Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Definisi

Stroke adalah Stroke atau cedera serebrovaskuler(cerebro vascular

accident) adalahketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat(SSP) yang

disebabkan oleh gangguankenormalan aliran darah ke otak (Smeltzer& Bare,

2008).Menurut WHO, stroke is a rapidly developing clinical sing of focal or

global disturbance of cerebral function with symtoms lasting 24 hours or

leading to death with no apparent cause other that vascular sings. Stroke

adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara

mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam , akibat gangguan

aliran darah otak (Junaidi, 2011).

Dengan kata lain stroke merupakan manifestasi keadaan pembuluh darah

cerebral yang tidak sehat sehingga bisa disebut juga “cedera arterial disease”

atau “cerebrovascular disease”. Cedera dapat disebabkan bekuan darah,

penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan atau pecahanya

pembuluh darah, semua ini menyebabakan kurangnya pasokan darah yang

memadai. Stroke seringkali terjadi pada orang-orang golongan usia di atas 50

tahun, tetapi mungkin saja terjadi juga pada usia muda yang seringkali

disebabkan karena adanya kelainan jantung yang mengakibatkan terjadinya

embolisasi (Irfan, 2010).

9
10

2. Anatomi Fungsional

Otak merupakan bagian depan dan paling utama dari seluruh sistem saraf

yang berperan penting dalam mengendalikan berbagai ragam fungsi kehidupan.

Otak terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling terkoneksi. Bagian ini

dilindung oleh tiga selaput pelindung (meningen) dan berada di dalam tulang

tengkorak.Otak menjadi inti dari sistem saraf dengan beberapa komponen

bagian yaitu : cerebrum (otak besar), cerebelum (otak kecil), dan brainstem

(batang otak) yang dibagi lahgi menjadi diencephalon, mesencephalon, fons

farolli, dan medula oblongata (Irfan, 2010).

a. Cerebrum (Otak Besar)

Gambar 2.1
Bagian Otak Besar (Cerebrum)

(Irfan, 2010)

Cerebelum atau otak besar mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan

hemisfer kanan yang dihubungkan oleh massa substansi alba yang disebut

korpus kollosum. Tiap-tiap hemisfer meluas dari os frontalis sampai ke os

oksifitalis. Di atas fossa krani anterior media dan fosa krani posterior,
11

hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar disebut fisura logitudinalis serebri.

Cerebrum (Telensefalon)terdiri dari korteks serebri, basal ganglia, dan

rheniensefalon (Syaifuddin, 2013).

1) Lobus frontal

Lobus frontal merupakan daerah motorik utama, meliputi korteks

premotor atau asosiasi motorik, daerah broca, tanggap untuk motor bicara,

dan suatu yang berhubungan dengan tingkah laku dan penilaian.

2) Lobus parietal

Lobus parietal terletak pada posterior ke sulkus sentral. Lobus ini

sebagai korteks sensori untuk menganalisa karakteristik spesifik dari input

sensori, lobus parietal juga memberikan orientasi spatial, kesadaran

terhadap bagian-bagian dari tubuh dan analisa hubungan antara bagian-

bagian tubuh.

3) Lobus temporal

Integrasi somatik, auditori dan daerah asosiasi fisual terletak pada

lobus temporal.

4) Lobus oksipital

Lobus oksipital merupakan daerah reseptif visual utama, yang

memungkinkan untuk melihat. Juga pada bagian dalam lobus merupakan

daerah asosiasi visual, yang memungkinkan untuk mengerti apa yang

dilihat.

b. Cerebelum

Cerebelum terletak dalam fosa kranial posterior, dibawah tentorium

cerebelum bagian posterior dari pons varoli dan medula oblongata.


12

Cerebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh fermis

cerebelum, dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri

superior, dengan pons paroli olen pedunkulus serebri media, dan dengan

medula oblongata oleh pedunkulus serebri inferior (Syaifuddin, 2013)

Gambar 2.2
Cerebellum (Otak Kecil)

(Irfan, 2010)

c. Brainstem (Batang Otak)

Batang otak berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medula

spinalis di bawahnya, struktur-struktur fungsional batang otak yang penting

adalah traktus asenden dan traktus desenden logitudinalis antara medula

spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf

cranial (Irfan, 2010)

Batang otak secara garis besar terdiri dari 3 segmen yaitu:

1) Mesensefalon merupakan penghubung antara pons dan cerebellum

dengan cerebrum.
13

2) Ponsmerupakan jembatan penghubung antara mesensefalon dengan

medula oblongata, fungsinya membantu dalam rehulasi pernapasan dan

rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu.

3) Medula oblongatamerupakan struktur batang otak yang paling bawah

dan akan melanjutkan ke kaudal sebagai medulla spinalis (Irfan, 2010).

3. Jenis Stroke

Stroke dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, antara lain:

a. Stroke iskemik

Stroke iskemik sesuai namanya disebabkan oleh penyumbatan

pembuluh darah otak (stroke nonpendarahan=infark). Otak dapat berfungsi

dengan baik jika aliran darah yang menuju ke otak lancar dan tidak

mengalami hambatan. Namun jika persediaan oksigen dan nutrisi yang di

bawa oleh sel-sel darah dan plasma terhalang oleh suatu bekuan darah atau

terjadi trombosis pada dinding arteri yang mensuplai otak maka akan

terjadi stroke iskemik yang dapat berakibat kematian jaringan otak yang

disuplai (Junaidi, 2011)

b. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik (stroke pendarahan), terhalangnya suplai darah ke

otak disebabkan oleh arteri yang menyuplai darah ke otak pecah.

Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh

stres psikis berat. Pembuluh darah yang pecah umumnya karena arteri

tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau

arteri lecet bekas plak aterosklerotik.Pendarahan otak dapat terjadi di

dalam otak yang disebut hemoragik otak sehingga otak tercemar oleh
14

kumpulan darah (hematom). Atau darah masuk ke selaput otak/ruang

subaraknoid ada 2 macam yaitu primer, bila pembuluh darah yang pecah

berasal dari arteri yang ada di subaraknoid dan sekunder, bila sumber

darah berasal dari tempat lain di luar ruang subaraknoid yang masuk ke

ruang subaraknoid.

4. Faktor Resiko

Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat

seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko stroke umumnya

dibagi menjadi dua kelompok besar sebagai beirikut:

a. Faktor resiko internal, yang tidak dapat di kontrol atau diubah atau

dimodifikasi:

1) Umur: makin tua kejadian stroke makin tinggi.

2) Ras atau suku bangsa: bangsa afrika atau negro, jepang, dan cina lebih

sering terkena stroke. Orang yang berwatak keras terbiasa cepat atau

buru-buru, seperti orang sumatera, sulawesi, dan madura rentan terserang

stroke.

3) Jenis kelamin: laki-laki lebih beresiko dibanding wanita.

4) Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke

pada usia muda maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke.

b. Faktor resiko eksternal, yang dapat dikontrol atau diubah atau dimodifikasi:

1) Hipertensi.

2) Diabetes melitusatau kencing manis.

3) Transient ischemic ataack (TIA) = serangan lumpuh sementara.

4) Fibrilasi atrial jantung.


15

5) Pasca stroke yaitu Mereka yang pernah terserang stroke.

6) Abnormalitas lemak: lipoprotein

7) Fibrinogen tinggi dan perubahan hemoreologikal lain.

8) Perokok (utamanya rokok sigaret).

9) Peminum alkohol.

10) Hiperhomocysteinemia.

11) Infeksi: virus dan bakteri.

12) Obat-obatan, misalnya obat kontrasepsi oral atau pil KB.

13) Obesitas atau kegemukan.

14) Kurang aktifiras fisik.

15) Hiperkolesterolemia.

16) Stres fisik dan mental.

c. Faktor resiko generasi baru:

1) Defisiensi atau kurangnya hormon wanita (estrogen).

2) Homosistein tinggi.

3) Plasma fibrinogen.

4) Faktor VII pembekuan darah.

5) Tissue plasmiogen activator (t-PA).

6) Plasminogen activator inhibitor type I.

7) Lipoprotein (Junaidi, 2011)

5. Gejala Klasifikasi Post Stroke.

Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang

terganggu. Stroke dapat juga disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah

di otak atau dari gumpalan darah. Berikut adalah Gejala penyakit stroke :
16

1) Rasa lemas secara tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, seringkali terjadi

pada salah satu sisi tubuh.

2) Mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh.

3) Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan.

4) Kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata.

5) Kesulitan berjalan, pusing, hilang keseimbangan.

6) Sakit kepala parah tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau pingsan

(Kemenkes RI, 2014)

6. Tahap stroke

Menurut Junaidi (2011), stroke memiliki beberapa tahap yang dilewati

penderitanya, berikut adalah tahap stroke:

a. Tahap akut

Tahap akut merupakan tahap kritis yang berlangsung antara 4-7 hari. Pada

tahap ini petugas kesehatan berfokus pada keselamatan pasien.

b. Tahap pemulihan

Tahap pemulihan adalah tahap yang terjadi setelah tahap akut, yang

berlangsung antara 2-4 minggu. Pada tahap ini pasien belajar melakukan

keterampilan motorik yang terganggu dan belajar penyesuaian baru untuk

mengatasi keterbatasan yang terjadi pada pasien.

c. Tahap rehabilitasi

Tahap rehabilitasi merupakan tahapan kelanjutan setelah pasien melewati

tahap pemulihan. Pada tahap ini pasien diharapkan dapat mencapai

perbaikan secara maksimal dalam melakukan kemampuan fisik, mental,

sosial, dan komunitas.


17

d. Tahap kembali ke kehidupan sehari-hari

Tahap kembali ke kehidupan sehari-hari merupakan tahapan setelah

melewati tahap akut, pemulihan dan rehabilitas. Pada tahap ini tetap

dilakukan terapi pencegahan untuk menghindari terjadinya stroke berulang.

Pasien dibiasakan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Melakukan kontrol tensi secara rutin

2) Menghindari atau stop merokok

3) Mengendalikan kadar gula darah

4) Melakukan diet rendah lemak

5) Menghindari resiko terjadinya stres dan mengelolanya dengan baik.

7. Komplikasi.

Berikut adalah komplikasi dari stroke:

a. Dekubitus: Tidur yang terlalu lama karena lumpuh dapat mengakibatkan

luka atau lecet pada bagian tubuh yang menjadi tumpuan saat berbarik,

seperti: pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit.

b. Bekuan darah: Bekuan darah mudah terjadi pada kaki yang lumpuh,

penumpukan cairan dan pembengkakan, embolisme paru-paru.

c. Pneumonia: Terjadi karena pasien biasanya tidak batuk atuau menelan

dengan baik sehinggan menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan

selanjutnya terinfeksi.

d. Kekakuan otot dan sendi: Terbaring lama akan menimbulkan kakakuan pada

otot dan atau sendi, untuk itulah fisioterapi dilakukan sehingga kekakuan

pada terjadi atau minimal dikurangi.


18

e. Stres atau depresi: Terjadi karena anda akan merasa tidak berdaya dan

ketakutan akan masa depan. Cobalah untuk tidak terlalu banyak berharap

pada diri sendiri pada hari-hari awal setelah serangan stroke.

f. Nyeri pundak dan subluxation atau dislokasi: Keadaan pangkal bahu yang

lepas dari sendinya. Ini dapat terjadi karena otot di sekitar pundak yang

mengontrol sendi dapat rusak akibat gerakan saat ganti pakaian atau saat

ditopang orang lain.

g. Pembengkakan otak.

h. Infeksi: saluran kemih, paru (pneumonia aspirasi)

i. Kardiovaskuler: gagal jantung, serangan jantung, emboli paru.

B. Latihan ROM (Range Of Motion).

1. Definisi

Range of motion (ROM) adalh latihan yang dilakukan untuk

mempertahankanatau memperbaiko tingkat kesempurnaan kemampuan untuk

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). ROM adalah kemampuan

maksimal seseorang dalam melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau

batas-batas gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot

memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak

(Lukman dan Ningsih, 2009). Suratun, et al (2006) Range of motion adalah

gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang

bersangkutan.

Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap


19

untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan

bentuk, kekakuan dan kontraktur (Nurhidayah, et al, 2014).

2. Tujuan range of motion (ROM)

a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

b. Memelihara mobilitas persendian

c. Mencegah kelainan bentuk (Suratun, 2008).

3. Manfaat latihanrange of motion (ROM):

Menurut lukman & ningsih (2009) manfaat latihanrange of motion

(ROM)adalah:

a. Gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan kesegaran tubuh.

b. Memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, mengontrol berat badan,

mengurangi ketegangan, dan meningkatkan relaksasi.

c. Menjaga kebugaran (fitness) dari tubuh.

d. Merangsang peredaran darah dan kelenturan otot.

e. Menurunkan stres seperti hipertensi, kelebihan BB, kepala pusing,

kelemahan, dan depresi.

f. Merangsang pertumbuhan pada anak-anak.

4. Klasifikasi range of motion (ROM)

Suratun, et al(2006), menyatakan bahwa ada beberapa klasifikasi latihan

ROM, yaitu:

a. Latihan ROM pasif, yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien dengan

bantuan dari orang lain, perawat, ataupun alat bantu setiap kali melakukan

gerakan. Indikasi : pasien usia lanjut dengan mobilitas terbatas, pasien tirah

baring total, kekuatan otot 50%.


20

b. Latihan ROM aktif, yaitu latihsn ROM yang dilakukan mandiri oleh pasien

tanpa bantuan perawat pada setiap melakukan gerakan. Indikai :mampu

melakukan ROM sendiri dan kooperatif, kekuatan otot 75%.

5. Prinsip Dasar Latihan ROM, yaitu:

a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.

b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.

c. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli fisioterapi.

d. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari,

lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

e. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-

bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.

f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah dilakukan (Suratun. et.all 2008).

6. Gerakan-gerakan ROM

Gerakan-gerakan ROM menurut Juwita dan Dewi (2016)

a. Fleksi bahu.

1) Tempatkan tangan kanan pada tangan kiri, angkat tangan kiri ke atas dari sisi

tubuh.

2) Gerakkan tangan perlahan-lahan ke arah kepala sejauh mungkin,

3) Angkat kembali lengan ke posisi semula.

4) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

5) Lakukan bergantian pada tangan di sisi yang lainnya.


21

Gambar 2.3
Fleksi bahu

b. Abduksi dan adduksi bahu.

1) Atur posisi lengan klien di samping badannya.

2) Letakkan satu tangan perawat diatas siku klien dan pegang tangan klien

dengan tangan yang lainnya.

3) Gerakkan lengan klien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat (kearah

samping klien).

4) Kembali keposisi semula atau awal.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.4
Abduksi dan adduksi bahu
22

c. Rotasi bahu.

1) Atur posisi lengan klien menjauh dari tubuh (ke arah samping klien)

dengan siku menekuk.

2) Letakkan satu tangan perawat di lengan atas klien dekat siku dan pegang

tangan klien dengan tangan yang lain.

3) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat

tidur, telapak tangan menghadap kebawah.

4) Kembalikan ke posisi semulan atau awal.

5) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,

telapak tangan menghadap ke atas.

6) Kembalikan ke posisi awal.

7) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali

Gambar 2.5
Rotasi Bahu

d. Pronasi dan supinasi lengan bawah.

1) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh klien dangan siku menekuk.

2) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan tangan dan pegang

tangan klien dengan tangan lainnya.

3) Putar lengan bawah klien ke arah kanan atau kiri.


23

4) Kembali ke posisi semula sebelum dilakukan pronasi dan supinasi.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.6
Pronasi dan supinasi lengan bawah

e. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari

1) Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk.

2) Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang

pergelangan tangan klien.

3) Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin.

4) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.7
Fleksi Dan Ekstensi Pergelangan Tangan

f. Fleksi dan ekstensi siku.

1) Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak tangan

mengarah ke tubuh klien.


24

2) Letakkan tangan perawat diatas siku klien dan pegang tangan klien

dengan tangan yang lainnya.

3) Tekuk siku klien sehingga tangan klien mendekat ke bahu.

4) Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.8
Fleksi dan ekstensi siku

g. Fleksi dan ekstensi jari-jari tangan.

1) Pegang jari-jari tangan klien dengan satu tanga sementara tangan lain

memegang pergelangan tangan.

2) Bengkokkan (tekuk) jari-jari tangan kebawah.

3) Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang.

4) Kembalikan ke posisi awal.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.9
Fleksi dan ekstensi jari-jari tangan
25

h. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki.

1) Pegang jari-jari kaki klien dengan satu tangan sementara tangan lain

memegang pergelangan kaki.

2) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki kebawah.

3) Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang.

4) Kembalikan ke posisi awal.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali

Gambar 2.10
Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki

i. Infersi dan efersi kaki.

1) Pegang separuh bagian atas kaki klien dengan tangan perawat dan

pegang pergelangan kaki dengan tanggan yang lainnya.

2) Putar kaki dengan arah kedalam sehinggan talapak kaki menghadap ke

kaki lainnya.

3) Kembalikan keposisi semula.

4) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.

5) Kembalikan ke posisi semula.

6) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.


26

Gambar 2.11
Infersi dan efersi kaki

j. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki.

1) Letakkan satu tanggan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain

diatas pergelangan kaki, jaga kaki lurus, dan rileks.

2) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada atau ke

bagian atas tubuh klien.

3) Kembalikan ke posisi awal.

4) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada klien jari dan telapak kaki

diarahkan kebawah.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.12
Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
27

k. Fleksi dan ekstensi lutut.

1) Letakkan satu tangan dibawah lutut klien dan pegang tumit klien dengan

tangan yang lain.

2) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

3) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada klien sejauh mungkin dan

semampu klien.

4) Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas.

5) Kembalikan ke posisi awal.

6) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.13
Fleksi dan ekstensi lutut

l. Rotasi pangkal paha.

1) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki klien dan satu

tanggan lainnya di atas lutut klien.

2) Putar kaki ke arah klien.

3) Putar kaki ke arah perawat.

4) Kembali ke posisi awal.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.


28

Gambar 2.14
Rotasi pangkal paha

m. Abduksi dan adduksi pangkal paha.

1) Letakkan satu tangan perawat dibawah lutut klien dan satu tangan pada

tumit.

2) Angkat kaki klien kurang lebih 8cm dari tempat tidur dan pertahankan

posisi tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan klien atau kesamping

kearah perawat.

3) Gerakkan kaki mendekati badan klien.

4) Kembalikan ke posisi awal.

5) Ulangi latihan kurang lebih sampai 3 kali.

Gambar 2.14
Abduksi dan adduksi pangkal paha
29

C. Konsep Keluarga

1. Definisi

Defenisi yang di kemukakan oleh Departemen Kesehatan 1988 keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012)

Definisi menurut UU No. 1992 keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya

atau ibu dan anaknya (Padila, 2013).

Definisi yang ditemukan oleh Sayekti 1994 keluarga adalah suatu ikatan

atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang

berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya

sendirian atau adopsi dalam sebuah rumah tangga (Padila, 2012).

Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :

a. Unit terkecil masyarakat.

b. Terdiri dari dua orang atau lebih.

c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.

d. Hidup dalam satu rumah tangga.

e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.

f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing .

h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.


30

2. Ciri-Ciri Keluarga

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluargamempunyai suatu sistem tat nama (nomenclature) termasuk garis

keturunan (Padila, 2012)

3. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1) Untuk meneruskan keturunan.

2) Memeliharan dan membesarkan anak.

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

4) Memelihara dan merawat keluarga.

b. Fungsi psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

4) Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

1) Membina sosialisasi pada anak.

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.


31

d. Fungsi ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

2) Pengatur pengguna penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang

akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan

sebagainya.

e. Fungsi pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

f. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan asuhan

kesehatan/keperawatan. Kemempuan keluarga melakukan asuhan

keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehtan

keluarga dan individu (Ali, 2010)

Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga yang berfungsi sehat juga

harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu antara lain :

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat .


32

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Padila, 2012)

4. Dukungan Dan Peranan Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke

Seorang yang mengalami stroke sering merasa kesepian meskipun ia tidak

memperlihatkannya. Ketika fisik dan mentalnya semakin pulih, mungkin ia

akan makin kwatir dan mudah tersinggung, terkdang ia merasa seperti orang

gila saja terutama kejengkelannya tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari

dan kata-kata yang diucapkan tidak dimengerti orang lain walaupun pada

umumnya tingkat intelegensinya tidak terpengaruh. Untuk itulah anggota

keluarga coba untuk memahami apa yang dihadapi pasien.

Keluarga diminta untuk menerima keadaan dan adabtasi ulang merupakan

hal yang penting dalam mempertahankan kehidupan keluarga dalam

menghadapi keadaan baru. Keluarga lah yang perlu menghadapi keadaan

realita tersebut.

Penderita diingatkan untuk tidak menghabiskan waktu dan dana demi

suatu tindakan atau pengobatan yang belum terbukti hasiat dan kegunaannya

dengan biaya mahal. Sebaiknya keluarga mengarahkan penderita kembali

bekerja yang disesuaikan dengan kemampuannya dan aktif melakukan kegiatan

sosial, keluarga menerima keadaan penderita apa adanya dan mulai

menyesuaikan diri terhadap cacat yang dihadapi penderita.

Berikut ini bebrapa cara yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi dan

mengurangi kekuatiran. Usahakan untuk berinteraksi sewajar mungkin dan

bebrapa hal yang mungkin dapat anda lakukan adalah:


33

a. Sering berkunjung :Berkunjung saja sudah merupakan suatu yang sangat

berguna bagi pasien.

b. Jika memungkinkan bawakan keperluannya sehari-hari, seperti gigi palsu,

kaca mata, dan lainnya.

c. Saat bertemu jangan bicara terus menerus, tetapi beritahukanlah hal-hal

yang terjdi di sekitar anda dan di rumah, layaknya anda berbicara kepada

orang yang sehat. Sekalipun ia tidak sadar atau tertidur.

d. Jika anda sedang melakukan sesuatu terhadapnya katakan saja hal itu,

katakan sedang membalik tubuhnya, dan sebagainya.

e. Beritahukan kepada staf rumah sakit bila ia mempunyai hobi tertentu atau

nama kesayangannya.

f. Tanyakan selalu kepada tim rumah sakit jenis makanan yang tidak boleh

anda bawakan.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan

penting dalam proses pemulihan dan penyesuaian kembali setiap penderita

stroke. Sehingga dapat menimbulkan semangat pada diri pasien demi

tercapainya peningkatan status kesehatan secara optimal. Tingginya motivasi

keluarga dalam memberikan motivasi secara optimal pada pasien stroke dalam

pelaksanaanRehabilitasi Medik dipengaruhi salah satunya oleh kejadian

situasional (Festy, 2009).

Dari uraian diatas maka peranan keluarga terhadap penderita stroke adalah :

a. Berperan Sebagai Pendidik

Dalam upaya belajar untuk hidup dengan kecacatan permanen, pasien

diajarkan program Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) agar penderita


34

dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri atau tanpa

bantuan orang lain, misalnya : tata cara makan, berpakaian, mandi, tidur,

juga melatih penderita dalam mobilisasi, berkomunikasi, melakukan latihan

anggota gerak atas dan bawah secara pasif sampai penderita mempu

menggerakkan sendiri.

b. Berperan Sebagai Perawat

Ketika anggota keluarga mengalami sakit yang menimbulkan kecacatan,

maka ada peran yang menjadi primer yaitu perawat. Memberikan perawatan

kepada penderita karena tidak dapat mengurus dirinya sendiri dalam

membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya seperti makan, minum,

berpakaian, berpindah, berjalan.

c. Berperan sebagai Pendukung

Keluarga memberi dorongan/dukungan agar penderita mempunyai

motivasi yang kuat untuk dapat segera memperoleh pemulihan kesehatan

dengan sebaik-baiknya. Memberi dorongan pada saat mulai latihan fisik

yang merupakan hal yang cukup menyiksa penderita, namun demikian

penderita harus selalu didorong untuk berani berlatih. Kemudian memberi

dorongan untuk tetap aktif dalam kegiatan sehari-hari ditengah-tengah

keluarga dan masyarakat.

d. Berperan Sebagai Penghubung/Komunikasi

Keluarga mengadakan komunikasi efektif dengan penderita, petugas

kesehatan, sehingga terjalin hubungan kerja sama yang baik sehingga

tercipta suasana saling percaya dan keterbukaan antara pasien dengan


35

keluarga dan petugas kesehatan (dokter, perawat, fisioterapist, terapi wicara,

dll).

e. Berperan Sebagai Pengubah Lingkungan atau Terapi Lingkungan

Menipulasi lingkungan, terdiri dari merubah lingkungan, pengaturan tata

ruangan agar penderita mudah melakukan aktivitas secara efisien. Ciptakan

ruangan yang memberi ketenangan dan menyenangkan, suara tidak ribut

atau berisik, cahaya yang terang benderang, banyak orang, kegiatan dan

kesibukan yang berlebihan dan menjauhkan fasilitas yang menimbulkan

bahaya. Usahakan mengurangi stimulus lingkungan yang mengakibatkan

gangguan. Usahakan agar ciptakan waktu untuk istirahat sehingga pasien

rileks dan tenang.

f. Berperan Sebagai Pengambil Keputusan

Dalam peran ini keluarga menentukan pencarian sumber-sumber yang

penting. Keluarga mempunyai kontrol substansial terhadap keputusan

apakah keluarga yang sakit akan mendapatkan layanan kuratif atau

preventif. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai pasien,

keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan anggotanya.

g. Berperan Sebagai Pencari Sumber Dana

Keluarga berperan mencari sumber dana untuk biaya pengobatan

penderita dan untuk menghindari ketiadaan dana untuk biaya pengobatan.

5. Keterampilan Keluarga

Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk bertindak setelah

menerima pembelajaran tertentu yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar


36

kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif yang menunjukkan

perilaku atau pemahaman terkait dengan makna yang terkandung dalam

aktivitas mental atau otak (Sudjono, 2012: Rianingsih, 2014). Keterampilan

merupakan kecakapan dalam menyelesaikan tugas (KBBI, 2008).

a. Faktor yang mempengaruhi keterampilan

Keterampilan seseorang menurut Notoatmodjo (2007) dapat ditentukan

oleh:

1) Sikap

2) Pengetahuan

3) Ketersediaan fasilitas

4) Perilaku para petugas kesehatan sebagai fasilitator

5) Motivasi

6) Kemampuan

7) Pendidikan

8) Pelatihan

9) Pengalaman

10) Faktor usia

D. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi

Pendidikan kesehatan yaitu upaya agar masyarakat berperilaku atau

mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan,

ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau


37

masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharan dan

peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

a. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan terdiri dari :

1) Pendidikan kesehatan pada aspek promotif, sasarannya adalah kelompok

orang sehat yang kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan. .

2) Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan,

dilakukan terhadap kelompok sasaran yang berisiko tinggi terhadap

penyakit dan kelompok yang sakit.

b. Ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan

1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

5) Fasilitas pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

3. Batasan Pendidikan Kesehatan

Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif, yang

mengandung dimensi berikut:

a. Perubahan perilaku, yaitu perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan.
38

1) Pembinaan perilaku, agar masyarakat yang sudah mempunyai perilaku

hidup sehat tetap dilanjutkan atau dipertahankan.

2) Pengembangan perilaku, terutama ditujukan untuk membiasakan hidup

sehat bagi anak-anak (Notoatmodjo, 2003).

4. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan dapat dibedakan menjadi :

a. Sasaran primer (primary target), yaitu masyarakat pada umumnya sesuai

dengan permasalahan kesehatan.

b. Sasaran sekunder (secondary target), yaitu para tokoh masyarakat, tokoh

agama,tokoh adat dan sebagainya yang diharapkan untuk selanjutnya

memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya.

c. Sasaran tersier (tertiary target), yaitu pembuat keputusan atau penentu

kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah, yang akan mempunyai

dampak terhadap perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003)

5. Media Pendidikan Kesehatan

Yaitu alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan atau pengajaran. Elgar Dale membagi media pendidikan kesehatan

menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap

alat tersebut, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.15
Tingkat Intensitas Media Pendidikan Kesehatan

9
8
7
6
5
4
3
2
1
11
10
39

Keterangan :
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, radio
4. Film
5. Pameran
6. Field trip
7. Demonstrasi
8. Sandiwara
9. Benda asli(Notoatmodjo, 2003)

6. Faedah dari alat peraga antara lain :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak.

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.

d. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain .

e. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan

f. Mendorong keinginan untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan

akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik g. Membantu

menegakkan pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media

pendidikan kesehatan terbagi 3, yaitu :

a. Media cetak, terdiri dari booklet (buku), leaflet (lembaran yang

dilipat),flyer (selebaran), flipchart (lembar balik), rubrik atau tulisan-

tulisan pada surat kabar, poster, dan foto.

b. Media elektronik, terdiri dari televisi, radio, video, slide, dan film strip.

c. Media papan (billboard), berupa papan berisi pesan/informasi kesehatan

yang dipasang di tempat umum (Notoatmodjo, 2003).


40

E. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan,

pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa. Pengetahuan atau kognitif

merupakan hal penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2007). Sebelum seseorang melakukan tindakan perawatan stroke ia harus

terlebih dahulu mengetahui apa arti atau manfaat perawatan stroke bagi dirinya

atau keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwapengetahuan

keluarga mengenai perawatan pasien stroke adalahsesuatu yang diketahui oleh

keluarga berkaitan dengan caramerawat pasien stroke.

2. Tingkat pengetahuan

Menrut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifikdari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contohnya : Mampu


41

mendefinisikan tentang penyakit stroke, tanda dan gejala serta apa

penyebabnya.

b. Memahami (Comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat

diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih adakaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihatdari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan(membuatbagan),membedakan,memisahkan,mengelompok

kan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
42

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapatmerencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,

dansebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukanjustifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu

criteria yangditentukan sendiri, atau menggunakan criteria yang telah ada.

3. Sumber Pengetahuan

Menurut Suhartono 2005 sumber pengetahuan dibagi menjadi:

a. Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adatdan agama,

adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang.Sumber ini biasanya

berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam

kehidupan sehari-hari. Didalam norma dan kaidah itu terkandung

pengetahuan yangkebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara

rasionaldan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja.

b. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian

orang lain, juga masih diwarnai olehkepercayaan. Pihak-pihak pemegang

otoritas kebenaranpengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua,

guru,ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yangmereka

katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indahatau jelek, pada

umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuhtanpa kritik. Boleh jadi

sumber pengetahuan ini mengandungkebenaran, tetapi persoalannya terletak

pada sejauh manaorang-orang itu bisa dipercaya.


43

c. Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia,pengalaman

indriawi adalah alat vital penyelenggaraankebutuhan hidup sehari-hari.

Dengan mata, telinga, hidung,lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan

secara langsung danbisa pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2005).

d. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan pancaindera, akal

pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu,lingkup kemampuannya

melebihi panca indera, yangmenembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal

yang bersifatmetafisis. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa

bersikapmeragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagaipengetahuan

semu dan menyesatkan.

e. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yangpaling

dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambangbatas ketinggian

akal pikiran dan kedalaman pengalaman.Pengetahuan yang bersumber dari

intuisi merupakanpengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya,

tanpamelalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Dengandemikian,

pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapatdiuji baik menurut ukuran

pengalaman indriawi maupun akalpikiran. Karena itu tidak bisa berlaku

umum, hanya berlakusecara personal belaka.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) dan Sukmadinata (2003) terdapatbeberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:


44

a. Tingkat Pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakanbekal yang sangat

pokok. Sudah barang tentu tingkatpendidikan dapat menghasilkan sesuatu

perubahan dalampengetahuan orang tua.

b. Paparan media massa (akses Informasi) Melalui berbagai media baik cetak

maupun elektronik,berbagai informasi dapat di terima oleh masyarakat,

sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,

majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasiyang lebih

banyak di bandingkan dengan orang yang tidakpernah terpapar informasi

media. Ini berarti paparan mediamassa mempengaruhi tingkat pengetahuan

yang dimilikiseseorang.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuanseseorang, karena

informasi-informasi baru akan di saringsesuai tidak dengan kebudayaan

yang di anut.

d. Pengalaman

Pengalaman di sini berkaitan dengan usia, tingkatpendidikan seseorang

maksudnya pendidikan yang tinggi akanmempunyai pengalaman yang lebih

luas, demikian juga denganusia orang tersebut pengalamannya juga akan

semakinbertambah.

e. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuanseseorang,

sedangkan ekonomi di kaitkan dengan dayapendidikan yang di tempuh

seseorang sehingga memperluaspengetahuan seseorang.


45

5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin luas wawasan yang

dimilikinya. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan menyebabkan

kurangnya informasi kesehatan yang dia dapatkan, sehingga menyebabkan

pengetahuan tentang kesehatan juga kurang.

Anda mungkin juga menyukai