Pembimbing Praktik Keperawatan KDM,
selain daripada itu penulis juga berharap bahwa laporan ini dapat memberikan
manfaat dalam membantu melengkapi wawasan pembaca.
Terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia, juga kepada pihak yang telah membantu dalam proses
pengerjaan sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini penulis akui
masih banyak menyimpan kekurangan karena pengalaman yang belum
sepenuhnya mendukung. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca
untuk dapat memberikan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan
laporan penulis.
I. KONSEP TEORI
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otot (sudoyo Aru). istilah stroke biasanya digunakan secara
spesifik untuk menjelaskan infarak serebrum.
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015)
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak (GDPO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa
defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun
infeksi susunan saraf pusat. (Dewanto, 2009)
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus di tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder (Arif Muttaqin, 2008)
B. Klasifikasi
Menurut Corwin (2009), klasifikasi stroke adalah:
2. Stroke Haemoragik
C. Etiologi
Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke
hemoragik.
1. Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersembatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti 80% stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Stroke trombotik
b. Stroke embolik
c. Hipoperfusion sistemik
2. Sroke hemoragik yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.
a. Hemoragik intra selebral
b. Hemoragik subaraknoid
Faktor-faktor yang mempengaruhi stroke:
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non Reversible)
Jenis kelamin, usia dan keturunan
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversibel)
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Polisetermia
f. Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
a. Merokok
b. Meminum alkhohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang kurang sehat: kurang olahraga, makanan
berkolestrol. (Setyopranoto, 2011)
Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer
dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang yang terletak didalam rongga
tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat.Otak terletak dalam
rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan
tiga gejala pembesaran otak awal.
a. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-
masing disebut fosakranialis anterior atas dan media. Kedua permukaan ini
dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat
putig terdapat pada bagian dalam yang mengndung serabut syaraf. Pada otak besar
ditemukan beberapa lobus yaitu :
1) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian
sulkussentralis.
3) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan didepan
lobusoksipitalis.
1) Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau
bagian tubuh tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan. Korteks sensori
bagian fisura lateralis
3) Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah
kontribusi pada taktus piramidalis yang mengatur bagian tubuhkontralateral.
Fungsinya:
a) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla oblongata
dengan serebellum.
3) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medulla
oblongata merupakan persambungan medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla
oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerag tengah bagian ventral
medulla oblongata.Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari
berbagai saraftak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat
vital” yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak dapat
membawa akibat yang sangat serius.
c. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum
oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla
oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat
koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil pada sentral disebut
vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum
berhubungan dengan batang otak melalui pundunkulus serebri inferior.
Permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebellum tetapi lipatannya
lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebellum ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebellum dibentuk oleh substansia grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu
granular luar, lapisan purkinye dan lapisan granular dalam.Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebellum.
c. Saraf otak
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat . menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons .
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) sebagai berikut :
1. Stadium Hiperakut
a. Stroke Iskemik
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30o, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodnamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2
liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu dilakukan
intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
penyeba harus dikoreksibnyajika kandung keih penuh dikosongkan (sebaiknya
dengan kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid
atau koloid 1500-2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberin nutrisi per oral hanya jika
fungsi menelannya baik, jika didapatkan gangguan menelan aau kesadarana
menurun dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar gula darah >150mg%
harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip
intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah > 60
mg% atau > 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV
sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan
muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak
perlu segera diturunkan kecuali bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120
mmHg. Mean arterial Blood Pressure (MAP) > 130 mmHg (pada 2 kali
pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut,
gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal
adalah 20% dan obatyang direkomendasikan : natrium nitroprusid, penyekat
reseptor alfabeta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi Hipotensi
yaitu tekanan sistol < 90 mmHg diastol < 70 mmHg diberi Nacl 0,9 % 250 ml
selama 1 jam dilanjutkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau
sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi yaitu tekanan darah sistol
masih < 90 mmHg dapat diberikan dopamin 2-20ug/kg/menit sampai tekanan
darah sistolik > 110 mmHg. Jika kejang diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan
selama 3 menit, maksimal 100 mg perhari dilanjutkan pemberian antikonvulsan
per oral (fenitoin karbamaxepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
anikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan ntrakranial
meningkat, diberi manitol bolus intavena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan
jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk dilanjutkan
0,25g/kg BB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan
pemantauan osmolalitas (< 320 mmol) sebagai alternatif dapat diberikan larutan
hipertonik (NaCL 3%) atau furosemid.
Terapi umum : Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume
hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan
klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan
darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal
jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol IV 10 mg
(pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum
300 mg; enalapril IV 0,625-1.25 mg/6 jam; kaptopril 3 x 6,25-25 mg per oral. Jika
didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300,
posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke
iskemik), dan hiperventilasi (PCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama
dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2
parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas
dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan
program preventif primer dan sekunder.
G. Pathway
I. Pemeriksaan Penunjang (Arif muttaqin, 2008)
1. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti pendarahan arteriovena
2. Lumbal pungsi, CT scan, EEG, Magnetic imaging Resnance (MRI)
3. USG Doppler
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, diagnose medis, no register, dan tanggal MRS
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op
apabila digerakkan
c. Riwayat penyakit dahulu
pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa
pernah mengalami tindakan operasi apa tidak
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka
operasi
e. Riwayat penyakit keluarga
Didalam anggota keluarga tidak atau ada yang pernah mengalami
penyakit fraktur atau penyakit menular
2. Pola-pola fungsi
a. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat
adanya luka operasi sehingga perlu dibantu baik perawat maupun
klien
b. Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan pola tidur dan istirahat klien mengalami gangguan
yang disebabkan oleh nyeri luka post op
c. Pola persepsi dan konsep diri
Setelah klien mengalami post op klien akan mengalami gangguan
konsep diri karena perubahan cara berjalan akibat kecelakaan
d. Pola sensori dan kognitif
Biasanya klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya
kerusakan jaringan lunak dan hilangnya darah serta cairan seluler
ke dalam jaringan
e. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien pada post op akan mengalami gangguan atau
perubahan dalam menjalankan ibadahnya
f. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi,protein,
vitamin C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan
tulang. Evaluasi terhadappola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah musculoskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dan nutrisi yang tidak adekuat
terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang
kurang merupakan faktor predisposisi masalah musculoskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien
g. Pola eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi.sedangkan pada pola
eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak
h. Pola tidur dan istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, ketebatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur,dan kesulitan tidur
serta penggunaan obat (Doengos, 2002).
i. Pola aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu
banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah
bentuk aktivitas klien tertama pekerjaan klien. Karena ada
beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain
j. Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat, karena klien harus menjalani rawat inap
k. Pola reproduksi seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak,lama perkawinannya.
l. Pola penanggulangan stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran penderita: apatis, spoor, koma, gelisah, composmentis,
tergantung pada keadaan klien. Kesakitan, keadaan penyakit:
akut, kronik, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur
biasanya akut. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada
gangguan local baik fungsi maupun bentuk
b. Kepala
Bentuk kepala: (simetris atau tidak), ada ketombe atau tidak ada
kotoran pada kulit kepala atau tidak, pertumbuhan rambut merata
atau tidak, ada lesi atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak
c. Kulit
Warna kulit, turgor kulit cepat kembali atau tidak, ada lesi atau
tidak, ada oedema atau tidak, ada peradangan atau tidak
d. Penglihatan
Bola mata (simetris atau tidak), pergerakan bola mata normal atau
tidak, refleks pupil terhadap cahaya normal atau tidak, kornea
(bening atau tidak), konjungtiva (anemis atau tidak), sclera ada
ikterik/tidak, ketajaman penglihatan normal atau tidak
e. Penciuman dan hidung
Bentuk (simetris atau tidak), fungsi penciuman (baik atau tidak),
peradangan (ada atau tidak), ada polip atau tidak
f. Pendengaran dan telinga
Bentuk daun telinga (simetris atau tidak), letaknya (simetris atau
tidak), peradangan (ada atau tidak), fungsi pendengaran (baik atau
tidak), ada serumen atau tidak, ada cairan atau tidak
g. Mulut
Bibir (warnanya pucat, cyanosis atau merah),kering atau tidak,
pecah atau tidak, gigi (bersih atau tidak), gusi (ada darah atau
tidak), tonsil (radang atau tidak), lidah (tremor atau tidak, kotor
atau tidak). Fungsi pengecapan (baik atau tidak), mukosa mulut
(bagaimana warnanya), ada stomatitis atau tidak
h. Leher
Benjolan atau massa (ada atau tidak), ada kekauan atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak, pergerakan leher, (ROM) : bisa bergerak
fleksi atau tidak, rotasi atau tidak, lateral fleksi atau tidak, hiper
ekstensi atau tidak, tenggorokan : ovula (simetris atau tidak),
kedudukan trakea (normal atau tidak), gangguan bicara (ada atau
tidak)
i. Dada dan pernafasan
Bentuk (simetris atau tidak), bentuk dan pergerakan dinding dada
(simetris atau tidak), ada bunyi atau Irma pernapasan seperti :
teratur atau tidak, ada irama kussmaul atau tidak, stridor atau
tidak, wheezing ada atau tidak, ronchi atau tidak, pleural friction-
Rub atau tidak, ada nyeri tekan pada daerah dada atau tidak, ada
tau tidak bunyi jantung tambahan seperti : bunyi jantung I yaitu
bunyi menutupnya katup mitral dan trikuspidalis, BJ II yaitu
bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis, bising jantung
atau murmur
j. Abdomen
Bentuk (simetris atau tidak), datar atau tidak, ada nyeri tekan pada
epigastrik atau tidak, ada peningkatan peristaltic usus atau tidak,
ada nyeri tekan pada daerah suprapubik atau tidak, ada odem atau
tidak
k. Sistem reproduksi
Ada radang pada genitalia eksterna atau tidak, ada lesi atau tidak,
siklus menstruasi teratur atau tidak, ada pengeluaran cairan atau
tidak
l. Ekstremitas bawah
Ada pembatasan gerak atau tidak, ada odem atau tidak, varises
ada atau tidak, tromboplebitis ada atau tidak, nyeri atau
kemerahan (ada atau tidak),tanda-tanda infeksi (ada atau tidak),
ada kelemahan tungkai atau tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Ganggan menelan
3. Gangguan mobilits fisik
4. Gangguan komunikasi verbal
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
o
1. Perfusi Perifer tidak Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi (1.02079)
efektif (D.0009) (L.02011) Observasi
Kategori: Fisiologis - Denyut Nadi perifer - periksa sirkulasi perifer
Subkategori: Sirkulasi meningkat - identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Definisi: - nyeri ekstermitas - monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
Penurunan sirkulasi darah menurun ekstermitas
pada level kapiler yang - kelemahan otot Terapeutik
dapat mengganggu menurun - hindari pengukuran ttekanan darah pada ekstermitas
metabolisme tubuh - kram otot menurun dengan keterbatasan perfusi
- tekanan darah sistolik - lakukan pencegahan infeksi
membaik - Lakukan hidrasi
- tekanan darah Edukasi
diastolik membaik - anjurkan berhenti merokok
-tekanan arteri rata-rata - anjurkan berolahraga secara rutin
membaik - anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
- anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
- anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulin, dan penurun kolestrol, jika perlu
2. Gangguan Menelan Status Menelan Dukungan Perawatan Diri (1.11351)
(D.0063) (L.06052) Observasi
Kategori: Fisiologis -Mempertahankan - identifikasi diet yang dianjurkan
Sub kategori: makanan dimulut - Monitor kemampuan menelan
Neurosensorik meningkat - Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
Definisi - Reflek menelan Terapeutik
fungsi menelan abnormal meningkat - ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama
akibat defisit struktur atau - Kemampuan makan
fungsi oral, faring atau
esofagus menguyah meningkat - atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
-Usaha menelan - lakukan oral hygine sebelum makan
meningkat - letakkan makanan disisi mata yang sehat
- Frekuensi tersedak - sediakan makanan dan minuman yang disukai
menurun - motivasi untuk makan di ruang makan, jika tersedia
-Batuk menurun Edukasi
-Muntah menurun -jelaskan posisi makanan pada pasien yang mengalami
-Gelisah menurun gangguan penglihatan dengan menggunakan arah jarum
jam
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat (mis analgesik, antiemetik),
sesuai indikasi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang sesuai
dengan intervensi atau perencanaan tindakan yang telah dibuat
sebelumnya (Potter & Perry, 2005)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien serta tenaga medis lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan untuk menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Potter &
Perry, 2005)
III. Studi Kasus Pada Pasien Stroke Non Hemoragik
Kasus:
Asuhan Keperawatan pada Tn H , Tn H mengeluh kaki dan tangan
mengalami kelemahan dan bicara pelo. Tn H memiliki penyakit hipertensi
pada tahun 2017 lalu. Dengan TD: 200/100 mm/Hg, N: 60 x/Menit, RR: 24x/
menit, S: 36, 8derajat Celcius skala nyeri 1.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan
untuk bergerak dan bicara pelo
3. Riwayat penyakit sekarang
Alasan masuk RS :pasien mengalami penurunan kesadaran dan mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan
Riwayat kesehatan pasien :pasien mengatakan memiliki penyakit
Hipertensi tahun 2017.Pasien lalu ke IGD dr Soedjono dan kemudian pasien
dirawat.
4. Riwayat penyakit dahulu
1. Pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang
bugenvil rs dr soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan
diagnosa hipertensi,pasien belum pernah menjalani tindakan
operasi
2. Pasien mengatakan tidak mempunyai elergi makanan minuman
maupun obat.
5. Riwayat penyakit keluarga
Dari pihak keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama dengan pasien yaitu hipertensi dari
orang tua pasien.
6. Status cairan dan nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi
pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien minum 6-5
gelas perhari(1500)berupa air putih. Selama sakit
b. Pasien mengatakan selama sakit
Nafsu makan pasien berkurang. Pasien hanya makan 3-5 sendok setiap kali
makan. Isteri pasien mengatakan selama sakit pasien minum 4 gelas air putih.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Status Gizi :
TB = 168cm
BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m2
c. Tanda Vital
TD = 200/100 mmHg Nadi = 60 x/menit
Suhu = 36,8
oC RR = 24 x/menit
(4) Skala Nyeri
Pasien mengatakan skala nyeri 1
d. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
1) Kulit
Kulit lembab berwarna putih, tidak terdapat lesi, pertumbuhan
rambut merata.Turgor kulit baik.
2) Kepala (Tabel 10)
Rambut Rambut hitam, terdapat uban, dan berambut tebal, rambut
tertata rapi
Mata Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal, reflek pupik
baik, sklera baik
Hidung Normal dan simetris tidak terdapat lesi
Telinga Kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan cairan
Mulut Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat bewarna putih
kekuningan, mukosa bibir lmbab, tidak berbau mulut
e. Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
f. Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
g. Thorax
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna
2) kulit merata, ekspansi dada simetris
3) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
4) Perkusi : suara sonor
5) Auskultasi : vesikuler
h. Kardivaskuler
1) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran
2) rambut merata
3) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm
dari midklavikularis kiri.
4) Perkusi : Suara redup
5) Auskultasi : Suara S1 dan S2
i. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, terdapat
jerawat di punggung sebelah atas, kulit berwarna sawomatang.
j. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak
terdapat bekas luka.
Auskultasi : Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar jelas
Perkusi: Terdengar hasil ketukan “tympani” di semua kuadran
abdomen
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak
terdapat massa dan benjolan yang abnormal
k. Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata
kecoklatan, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata
l. Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.
m. Ekstremitas
Atas : Tangankanan mengalami kelemahan dan tangan kiri bisa
digerakkan secara leluasa. Kekuatan otot kanan 4 dan kiri
5. Tangan kiri terpasang infus Asering 20 tpm. Kuku pada
jari tangan terlihat bersih
Bawah : kaki kanan mengalami kelemahan dankiritidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat
edema,kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5. Kuku pada jari
kaki terlihat bersih
X Vagus Sensorik
motorik Tidak ada gangguan
XI Asesorius Sensorik Gangguan badan sebelah kanan susah
Spinal digerakkan dan dapat mengangkat bahu
sebelah kiri
XII Hipoglosus Motorik Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa
menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke
yang lain, terdapat kesulitan dalam
menelan.
8. Pemeriksaan
Pemeriksaan Patologi Klinik
Tn. W dari Ruang Cempaka RS dr. Soedjono, Senin, 2 juli 2018
Hasil Laboratorium:
No Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
(satuan)
1. Glukosa 89 Mg/dl 70-115
2. Glukosa 2 jam PP 100 Mg/dl 70-140
3. Leukosit 7,5 K/uL 3,6-11,0
9. Analisa Data
N Data Penyebab Masalah
o
1. DS : Hipertensitroke Perfusi perifer
non hemoragik tidak efektif
- Pasienmengatakan mengeluh tensi
selalu tinggi dan mempunyai
riwayat darah tinggi.
- Pasien mengatakan kepala terasa
pusing
- Pasien mengatakan bicara pelo
sebelum masuk RS
DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- Pasien tampak lemah
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR= 20 x/menit
- Bicara pelo
- Terdapat gangguan pada
pemeriksaan nervus IX
Glosofaringeus dan XII Hipoglosus
2. DS : Penurunan Gangguan
kekuatanotot(keru mobilitas fisik
- Pasien mengatakan tangan dan kaki
sakan neuron)
kanan mengalami kelemah
- Pasien mengatakan kebutuhannya
dibantu oleh keluarga
DO :
- Ku : Cukup, composments
- Segala aktifitas pasien dibantu
seperti makan minum mobilisasi
berpakaian dll
- Pasien terdapat gangguan pada
anggota badan sebelah kanan
tangan kanan hanya bisa melakukan
fleksi ekstensi sedangkan kaki
kanan hanya abduksi dan adduksi
Pada pergelangan kaki.
3. Ds : Kurang Defisit
- Pasien mengatakan mengetahui terpaparnya pengetahuan
B. Diagnosis Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
3. Defisit Pengetahuan(D.0111)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi (1.02079)
efektif (D.0009) (L.02011) Observasi
Kategori: Fisiologis - Denyut Nadi perifer - periksa sirkulasi perifer
Subkategori:Sirkulasi meningkat - identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Definisi - nyeri ekstermitas - monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
Penurunanan sirkulasi menurun ekstermitas
darah pada level kapiler - kelemahan otot Terapeutik
yang dapat mengganggu menurun - hindari pengukuran ttekanan darah pada ekstermitas
etabolisme tubuh - kram otot menurun dengan keterbatasan perfusi
- tekanan darah sistolik - lakukan pencegahan infeksi
membaik - Lakukan hidrasi
- tekanan darah diastolik Edukasi
membaik - anjurkan berhenti merokok
-tekanan arteri rata-rata - anjurkan berolahraga secara rutin
membaik - anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
- anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah
secara teratur
- anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulin, dan penurun kolestrol, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Mobilitas fisik Dukungan ambulasi (1.06171)
Fisik (D. 0054) (L.05042) Observasi
Kategori: Fisiologis - Pergerakan ektremitas - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Sub kategori: meningkat - Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Aktivitas/Istirahat - Kekuatan otot - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Definisi meningkat sebelum memulai ambulasi
Keterbatasan dalam - Rentang gerak (ROM) - Monitor kondisi umum selama melakukan
gerak fisik dari satu atau meningkat ambulasi
lebih ekstremitas secara - Nyeri menurun Terapeutik
mandiri - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mi.
- Kecemasan menurun
- Kaku sendi menurun tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Gerakan tidak
terkoordinasi - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
O:
- KU : Cukup,
Composmentis
- Bicara pelo
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR= 20 x/menit
- Kekuatan otot
P : Lanjutkan intervensi
- mengkaji tanda-tanda
vital
- Menganjurkan pasien
untuk
O:
- KU : Cukup,
Composmentis
- Bicara pelo
- TD = 180/90 mmHg
- Nadi = 80 x/menit
- Suhu = 36,1oC
- RR= 20 x/menit
- mengkaji tanda-tanda
vital
- Menganjurkan pasien
untuk banyak istirahat tapi
sering
O:
- KU : Cukup,
Composmentis
- Bicara pelo
- TD = 150/80 mmHg
- Nadi = 84 x/menit
- Suhu = 36oC
- RR= 24 x/menit
P : dischange planning
- Menganjurkan pasien
untuk banyak istirahat tapi
sering
O:
- Ku : Cukup
Composmentis
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR= 20 x/menit
A: Gangguan Mobilitas
fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
kelemah, Pasien
mengatakan kebutuhannya
melakukan rom
O:
- Ku : Cukup
Composmentis
- TD = 180/90 mmHg
- Nadi = 80 x/menit
- Suhu = 36,1oC
- RR= 20 x/menit
- Dilakukan ROM
A: Gangguan Mobilitas
fisik
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Ku : Cukup
Composmentis
- TD = 150/80 mmHg,
- Nadi = 84 x/menit,
- Suhu = 36oC,
- RR= 24 x/menit
A: Hambatan Mobilitas
fisik
belum teratasi
P: dischange planning
3. Defisit pengetahuan
Hari/ tgal/ jam Pelaksanaan Evaluasi
Senin, 2 Senin, 2 Juli 2018 selasa, 3 Juli 2018
O:
- KU : Cukup,
Composmentis
A : Defisit pengetahuan
P :Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA